Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalian tentu pernah melarutkan gula atau garam ke dalam air ,
bukan ? bagaimana wujud dari campuran yang terbentuk antara gula
atau garam dengan air tersebut ? gula atau garam dan air akan
membentuk campuran yang homogen dan stabil dimana gula atau
garam akan tersebar secara merata dalam air. Campuran yang
homogen inilah yang disebut sebagai larutan.
Dalam larutan fase terdispersi dan medium pendispersinya biasa
dikenal sebagai solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan
solute, sedangkan air sebagai solvennya. Partikel-partikel dalam
larutan baik solute maupun solven berupa atom, ion-ion atau molekulmolekul dengan ukuran yang sangat kecil, lebih kecil dari 1 nm.
Antara suspensi , larutan dan koloid , ukuran dari partikel larutanlah
yang paling kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
bahkan menggunakan mikroskop dengan tingkat perbesaran yang
tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang homogen dan
stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk
waktu yang cukup lama sehingga tidak bisa dipisahkan.
Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam,
yaitu campuran homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen
(suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada satu jenis campuran yang
menyerupai larutan sejati, tetapi sifat-sifat yang dimilikinya berbeda
sehingga tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun
suspensi. Larutan seperti ini disebut koloid.
Pernahkah Anda membuat kanji dari tepung tapioka? Jika
tepung tapioka dicampurkan dengan air dingin tidak terbentuk
larutan melainkan suspensi sebab kanji tidak larut dalam air dingin.
Akan

tetapi,

jika

dipanaskan

maka

campuran

tersebut

akan

membentuk larutan yang sangat kental. Apakah kanji yang terbentuk


layak disebut larutan? Ada beberapa persamaan dan perbedaan
1

antara kanji dan larutan sejati. Persamaan antara kanji dan larutan
sejati adalah membentuk satu fasa dan tidak dapat dipisahkan.
Perbedaannya, kanji tidak transparan terhadap cahaya dan ukuran
partikel zat terlarut relatif lebih besar, dan banyak lagi sifat lainnya.
Oleh karena banyak perbedaan antara larutan sejati dan kanji maka
diperlukan definisi baru untuk larutan sejenis kanji. Pakar kimia
menggolongkan kanji ke dalam golongan khusus yang disebut sistem
koloid. Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara
suspensi kasar dan larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil
dari suspensi kasar sehingga tidak membentuk fasa terpisah, tetapi
tidak cukup kecil jika dibandingkan larutan sejati. Berdasarkan uraian
tersebut , makalah ini dibuat agar memberikan informasi tentang
larutan, komponen larutan dan sifat-sifatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian dari Larutan dan Komponen penyusun larutan ?


Bagaimana cara menyatakan konsentrasi larutan ?
Apa pengertian dari Sistem koloid dan Sifat-sifat koloid ?
Bagaimana cara pembuatan Sistem Koloid ?
Apa pengertian dari Sifat Koligatif Larutan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tentang larutan dan komponen penyusunnya.
2. Untuk mengetahui tentang cara menyatakan konsentrasi larutan.
3. Untuk mengetahui tentang sistem koloid dan sifat-sifat dari koloid.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan sistem koloid.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Larutan dan Komponen Penyusun Larutan
Larutan

disebut

juga

campuran

yang

homogen.

Disebut

campuran karena susunannya dapat berubah-ubah dan disebut


homogen susunannya begitu seragam sehingga batas antara zat-zat
yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun. Campuran-campuran homogen dari gas,
emas dan perunggu dapat dikatakan pula sebagai larutan. Tetapi
istilah larutan biasanya digunakan untuk fasa cair.
Zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas lazimnya disebut
sebagai zat terlarut (solute) sedangkan yang berfasa cair dikatakan
sebagai pelarut. Suatu zat dikatakan sebagai pelarut apabila memiliki
jumlah yang lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarut. Dalam
kondisi tertentu misalnya campuran antara alkohol dan air dengan
perbandingan 50:50. Dari campuran tersebut sedikit meragukan
untuk menentukan mana yang bertindak sebagai pelarut dan mana
yang bertimdak sebagai zat terlarutnya. Dari campuran yang
demikian air dan alkohol dapat dikatakan sebagai pelarut dan dapat
pula dikatakan sebagai zat terlarut. Lain halnya dalam pembuatan
sirup. Dalam pembuatan sirup jumlah gula lebih banyak dari jumlah
air

tetapi

air

tetap

dikatakan

sebagai

pelarut

karena

dapat

mempertahankan keadaan fisiknya sedangkan gula atau sukrosa


disebut sebagai zat terlarut.

