Anda di halaman 1dari 35

Setu babakan

Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa,
Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat
Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian warisan
budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.
Situ Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektare (79 akre) dengan kedalaman
1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan sebagai tempat
wisata alternatif, bagi warga dan para pengunjung.
Taman disekitarnya ditanami dengan beragam pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem,
Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak,
Nam-nam, dan Jengkol.
Banyak kuliner khas Betawi terdapat disini, antara lain Kerak Telor, Toge Goreng, Arum
Manis, Rujak Bebek, Soto Betawi, Es Potong, Es Duren, Bir Pletok, Nasi Uduk, Nasi Ulam,
dll.
Wisata budaya yang disajikan antara laim rumah-rumah khas Betawi yang dibagi menjadi 3
macam, pertama rumah Betawi gudang atau kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau
Bapang, dan yang ketiga adalah rumah Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta.
Keseniannya berupa Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari
Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng.
Upacara Adat yang ada di perkampungan Betawi Setu Babakan adalah Penganten Sunat,
Pindah Rumah, Khatam Qur'an, dan Nujuh Bulan.
Mayoritas penduduk di Setu Babakan adalah Betawi, dengan program dari pemda DKI untuk
memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka
hijau, serta area untuk resapan air, setu babakan berbenah diri dengan dukungan penuh dari
pemda DKI
Fungsi dari Setu ini bukan hanya untuk tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin
tergerus oleh zaman, tapi digunakan juga sebagai tempat alternatif rekreasi yang berlokasi di
selatan jakarta. selain fungsi utamanya sebagai penampung air resapan untuk selatan jakarta,

A. Selayang Pandang

Setu Babakan atau Danau Babakan terletak


di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang
berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga
warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi. Situ atau setu Babakan merupakan danau
buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat
ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat
untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.

Setu Babakan adalah sebuah kawasan


perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan
pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di
selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan
yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara
langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya
dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan
tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga
lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Setu Babakan adalah kawasan hunian yang


memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan,
busana,, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang
luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru
dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga.
Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di
daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang
dari Jawa Barat, jawa tengah, Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di
daerah ini.
Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek
wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada
tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini
dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan,
dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan


sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996.
Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet,
Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena
seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawinya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru
sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9
tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.
Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan
mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi
oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan

diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.
Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih
Pacifik Asia Travel Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta
konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.
B. Keistimewaan

Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah


kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga secara baik.
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama
pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di
kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur
khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.

Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini


juga banyak terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi,
seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto
betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan
tahu gejrot.
Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni budaya
Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor,
gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka
berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung
juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat,
akikah, khatam Al-Quran, dan nujuh bulan, atau juga sekedar melihat para pemuda dan
anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, Beksi.

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni
maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik,
yakni wisata danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini
biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekedar bersenda gurau dan
menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu
untuk menyusuri dan mengelilingi danau.
Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebunan,
pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah penduduk.
Apabila berkunjung ke pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan
buah sebagai tanda penghormatan. Jika wisatawan tertarik untuk memetik dan berniat
membawa pulang buah-buahan tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih
dulu bernegosiasi harga dengan pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini
antara lain belimbing, rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, namnam, kecapi, durian, jengkol, kemuning, krendang, dan masih banyak lagi.

Yang baru dari Setu Babakan adalah telah


dibangunnya dua jembatan gantung, sehingga pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di
tengah Setu Babakan. Selain itu Setu babakan adalah salah satu tempat favorit bersepeda
santai di Jakarta Selatan.
C. Lokasi
Perkampungan Setu Babakan berlokasi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan, Propinsi DKI Jakarta, Indonesia. Pintu masuk utama adalah Pintu
Si Pitung yang terletak di Jalan RM. Kahfi II.
D. Akses

Akses menuju lokasi perkampungan Setu


Babakan relatif mudah, karena terdapat banyak kendaraan umum yang melewati
perkampungan ini. Dari Terminal Pasar Minggu, pengunjung dapat menggunakan Kopaja No.
616 jurusan Blok M menuju Cimpedak. Setelah sekitar 30 menit dan, pengunjung dapat turun
di depan pintu gerbang perkampungan Setu Babakan. Selain itu, bagi wisatawan yang
berangkat dari Terminal Depok dapat menggunakan taksi menuju perkampungan Setu
Babakan.
Alternatif lainnya, pengunjung yang berangkat dari Terminal Depok dapat juga menggunakan
Metromini 616 jurusan Blok MPasar MingguCimpedak atau menggunakan angkutan
umum bernomor 128, kemudian turun di depan pintu gerbang perkampungan Setu Babakan.
Apabila menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung diminta memarkir kendaraannya di
tempat yang telah disediakan, kemudian dipersilakan mengunjungi perkampungan dengan
berjalan kaki atau bersepeda mengelilingi Setu

Babakan.
E. Harga Tiket

Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini tidak dipungut biaya, namun hanya
dikenai biaya parkir kendaraan yang berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000. Untuk
wisatawan yang bersepeda di areal Setu Babakan tidak dipungut biaya masuk alias gratis.
Wisatawan yang berkunjung ke sini diperbolehkan menikmati suasana perkampungan dari
pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya,


Perkampungan Setu Babakan hingga saat ini telah dilengkapi fasilitas-fasilitas umum, seperti
tempat ibadah, panggung pertunjukan seni, tempat bermain anak-anak, teater terbuka, wisma,
kantor pengelola, galeri, dan pertokoan suvenir. Dengan fasilitas ini pengunjung dapat berfoto
menggunakan busana adat khas Betawi dengan lokasi pemotretan yang disesuaikan dengan
keinginan pengunjung. Hal yang tak kalah menarik adalah saat ini (mulai Maret 2011) telah
terbentuk suatu komunitas sepeda onthel di Setu Babakan dengan nama OSEBA (onthel
Setoe Babakan). Komunitas ini biasa kumpul saban Minggu pagi di depan halaman panggung
utama.

