Anda di halaman 1dari 21

PELUANG IMPLEMENTASI

ASURANSI ATAS BMD DI


INDONESIA

KELAS 8A STAR BPKP

KELOMPOK 5
Aa Maman Irawan (01)

Chandra Hening Paminta Adji (06)

Eviana Sulistianingrum (11)

Ishaq (14)

Manro Manrie Sipayung (18)

Putri Juliana Rahayu

SEMINAR MANAJEMEN KEKAYAAN NEGARA

LATAR BELAKANG
Apa itu risiko?
Risikodapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika
terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan
suatukerugian. Apabila BMN yang digunakan secara tiba-tiba rusak atau
hancur karena risiko bencana tersebut, tentu saja pelayanan kepada
masyarakat dapat terganggu.
Kenapa ada risiko?
Risiko akan selalu muncul dalam setiap aktifitas kita, tak terkecuali dalam
mengelola aset. Akan selalu ada ketidakpastian. Untuk itu pemerintah harus
melakukan upaya untuk mengelola risiko tersebut. Pengelolaan risiko harus
dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dari risiko tersebut.

Bagaimana risiko mempengaruhi pengelolaan aset dan kenapa perlu


ada penanganan semacam asuransi (dari segi risiko yang dihadapi
pemda dalam pengelolaan BMDnya)

Sekretaris DJKN, Dodi Iskandar Asuransi BMN dapat mengurangi


ketergantungan pemerintah terhadap lembaga donor asing atau
luar negeri maupun Anggaran pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) ketika suatu bencana terjadi dan menghancurkan banyak
aset negara.
Namun, penerapan asuransi BMN harus dipersiapkan secara
matang karena kajian mengenai hal ini akan dipakai untuk
merumuskan Rencana Peraturan Menteri Keuangan (RPMK)
sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27
Tahun 2014.

Dasar Hukum
Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
PP Nomor 27
Negara/Daerah

Tahun

2014

tentang

Pengelolaan

Barang

Milik

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tentang Tata


Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian
PMK nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
PMK nomor 01/PMK.010/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan
nomor
74/PMK.010/2007
tentang
Penyelenggaraan
Pertanggungan Asuransi pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor.
Surat Edaran nomor SE-06/D.05/2013 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang menetapkan tarif premi dan ketentuan biaya akuisisi pada beberapa
lini usaha asuransi dan risiko khusus.
Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah
Instruksi Mendagri No.2 Tahun 2006 tanggal16 Maret 2006 tentang Pe

RISIKO PENGELOLAAN ASET DAERAH: PELUANG


IMPLEMENTASI ASURANSI ATAS BMD DI INDONESIA

Kategori Resiko
Controllable Risk
Berupa risiko pencurian, risiko kerusakan
penggunaan rutin, risiko kegagalan fungsi
kebakaran, maupun risiko gugatan hukum.

aset dalam
aset, risiko

Uncontrollable Risk
Contoh yang paling umum adalah risiko bencana alam seperti : gempa,
gunung meletus, banjir, hingga tsunami.

Jenis Analisis Resiko

Risk
Assessment

Risk
Management

Risk
Monitoring

Identification

Control It

Process
Level

Measurement

Share or
Transfer It

Activity
Level

Prioritization

Diversify or
Avoid It

Entity Level

Menurut COSO Framework mengenai ERMEnterprise Risk Management,


pengelolaan terhadap risiko-risiko yang ada dibagi menjadi 4 cara, yaitu:

Avoid = eliminate (get out of


situation)
Accept = monitor
Reduce = institute controls
Share = partner with someone

1. Avoid (Eliminateget out of situation)


. Dalam hal barang milik daerah, cara seorang manajer aset dalam
menghindari atau menghilangkan risiko atas suatu aset adalah dengan
tidak memiliki aset tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan
terkait dengan pengelolaan aset adalah dengan menjual aset tersebut
kepada pihak lain (jika barang tersebut sudah dimiliki).
. Perlu diingatkan kembali bahwa jenis pengelolaan risiko semacam ini
adalah langkah paling konservatif di antara metode lainnya. Oleh sebab
itu dengan menghindari risiko, seseorang cenderung terkesan tidak
banyak memperoleh manfaat ekonomi karena terlalu bersifat hati-hati
(high riskhigh return, no riskno return).

2. Reduce (Institute Controls)


Menggunakan atribut-atribut pengendalian baik secara fisik maupun administratif
dalam melakukan mitigasi dan minimalisasi risiko yang mereka hadapi.
Pengendalian secara administratif: memberikan kode register kepada setiap
barang milik daerah; melakukan kegiatan sensus berkala; melakukan inventarisasi
dan pencatatan aset dengan baik; serta kegiatan administratif lainnya yang
dilakukan dalam rangka pengamanan aset.
Pengendalian secara fisik seperti: mengunci akses fisik terhadap orang-orang yang
tidak memiliki otoritas untuk memakai aset dimaksud; meletakkan aset di lokasi
yang tidak terekspos secara terbuka dari gangguan lingkungan sekitar; dan
memberikan alat pendeteksi dini, maupun penanggulangan terhadap ancaman
dari lingkungan sekitar (seperti early warning system bencana alam, alarm dan
alat pemadam kebakaran).