Jumlah zat telarut dalam larutan atau dalam pelarut pada volume/berat tertentu
itu disebut konsentrasi. Berdasarkan nilai konsentrasi itu larutan dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu larutan encer dan pekat. Pengelompokkan ini akan
menimbulkan permasalahan yaitu, berapa nilai batas antara pekat dan encer. Dari buku
acuan yang dibaca sampai saat ini belum ditemukan kriteria larutan pekat dan encer.
Misalnya, ada yang menganggap larutan pekat bila zat terlarutnya lebih besar dari 1%,
hal itu tentu kurang tepat sebab bagaimana dengan zat yang kelarutannya sangat kecil.
Oleh sebab itu, pada pembicaraan ini, dibuat suatu perjanjian atau kesepakatan untuk
menentukan batas antara pekat dan encer. Larutan dikatakan encer jikalau konsentrasi
zat terlarutnya lebih kecil daripada setengah nilai kelarutannya sedangkan larutan
dikatakan pekat jikalau konsentrasi zat terlarutnya sama atau lebih besar daripada
setengah nilai kelarutannya.
2.2 Cara Menyatakan Konsentrasi
Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu
larutan digunakan istilah konsentrasi. Terdapat beberapa metode
yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan.
1. Massa Ekuivalen
Massa ekuivalen adalah massa dalam satuan gram suatu zat/senyawa/unsur
yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan satu mol proton (H +)
sedangkan pada reaksi redoks yang dimaksud dengan massa ekuivalen adalah massa
dalam satuan gram suatu zat/senyawa/unsur yang diperlukan untuk memberikan atau
menerima satu mol elektron. Hubungan antara massa molekul dengan massa
ekuivalen dinyatakan dengan persamaan,

Dimana:

BE = Massa ekuivalen
Mr = Massa molekul relative
n = Jumlah mol proton (H+) atau jumlah mol electron atau
jumlah
mol kation univalent yang diberikan atau diikat oleh suatu zat

2. Persen massa

Contoh
a. Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan melarutkan
10 g gula dalam 70 g air.

b. Berapa gram gula yang terdapat dalam 500 gram larutan 12%
massa gula.

3. Persen volume

Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai


presentasi volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi
minuman beralkohol. Misalnya vodka yang mengandung 15 persen
alkohol artinya didalam 100 mL vodka terdapat 15 mL alkohol.
Misalnya menentukan % volume alkohol dari suatu
campuran. 40 mL alkohol dicampur 50 mL aseton maka:

4. ppm dan ppb


Untuk larutan yang sangat sangat encer untuk menyatakan
konsentrasi digunakan satuan parts per million atau bagian perjuta
(ppm), dan parts per billion atau bagian per milliar (ppb).
5

larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram


zat terlarut didalam tiap 1 juta gram larutan atau 1 mg zat terlarut
dalam tiap 1 kg larutan.

atau
ppm =

W
x 10-6
Wo

= massa/jumlah zat terlarut dalam satuan (gram, mgram dan lain lain)

Wo

= massa/jumlah larutan dalam satuan (gram, mgram, dan lain lain)


Karena larutan yang sangat encer memiliki massa jenis = 1

g/mL, maka 1 bpj diartikan sebagai 1 miligram zat terlarut dalam 1


liter larutan.

larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram


zat terlarut didalam tiap 1 milliar gram larutan.
ppb =

W
-9
x 10
Wo

5. Molalitas
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000
gram pelarut. Molalitas dapat dinyatakan dengan rumus:

Contoh :

6. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan atau jumlah milimol zat terlarut dalam 1 mL larutan.
berat
zat terlarut
mol zat terlarut
massa molekul
M =
=
volume larutan
volume larutan

M =

Jumlah n zat terlarut


( massa molekul zat terlarut ) x V larutan ( d m 3 )

Larutan 0,50M artinya 0,50 mol zat dalam satu liter larutan
atau 0,50 milimol zat dalam 1 mL larutan.