Sumber tulisan : http://www.wisatamelayu.com ; http://www.wikipedia.org.id

peta menuju lokasi Setu Babakan

rencana pengembangan Setu Babakan (sumber : brosur Setu Babakan)

Agenda

ONTHEL SETOE BABAKAN (OSEBA)


Organization Profile

1. SEJARAH
Onthel Setoe Babakan (OSEBA) adalah komunitas sepeda tua (onthel) yang bermarkas di
Perkampungan Betawi Setu Babakan Jakarta Selatan. Oseba dibentuk oleh beberapa onthelis
yang sebelumnya tidak memiliki wadah. Mereka kerap melakukan aktivitas gowes ke
sejumlah objek wisata yang ada di Jakarta dan Depok. Hampir setiap akhir pekan, mereka
mendatangi Bunderan HI dan kota tua lainnya seperti Kota Tua Jakarta dan Depok. Namun,
itu dilakukan atas nama pribadi tidak berdasarkan kounitas.
selengkapnya di profile oseba

Festival Seni dan Budaya Betawi 2014

Festival ini merupakan event rutin setiap tahun sebagai upaya pelestarian seni budaya Betawi
dan unjuk kreatifitas para seniman Betawi. Akan ditampilkan berbagai seni dan budaya
Betawi, kuliner Betawi pameran dan bazar.
29 November 2014 | Setu Babakan Jakarta Selatan dan Lapangan Banteng Jakarta Pusat
Pukul 10.00 WIB
30 November 2014 | Epicentrum Walk Kuningan
Pukul 15.00 WIB s.d 22.00 WIB

Penyelenggara :
Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Contact Person :
Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi
T. +62 21 522 8706
+62 21 521 3816
F. +62 21 521 3819
E. atraksi.dki@yahoo.com
www.jakarta-tourism.go.id

Latar Belakang
Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa,
Kabupaten Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok. Tempat tersebut adalah pusat
Perkampungan Budaya Betawi. Setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 30
hektar dan kedalaman 1-5 meter Dahulu Setu Babakan hanya merupakan salah satu tempat
penyerapan air, lalu setelah diresmikan oleh mantan gubernur DKI Jakarta Bapak Sutioso
pada tahun 2004, Setu Babakan berubah menjadi cagar budaya Betawi.
Ide untuk membuat Perkampungan Budaya Betawi ini timbul dari para budayawan dan
pemerhati budaya Betawi, Lembaga Kebudayaan Betawi yang memiliki semangat dan tujuan
yang sama yaitu melestarikan serta mengembangkan budaya Betawi. Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi adanya Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan ini. Salah satunya
adalah keberadaan Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia yang merupakan pusat
pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan . Akibat dari pesatnya
pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta terbatasnya lahan di Jakarta, dikhawatirkan
lambat laun akan menghilangkan adat istiadat tradisional budaya warganya terutama
masyarakat Betawi sebagai inti warga Jakarta. Oleh karena itu mulailah ada gagasan untuk
membentuk perkampungan budaya Betawi dengan tujuan untuk terus melestarikan
kebudayaan Betawi agar tidak hilang akibat modernisasi.
Saat ini Setu Babakan sudah menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi orang karena
kebudayaan betawinya. Berbagai acara kesenian pun sering diadakan di sana seperti Tari
Cokek, Tari Topeng, Lenong dan Ondel-ondel. Kegiatan dilaksankan pada panggung terbuka
pada setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain itu yang membuat daerah ini banyak dikunjungi
karena terdapat banyak pedagang yang menjual makanan khas betawi, sehingga semakin
membuat kental suasana budaya betawi

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Melihat


Wajah asli Jakarta
artikel - discover indonesia
User Rating:
Poor

/ 15
Best

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Melihat


Wajah asli Jakarta
Selama ini kita mungkin hanya mengenal kota Jakarta melalui reputasinya sebagai kota
megapolitan yang dipenuh sesak oleh gedung-gedung megah, kemacetan yang memusingkan
atau sebagai surganya pusat perbelanjaan dan tak ketinggalan mungkin polusinya yang
memperihatinkan. Namun pernahkah anda melihat Jakarta yang sesungguhnya? budaya atau
kehidupan masyarakat betawi sebagai penduduk asli Jakarta? Nah kali ini saya akan
mengajak para Leaders untuk melihat sisi Jakarta yang lain itu. Kita akan menjelajah
kesebuah Kampung asli betawi yang mungkin kebanyakan orang Jakarta sendiri tak pernah
tahu akan keberadaannya.
Tempat ini adalah Perkampungan Betawi Setu Babakan. Berlokasi di Serengseng Sawah
kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, perkampungan ini memang di plot sebagai cagar
budaya betawi yang dilengkapi dengan segala hal yang beraroma betawi. Mulai dari seni
musik Qasidah, Marawis, Keroncong, gambang Keromong, Lenong dan Gambus dan juga tak
lupa macam-macam tarian asli betawi seperti tari Topeng dan Ondel-Ondel. Pokoknya yang
berkaitan denan kesenian betawi ada di perkampungan ini.
Dijadikannya perkampungan ini menjadi pusat perkampungan dan cagar budaya Betawi sejak
tahun 2000an memang bukan tanpa alasan. Didaerah yang diapit oleh dua buah danau buatan
ini, Situ Babakan dan Situ Mangga Balong, memang masih terdapat banyak perkampungan
asli Betawi. Tak hanya itu masyarakat disana pun memilih untuk tetap dengan gaya hidup
mereka yang tradisional dan sangat sederhana. Sebenarnya konsep ini sangat positif. Betapa
tidak mereka tak hanya sekedar menjaga kelangsungan budaya dan tradisi Betawi namun juga
turut melestarikan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kehijauan lingkungan mereka.

