Anda di halaman 1dari 2

Beer Game atau Beer Distribution Game merupakan sebuah permainan

simulasi yang dibuat oleh beberapa profesor di Sekolah Manajemen MIT pada
tahun 1960-an. Permainan yang dimainkan oleh empat orang ini berfungsi sebagai
alat pendemonstrasi yang menggambarkan pengaruh perbedaan strategi rantai
pasok terhadap performa manajemen. Permainan ini dapat menunjukkan
keputusan pemesanan dan produksi pada rantai pasok dan membiarkan pemainnya
memutuskan berapa jumlah produk yang harus dipesan untuk memenuhi demand
yang fluktuatif. Para pemain dituntut untuk mengambil keputusan secara tepat
untuk menjaga supply chain tetap berjalan dengan lancar. Selain itu, permainan ini
juga mengilustrasikan dampak dari penundaan pemrosesan pemesanan, produksi,
dan pengiriman (shipping).
Beer Game dapat dimainkan secara manual (Traditional Beer Game) maupun
menggunakan software

(Computerized

Beer

Game).

Computerized

Beer Game merupakan cara yang lebih mudah untuk mempraktekkan permainan
ini karena dapat mengilustrasikan beberapa hal yang tidak dapat dilakukan secara
manual. Beer Distribution Game terdiri atas empat tahapan atau stage, antara lain
manufacturer, distributor, supplier, dan retailer dengan selisih komunikasi
mengenai pesanan terhadap upstream dan penundaan supply chain ke downstream
masing-masing selama dua minggu.
Dalam versi board game, pemain tidak dapat melihat apa pun kecuali angka
yang tertulis pada selembar kertas, menandakan adanya pemesanan. Retailer
mengambil kartu untuk mengetahui apa yang diminta oleh pelanggan, lalu
wholesaler harus memenuhi order dari retailer, selanjutnya permintaan
wholesaler harus dipenuhi oleh distributor, dimana order dari distributor akan
dipenuhi oleh produksi beer yang dilakukan oleh manufacturer yang
menempatkan pemesanan yang akan menjadi produk jadi setelah empat minggu.
Komunikasi verbal dilarang untuk dilakukan oleh para pemain sehingga sering
terjadi kebingungan yang berujung pada kekecewaan antarpemain karena hasil
yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Adanya perubahan demand dari pelanggan

dapat menimbulkan penumpukan inventory atau backlog. Hal inilah yang


dinamakan Bullwhip Effect.
Bullwhip Effect merupakan fenomena dimana pemesan ke supplier cenderung
memiliki varians yang lebih besar dibanding penjual ke pembeli. Bullwhip Effect
juga dapat disebabkan oleh adanya ramalan permintaan, order batching, fluktuasi
harga, dan rationing&shortage gaming.
Beer Game dapat menggambarkan hubungan antara teori Dinamika Sistem
dengan Pengendalian Feedback. Pada Beer Game manual, permasalahan yang
sering muncul adalah pencatatan order dan status inventory pada masing-masing
pemain yang dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan. Pemain yang
menghasilkan total cost paling kecil akan memenangkan permainan ini.
Simulasi berlangsung selama beberapa minggu, dimulai pada minggu pertama.
Pada masing-masing minggu, setiap komponen dalam rantai pasok harus berusaha
memenuhi demand dari komponen downstream. Semua order yang tidak dapat
dipenuhi akan dianggap sebagai backorder dan dipenuhi sesegera mungkin
sehingga tidak ada order yang diabaikan. Ketika order datang, supplier harus
memenuhinya dengan inventory yang tersedia, dan ada tambahan 2 minggu
transportasi delay sebelum barang dikirim hingga sampai ke tangan konsumen.
Tujuan dari retailer, wholesaler, distributor, dan pabrik adalah untuk meminimasi
total cost baik secara individu maupun untuk sistem. Pada setiap minggunya,
masing-masing komponen rantai pasok harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Menerima kiriman baru dan mengupdate play sheet (incoming dan
available)
2. Menerima order dan meng-update play sheet (new order dan to ship)
3. Menghitung jumlah total barang yang akan dikirim (your delivery),
mencatatnya ke dalam kolom pengiriman yang tersedia dalam tabel
4. Menyetujui jumlah order baru, mencatatnya, kemudian memasukannya

pada kolom outbox.

Anda mungkin juga menyukai