[Laporan Kasus]
Pendahuluan
Kelopak mata palpebra
merupakan alat menutup mata
yang
berfungsi
untuk
melindungi bola mata terhadap
trauma,
trauma sinar dan
pengeringan bola mata, serta
berfungsi mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk
film air mata di depan kornea15.
Entropion adalah suatu
keadaan melipatnya kelopak
mata bagian tepi atau margo
palpebra
ke
arah
dalam
sehingga bulu mata menggeser
jaringan
konjungtiva
dan
kornea.
Melipatnya
kelopak
mata bagian tepi ini dapat
menyebabkan kelopak mata
bagian
lain
ikut
melipat6.
Entropion
di
klasifikasikan
menjadi empat, antara lain
involusional (senile), sikatrik,
spastik, dan kongenital.
Entropion adalah suatu
keadaan melipatnya kelopak
mata ke arah dalam bola mata.
Selain palpebra bagian bawah,
entropion juga dapat terjadi
pada palpebra bagian atas atau
dapat
mengalami
seluruh
bagian tepi kelopak mata yang
masuk kedalam17.
Entropion
dapat
disebabkan
oleh
involusi
(spastik, ketuaan), sikatriks, dan
kongenital. Entropion involusi
paling sering ditemukan sebagai
akibat dari proses penuaan
karena
terjadi
degenerasi
progresif jaringan fibrous dan
elastik kelopak mata8. Menurut
Arnias et al. (2000) diketahui
bahwa karakteristik anatomi
yang khas kelopak mata atas
pada populasi Asia merupakan
predisposisi entropion involusi
kelopak mata atas. Entropion
sikatrik dapat mengenai kelopak
mata atas atau bawah dan
berkedip
karena
ada
rasa
mengganjal, dan pasien kadang
menggosok-gosok
matanya.
Awalnya pasien mengatakan
mata kiri tampak merah, yang
terlihat semakin hari mata
pasien tampak membengkak
perlahan dan terasa nyeri serta
mengganjal.
Pasien sempat berobat ke
puskesmas karena hal tersebut
mengganggu
aktivitas,
oleh
dokter puskesmas pasien di beri
obat
tetes
mata
untuk
meringankan rasa nyeri nya.
Tetapi setelah obat tersebut
habis, pasien merasa nyeri tidak
berkurang dan mata di rasa
semakin
membengkak.
Perasaan
mengganjal
pada
mata juga tidak berkurang. Lalu
pasien di rujuk ke poliklinik
Rumah Sakit Ahmad Yani Metro
untuk mendapatkan terapi lebih
lanjut.
Pada pemeriksaan fisik
didapatkan
keadaan
umum
tampak kesakitan, kesadaran
compos mentis, tekanan darah
180/100
mmHg,
Nadi
84x/menit,
pernafasan
20x/menit, Suhu 36,9C. Kepala
bentuk
normochephal,
rambut hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak mudah rontok,
Mata bulu mata melipat ke
dalam,
sklera
tampak
hiperemis, Telinga, Hidung dan
Mulut dalam batas normal.
Leher
simetris,
tidak
ada
pembesaran KGB. Toraks (Paru)
Vesikuler
kanan
dan
kiri.
(Jantung)
BJ
I/II
Reguler.
Abdomen dalam batas normal.
Ekstremitas
superior
dan
inferior dalam batas normal,
tidak ada edema dan akral
hangat.
Pembahasan
Berdasarkan
anamnesis
kasus didapatkan bahwa pada
Ny.
S,
usia
61
tahun,
mengeluhkan
keluhan
rasa
mengganjal pada mata kiri sejak
2 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan sering berkedip
karena ada rasa mengganjal,
dan pasien kadang menggosokgosok matanya. Awalnya mata
kiri tampak merah, semakin hari
mata
pasien
tampak
membengkak dan terasa nyeri
serta mengganjal. Pada riwayat
sebelumnya pasien mengatakan
pasien tidak pernah mengalami
hal serupa sebelumnya. Pasien
tidak pernah mengalami sakit
mata sebelumnya dan pasien
tidak memiliki riwayat penyakit
dahulu. Riwayat keluarga pasien
tidak ada yang memiliki keluhan
atau gejala serupa, keluhan
sakit
mata
pada
keluarga
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik
didapatkan
keadaan
umum
tampak kesakitan, kesadaran
compos mentis, tekanan darah
180/100
mmHg,
Nadi
84x/menit,
pernafasan
20x/menit, Suhu 36,9C. Pada
pemeriksaan status oftalmologis
ditemukan visus dextra 6/15,
visus sinistra 6/30, palpebra
superior entropion (+). Pada
pemeriksaan
penunjang
laboratorium
darah
lengkap
dalam batas normal.