Walau lokasinya tak jauh dari pusat kota Jakarta, namun ketika anda menginjakan kaki disana
anda serasa berada di Jakarta masa lalu,dimana tak ada gedung bertingkat atau hutan beton,
polusi dan kemacetan. Pokoknya terasa begitu asri dan asli. Disambut dengan Gapura Besar
bertuliskan Pintu Masuk I Bang Pitung Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan anda
bisa memulai petualangan anda di Betawi. Hamparan rumah berarsitektur khas betawi
hingga panggung untuk pagelaran kesenian khas setempat menghiasi isi kampung betawi.
Ternyata tak hanya pagelaran seni yang disuguhkan disana namun ada juga perayaan tradisi
seperti upacara pernikahan, sunatan, akekah, hatam quran, nujuh bulan, dan banyak lagi
lainnya pada bulan Juli tiap tahunnya. Hmm..benar-benar akan menjadi sebuah pengalaman
yang unik.Anda tak hanya bisa tur kampung tapi ada juga wisata air. Ya, keberadaan dua setu
atau danau disana dimanfaatkan sebagai salahsatu tujuan rekreasi air. Disana anda bisa
memancing atau menyisiri danau dengan menggunakan sepeda air. Dan anda tak usah takut
kelaparan karena disana banyak sekali penjual makanan yang tentunya khas betawi. Sebutlah
aneka jajanan khas betawi yang anda ininginkan, semua ada disana. Mulai dari soto betawi
yang lezat, soto mie, roti buaya, kerak telor, serabi, gado-gado, karedok, rujak begbeg, rujak
cuhi, manisan kolangkaling, sayur gabus pucung, Opor dan semur Jengkol, hingga Bir Pletok
yang eksotis tersedia di cagar budaya Betawi seluas 165 hektar ini. Sebagai catatan,
walaupun namanya bir namun minuman ini bebas alkohol. Minuman penyegar ini terbuat
dari bahan dasar rempah-rempah seperti jahe, daun pandan wangi dan serai, jadi dijamin
aman dikonsumsi siapapun.

Satu lagi yang tak boleh ketinggalan untuk dicoba adalah wisata agro. Namun jikalau
biasanya wisata serupa selalu berada ditengah-tengah perkebunan atau pertanian nan luas,
maka beda halnya dengan wisata agro disini. Anda akan diajak memetik buah-buahan
tersebut di pelataran rumah-rumah penduduk yang terdapat tanaman-tanama khas Betawi
seperti Buni, belimbing, Dukuh, Menteng, Gandaria, Mengkudu, Namnam, Kecapi,
Krendang , Durian, Jengkol, Rambutan, Kemuning dan masih banyak lagi. Wahhh...sungguh
mengasyikan bukan..

Tak hanya menawarkan keasrian alam dan wisata budaya, wisata model ini pun mampu
memupuk rasa kecintaan kepada budaya bangsa, yang tentunya sangat cocok untuk generasi
muda yang mulai hanyut terbuai oleh budaya asing dan lupa akan akarnya. Jikalau anda
sempat berkunjung kesana maka nisacaya anda akan pulang dengan perasaan senang yang
luarbiasa, disamping rasa lelah tentunya karena berjalan-jalan keliling kampung. Tanpa biaya
tiket masuk (hanya biaya parkir) anda sudah bisa menjelajah ke atmosfir Jakarta yang begitu
berbeda dari Jakarta yang anda kenal. Jadi tunggu apa lagi, ajaklah keluarga, teman serta
handai tolan ke Kampung Budaya Betawi Setu Babakan. (Sun)
*(diolah dari berbagai sumber)
Hari ini
Minggu ini
Bulan ini
Total

We have: 14 guests online


Your IP: 125.161.197.173
Firefox 36.0, Windows
Today: Mar 27, 2015
Visitors Counter

Pendapat anda mengenai Leadership Park


Sangat Bagus
Penuh Motivasi
Bagus

506
6863
35226
918798

1. Latar Belakang

Perkampungan Budaya Betawi


(PBB) merupakan area perkampungan di bilangan Jakarta Selatan
dengan mayoritas penduduk etnik Betawi lengkap beserta pernakperniknya.
Kawasan ini terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa dengan luas kurang lebih 289 hektare.
Sebagai suatu kawasan wisata budaya yang dilengkapi dengan wisata
agro dan wisata air, menjadikan PBB ini memiliki keunikan tersendiri
dan potensi luar biasa untuk dikembangkan mengingat lingkungan
alamnya yang masih asri dengan dua buah setu alam: Setu Babakan
dan Setu Mangga Bolong yang dalam kondisi kekinian semakin sulit
ataupun jarang dijumpai ditengah belantara hutan beton Jakarta.
Kehadirannya ditengah hiruk pikuk kota Jakarta kian terasa istimewa,
karena perkampungan ini memiliki beragam fungsi yang tidak saja
sebagai sarana pariwisata, juga sebagai sarana seni & budaya,
informasi serta penelitian.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta no.92 Tahun 2000 Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan
Budaya Betawi Di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Kotamadya Jakarta Selatan, kawasan ini merupakan wilayah pelestarian
alam lingkungan ekosistem serta seni budaya tradisional masyarakat
Betawi dengan tidak menghambat perkembangan warganya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Suatu hal yang wajar jika Pemerintah Provinsi dengan melihat segenap
potensi ini kemudian mengambil langkah lanjutan untuk pengelolaan
kawasan. Melalui Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta no.129 Tahun 2007 dibentuklah Lembaga Pengelola


Perkampungan Budaya Betawi dengan struktur organisasi yang
dipimpin oleh seorang Ketua dibantu dengan 4 Komite (masing-masing
Komite beranggotakan 3 orang), yaitu:

Komite Tata Kehidupan dan Budaya

Komite Kesenian & Pemasaran

Komite Pengkajian, Pelatihan & Pendidikan

Komite Pengawasan & Pengendalian


dengan masa tugas 4 tahun dan diberikan honorarium yang besarannya
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Mereka bekerja mengelola kawasan yang cukup luas tanpa pegawai.
Sedangkan belanja pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga
Pengelola dibiayai dari:

APBD (yang dialokasikan pada DPA Dinas)

Bantuan atau sumbangan swasta, perorangan dan


masyarakat

b.

Menggapai Mimpi
Pernah ada di suatu masa, gagasan yang kemudian diwujudkan melalui
strategi pembangunan di DKI yang dilakukan agar masyarakat Betawi
dapat berkembang dan maju dengan derap langkah yang sama dengan
masyarakat lain di Indonesia. Salah satunya adalah membina
masyarakat Betawi melalui Pelestarian Budaya.
Sudah barangtentu upaya untuk mempertahankan dan mengangkat
harkat budaya Betawi ke pentas dunia sekalipun adalah upaya yang
baik. Namun sayangnya strategi pembinaan masyarakat Betawi dengan
pelestarian melalui pemukiman di suatu daerah tertentu (Condet,
sebagai cagar budaya Betawi) agaknya kurang tepat. Pelestarian seperti
itu semacam wilayah konservasi mengingatkan kita akan wilayah
yang kurang lebih sama di Amerika untuk suku Indian.
Jika dilihat dari perspektif pembangunan daerah, dengan derasnya laju
pembangunan dan modernisasi membawa dampak tergusurnya
sejumlah pemukiman masyarakat Betawi kearah pinggiran Ibu Kota.
Dalam kurun waktu ke depan, cepat atau lambat dapat dipastikan sulit
ditemukan lagi adanya kampung etnik Betawi, baik di Jakarta ataupun

