Anda di halaman 1dari 9

Satuan Acara penyuluhan

Terafi relaksasi

Pokok Bahasan

: Bermain peran

Sasaran

: Anak-anak

Waktu

: 15 Menit

Hari/ Tanggal

: senin 11 Juni 2013

Tempat
Penyuluh

: kampus
: Di lakukan oleh mahasiwa

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang permainan bermain peran selama 15 menit
diharapkan anak-anak mengerti tentang games tersebut
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang permainan bermain peran selama 15 menit
diharapkan anak-anak mampu mengetahui :
1. Pengertian bermain
2. Pengertian bermain peran ( Role Play ).
3. Manfaat bermain peran bagi perkembangan anak
3. Metode
persentasi
4. Media
Laptop dan televisi
5. Isi Materi
1. Pengertian bermain
2. Pengertian bermain peran ( Role Play ).
3. Manfaat bermain peran bagi perkembangan anak

6. Evaluasi
a. Anak-anak mampu menjelaskan pengertian bermain
b. Anak-anak mampu menjelakan pengertian bermain peran
c. Anak-anak mampu menjelaskan Manfaat bermain peran
d. Anak-anak mampu memperaktekan bermain peran
7. Kegiatan Penyuluhan

No
.
1.

2.

Waktu

Kegiatan
Penyaji

5
Pembukaan
Menit Mengucapkan
salam
Perkenalan

Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien

Penyaji mengucapkan salam

Membalas salam penyaji

Penyaji memperkenalkan diri Mendengarkan


Penyaji menyampaikan tujuan
Mendengarkan tujuan yang
Menyampaikan Penyajian melakukan kontrak
disampaikan
waktu
tujuan
memberikan Menyetujui kontrak waktu
Kontrak waktu Penyaji
pertanyaan awal :
1. Apa yang pasien ketahui Menjawab Pertanyaan penyaji
Pre Test
tentang relaksasi ?
5
Menyampaikan
Menit materi
Pengertian

relaksasi
Tujuan

relaksasi
Manfaat

relaksasi
Cara

Menyampaikan materi dengan


jelas dan mudah dimengerti

Mendengarkan materi yang


disampaikan

melakukan
3.

relaksasi.
5
Penutup
Menit Sesi tanya jawab

Memberikan kesempatan Pasien dan keluarga bertanya


pasien dan keluarga
Melakukan
bertanya
evaluasi
Melakukan evaluasi
Menjawab dan Mendengarkan
1. Apa itu relaksasi ?
2. Sebutkan tujuan relaksasi
?
3. Sebutkan
manfaat
relaksasi ?
Menyimpulkan
4.
Jelaskan cara melakukan
materi
yang
relaksasi ?
didiskusikan

Mengakhiri
kegiatan dengan
mengucapkan

salam

Menyimpulkan materi
Mengucapkan salam

Mendengarkan

Membalas salam

MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian bermain
Bemain adalah suatu aktivitas dan kualitas pikiran dalam melibatkan suatu pandangan dunia
seseorang. Bermain mengacu kepada berbagai kegiatan sukarela, termotivasi intrinsik yang biasanya
terkait

dengan

kesenangan

dan

kenikmatan.

Bermain bisa terdiri dari interaksi lucu, pura-pura atau khayalan antara perorangan dan dengan diri atau
mainan. Praktek permainan jelas di seluruh dunia dan dapat dilihat pada manusia dan binatang,
khususnya pada perkembangan kognitif dan sosialisasi mereka yang terlibat dalam proses
perkembangan dan yang masih muda. Bermain sering menggunakan alat peraga, alat, binatang, atau
mainan dalam konteks pembelajaran dan rekreasi. Beberapa permainan memiliki tujuan yang jelas dan
apabila distrukturkan dengan peraturan disebut suatu permainan. Sementara beberapa permainan tidak
memiliki peraturan atau tujuan seperti itu dan dianggap "tidak terstruktur" dalam sastra.
Bermain paling sering dikaitkan dengan anak-anak dan remaja pada tingkat kegiatan masing-masing,
tetapi bermain juga bisa menjadi kegiatan orang dewasa yang berguna, dan juga dilakukan oleh
hewan.
Bermain sering diartikan sebagai hal-hal yang tidak sesuai dilakukan atau sembrono, namun seseorang
yang bermain dapat memfokuskan pikirannya kepada tujuannya, terutama ketika bermain adalah
terstruktur dan berorientasi pada tujuan, seperti dalam permainan. Dengan demikian, bermain dapat
dilakukan pada waktu santai, berjiwa bebas dan spontan melalui tindakan yang bersifat kompulsif atau
direncanakan.
Banyak peneliti di bidang psikologi (termasuk Jean Piaget, William James, Sigmund Freud, Carl Jung
dan Lev Vygotsky) telah memandang kegiatan bermain sebagai endemik spesies manusia, yang
diproyeksikan pada seorang teman imajiner dengan anak-anak untuk memahami pembangunan
spiritualitas

manusia

dan

panteon

(s)

dari

pendewaan

(dan

demonisasi).

b. Pengertian bermain peran ( Role Play )


Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana
peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada anak
merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman

yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya.
Terdapat lima karakteristik bermain peran, yaitu:
1. Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi

anak.
2. Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu

atas kemauannya sendiri.


3. Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa

bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan
bermainnya.
4. Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan

bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian


berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan
sebagainya.
Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat
belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi
situasi dalam kondisi sedang terjadi konflik. Secara umum bermain sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana
riang gembira. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian
terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat membantu
pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa
empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi.
Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para
pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut
sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan
karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem
peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti
peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan
hasil akhir permaian.
Oktaviani (2008) menyatakan lima pengertian bermain di antaranya:
1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
2. Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik namun motivasinya lebih bersifat

intrinsik.

3. Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih

oleh anak.
4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan

bermain, seperti misalnya: kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,


perkembangan sosial, dan sebagainya.
Santrock (1995: 272) menyatakan bermain peran (role play) ialah suatu
kegiatan yang menyenangkan. Secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan. Role playing
merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara
sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah
diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat mengenali karakter tokoh seperti
apa yang siswa peragakan tersebut atau yang menjadi lawan mainnya memiliki atau
kebagian peran seperti apa. Santrock juga menyatakan bermain peran
memungkinkan anak mengatasi frustrasi dan merupakan suatu medium bagi ahli
terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka mengatasinya.
Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menyatakan bermain peran diyakini sebagai
sarana perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi
bermain peran khususnya merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan
konseling dengan anak karena bermain adalah hal yang alami bagi anak. Melalui
manipulasi mainan, anak dapat menunjukkan bagaimana perasaan mengenai
dirinya, orang-orang yang penting serta peristiwa dalam hidupnya secara lebih
memadai daripada melalui kata-kata.
Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menegaskan bahwa bermain peran
merupakan seperangkat prosedur yang digunakan untuk melakukan konseling
dengan anak melalui penggunaan secara sistematis dari metode bermain,
permainan, dan alat permainan.
Van Fleet (2001) menyatakan bermain peran merupakan intervensi yang
dikembangkan yang berkaitan dengan penggunaan sistematis dari metode bermain
oleh seorang konselor untuk membawa peningkatan dalam kemampuan siswa
sampai penampilan yang optimal di sekolah. Bermain peran juga meliputi
penggunaan bermain secara sistematis untuk mengatasi kesulitan-kesulitan anak,
mengembangkan pola perilaku adaptif, mengendalikan diri siswa yang agresifnya
tinggi, meningkatkan kemampuan berempati, dapat mengelola emosi, dapat menjadi
individu yang bertanggung jawab, memiliki interpersonal skill yang bagus dan dapat
memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.
Corsini (1996), (Tatiek, 1989) menyatakan bahwa bermain peran dapat
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan cara
mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau

kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Selain itu teknik bermain
peran dapat digunakan sebagai media pengajaran melalui proses modeling anggota
kelompok dapat belajar lebih efektif keterampilan-keterampilan yang berhubungan
dengan interpersonal, dengan mengamati berbagai macam cara dalam
memecahkan masalah.
Kenneth (Sumber Lead Sabda) menyatakan bahwa teknik bermain peran
(role playing) merupakan teknik psikoterapi tahun 1930-an. Role playing yang dapat
membawa perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik dan terarah.
Mulyasa (2004; dalam Asriyanti 2011) menyatakan empat asumsi yang
mendasari teknik bermain peran (role playing) dapat mengembangkan perilaku yang
baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai antara lain:
1. Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari

pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi disini pada saat ini.
2. Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya

yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan
perasaannya untuk mengurangi beban emosional.
3. Teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat

ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.


Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul
dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan
demikian, para siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, siswa belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara lebih
optimal lagi.
4. Teknik bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,

berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar
melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, siswa dapat
menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan
nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang
lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Dalam pelaksanaannya dan kaitannya dengan kebutuhan bimbingan dan
konseling termasuk ke dalam kategori di mana individu memerankan situasi yang
imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri,

meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, menganalisis perilaku atau