7. Hubungan molaritas larutan dengan % massa


M =

x % x 1000
Mr
Contoh :

Didalam laboratorium tersedia larutan asam format (CHO2H) 4,6%.


(Ar H = 1, C = 12 dan O = 16) dengan massa jenis 1,01 g/mL.
Tentukan konsentrasi larutan tersebut.
Jawab :

8. Fraksi mol (X)


Fraksi mol menyatakan perbandingan mol suatu zat dengan
mol seluruh zat dalam larutan. Dalam campuran zat A dengan zat
B, maka fraksi mol masing-masing zat dapat dinyatakan dengan:

Xa = fraksi mol zat terlarut


Xb = fraksi mol pelarut
Contoh :

9. Normalitas (N) dan Titer (T)


Normalitas didefinisikan sebagai jumlah larutan yang mengandung ekuivalen
zat terlarut setiap volume larutan 1 dm3. Secara sederhana normalitas (N) dapat
dinyatakan sebagai berikut:
atau

Oleh karena

, maka

atau

Selain normalitas kadang juga digunakan titer dalam kimia analitik. Satuan
titer adalah berat per volume tetapi berat digunakan untuk pereaksi yang bereaksi
dengan larutan dan bukan untuk zat yang terlarut.
9

mg
mL

T=

Sedang

2.3

maka

T = N x BE

Koloid dan Sifat-sifat Koloid


Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan

Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa


larutan melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan
bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji,
gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak
berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid. Tahun
1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat
yang terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan,
fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi
adalah zat pelarut.
Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara dua zat
atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi
lainnya adalah larutan dan suspensi.

Larutan merupakan sistem

dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat


dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan
suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar
dan tersebar merata dalam medium.
1. Sistem Dispersi
Apabila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan
terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain
yang

disebut

sistem

dispersi.

Analogi

dalam

larutan,

fase

terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi


adalah zat pelarut.

10

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi


tiga kelompok, yaitu suspensi, koloid, larutan.
a. Dispersi Kasar ( Suspensi )
Dispersi kasar / suspensi merupakan campuran heterogen
antara

fase

terdispersi

terdispersi
biasanya

dengan
berupa

medium
padatan,

pendispersi.

Fase

sedangkan

fase

pendispersinya berupa zat cair. Karena ini merupakan campuran


heterogen sehingga mudah dibedakan antara fase terdispersi
dengan medium pendispersinya.
Contohnya : campuran tepung dengan air.
b. Dispersi Halus ( Larutan )
Dispersi halus / larutan merupakan campuran antara fase
terdispersi yang berupa zatpadat atau cair dengan medium
pendispersinya yang berupa zat cair. Contohnya : larutan garam
dalam air.
c. Dispersi Koloid ( Koloid )
Sistem koloid merupakan campuran antara suspensi dengan
larutan. Dalam sistem ini fase terdispersi dengan medium
pendispersinya

tercampur

homogen,

tetapi

sebenarnya

merupakan campuran heterogen jika diamati dengan mikroskop


ultra.
Contohnya : campuran air dan tinta.
Secara umum perbedaan ketiga sistem dispersi tersebut disajikan
dalam tabel berikut.

Dispersi Kasar
Heterogen

Dispersi Halus
Homogen

Dispersi Koloid
Tampak homogen

Dua fase

Satu fase

Dua fase (dilihat dengan

Keruh

endapan

Tidak

Dapat disaring

disaring

Dapat

Tidak stabil

Stabil

kertas saring ultra

Diameter

Diameter partikel Stabil

partikel

ada Jernih

mikroskop ultra)
dapat Keruh tanpa endapan

>10-5 10-7 cm

11

dengan

Diameter partikel 10-7


10-5 cm

cm

disaring

2. Sistem Koloid
Sistem koloid adalah istilah lain dari dispersi koloid. Fase
terdispersi dan medium pendispersi dalam sistem koloid dapat
berwujud padat , cair, dan gas. Sistem koloid dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu :

Sifat-sifat Koloid
sistem koloid mempunyai sifat yang khas, seperti efek Tyndall,
gerak Brown, adsorpsi, muatan koloid dan elektroforesis, koagulasi,
dan pelindung.
1. Efek Tyndall.
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel
koloid. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan larutan
sejati dari koloid.