daerah sekitarnya. Begitu pula dengan masyarakat beserta budaya yang


menyertainya, mereka akan tercerabut dari akar kehidupan dan
penghidupannya.
Dari sisi tata kelola pemerintahan, bila pembinaan dan pengelolaan
Perkampungan Budaya Betawi dilakukan dengan pendekatan ekonomis
semata (APBD) dan birokratis seperti sekarang ini, niscaya ia akan
kehilangan ruhnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, akankah sejarah ini akan
terulang kembali dan masyarakat Betawi beserta budayanya akan
menjadi sekadar komoditas ?. Ataukah Perkampungan Budaya Betawi
dapat berperan sebagai palang pintu terakhir bagi eksistensi
masyarakat Betawi ?
2. Pokok Masalah
Saat ini modal yang dimiliki PBB khususnya di area Setu Babakan hanya
terdiri dari 4 bangunan berarsitektur betawi, 1 mushola, 1 bangunan
untuk pentas seni plus ruang terbuka yang berdiri diatas lahan seluas
kurang lebih 1000 m2. Dua bangunan yang ada merupakan asset
Pemprov DKI Jakarta, sedangkan dua bangunan lainnya disewa dari
penduduk asli.
Minimnya biaya pemeliharaan (maintenance cost) membuat bangunanbangunan tadi terkesan kusam dan kurang terawat. Tidak tersedianya
sarana perkantoran, ditambah lagi dengan tidak dimungkinkannya
penggunaan pegawai honor, membuat Pengelola pontang panting
dalam mengelola kawasan yang luas ini.
Belum lagi berbicara tentang besarnya honorarium yang diterima
Pengelola yang dibawah UMR.
Kendala lainnya, dalam waktu dekat terdengar selentingan kabar bahwa
arena pentas/panggung teater terbuka oleh pemiliknya akan dijual
kepada pihak ketiga karena pertimbangan ekonomi dengan harga pasar
yang bisa jadi tidak terbeli dengan dana APBD karena terbentur aturan
pengadaan barang dan jas bagi pemerintah.
Kendati arena pentas/panggung teater terbuka hanyalah merupakan
sebagian kecil lahan di Setu Babakan, tetapi itu merupakan enclave
yang menjadi denyut nadi kegiatan berkesenian, yang akan terganggu
bila tidak ditangani dengan baik. Begitu pula halnya dengan masalah

birokrasi perijinan untuk dapat terselenggaranya sebuah pertunjukan


seni.
Mencermati kondisi sekarang ini, secara ringkas dapat dikatakan
kendala-kendala yang ada untuk pengembangan kedepan paling tidak
meliputi beberapa aspek, antara lain :
a.

Aspek Legalitas

b.

Aspek Management

c.

Aspek Sumber Daya Manusia

d.

Aspek Keuangan

e.

Aspek Pemasaran
3. Alternatif Solusi
Dalam mengelolaan PBB yang notabene sedikit banyaknya telah
menyerap APBD Pemprov DKI Jakarta tentunya Pemprov DKI Jakarta
tidak akan membiarkan anggaran yang keluar tanpa kendali. Usulan
yang tengah digodok berupa pembentukan Unit Pelayanan Teknis (UPT)
tentunya menjadi pilihan guna mengendalikan pemakaian anggaran
yang dikeluarkan.
Apabila hal ini terwujud, boleh jadi pengelolaan kawasan
Perkampungan Budaya Betawi yang hanya melihat dari aspek ekonomi
semata akan membuat kawasan ini kehilangan ruhnya.
Untuk menjembatani hal tersebut diatas, kiranya perlu dikaji model
pengelolaan PBB seperti konsep kegiatan seminar dengan menggunakan
pola Komisi Organisasi dan Komisi Pengarah.
Komisi Organisasi merupakan badan yang berfungsi administrative dan
dapat diisi oleh unsur PNS dibawah Pemda DKI yang nantinya berperan
sebagai pengatur anggaran sesuai kebutuhan sistem anggaran di
pemerintahan. Sedangkan Komisi Pengarah adalah badan yang
berfungsi sebagai pelaksana dan pengendali mutu proses pembinaan,
pelestarian dan etalase budaya Betawi. Kedua badan ini merupakan
badan yang semua aktifitasnya ditanggung secara finansial oleh
Pemprov DKI Jakarta.
Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah bahwa berdasarkan Perda
3/2005 dalam pasal 11 dinyatakan untuk mengelola PBB dibentuk suatu

Lembaga yang terdiri dari unsur masyarakat dan instansi dilingkungan


Pemda DKI. Berangkat dari sini, sebagai pemilik budaya, sudah
sepatutnya bila kewenangan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi
diserahkan kepada Lembaga Kebetawian/orang betawi karena
merekalah yang lebih mengerti tentang kebudayaan dan kebutuhan
budayanya sendiri.
4. Konsep Pengembangan kedepan
Paling tidak, ada 6 bidang yang bisa digarap dengan sungguh-sungguh.
a.

Bidang Lingkungan Hidup

PBB dapat menjadi alternative bagi Pemprov DKI Jakarta untuk


menjadi daerah hijau/Green Life dengan program pengelolaan sampah,
water treatment, pembangkit listrik dan lain-lain.
b.

Bidang Seni &Budaya

- Membuat acara-acara rutin mingguan di teater panggung terbuka


- Membuat kegiatan tahunan dengan mengangkat tema kebetawian
berupa pameran, bazaar, lomba seni dan lain sebagainya.

c.

Bidang Komersil

Menyewakan lahan untuk kegiatan outbound, guest house untuk


peristirahatan, pesta pernikahan, perpisahan sekolah.

Meningkatkan potensi wisata budaya, wisata agro dan wisata air

d.

Bidang IT dan Promosi

Membuat website tentang Perkampungan Budaya Betawi yang


professional, informative dan edukatif.

Membangun jaringan internet/WiFi di lingkungan PBB

e.

Bidang Pendidikan dan pelatihan

Menyelenggarakan kursus-kursus tari, musik, masak.

