Dibaca: 619
Komentar: 3
0
Siapa tidak kenal konsep makan 4 Sehat 5 Sempurna?. Sejak
Sekolah Dasar sampai sebelum saya masuk Program S1
Departemen Gizi Masyarakat IPB, 4 sehat 5 sempurna adalah
konsep saklek nan paripurna yang diajarkan guru, orang tua bahkan
tenaga kesehatan akan diet (pola makan) yang sehat. Tidak banyak
yang tahu bahwa konsep 4 Sehat 5 Sempurna sudah tidak berlaku
sejak tahun 1995? Bahkan sejak saya belum masuk Sekolah Dasar!.
Konsep 4 Sehat 5 Sempurna dipopulerkan Bapak Gizi Indonesia,
Prof. Poerwo Soedarmo tahun 1950-an. Konsep ini mengacu pada
konsep Basic Four yang digunakan Amerika Serikat sebagai
panduan diet. Adalah Konferensi Pangan Sedunia tahun 1992 di
Roma oleh FAO yang mengeluarkan keputusan bahwa konsep pola
makan (diet) mutakhir disebut Nutrition Guide for Balance Diet.
Implementasi keputusan tersbut di Indonesia baru pada saat
Repelita V tahun 1995 dengan sebutan Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) sebagai konsep pola makan untuk menanggulangi masalah
gizi ganda.
Masalah gizi ganda banyak menerpa negara berkembang seperti di
Indonesia. Indonesia belum selesai dengan masalah gizi kurang
(kurang energi, marashmur, kwasiorkor, anemia, kurang Vit A,
GAKY) sudah harus menghadapi masalah gizi lebih (obesitas, stroke,
jantung, diabetes).
Apa Bedanya?
1.
Berbeda
untuk
tiap
usia,
status
kesehatan
dan aktivitas
fisik
Tidak seperti pada 4 Sehat 5 Sempurna yang menyamakan semua
segmen usia, status kesehatan dan aktivitas fisik hanya dengan
satu jenis pola makan. Pedoman Gizi Seimbang tidak dapat berlaku
sama untuk setiap orang, tiap segmen usia, status kesehatan, dan
aktivitas fisik, memerlukan asupan gizi yang berbeda sesuai kondisi
masing-masing. Pada Pedoman Gizi Seimbang, kita menggunakan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang memiliki berbagai segmen usia
(bayi, balita, anak, remaja, dewasa, orang tua), status kesehatan
berbeda (sakit, di-opname, hamil, menyusui), dan aktivitas fisik
berbeda (atlet, ibu rumah tangga, pekerja bangunan).
2. Memperhatikan porsi
Pada 4 Sehat 5 Sempurna, kita hanya diajak untuk mengonsumsi
jenis makanan tertentu dengan satuan kualitas (ya dan tidak) bukan
satuan kuantitas (porsi). Yang penting sudah ada nasi, lauk, sayurbuah dan susu, paripurna sudah.
Pada Pedoman Gizi seimbang jika pola makan kita sebagian besar
porsinya terdiri atas sumber cukup karbohidrat (nasi), sedikit
sumber protein, sedikit sayur dan buah sebagai sumber vitamin,
maka pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat. Berbeda
pada 4 sehat 5 sempurna, pola makan tersebut sudah terhitung 4
sehat walaupun protein, sayur dan buah porsinya sedikit.
Atau pola makan yang tinggi karbohidrat, tinggi protein, tinggi
lemak, buah dan sayur juga tidak dapat dinilai bagus karena
terdapat kelebihan konsumsi karbohidrat dan lemak sehingga
berisiko penyakit degeneratif (stroke, jantung, diabetes).
3. Susu bukan penyempurna