3. Accept (Monitor)
Tidak semua risiko harus ditangani sampai tuntas oleh seorang manajer.
Beberapa risiko biasanya pada akhirnya dibiarkan terjadi begitu saja.
Akan tetapi, tentu saja pengambilan keputusan ini harus berdasarkan
perhitungan yang matang baik dari segi cost and benefitnya maupun
likelihood dan impactnya.
Berbicara mengenai dua penilaian tersebut, maka seorang manajer dalam
hal ini kemudian menetapkan seberapa besar tingkat selera risiko (risk
appetite) yang ditoleransi terjadi selama menjalankan aktivitas bisnisnya.
Risiko yang demikian memiliki tingkat peluang keterjadian yang rendah
dan menghasilkan dampak yang kecil baik dari segi financial maupun
nonfinansial.

4. Share (partner with someone)

Di dalam proses bisnis, asuransi sudah merupakan praktik yang biasa dilakukan
seseorang dalam mengurangi beban penanggulangan atau pemulihan yang
diperlukan terhadap impact yang ditimbulkan dari sebuah risiko.
Belakangan ini sudah cukup banyak kajian yang mengaitkan pendekatan asuransi
dengan risiko pengelolaan aset, terutama dalam rangka menanggulangi potensi
bencana alam.
Undang-undang Penganggulangan Bencana dirancang pemerintah sebagai salah
satu upaya memberikan pandangan baru dalam hal penanggulangan bencana
alam dari sebelumnya berupa respon darurat yang cenderung bersifat jangka
pendek menjadi manajemen risiko yang lebih menjamin sustainability serta lebih
berorientasi jangka panjang.

Perkembangan Implementasi
Asuransi BMD di Indonesia
1. Pemda Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur
Jenis Asuransi aset daerah dibagi dalam tiga paket pekerjaan yaitu :
Paket pertama mengenai asuransi non kantor meliputi gedung fasilitas umum, rumah
jabatan, PLTD, jembatan serta hotel dan wahana taman wisata Pulau Kumala.
Paket ke dua mengenai asuransi kantor di seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kutai
Kertanegara.
Paket ketiga mengenai asuransi kendaraan roda empat dan kendaraan air.
Dalam melaksanakan kegiatan asuransi aset daerah tersebut terdapat beberapa
permasalahan yaitu hampir seluruh SKPD tidak memberikan data barang inventaris
beserta harga pembeliannya kepada kantor Pengelolaan Asset Daerah, sehingga barang
tersebut tidak dapat diasuransikan. Serta masih ada mobil dinas yang pengadaannya
melalui SKPD tidak menyampaikan BPKB kendaraan tersebut ke kantor pengelolaan aset
daerah sehingga mobil dinas tersebut tidak dapat diasuransikan.

2. Provinsi Jawa Tengah


Isu asuransi pada aset pemerintah daerah di Provinsi Jawa Tengah sudah
lama berkumandang. Pemerintah telah mencoba untuk melakukan
langkah-langkah preventif yang dapat mengurangi dampak kerugian
akibat bencana sejak tahun 2006. Pada tahap awal, pemerntah
membentuk tim appraisal (penilai) aset.
Pada kasus seperti Provinsi Jawa Tengah, aset Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah yang pada tahun 2005 bernilai sekitar Rp. 12 triliun yang meliputi
16 kaveling tanah, 37 unit bangunan, 348 unit kendaraan roda empat,
174 unit kendaraan roda dua serta sejumlah barang inventaris lain yang
diasuransikan hanya gedung, kendaraan bermotor dan barang inventaris
dengan nilai tanggungan sebesar Rp. 2 triliun (Suara Merdeka, 2005).
Sebuah nominal yang cukup besar yang bisa mengurangi beban pemda
dalam menanggulangi dampak kerugian bencana.
Langkah selanjutnya adalah penilaian performa perusahaan asuransi
yang mampu memberikan nilai paling menguntungkan secara ekonomi

Benchmarking Asuransi Aset di


Luar
Negeri
1. Praktek Asuransi Pemerintah di Australia
Tahun 1997 pemerintah menyadari akan mengalami kerugian yang signifikan bagi
persemakmuran jika tidak menggunakan asuransi.
Tahun 1998 Pemerintah Australia mendirikan Comcover dengan tujuan:
untuk meningkatkan praktek manajemen risiko pada agensi untuk meningkatkan
kualitas penyusunan dan implementasi kebijakan dan layanan yang diselenggarakan
pemerintah;
untuk menyediakan dana asuransi untuk melindungi entitas pemerintah dari
kerugian-kerugian yang di-cover.
Pada awal pendiriannya, tidak ada penanaman modal awal pada Comcover. Premi
yang dikumpulkan disimpan dalam rekening spesial Camcover yang digunakan untuk
meng-coverrisiko pemerintah, tidak hanya sebatas aset melainkan terkait dengan
seluruh ekuitas pemerintah. Penggunaan tersebut harus atas ijin menteri keuangan.