Menyelenggarakan workshop, pelatihan wira usaha kuliner, kerajinan.

f.
-

Bidang Penelitian/riset

Menjalin kerja sama dengan institusi perguruan tinggi.

5. Penutup
Sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa, budaya Betawi jelas
harus dipelihara. Konstitusi Negara yang termaktub didalam Undangundang Dasar 1945 pasal 32 ayat (2) secara jelas mengamanahkan
negara untuk wajib memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan budayanya.
Dalam skala nasional, hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah
Daerah kepada kelompok masyarakat yang perlu diprioritaskan di
daerahnya masing-masing. Ada pemerintah daerah yang perlu
melakukannya melalui strategi pembinaan sektor pertanian, pariwisata,
kerajinan atau pembangunan proyek pionir lainnya. Secara singkat
dapat dikatakan, tiap kelompok masyarakat dan daerah membutuhkan
perlakuan sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kesanggupan
daerahnya.
Kita punya tokoh-tokoh betawi baik di pemerintahan maupun disektor
kehidupan lainnya, juga punya beberapa lembaga kebetawian.
Sekarang masalahnya adalah, tergugahkah kita sebagai bagian dari
masyarakat betawi untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan
kekayaan budaya ini, di sini, ditanah leluhurnya sendiri. Sungguh suatu
pertanyaan yang menarik untuk disimak perkembangannya. (Dirangkum
dari berbagai sumber/nf)
Diposkan oleh Ahmad Buchori di Kamis, April 18, 2013
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

MPPBB-SETU BABAKAN
Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi (MP-PBB) didirikan pada 17 Mei 2011.
Lembaga Swadaya Masyarakat ini berkomitmen menjadi mitra Lembaga Pengelola
Perkampungan Budaya Betawi (LP-PBB) dan Pemda DKI Jakarta dalam mewujudkan
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Setu Babakan, Jakarta Selatan

Arsip

2014 (1)

2013 (4)
o

Mei (1)

April (3)

KEGIATAN MP-PBB DALAM RANGKA HUT KE-2

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI; SUATU TINJAUAN SELINTA...

PROFIL MP-PBB

TAUTAN

Kampung Betawi
Betawi Today

STRUKTUR ORGANISASI
Ketua : B. Latief Saleh
Wakil Ketua : Alfiansyah Karim
Sekretaris : Nanang Nurfitrie
Wakil Sekretaris : Abu Sudja Samsuri
Bendahara : Adji Djarnudji
Wakil Bendahara : Zubaedah
Kajian-kajian :
- Penataan dan Pengembangan PBB:
Koordinator : Zulkifli Djunaidi
Anggota : M. Satiri, Zainal Arifin, Faizah Sodri, Wenny K.

- Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Koordinator : Idrus Zen
Anggota : Mardiani, Marali, Muhaimin Salim
Bidang-bidang :
- Usaha dan Kerja Sama
Koordinator : Chairil A Soleh
Anggota : Zulaikha Noor, Astrid Damayanti, Yusuf Asmawi, Abbas Ras
- Hubungan Masyarakat dan Institusi
Koordinator : Abdussomad
Anggota : Masud Mardani, Zaenab Yazid, Ahmad Buchori.
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Terpopuler

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI; SUATU TINJAUAN SELINTAS KILAS


.

1. Latar

Belakang Perkampung...

PROFIL MP-PBB
Berawal dari diskusi informal pada medio Februari 2011 di Setu Babakan
dengan beberapa orang tokoh Betawi dari Lembaga Pengelola ...

HUT KE-2 MP-PBB DALAM GAMBAR

HUT ke -2 Masyarakat Peduli Perhimpunan Budaya Betawi (MP-PBB) pada


19 Mei 2013 di Setu babakan, Jakarta Selatan, dalam gambar: Tahlil...

KEGIATAN MP-PBB DALAM RANGKA HUT KE-2


Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi (MP-PBB) yang didirikan
pada tanggal 17 Mei 2011 adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) y...

MP-PBB AJAK KENALI EKONOMI KREATIF SETU BABAKAN


Bulan Mei kemarin, Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi (MPPBB) genap berusia 3 tahun. Memang masih bayi, namun bayi yang
memili...

Translate

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN


KAWASAN WISATA SETU BABAKAN DI
KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA
SELATAN
FICKY SEPTIANSYAH [10207464],ANALISIS STRATEGI
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SETU BABAKAN DI
KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN ,SLIDE PRESENTASI
SIDANG

ABSTRAKSI
ABSTRAKSI Ficky Septiansyah, 10207464 ANALISIS STRATEGI
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SETU BABAKAN DI
KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN Skripsi Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma,2011 xiv
145 Lampiran Indonesia adalah Negara yang kaya akan kekayaan
alam dan kepariwisataan, termasuk di daerah Ibu kota Jakarta
yang akhir akhir ini menarik minat para wisatawan asing, karena
Jakarta sudah mulai bertumbuhan unsur kepariwisataannya
termasuk Setu Babakan yang ada diwilayah Jagakarsa Jakarta
Selatan. Namun, akhir akhir ini begitu banyak isu teroris dan
bencana alam yang membuat penurunan siginifikan bagi
kedatangan wisatawan asing ke Indonesia. Dari uraian ini perlu
kita ketahui strategi khusus untuk mencari solusi terbaik agar
citra Indonesia kembali menjadi pilihan wisatawan dunia. Data
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder,
sedangkan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner
dengan populasi beberapa kelompok responden, pihak internal
eksternal Setu Babakan, pedagang, masyarakat dan pengunjung.
Sampel hanya 4 responden dan datanya diolah dan dianalisis
dengan metode analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan
EFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSPM dan matriks BCG.
Hasil dari penelitian penulis adalah, untuk metode IFE dan EFE
masing masing menunjukan hasil 3,336 dan 3.333 jika
digambarkan dan di kombinasikan kedalam matriks IE yaitu
berada pada posisi yang digambarkan sebagai tumbuh dan
kembangkan karena berada pada kuadran I, II, atau IV,
sedangkan hasil dari matriks SWOT adalah munculnya strategi
dari 4 kuadran, strategi S-O menghasilkan strategi 1. Mencari

sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan


kerjasama dalam pengembangan kegiatan wisata di PBB. 2.
Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga
mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis
asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti flying
fox dan arung jeram, Strategi WO menghasilkan strategi 3.
Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak
bangunan lanskap pedagang, tokowarung , di sekitar kawasan
wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas
pekerjaan umum dan Satgas PBB, 4. Bekerjasama dengan
kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan
keBudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan
kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB, 5.
Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara
profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan
meningkatkan produktivitas kerja. Untuk strategi Strategi ST
menghasilkan strategi 6. Bekerjasama dengan biro perjalanan
wisata travel agent atau event organizer dan dinas kebudayaan
dan pariwisata DKI Jakarta untuk menawarkan berbagai variasi
paket wisata di PBB, 7. Membuat wisata pemancingan berkonsep
ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour IFT
dan masyarakat PBB. Dan untuk strategi Strategi WT 8.
Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hokum, 9.
Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro
Indonesia untuk pengembangan wisata agro, 10. Membuat Email
dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran.
Sedangkan untuk hasil matriks QSPM menentukan strategi yang
telah diuraikan matriks SWOT dengan hasil Membuat wisata
pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan
Indonesia Fishing Tour dan Masyarakat PBB. Untuk matriks BCG
menggambarkan posisi perusahaan berada pada posisi Question
Mark yang berarti memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang
cepat, tetapi pangsa pasar yang dikuasai belum maksimal. Kata
kunci Strategi pengembangan, Setu babakan, Daftar pustaka
1990-2011

ABSTRAKSI
Setu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya
berlokasi di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu
Babakan merupakan kawasan hunian yang memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni
pertunjukan maupun bentuk arsitektur tradisional rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar,
65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Pada saat ini
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar mempromosikan kawasan Setu Babakan sebagai kawasan wisata
budaya. Banyak kegiatan yang sering dilakukan di perkampungan betawi ini, mulai dari pertunjukan budaya,
keagamaan, hingga wisata air. Akan tetapi hal tersebut tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang

memadai, permasalahan yang paling menonjol adalah kurang optimalnya pengelolaan di kawasan ini serta
kurangnya penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan hingga infrastruktur di dalamnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan guna
mengembangkan kawasan ini bukan hanya sebagai perkampungan betawi saja akan tetapi lebih ditingkatkan
menjadi sebuah kawasan wisata budaya tanpa meninggalkan ciri khas dari arsitektur tradisionalnya. Metode
yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode deskriptif, dengan memberikan fakta-fakta di lapangan
berdasarkan studi literatur yang telah ada. D ari penelitian ini dihasilkan konsep pelestarian yang dirasa

dapat mewakili yaitu merupakan perpaduan tiga elemen kegiatan ekonomi, keagamaan, dan
sosial budaya yang mendukung Perkampungan Betawi di Setu Babakan untuk dapat
tetap dilestarikan.

kata kunci : upaya pelestarian, budaya, betawi, wisata

PENDAHULUAN
Pemerintah Jakarta pada saat ini tengah berupaya melestarikan kebudayaan Betawi, yang lambat
laun mulai pudar ditengah kemajuan jaman yang serba modern. Upaya pelestarian yang dilakukan
salah satunya adalah dengan membuat sebuah kawasan wisata budaya di Setu Babakan Jakarta
Selatan. Setu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan yang terletak di Selatan
Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan merupakan kawasan hunian yang
memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan maupun bentuk
arsitektur tradisional rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65
hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32
hektar.

Pada dasarnya kawasan ini sudah dikenal masyarakat luas sebagai daerah cagar budaya
dimana didalamnya banyak sekali terdapat kebudayaan asli betawi, banyak sekali
kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di perkampungan betawi ini. Mulai dari
pertunjukan budaya, keagamaan, hingga wisata air. Akan tetapi hal tersebut tidak
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, permasalahan yang paling
menonjol adalah kurang optimalnya pengelolaan di kawasan ini serta kurangnya
penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan hingga infrastruktur di
dalamnya.

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya-upaya pelestarian apa saja serta
konsep-konsep yang dapat dilakukan guna mempertahankan keberadaan Kawasan Setu
Babakan sebagai daerah wisata budaya. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
menghasilkan suatu rumusan ataupun rekomendasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan untuk tetap menjaga kelestarian budaya betawi melalui Kawasan Wisata
Budaya Setu Babakan.

KAJIAN LITERATUR

a. Definisi dan Bentuk-Bentuk Pelestarian/Konservasi


Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar
konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Istilah
konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of
Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981 yang dikenal dengan Burra Charter.

Burra Charter menyebutkan "konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau
ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik."

Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik)
dan fungsinya. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota
mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak
sesuai dan bukan secara fisik saja.

Suatu program konservasi sebisa mungkin tidak hanya dipertahankan keaslian dan perawatannya,
namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas.
Konsep pelestarian yang dinamik tidak hanya mendapatkan tujuan pemeliharaan bangunan tercapai
namun dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan lain bagi pemakainya. Dalam hal ini peran
arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat
dimasukkan.

Salah satu bentuk kegiatan konservasi yang dapat dilakukan di Setu Babakan adalah

Preservasi (dalam konteks yang luas) ialah kegiatan pemeliharaan bentukan fisik suatu
tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat bentukan fisik tersebut dari proses kerusakan,
dan

Konservasi ( dalam konteks yang luas) ialah semua proses pengelolaan suatu tempat
hingga terjaga signifikasi budayanya. Hal ini termasuk pemeliharaan dan mungkin (karena
kondisinya)
termasuk
tindakan
preservasi,
restorasi, rekonstruksi, konsolidasi serta
revitalisasi. Biasanya kegiatan ini merupakan kombinasi dari beberapa tindakan tersebut.

b. Definisi Wisata Budaya


Istilah pariwisata budaya memiliki beberapa definisi (Sofield dan Birtles, 1996) dan hal tersebut yang
masih membingungkan (Hughes, 1996) dan istilah simtomatik Tribes (1997) serta pariwisata
indisiplin. Dalam sebuah buku yang dikarang oleh Valene Smith (1978: 4) berjudul Hosts dan Guests
membedakan antara pariwisata etnik dan pariwisata budaya: pariwisata etnik dipasarkan untuk
umum/wisatawan berdasarkan budaya yang mengalir/turun temurun dari penduduk pribumi yang
bersifat eksotis. Wood (1984: 361) lebih lanjut mendefinisikan pariwisata etnik dengan memfokuskan
pada orang-orang yang meninggalkan identitas budaya yang keunikannya dipasarkan kepada
wisatawan. Khususnya yang dikemas untuk wisatawan seperti tari-tarian pertunjukan, rumah atau
pemukiman asli penduduk lokal, upacara, dan hasil-hasil kerajinan berupa ornament dengan segala
pernak-perniknya (Smith, 1978:4).

Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan
motivasi wisatawan serta atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata maka kegiatan pariwisata
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu pariwisata yang bersifat massal dan pariwisata minat
khusus. Jika pada pariwisata jenis pertama lebih ditekankan aspek kesenangan (leisure) maka pada
tipe kedua penekanannya lebih kearah pengalaman dan pengetahuan.

Pada pasal 1 UU RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya mendefinisikan Benda Cagar
Budaya sebagai :

Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok,
atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang- kurangnya 50 tahun, atau
mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.Jadi yang dimaksud dengan pusaka bisa berupa hasil kebudayaan manusia maupun
alam beserta isinya.

c. Pelestarian Kawasan
Pelestarian secara umum dapat didefinisikan bahwa pelestarian dalam hal ini konservarsi merupakan
suatu upaya atau kegiatan untuk merawat, melindungi, dan mengembangkan objek pelestarian yang
memiliki nilai atau makna kultural agar dapat dipelihara secara bijaksana sesuai dengan identitasnya
guna untuk dilestarikan. Menurut Eko budihardjo (1994), upaya preservasi mengandung arti
mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno persis seperti keadaan asli
semula. Karena sifat preservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan
konservasi yang dinamis, tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya
(conservation areasdan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan konservasi,
berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun
tradisional, upaya pemugaran (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu
memberikan nafas kehidupan baru.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan secara kualitatif. Pendekatan ini masih
menggunakan teori-teori yang akan dibawa ke lapangan (wilayah pengamatan) dan dikemudian akan
diteliti lebih dalam lagi berdasarkan dengan fenomena yang ada di wilayah pengamatan. Menurut
Bungin (2010), teori digunakan sebagai awal menjawab pertanyaan penelitian, bahwa sesungguhnya
pandangan deduktif menuntun penelitian dengan terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat,
ukuran, untuk membangun hipotesis, sehingga selanjutnya peneliti secara tidak langsung akan
dituntun menggunakan teori sebagai acuan dalam melihat masalah penelitian.
Setelah itu, hal pertama kali yang dilakukan untuk membantu penelitian ini adalah melakukan
wawancara dengan masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan, akan tetapi pembatasan bahasan
hanya akan membahas sebatas upaya pelestarian berdasarkan elemen perancangan saja.
Wawancara ini diharapkan akan menghasilkan data primer yang nantinya bisa menjadi patokan
didalam mengolah data. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil telaah dokumen dan artikel
yang terkait dengan penelitian, seperti dokumen rencana tata ruang, peta, dan artikel dari internet.
Dari kedua data tersebut nantinya akan dianalisa secara deskriptif.

UPAYA PELESTARIAN
a. Tinjauan Umum
Kegiatan Preservasi dan Konservasi yang dilakukan di Setu Babakan meliputi pengelolaan kawasan,
dimana fokus usaha yang dilakukan meliputi penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan
bangunan hingga infrastruktur di dalamnya.
Di kawasan Setu Babakan ini memiliki luas area yang sangat besar,sehingga untuk lebih
memudahkan area pengamatan dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona 1 untuk kawasan di sebelah utara,
zona 2 dikawasan selatan serta zona 3 yang saat ini sedang dilakukan pembangunan.

ZONA

ZONA

ZONA

Gambar 1 Pembagian Zonning di Kawasan Setu Babakan


Sumber : analisa pribadi

Untuk kawasan sebelah utara, banyak kegiatan perdagangan maupun keagamaan yang dapat
dilihat. Karen pada bagian utara ini terdapat plaza serta bangunan-bangunan khas betawi. Fasilitas
yang disediakan kebanyakan belum tertata dengan baik, terutama dari segi bangunannya. Ada
beberapa warung yang sudah menerapkan ornamen-ornamen betawi akan tetapi masih banyak juga
yang seadanya saja. Dibagian Selatan, kegiatan yang berlangsung kebanyakan merupakan
perdagangan dan jasa. Banyaknya warung-warung kecil membuat animo masyarakat untuk datang
dan menikmati Setu Babakan sangat besar. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung jualan
disepanjang kawasan ini.bila dari segi ekonomi dapat meningkatkan pendapatan penduduk asli dan
pendatang, sisi negatifnya adalah kurangnya lahan untuk parkir motor. Sebagian besar pengunjung
mengambil badan jalan untuk tempat parkir kendaraan mereka.

Gambar 2 Pembagian Zonning di Kawasan Setu Babakan


Sumber : dokumentasi pribadi

Tabel 1 Aktivitas di Kawasan Setu Babakan

Aktivitas
Kawasan Setu
Babakan

Keterangan

1. Ekonomi

Aktivitas kegiatan dalam bidang ekonomi


yang paling terlihat adalah adanya aktivitas
perdagangan disepanjang garis aliran Setu
Babakan, baik diarah utara maupun
selatan. Bahkan kegiatan ini sudah mulai
terlihat semenjak di pintu masuk. Terdapat
2 tipe bangunan disini yaitu bangunan
permanen dan semi permanen. Bangunan
permanen biasanya menjadi satu dengan
rumah tinggal, sedangkan semi permanen
terdiri dari bangunan yang terbuat dari
papan/triplek dan menggunakan tenda.
Selain perdagangan, kegiatan yang terlihat
adalah penyewaan perahu bebek untuk
wisata air. Setiap pengunjung jika ingin
menggunakan perahu bebek ini dikenakan
biaya sewa perahu. Potensi ekonomi
lainnya adalah dari retribusi parkir ataupun
tiket masuk pengunjung ke kawasan Setu
Babakan.

2.
Sosial
Budaya

Selain untuk kegiatan keagamaan, ada


beberapa kegiatan yang sudah dijadwalkan
setiap minggunya dan terpampang jelas di

Foto-foto
Pendukung

pintu masuk Setu Babakan.