Berdasarkan
dari
anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada pasien ini, terdapat
keluhan
berupa
rasa
mengganjal pada mata kiri hal
ini dapat di sebabkan karena
adanya benda asing yang
masuk ke dalam mata. Dimana
bulu mata atau silia yang
normalnya melengkung ke arah
luar, tetapi pada pasien ini bulu
mata yang melengkung ke arah
dalam
mata
menyebabkan
ganjalan di mata dan iritasi
pada mata sehingga mata
penglihatan.
Sangat penting
untuk segera berobat ke dokter
jika mata menjadi merah, mata
terasa sakit atau seperti ada
yang mengganjal di dalam
mata.
Adanya
kemungkinan
entropion
sikatrik
menurut
pendapat Rajak et al. (2012)
berkaitan
dengan
riwayat
terjadinya
penyakit
radang
kronik
misalnya
trakoma.
Trakoma merupakan penyebab
yang
sering
menyebabkan
entropion sikatrik.
Entropion
sering
ditemukan pada usia yang lebih
tua (involusional), biasanya usia
diatas 60 tahun. Entropion
kelopak mata bawah lebih
sering
terjadi
dari
pada
entropion kelopak mata atas
dan
juga
karena
proses
involusional
pada
proses
penuaan.
Mekanisme
terjadinya
entropion terkait pada usia,
pada pasien ini berusia 61
tahun, akibat degenerasi pada
jaringan elastis dan fibrosa di
dalam kelopak mata yang
menyebabkan
terjadinya
kelemahan pada kelopak mata
horizontal. Disebabkan karena
peregangan
tendon
dan
lempeng tarsal. Ketidakstabilan
kelopak
mata
vertikal,
disebabkan karena perlemahan,
disinersi dari rektraktor kelopak
mata bawah.
Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan
hiperemis
pada
konjungtiva palpebra dan margo
palbebra inferior oculi sinistra
melipat ke dalam. Seperti yang
harus kita ketahui definisi dari
Entropion adalah kelainan yang
terletak pada kelopak mata
yang
terputar
ke
dalam,
sedangkan trikiasis merupakan
kelainan dimana silia tumbuh
mengarah ke dalam mata tanpa
Simpulan
Entropion
merupakan
suatu
keadaan
melipatnya
kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra kearah dalam.
Hal ini menyebabkan trichiasis
dimana pada bulu mata yang
biasanya
mengarah
keluar,
menggosok
pada
bagian
permukaan mata.
Bulu mata yang mengikis
kornea
dan
konjungtiva
menyebabkan
beberapa
komplikasi
berupa
konjungtivitis, keratitis hingga
ulkus kornea. Pada pasien ini
terdapat keluhan mata merah,
berair dan nyeri dapat di
diagnosis dengan konjungtivitis
bakteri. Konjungtivitis bakteri itu
adalah inflamasi konjungtiva
Daftar Pustaka
1. Alteieri, A., Lester,M., et al.
2003. Comparison of Three
Techniques
for
Repair
of
Involutional
Lower
Lid
Entropion: a Three year follow
up
study.
Ophtalmologica
2003; 217: 265-272
2. Arnias A, Gittos A, Collin JRO.
2000. Report of a family with
dominantly inherited upper lid
entropion. J Ophthalmol ;
84:13031305
3. Bruce,
James
dkk.
2006.
Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.
4. Camara, JH., Nguyen, LT., et al.
2002.
Involutional
lateral
entropion of the upper eyelids.
Arch Ophtalmol 2002; 120:
1682-4
5. Guyton, A.C., Hall .J.E. 2008.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. EGC: Jakarta
6. Ilyas, S., Yulianti SR. 2012.
Buku Ilmu Penyakit Mata Edisi
Foto
3. Koreksi
entropion
involusional
dengan
teknik
Horizontal Shortening-Modified
Brick.