Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak
dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan
benar. Keberhasilan penanganan penyakit ini sangat tergantung pencegahan,
pengobatan, ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah.
Sampai sekarang pemberantasan infeksi dengue di dasarkan pada kontrol
terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah Virus Dengue yang
termasuk group B Arthropod Borne Viruses (Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe
(tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia adalah tipe 3 yang
tersebar di berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah
yang terdapat lebih dari satu serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami
epidemi secara berurutan yang disebabkan oleh serotipe yang berbeda maka
akan ditemukan infeksi yang berat dan dikenal sebagai dengue shock
sindrome (DSS). Studi epidemiologis menunjukkan DHF/DSS sebagian besar
terjadi pada penderita yang terinfeksi untuk ke dua kalinya oleh virus dengan
serotipe berbeda dari infeksi virus yang pertama kalinya. Infeksi virus DBD
dapat asimtomatis dan simptomatis.
Kriteria diagnosis klinik DBD menurut WHO berupa panas mendadak 2-7 hari
tanpa sebab jelas, tanda-tanda perdarahan atau pembesaran hati, jumlah
trombosit < 100.000/mm3 (modifikasi Depkes < 150.000/mm3) dan
hematokrit meningkat lebih atau sama dengan 20 %.
Menurut Depkes RI, kasus DBD adalah semua penderita DBD dan tersangka
DBD. Penderita penyakit DBD adalah penderita dengan tanda-tanda yang
memenuhi kreteria WHO dan tersangka DBD yang hasil pemeriksaan
serologis (haemaglutination inhibition test atau dengue blot) positip.
Fogging dan Usaha Pencegahan Pemberantasan DBD.