menunjukkan pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana
seseorang harus bertingkah laku.
Role playing dalam penelitian ini pada dasarnya mendramatisasikan tingkah
laku untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi positif dan meningkatkan
stabilitas emosional siswa. Dengan dramatisasi, siswa berkesempatan melakukan,
menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. Melalui role playing, siswa
diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh pikiran dan
minatnya dan juga perilakunya yang negatif menjadi positif, emosinya yang
meledak-ledak menjadi halus dan tidak emosian, siswa yang tidak dapat berempati
menjadi dapat bersikap empati, yang kurang bertanggung jawab menjadi bisa lebih
bertanggung jawab, siswa yang kendali dirinya lemah dapat menjadi terkendali,
siswa yang interpersonal skill nya rendah bisa menjadi bagus.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran (role
playing), konselor sangat memegang peranan penting dan dapat menentukan
masalah, topik untuk siswa dapat membawakan situasi role playing yang
disesuaikan dari hasil need assessment siswa sehingga dapat disusun skenario
bermain peran (role playing), setelah itu baru dapat mendiskusikan hasil, dan
mengevaluasi seluruh pengalaman yang dirasakan oleh siswa setelah melakukan
bermain peran (role playing). Konselor harus mengenalkan situasinya dengan jelas
sehingga baik tokoh maupun penontonnya memahami masalah yang disampaikan.
Dalam memilih tokoh, konselor yang bijaksana akan memberikan pengarahan
kepada siswa yang akan dipilih berdasarkan hasil need assessment yang sudah
dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini konselor menjelaskan kepada siswa bahwa
siswa harus bersedia dan mau menyadari dan membuang rasa tidak percaya diri
yang ada di dalam dirinya untuk mau tampil di depan umum dan menyadari bahwa
dia memiliki kemampuan untuk berperan, dalam permainan peran ini dilakukannya
tidak perlu kaku melainkan harus santai dan dapat menghayati peran yang dia
terima sehingga tidak salah dalam memeragakan/mendramatisasikan di depan
umum dan juga dalam bermain peran ini sistemnya spontan dan tidak menghafal
naskah sebelumnya, selain itu juga pemeran bebas memperagakan tokoh yang
muncul dalam situasi tersebut.
c. Manfaat bermain peran bagi perkembangan anak
d. Imajinasi
e. Melalui permainan ini mereka berimajinasi. Imajinasi akan memacu daya kreativitas anak.
Mereka bisa merubah kardus menjadi kamar mandi lengkap dengan bath tub nya. Merubah
sehelai kertas menjadi pedang-pedangan. Mengubah guling menjadi motor-motoran.
Sungguh kreativitas yang sering tidak terpikir oleh kita orang dewasa.

f.
g. Perkembangan Bahasa dan Intelektual
h. Simak obrolan mereka saat bermain peran. Kita akan terkejut dan terpesona karena
ternyata banyak kosakata baru yang mereka kuasai. Mereka berbicara layaknya orang yang
sedang mereka tiru. Biasanya mereka meniru kita orangtuanya atau orang yang terdekat
dengan mereka. Pengalaman baru juga akan menjadi peran baru bagi mereka lengkap
dengan kosa katanya. Informasi baru yang mereka peroleh akan mereka olah menjadi
sebuah cerita dalam permainan mereka. Dari sanalah kita akan mengetahui pemaknaan
mereka terhadap lingkungan dan informasi yang mereka terima.
i.
j.

Rasa Percaya Diri

k. Memainkan peran orang dewasa, membuat mereka merasa sudah mampu melakukannya.
Rasa mampu inilah yang akan memupuk konsep diri positif pada anak-anak. Konsep diri
membangun rasa percaya diri. Tampak sederhana saat anak berpura-pura menjadi
seorang Ayah, seorang Ibu, seorang Guru, dan lain sebagainya. Tetapi amati ekspresi
wajah mereka, lihatlah betapa mereka bangga saat menjadi Ayah, Ibu, Guru ataupun sosok
lainnya.
l.
m. Sosial dan Emosi
n. Jika bermain peran ini dilakukan bersama teman-temannya. Maka akan tumbuh
kemampuan untuk berkomunikasi, kepemimpinan dan kemampuan mengelola emosi. Eh,
kamu jadi dokternya ya.kamu jadi pasiennyaaku perawat Betapa anak-anak dengan
sigap menganalisa peran-peran apa yang diperlukan, memikirkan dan memutuskan siapa
yang tepat memerankannya, berbagi peran, mengkomunikasikan idenya pada teman, dan
berbagi kesenangan dengan teman-temannya.
o.
p. Perkembangan Motorik
q. Saat anak bermain peran mereka akan lincah bergerak ke sana kemari. Tak ada bermain
peran yang hanya duduk diam memandang seperti saat mereka meonton tv. Bermain peran
adalah permainan yang sangat aktif. Melibatkan seluruh anggota tubuh dan indera mereka.
Saat mereka merasa perlu mencipta benda-benda yang diperlukan, otot motorik halus juga

akan mereka pergunakan. Melipat, menggunting, merobek, menempel, dan lain


sebagainya.

SUMBER

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2293389-pengertianbermain/#ixzz2Vpm5QAFM

http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-bermainperan-role-play.html
http://www.asahasuh.com/pra-sekolah/128-manfaat-bermain-qpurapuraq-bagi-perkembangan-anak.html

Anda mungkin juga menyukai