Efek Tyndall terjadi karena partikel koloid yang berupa ion atau
molekul dengan ukuran cukup besar, mampu menghamburkan
cahaya yang diterimanya ke segala arah, meskipun partikel
koloidnya tidak tampak.
Dalam kehidupan sehari-hari efek Tyndall dapat diamati dalam
peristiwa berikut.
a. Terjadi warna merah dan jingga di langit pada pagi atau sore
hari dan terjadi warna biru di langit pada siang hari.

12

b. Berkas sinar matahari yang melalui celah pepohonan akan


tampak jelas jika ada udara.
c. Sorot lampu mobil atau sepeda motor di saat udara berkabut
tampak lebih jelas.
d. Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas
saat ada asap rokok. Sehingga menyebabkan gambar film di
layar menjadi kabur.
2. Gerak Brown.
gerak Brown merupakan gerakan acak partikel koloid dalam
medium pendispersinya. Gerak Brown bisa berlangsung terus
karena gaya yang bekerja pada partikel itu dihasilkan terus
menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel
dengan molekul medium pendispersi. Semakin kecil ukuran
partikel koloid, gerak Brown semakin cepat.

Bagaimana gerak Brown bisa terjadi? Pada dasarnya, partikelpartikel semua zat selalu bergerak. Gerakan ini bisa berupa
gerakan acak untuk partikel-partikel zat cair dan gas, sedangkan
partikel-partikel zat padat hanya bervibrasi di tempat. Untuk sistem
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikelnya akan mengakibatkan tumbukan antara partikelpartikel itu dengan partikel-partikel medium pendispersi. Tumbukan
tersebut terjadi dari segala arah. Dengan ukuran partikel yang
cenderung kecil, tumbukan-tumbukan itu menghasilkan resultan
tumbukan yang tidak seimbang. Hal itu menyebabkan perubahan
arah partikel koloid sehingga gerakannya acak.

13

3. Elektroforesis.
Elektroforesis

adalah

pergerakan

partikel

koloid

karena

pengaruh medan listrik. Adanya medan listrik mengakibatkan


partikel-partikel koloid bergerak ke salah satu elektrode yang
muatannya

berlawanan

dengan

muatan

listrik.

Jika

koloid

bermuatan positif maka koloid akan bergerak ke elektroda negatif


dan sebaliknya.
Muatan koloid merupakan salah satu sifat koloid yang
terpenting. Semua partikel koloid mempunyai muatan sejenis
(positif atau negatif). Hal ini menyebabkan gaya tolak-menolak
antara partikel-partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid
tidak dapat bergabung Sehingga memberikan kestabilan pada
sistem koloid. Bagaimana partikel koloid memiliki muatan? Partikel
koloid dapat memiliki muatan karena adanya proses adsorpsi dan
proses ionisasi gugus permukaan partikel koloid. Pada proses
adsorpsi, partikel

koloid mengadsorpsi partikel bermuatan dari

medium pendispersinya. Sebagai contoh, sol Fe(OH) 3

memiliki

kemampuan mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya


sehingga sol Fe(OH)3

bermuatan positif. Sedangkan sol As 2S3

memiliki kemampuan mengadsorpsi anion medium pendispersinya


sehingga sol As2S3 bermuatan negatif.

Karena koloid mempunyai muatan listrik, maka partikel


koloid akan bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam suatu
sistem koloid dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus
searah (DC), maka akan terlihat pergerakan partikel tersebut.
14

Partikel koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke kutub


negatif (katode) sedangkan partikel koloid yang bermuatan negatif
akan bergerak ke kutub positif (anode). Pergerakan partikel koloid
dalam

medan

listrik

disebut

elektroforesis.