Di Perkampungan Setu Babakan juga,
jenis bangunan-bangunan berarsitektur
khas Betawi sudah tidak 100 % terlihat
utuh kecuali bagian teras atau serambi
yang masih dapat ditemui dalam bentuk
dan ukuran yang seadanya saja. Biasanya
masyarakat menambahkan ornamen pada
lisplang yang memiliki ukiran khas Betawi
pada bangunan rumah karena dapat
menunjukkan kekhasan arsitektur rumah
Betawi.
3. Keagamaan

Di kawasan Setu Babakan ini sering


dijadikan tempat sebagai pusat kegiatankegiatan yang bersifat Islami, baik itu
dalam skala kecil maupun skala besar.
Pusat kegiatan biasanya terdapat di
panggung besar ataupun plaza yang sudah
ada di perkampungan Setu Babakan ini.

Sumber : Analisa Pribadi

b. Analisis Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan sebagai


Kawasan Wisata Budaya
Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada tabel 1 dimana diuraikan elemen-elemen yang
menjadikan kawasan Setu Babakan ini dapat bertahan hingga saat ini. Ketiga kegiatan tersebut
menjadi pusat kehidupan bagi perkampungan ini. Akan tetapi dapat dilihat dari foto-foto survey
bahwa tidak terjadi pengelolaan yang optimal. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang terutama
di hari Sabtu dan Minggu tidak disertai dengan semakin baiknya pelayanan. Ketika memasuki
gerbang masuk, sudah terlihat kurangnya dukungan dari semua pihak baik itu pemerintah, pengelola
lokal maupun masyarakat Betawi sendiri. Pembagian Zona sudah mulai diterapkan, dimana disetiap
zona-zona tersebut memiliki pengelolaan masing-masing, dan tidak terorganisir. Sumber Daya
Manusia yang terlibat didalamnya seakan-akan berdiri sendiri. Jika kita memasuki zona utara, maka
kita akan dihadapkan pada pihak pengelolaan parkir dan retribusi yang berbeda-beda. Hal ini bila
dibiarkan berlarut maka dapat dipastikan Kawasan ini hanya akan menjadi kawasan yang
mementingkan profit oriented semata tanpa memperhatikan unsur budaya dan bangunan cagar
alamnya. Setu Babakan sebagai pusat kegiatan utama di dikawasan ini selain perkampungan
betawi, kurang dikelola semaksimal mungkin sebagai kawasan wisata air. Harus ada kordinasi
diantara semua pihak, serta dirumuskan konsep yang jelas bagi keberlangsungan kawasan ini.

Berdasarkan analisa diatas, konsep pelestarian yang dirasa dapat mewakili adalah perpaduan
diantara ketiga elemen kegiatan, dimana kegiatan ekonomi, keagamaan, dan sosial budaya
yang mendukung Perkampungan Betawi di Setu Babakan untuk dapat tetap dilestarikan.

SOSIAL
EKONOMI

BUDAYA

KEAGAMA
AN

Gambar 3 Konsep Upaya Pelestarian


Sumber : analisa pribadi

Dari konsep tersebut dapat diterapkan secara optimal dengan melalui beberapa proses. Bukti konkrit
yang bisa dilakukan antara lain adalah :

Perlu dukungan dari semua pihak, baik itu Pemerintah maupun masyarakat umum untuk
menjadikan kawasan ini tetap bertahan. Dukungan itu bisa berupa perbaikan infrastruktur
jalan ataupun pengadaan fasilitas umum lainnya yang menunjang serta SDM yang terlibat
didalamnya harus memiliki kompetensi yang sesuai sehingga semua pihak dapat
berkolaborasi secara maksimal.
Perkampungan Betawi yang ada pada saat ini hendaknya tetap dipertahankan
keberadaannya, bahkan bangunan-bangunan baru yang ada perlu berkiblat dan mengikuti
pola-pola arsitektur Betawi.
Perlunya kordinasi dengan elemen-elemen masyarakat asli Betawi dalam mengadakan acara
ataupun kegiatan-kegiatan supaya dapat terkordinir dengan baik.
Organisasi kemasyarakatan tetap dipertahankan, hal ini dapat membantu dalam bidang
pengawasan apabila ada kegiatan yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di
Perkampungan Betawi.
Perdagangan dan jasa yang ada saat ini harus dikelola secara optimal, karena sumber
pendapatan terbesar berasal dari hal tersebut.
Saat ini Pemerintah tengah mengembangkan zona 3, hal yang menjadi perhatian adalah
tetap menjaga intergritas diantara ketiga zona tersebut dengan menjadikan Setu Babakan
sebagai pengikatnya. Pemerintah diharapkan mensosialisasikan hal tersebut secara optimal.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kawasan Perkampungan Betawi Setu Babakan merupakan daerah cagar budaya yang harus
dilestarikan keberadaannya. Perlu kordinasi yang saling mendukung diantara elemen-elemen baik itu
dari pihak Pemerintah maupun masyarakat Betawi sendiri. Dari penelitian ini dihasilkan konsep yang
saat ini dirasakan sesuai, yaitu memadukan kegiatan ekonomi, sosial budaya dan keagamaan. Ketiga
hal tersebutlah yang membuat keberadaan Setu Babakan tetap bertahan hingga saat ini. Dari analisa
yang telah dilakukan sebelumnya,perlu rencana yang terintegrasi untuk tetap menjalankan konsepkonsep tersebut secara optimal. Diharapakan dengan konsep yang terintegrasi semakin membuat
perkampungan Betawi ini tidak tergerus oleh waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, W, 2011, Peran Serta Masyarakat dalam menciptakan perumahan ber arsitektur Betawi di
Setu Babakan, [online], (http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/agungwahyudi2.pdf , diakses tanggal 22 Juli 2013)
Katarina, B.R, Identifikasi Pola Pekarangan pada Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan,
Jakarta
Selatan,
[online],
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/1191/1/A06kbr_abstract.pdf
,
diakses
tanggal 22 Juli 2013)
Kartika, Y & Rina,K, Pelestarian Kampung Kauman Semarang sebagai Kawasan Wisata Budaya,
Jurnal Teknik PWK Volumen 2 Nomor 2, 2013
Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan Perkotaan, Penerbit Gajah Mada
University, Press.
Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.
Bungin, Burhan. 2010.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya.Jakarta: Kencana Praneda Media Group.
Masyur, F, Pola Ragam Hias Pada Rumah Tradisional Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan-Jakarta Selatan, Naskah Penulisan Ilmiah, Universitas Gunadarma, 2003.

Anda mungkin juga menyukai