Satuan Acara Penyuluhan Role Play
Satuan Acara Penyuluhan Role Play
Terafi relaksasi
Pokok Bahasan
: Bermain peran
Sasaran
: Anak-anak
Waktu
: 15 Menit
Hari/ Tanggal
Tempat
Penyuluh
: kampus
: Di lakukan oleh mahasiwa
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang permainan bermain peran selama 15 menit
diharapkan anak-anak mengerti tentang games tersebut
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang permainan bermain peran selama 15 menit
diharapkan anak-anak mampu mengetahui :
1. Pengertian bermain
2. Pengertian bermain peran ( Role Play ).
3. Manfaat bermain peran bagi perkembangan anak
3. Metode
persentasi
4. Media
Laptop dan televisi
5. Isi Materi
1. Pengertian bermain
2. Pengertian bermain peran ( Role Play ).
3. Manfaat bermain peran bagi perkembangan anak
6. Evaluasi
a. Anak-anak mampu menjelaskan pengertian bermain
b. Anak-anak mampu menjelakan pengertian bermain peran
c. Anak-anak mampu menjelaskan Manfaat bermain peran
d. Anak-anak mampu memperaktekan bermain peran
7. Kegiatan Penyuluhan
No
.
1.
2.
Waktu
Kegiatan
Penyaji
5
Pembukaan
Menit Mengucapkan
salam
Perkenalan
Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien
relaksasi
Tujuan
relaksasi
Manfaat
relaksasi
Cara
melakukan
3.
relaksasi.
5
Penutup
Menit Sesi tanya jawab
Mengakhiri
kegiatan dengan
mengucapkan
salam
Menyimpulkan materi
Mengucapkan salam
Mendengarkan
Membalas salam
MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian bermain
Bemain adalah suatu aktivitas dan kualitas pikiran dalam melibatkan suatu pandangan dunia
seseorang. Bermain mengacu kepada berbagai kegiatan sukarela, termotivasi intrinsik yang biasanya
terkait
dengan
kesenangan
dan
kenikmatan.
Bermain bisa terdiri dari interaksi lucu, pura-pura atau khayalan antara perorangan dan dengan diri atau
mainan. Praktek permainan jelas di seluruh dunia dan dapat dilihat pada manusia dan binatang,
khususnya pada perkembangan kognitif dan sosialisasi mereka yang terlibat dalam proses
perkembangan dan yang masih muda. Bermain sering menggunakan alat peraga, alat, binatang, atau
mainan dalam konteks pembelajaran dan rekreasi. Beberapa permainan memiliki tujuan yang jelas dan
apabila distrukturkan dengan peraturan disebut suatu permainan. Sementara beberapa permainan tidak
memiliki peraturan atau tujuan seperti itu dan dianggap "tidak terstruktur" dalam sastra.
Bermain paling sering dikaitkan dengan anak-anak dan remaja pada tingkat kegiatan masing-masing,
tetapi bermain juga bisa menjadi kegiatan orang dewasa yang berguna, dan juga dilakukan oleh
hewan.
Bermain sering diartikan sebagai hal-hal yang tidak sesuai dilakukan atau sembrono, namun seseorang
yang bermain dapat memfokuskan pikirannya kepada tujuannya, terutama ketika bermain adalah
terstruktur dan berorientasi pada tujuan, seperti dalam permainan. Dengan demikian, bermain dapat
dilakukan pada waktu santai, berjiwa bebas dan spontan melalui tindakan yang bersifat kompulsif atau
direncanakan.
Banyak peneliti di bidang psikologi (termasuk Jean Piaget, William James, Sigmund Freud, Carl Jung
dan Lev Vygotsky) telah memandang kegiatan bermain sebagai endemik spesies manusia, yang
diproyeksikan pada seorang teman imajiner dengan anak-anak untuk memahami pembangunan
spiritualitas
manusia
dan
panteon
(s)
dari
pendewaan
(dan
demonisasi).
yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya.