Fenomena

elektroforesis ini digunakan untuk menentukan muatan listrik dari


partikel koloid.
4. Adsorpsi.
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu partikel zat, baik
berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi
terjadi karena adanya gaya tarik yang tidak seimbang pada
partikel zat yang berada pada permukaan adsorban. Zat
tertarik

disebut

adsorbat,

dan

zat

yang

menarik

yang

disebut

adsorban.
Sifat adsorpsi koloid ini banyak digunakan dalam berbagai
proses, yaitu :
a. Proses pewarnaan pada industri tekstil dengan larutan basa
atau larutan AI2(SO4)3.
b. Proses pemisahan mineral logam dan bijinya pada industri
logam
c. Penjernihan aiar tebu pada proses pembuatan gula pasir,
menggunakan tanah diatome dan arang tulang.
d. Proses penyembuhan sakit perut karena bakteri patogen,
menggunakan norit atau serbuk carbon.
e. Penjernihan air dengan tawas ( AI2(SO4)3 ) pada proses
pengolahan air minum
f. Adsorpsi racun-racun berwujud gas dengan arang halus pada
penggunaan masker gas.
g. Pada deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat). Anti
perspiran mengandung senyawa aluminium seperti aluminium
klorohidrat (Al2(OH)5Cl. 2H2O) yang dapat memperkecil pori
keringat. Sedangkan, deodoran mengandung seng peroksida,
parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan aktivitas
bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
5. Koagulasi.
15

Koagulasi
koloid

adalah

sehingga

peristiwa

fase

pengendapan

terdispersinya

partikel-partikel

terpisah

dari

medium

pendispersinya. Koagulasi disebut juga penggumpalan. Koagulasi


terjadi

karena

dispersi

mempertahankan

koloid

kehilangan

partikel-partikelnyauntuk

kestabilan
tetap

dalam

tersebar

di

dalam mediumnya.
Beberapa contoh penggunaan sifat koagulasi koloid dalam
kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
a. Penggumpalan lumpur dan tanah

liat

pada

proses

penjernihan air menggunakan tawas


b. Pengolahan karet dari lateks dengan koagulan asam format
c. Proses pembentukan delta di daerah muara. Koagulannya
air laut yang merupakan elektrolit.
d. Penetralan albuminoid oleh ion Fe+3 atau ion AI+3

dalam

darah sehingga mengakibatkan penggumpalan yang dapat


menutup luka.
e. Penggumpaln debu atau asap pabrik dengan alat koagulasi
listrik Cottrell.
6. Dialisis.
Dialisis merupakan cara mengurangiion-ion pengganggu yang
terdapat dalam sistem koloid dengan menggunakan selaput
semipermeabel. Ion-ion pengganggu koloid berasal dari larutan
elektrolit

yang

ditambahkan

ke

dalam

koloid

untuk

mempertahankan kestabilan koloid.


Salah satu pemanfaatan proses dialysis adalah alat pencuci
darah (Haemodialisis). Pada proses ini darah kotor dari pasien
dilewatkan

dalam

semipermeabel.

pipa-pipa

Pipa

yang

semipermeabel

terbuat
ini

dari

dialiri

membrane
cairan

yang

berfungsi sebagai pencuci (biasanya plasma darah), ion-ion dalam


darah kotor akan terbawa aliran plasma darah.
7. Koloid pelindung.
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid
lain agar tidak terjadi koagulasi. Koloid ini bekerja dengan cara
membentuk lapisan disekeliling partikel koloid lain. Beberapa
contoh penggunaan koloid pelindung dalam dunia industri sebagai
berikut.
16

a. Lesitin, merupakan koloid pelindung yang menstabilkan butiranbutiran halus air di dalam margarin.
b. Gelatin, merupakan koloid pelindung

untuk

mencegah

terbentuknya kristal es dalam es krim.


c. Minyak silikon, digunakan untuk melindungi campuran zat
warna dan oksida logam dalam cat.
d. Kasein dalam susu mampu melindungi lemak atau minyak
dalam medium cair. Koloid pelindung dalam emulsi disebut
emulgator.
8. Koloid Liofil dan Liofob.
Berdasarkan afinitas atau gaya tarik-menarik atau daya
adsorpsi antara fase terdispersi terhadap medium pendispersinya,
koloid dibedakan menjadi 2 yaitu k koloid liofil dan koloid liofob.
Koloid liofil merupakan koloid yang fase terdispersinya memp
unyai afinitas besar atau mudah menarik medium pendispersinya.
Contoh sabun, detergen, dan kanji.
Koloid liofob merupakan koloid yang fase terdispersinya
mempunyai afinitas kecil atau menolak medium pendispersinya.
Contoh sol belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, dan solsol logam .
Bila medium pendispersinya air maka koloid liofil disebut
koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob.
Berikut perbedaan Sol Liofil dan Sol Liofob