Yang membedakan Comcover dengan perusahaan asuransi biasa, dana yang


dihimpun Camcover tidak diinvestasikan. Pendapatan yang diperoleh berasal dari
suku bunga simpanan di bank. Perhitungan premi tidak didasarkan pada nilai buku
melainkan pada estimasi biaya penggantian aset.
Fokus utama Comcover adalah memproteksi hal-hal yang tidak terduga dan tidak
dianggarkan. Pembiayaan dari anggaran negara dilakukan bila pada kondisi
tertentu dana yang dikelola Comcover habis dan tidak dapat membayar klaim.
Pada awal berdirinya Comcover, kebijakan reasuransi ke perusahaan asuransi
swasta diberlakukan. Hal ini menyebabkan Camcover berisiko untuk membayar
klaim yang melebihi kapasitasnya, dan hal ini turut menjadi risiko baru bagi
anggaran negara.
Menurut data, selama kebijakan reasuransi diberlakukan, nilai klaim yang diterima
pemerintah dari perusahaan asuransi kurang dari seperempat uang yang
dibayarkan. Data per 30 Juni 2014 menunjukkan total aset yang dikelola Comcover
sebesar $382.6 miliar dengannet asset$47.7 miliar.

2. Praktek Asuransi Aset Pemerintah di Skotlandia


Peraturan asuransi bagi pemerintah Skotlandia, khususnya yang tergolong dalam dalam
Scootish Public Finance Manual (SPFM), harus ditinjau dari waktu ke waktu dalam
konteks Manajemen Risiko, sehingga meminimalisir segala hambatan yang ada dalam
sektor publik.
Dibawah kebijakan Menteri, asuransi diri merupakan bagian konstituen dari Administrasi
Skotlandia dan SG, dibenarkan mengambil asuransi komersial dalam keadaan tertentu
atau jika biaya klaim dihitung sebagai kemungkinan melebihi biaya premi asuransi.
Semua biaya dan keuntungan yang didapatkan harus dipertimbangkan baik-baik dalam
asuransi komersil.
Aset yang dipinjamkan, yang dimiliki oleh Menteri Skotlandia atau yang diasuransikan
dipinjamkan kepada pihak ketiga, aturan umum adalah bahwa peminjam harus atas
nama pemberi pinjaman, menjamin terhadap kerusakan atau kehilangan aset dari waktu
penerimaan dan terhadap klaim oleh pihak ketiga termasuk karyawan peminjam.
Ganti rugi oleh peminjam dapat mengambil dari tempat asuransi jika pemberi pinjaman
puas bahwa kerugian dapat dipenuhi oleh peminjam dari miliknya sendiri

Kerugian yang tidak diasuransikan atau Klaim


Dimana kerugian terjadi atau klaim pihak ketiga diterima pertanyaan pertama
yang perlu dipertimbangkan adalah apakah klaim diterima atau tidak.
Dimana diputuskan bahwa aset diasuransikan harus diperbaiki atau diganti
atau klaim asuransi, anggapan bahwa biaya akan dipenuhi dari dalam
anggaran yang telah disepakati sebelumnya. Meskipun demikian terbuka
untuk Menteri Skotlandia untuk menyetujui perubahan anggaran tersebut.
Dimana perubahan anggaran yang dicari, kasus bisnis yang komprehensif
harus diserahkan kepada yang bersangkutan Finance Business Partner (atau
setara).
Kerugian yang belum sepenuhnya diasuransikan komersial atau dibuat baik
oleh pihak ketiga tunduk pada pedoman on Losses and Special Payments.
Kerugian Tertanggung atau Klaim
Undang-Undang Anggaran dapat mengatasi keamanan untuk memastikan
bahwa penerimaan dari perusahaan asuransi dalam penyelesaian klaim oleh
bagian konstituen dari Administrasi Skotlandia dapat diajukan ulang.
Anggaran badan harus disesuaikan untuk memungkinkan penerimaan dari

PEMBAHASAN
Dalam rangka implementasi kebijakan asuransi atas aset
pemerintah daerah diperlukan beberapa langkah persiapan
sebagai berikut:

1. Inventarisasi Aset
2. Pemetaan Resiko
3. Penentuan Ruang Lingkup Asuransi Aset
4. Pemilihan Perusahaan Asuransi

Hambatan Dalam Penerapan


Asuransi Aset Bagi Pemerintah
Indonesia
1. Database asset yang belum lengkap
2. Kendala biaya premi yang mahal
3. Kemampuan perusahaan asuransi
4. Pemerintah daerah yang tidak turut
berpartisipasi

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kegiatan mengasuransikan aset-aset suatu pemerintah daerah
sangat bermanfaat apabila terjadi bencana bagi daerah yang
bersangkutan.
Saran

Penerapan yang dirasa paling cocok adalah dengan menggunakan


metode yang diterapkan oleh Camcover di Australia. Pembentukan
dana cadangan yang masih dikelola oleh pemerintah tidak akan
menimbulkan gejolak sebesar jika dana tersebut dibayarkan kepada
pihak swasta.

Anda mungkin juga menyukai