Terdapat lima karakteristik bermain peran, yaitu:
1. Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi
anak.
2. Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu
bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan
bermainnya.
4. Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
intrinsik.
3. Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak.
4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Selain itu teknik bermain
peran dapat digunakan sebagai media pengajaran melalui proses modeling anggota
kelompok dapat belajar lebih efektif keterampilan-keterampilan yang berhubungan
dengan interpersonal, dengan mengamati berbagai macam cara dalam
memecahkan masalah.
Kenneth (Sumber Lead Sabda) menyatakan bahwa teknik bermain peran
(role playing) merupakan teknik psikoterapi tahun 1930-an. Role playing yang dapat
membawa perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik dan terarah.
Mulyasa (2004; dalam Asriyanti 2011) menyatakan empat asumsi yang
mendasari teknik bermain peran (role playing) dapat mengembangkan perilaku yang
baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai antara lain:
1. Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari
pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi disini pada saat ini.
2. Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya
yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan
perasaannya untuk mengurangi beban emosional.
3. Teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat
berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar
melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, siswa dapat
menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan
nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang
lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Dalam pelaksanaannya dan kaitannya dengan kebutuhan bimbingan dan
konseling termasuk ke dalam kategori di mana individu memerankan situasi yang
imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri,
f.
g. Perkembangan Bahasa dan Intelektual
h. Simak obrolan mereka saat bermain peran. Kita akan terkejut dan terpesona karena
ternyata banyak kosakata baru yang mereka kuasai. Mereka berbicara layaknya orang yang
sedang mereka tiru. Biasanya mereka meniru kita orangtuanya atau orang yang terdekat
dengan mereka. Pengalaman baru juga akan menjadi peran baru bagi mereka lengkap
dengan kosa katanya. Informasi baru yang mereka peroleh akan mereka olah menjadi
sebuah cerita dalam permainan mereka. Dari sanalah kita akan mengetahui pemaknaan
mereka terhadap lingkungan dan informasi yang mereka terima.
i.
j.
k. Memainkan peran orang dewasa, membuat mereka merasa sudah mampu melakukannya.
Rasa mampu inilah yang akan memupuk konsep diri positif pada anak-anak. Konsep diri
membangun rasa percaya diri. Tampak sederhana saat anak berpura-pura menjadi
seorang Ayah, seorang Ibu, seorang Guru, dan lain sebagainya. Tetapi amati ekspresi
wajah mereka, lihatlah betapa mereka bangga saat menjadi Ayah, Ibu, Guru ataupun sosok
lainnya.
l.
m. Sosial dan Emosi
n. Jika bermain peran ini dilakukan bersama teman-temannya. Maka akan tumbuh
kemampuan untuk berkomunikasi, kepemimpinan dan kemampuan mengelola emosi. Eh,
kamu jadi dokternya ya.kamu jadi pasiennyaaku perawat Betapa anak-anak dengan
sigap menganalisa peran-peran apa yang diperlukan, memikirkan dan memutuskan siapa
yang tepat memerankannya, berbagi peran, mengkomunikasikan idenya pada teman, dan
berbagi kesenangan dengan teman-temannya.
o.
p. Perkembangan Motorik
q. Saat anak bermain peran mereka akan lincah bergerak ke sana kemari. Tak ada bermain
peran yang hanya duduk diam memandang seperti saat mereka meonton tv. Bermain peran
adalah permainan yang sangat aktif. Melibatkan seluruh anggota tubuh dan indera mereka.
Saat mereka merasa perlu mencipta benda-benda yang diperlukan, otot motorik halus juga
SUMBER
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2293389-pengertianbermain/#ixzz2Vpm5QAFM
http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-bermainperan-role-play.html
http://www.asahasuh.com/pra-sekolah/128-manfaat-bermain-qpurapuraq-bagi-perkembangan-anak.html