17

2.4 Cara Pembuatan Koloid


Oleh karena

ukuran partikel koloid berada pada rentang

antara larutan sejati dan suspensi kasar maka sistem koloid dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu
1. Pemecahan partikel-partikel

besar menjadi partikel berukuran

koloid. Cara ini disebut cara dispersi.


2. Pembentukan agregat

dari molekul-molekul

kecil berukuran

larutan menjadi berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara


kondensasi.
1) Metode Secara Dispersi
Beberapa metode praktis yang

biasa digunakan

untuk

membuat koloid yang tergolong cara dispersi adalah cara


mekanik ,

cara

peptisasi , homogenisasi,

dan cara busur

listrik Bredig.
a. Cara Mekanik
Zat-zat
menjadi

partikel

pengadukan,
yang

yang

berukuran

besar

dapat

direduksi

berukuran koloid melalui penggilingan,

penumbukan,

dan

penggerusan.

Zat-zat

sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan


18

ke dalam medium pendispersi.


Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada
pembuatan tahu dan kecap. Pembuatan cat di industri,
caranya bahan cat digiling kemudian didispersikan ke dalam
medium pendispersi, seperti air.
Teknik

penumbukan

dan

pengadukan

banyak

digunakan dalam pembuatan makanan, seperti kue tart dan


mayones. Kuning telur, margarin, dan gula pasir yang sudah
dihaluskan, kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.

b. Cara Busur Listrik Bredig


Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah
elektrode

logam

(bahan

terdispersi).

Kemudian,

kedua

elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung


elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga
api listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan
elektrode teruapkan membentuk atom-atomnya dan larut di
dalam

medium

Gambar

9.19,

pendispersi
logam-logam

membentuk

sol.

yang dapat membentuk sol

dengan cara ini adalah platina, emas, dan perak.

19

Perhatikan

c. Cara Peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar
dengan cara memecah partikel-partikel suspensi secara kimia.
Kemudian, menambah- kan ion-ion sejenis yang dapat diadsorpsi
oleh

partikel-partikel

koloid

sampai

koloid

menjadi

stabil.

Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikelpartikel berukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion
yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid (Gambar
9.20). Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikelpartikel

berukuran koloid jika ditambah NaOH

dan akan

menjadi koloid jika didispersikan ke dalam air. Partikel-partikel


silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH dan
terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil.

20

d. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin penghomogen sampai berukuran koloid.
Cara ini digunakan pada pembuatan susu. Partikel lemak dari
susu

diperkecil

sampai

berukuran

koloid

dengan

cara

melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika


ukuran partikel

sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya

didispersikan ke dalam medium pendispersi.

2) Metode Secara Kondensasi


Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran
larutan sejati)

diperbesar menjadi partikel-partikel

berukuran

koloid. Dengan kata lain, larutan sejati diubah menjadi dispersi


koloid.
Pembentukan

kabut

dan

awan

di udara

merupakan

contoh pembentukan aerosol cair melalui kondensasi molekulmolekul

air membentuk kerumunan (cluster). Cara kondensasi

umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Tiga


yang

macam

reaksi

dapat menghasilkan kondensasi adalah reaksi hidrolisis,

21

reaksi redoks, dan reaksi metatesis.


a. Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan
larutan asam klorida akan terbentuk partikel berukuran koloid.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Partikel

berukuran

koloid

terbentuk

akibat

belerang

beragregat sampai berukuran koloid membentuk sol belerang.


Jika konsentrasi pereaksi dan suhu reaksi tidak dikendalikan,
dispersi koloid tidak akan terbentuk sebab partikel belerang
akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan mengendap.
b. Reaksi Redoks
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas(III) klorida
dengan

formalin.

Awalnya

Persamaan

reaksinya

sebagai

emas terbentuk dalam keadaan

berikut.

atom-atom

bebas, kemudian beragregat menjadi berukuran partikel koloid.


