LP Fraktur Mandibula
LP Fraktur Mandibula
FRAKTUR MANDIBULA
Ners
Oleh :
Andry Nor Said DS 07107 A S1
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi Etiologis:
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari area benturan.
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi
tulang dan tumor tulang.
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit
2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung tulang
menonjolsampai menembus kulit
3. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Klasifikasi Radiologis
1.
2.
3.
Menurut ekstensi:
Fraktur total
Fraktur tidak total (fracture crack)
Fraktur buckle/torus
Fraktur garis rambut
Fraktur greenstick
Fraktur avulse
Fraktur sendi
4. hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya yaitu tidak bergeser dan
Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding, impaksi)
Menurut R. Gustino Fraktur Terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu:
Derajat I:
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II:
Laserasi >1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot.
C. Manifestasi Klinik
Tidak dapat menggunakan anggota gerak
Nyeri pembengkakan
Terdapat trauma
Gangguan fungsi anggota gerak
Deformitas
Kelainan gerak
D. Patofisiologi
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang
disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, tulang rapuh)
Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang)
Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung
terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
Trauma langsung
kondisi patologis
FRAKTUR MANDIBULA
Diskontinuitas tulang
jaringan
Nyeri
laserasi kulit:
spasme otot
putus vena/arteri
tekanan kapiler
deformitas
perdarahan
pelepasan histamin
melepaskan katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang
syok hipovolemik
Defisit
perawatan diri
makan
edema
Kekurangan
Volume Cairan
Dalam Tubuh
bergab dg trombosit
Gangguan perfusi
jaringan
emboli
F. Pemeriksaan Penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
G. Penatalaksanaan Medik
Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan
Asbarg)
H. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
I.
Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Nyeri akut b/d
Setelah dilakukan
Agen cidera
tindakan
fisik
keperawatan
(Nanda, 2013)
Intervensi
1. Kaji ulang lokasi, intensitas
dan tipe nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian
Rasional
1. Mengetahui karakteristik
nyeri
2. Untuk mengurangi nyeri
hiburan
4. Ganti posisi dengan bantuan
bila ditoleransi
5. Dorong menggunakan tehnik
manajemen stress, contoh :
5. Untuk mengurangi
sensasi nyeri
6. Untuk mengetahui
keadaan umum klien
7. Kolaborasi : pemberian
analgetik
Kerusakan
Setelah dilakukan
Integritas
tindakan
Jaringan b/d
keperawatan
Faktor
mekanik
(misal:koyakan
naik
/robekan)
(Nanda, 2013)
Klien mengatakan
badannya bugar
Luka tampak bersih
1. Mengetahui adanya
tanda2 infeksi
2. Mengetahui adanya
3. Untuk mempertahankan
integritas kulit
4. Untuk mencegah
dekubitus
5. Mencegah kerusakan
integritas kulit
kerutan
6. Masage kulit ssekitar akhir
gips dengan alkohol
6. Meningkatkan sirkulasi
perifer dan meningkatkan
kelemasan kulit dan otot
terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik.
1. Pertahankan catatan intake dan
1. Menjaga keseimbangan
Kekurangan
Setelah dilakukan
Volume Cairan
tindakan
Dalam Tubuh
keperawatan
b/d
selama 1 x 6 jam,
(kelembaban membran
pemasukan volume
hilangannya
masalah
cairan
volume cairan
kekurangan volume
darah ortostatik)
secara aktif
(Nanda, 2013)
teratasi
KH:
1. Mempertahankan
segar )
urine output
sesuai dengan
volume cairan
2. Mengetahui kualitas
3. Mendapatkan nutrisi
yang adekuat.
4. Mengoptimalkan
pemasukan volume
cairan
Tek
anan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
3.
Tid
ak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
Gangguan
berlebihan
Setelah dilakukan
perfusi
tindakan
jaringan b/d
keperawatan
rasa nyeri
selama 1xshift
panas/dingin/tajam/tumpul
(Nanda, 2013)
1. Mengetahui perubahan
sirkulasi
2. Mengetahui daerah yang
mengalami gangguan
3. Mengetahui adanya lesi /
laserasi
KH:
5. Kolaborasi pemberian
normal
Defisit
Setelah dilakukan
perawatan diri
tindakan
makan b/d
keperawatan
gangguan
terpenuhi
(Nanda, 2013)
analgetik
KH:
Klien mengatakan
bisa makan
4. Memudahkan klien
memakan makanan
5. Agar diet terpenuhi
anjuran
makan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC
Muttaqin,
Arif.
2008.
Asuhan
Keperawatan
Klien
Gangguan
Sistem