Partikel koloid distabilkan oleh ion-ion OH
pada permukaan partikel koloid. Ion- ion OH

yang teradsorpsi
ini berasal dari

ionisasi air.
c. Reaksi Hidrolisis
Besi(III) klorida jika dilarutkan dalam air akan mengionisasi
air membentuk ion OH_ dan H+ . Ion-ion OH bereaksi dengan
besi(III)

klorida

membentuk

besi(III)

hidroksida.

Persamaan

reaksinya sebagai berikut.

Ukuran partikel-partikel
22

Fe(OH)3

yang terbentuk lebih

besar dari ukuran larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untuk
mengendap. Selain itu,

koloid

Fe(OH)3

yang

terbentuk

distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari larutan.

2.5

Sifat-sifat Koligatif Larutan


Larutan memiliki beberapa sifat fisis seperti warna, bau, rasa,

pH, titik didih, titik beku, dan sebagainya. Salah satu sifat fisis larutan
adalah sifat koligatif, yaitu sifat larutan yang hanya tergantung
pada konsentrasi partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut terdiri
atas penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmosis. Antara Zat terlarut nonolektrolit dan zat
terlarut elektrolit memiliki sifat koligatif yang berbeda.
a. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit.
Sifat koligatif terdiri atas penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Apakah
perbedaan

di

antara

keempat

sifat

koligatif

tersebut?

Perhatikanlah uraian berikut.


a. Penurunan Tekanan Uap (P).
Pada tahun 1880-an F.M. Raoult, seorang ahli kimia
Prancis,

menyatakan

bahwa

melarutkan

zat

terlarut

mempunyai efek menurunkan tekanan uap dari pelarut.


Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan dengan
penurunan tekanan uap adalah sebagai berikut.
1. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis
zat yang dilarutkan, tetapi tergantung pada jumlah partikel
zat terlarut.
2. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan
fraksi mol zat yang dilarutkan.
Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
0
P = X....
a . P ................. ( I )

23

Dengan

Xa = Fraksi mol zat terlarut


P = Penurunan tekanan uap ( mmHg )
P0 = Tekanan uap pelarut murni ( mmHg )

Apa yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air


(pelarut) ditambahkan zat terlarut yang sukar menguap? Bila
zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang
menguap adalah pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut
menyebabkan

partikel

pelarut

yang

menguap

menjadi

berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi,


dengan adanya zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan
uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih rendah
dibanding tekanan uap pelarut murninya.
Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan selisih
dari tekanan uap jenuh pelarut murni (P ) dengan tekanan
uap larutan (P ).

P = P0 .................. ( II ).
P

= X a . P0

P0 P

= Xa . P0

= P0 Xa . P0

= P0 (1 - Xa )

Karena Xa + Xb = 1 , maka Xb = 1 - Xa
P

= P0 . Xb

P= P0. Xb
Dengan

Xa = Fraksi mol zat terlarut


P = Penurunan tekanan uap ( mmHg )
P0 = Tekanan uap pelarut murni ( mmHg )
Xb = Fraksi mol pelarut
P

= Tekanan uap larutan jenuh ( mmHg ).

Contoh :

24

b. Kenaikan Titik Didih ( Tb ) dan Penurunan Titik


Beku ( Tf )
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut
murni ( 100 0C ) disebut kenaikan titik didih ( Tb ). Sedangkan
selisih antara titik beku pelarut murni ( 0 0C ) dengan titik beku
larutan disebut penurunan titk beku ( Tf ).
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan
tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur
pada tekanan 1 atmosfer. Contohnya, titik didih air 100 C,
artinya pada tekanan udara 1 atm air mendidih pada suhu 100
25

C. Dari hasil eksperimen yang dilakukan pada penentuan titik


didih larutan, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari
titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut. Oleh karena itu,
penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang
lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan
sebagai Tb (b berasal dari kata boil).
Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih rendah
daripada titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat
terlarut itu menguap dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat
terlarut tersebut tidak mudah menguap, misalnya larutan gula,
larutan tersebut mendidih pada suhu yang lebih tinggi
daripada titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat terlarut itu
mudah menguap misalnya etanol, larutan akan mendidih pada
suhu di bawah titik didih air. Hukum sifat koligatif dapat
diterapkan dalam meramalkan titik didih larutan yang zat
terlarutnya bukan elektrolit dan tidak mudah menguap. Telah
ditentukan secara eksperimen bahwa 1,00 mol (6,02 1023
molekul) zat apa saja yang bukan elektrolit dan tidak mudah
menguap yang dilarutkan dalam (1.000 g) air akan menaikkan
titik didih kira-kira 0,51 C. Perubahan pelarut murni ke
larutan, yakni Tb

, berbanding lurus dengan molalitas (m)

dari larutan tersebut:

Dengan

Tb = kenaikan titik didih (0C)


26

Tf = penurunan titik beku (0C)


M

= molalitas ( m )

Kb = Tetapan kenaikan titik didih (0C/m)


Kf

= Tetapan penurunan titik beku (0C/m)

Contoh :

Berikut ini diagram fase air dalam sifat koligatif larutan

27

c. Tekanan Osmotik ( )
Bila dua larutan yang konsentrasinya berbeda, yang satu
pekat

dan

yang

lainnya

encer

dipisahkan

oleh

membran

semipermiabel, maka molekul pelarut akan mengalir dari larutan


yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sedangkan molekul
zat terlarut tidak mengalir. Hal ini terjadi karena partikel pelarut
lebih kecil daripada partikel zat terlarut sehingga partikel pelarut
dapat menembus membran semipermiabel.
Aliran suatu pelarut dari suatu larutan dengan konsentrasi
lebih

rendah

ke

larutan

dengan

konsentrasi

tinggi

melalui

membran semipermiabel disebut osmosis.


Peristiwa osmosis dapat dicegah dengan memberi tekanan
pada

permukaan

larutan.

Tekanan

yang

diperlukan

untuk

mencegah terjadinya osmosis ini disebut tekanan osmotik.


Menurut Vant Hoof, tekanan osmotik larutan encer dapat
dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal.

b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


28

Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dan konsentrasi


larutan dirumuskan oleh Vant Hoff, yaitu dengan mengalikan
rumus

yang ada

dengan

bilangan faktor Vant

Hoff yang

merupakan faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan


elektrolit.
Menurut Vant Hoff, i = 1 + (n 1)

Sifat koligatif larutan elektrolit sebagai berikut.


1. Penurunan Tekanan Uap (P).
rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk zat elektrolit
adalah:

contoh :

P = Xa . P0 {1 + (n-1)}

29

2. Kenaikan Titik Didih ( Tb ) dan Penurunan Titik


Beku ( Tf )

3. Tekanan Osmotik ( )
Tekanan osmotik untuk larutan elektrolit diturunkan dengan
mengalikan faktor van't Hoff.

30

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi tersebut maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Larutan

disebut

juga

campuran

yang

homogen.

Disebut

campuran karena susunannya dapat berubah-ubah dan disebut


homogen susunannya begitu seragam sehingga batas antara zatzat yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun.
2. Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu
larutan

digunakan

istilah

konsentrasi. Terdapat

beberapa

metode yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi zat


terlarut di dalam larutan seeperti berat ekuivalen , ppm, ppb ,
molalitas, molaritas , fraksi mol, persen massa, persen volume ,
normalitas dll.
3. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara dua zat
atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
(fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium
pendispersi). Sifat-sifatnya terdiri dari efek tyndall, gerak brown ,
elektroforesis, adsorpsi, kolid pelindung , dialisis , sel liofil dan
liofob.
4. Oleh karena

ukuran partikel koloid berada pada rentang

antara larutan sejati dan suspensi kasar maka sistem koloid


dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu Pemecahan partikelpartikel besar menjadi partikel berukuran koloid. Cara ini disebut
cara dispersi dan Pembentukan agregat dari molekul-molekul
kecil berukuran larutan menjadi berukuran koloid. Cara ini
disebut sebagai cara kondensasi.
5. Sifat koligatif larutan terdiri dari penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik .

31

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004 . Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga


Petrucci, Riaph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Wiryawan , Adam ,dkk . 2004 . Kimia Analitik . Klaten : Intan Pariwara

32

Anda mungkin juga menyukai