Anda di halaman 1dari 6

Special Theme in Selection

Kin Selection - Altruism Infanticide


Marcheli Alexandra1 dan Diah Anggraeni1

Absrak
Perilaku kin selection yang akan mengarahkan kepada usaha mempertahankan salinan
gen yang dimiliki agar dapat terus diwariskan. Infanticide merupakan perilaku membuh
bayi (infant), dan membawa perubahan pada polah mengasuh anak dari suatu spesies
makhluk hidup. Dalam evolusi ketiga perilaku ini mengarah pada pembentukan dan
pewarisan perilaku pada suatu spesies dan akan menseleksi kelompok sedangkan gennya
akan diturunkan kepada anggota kelompoknya.
Kata kunci : kin selection, alutrism, infanticide

KIN SELECTION - Altruism


Seleksi keluarga merupakan strategi evolusi yang mendukung keberhasilan reproduksi
kerabat suatu organisme , bahkan dengan biaya untuk kelangsungan hidup organisme sendiri dan
reproduksi. Kin selection merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh kekerabatan antara
individual (Bourke, 1995 & 2005; Hamilton, 1975 dalam Foster, 2006). Di mana kekerabatan
akan menentukan perilaku spesies dalam upaya mempertahankan salinan gen yang ada dalam
kerabatnya. Kin selection juga dapat dijabarkan sebagai suatu fenomena dari kecocokan inklusif,
digunakan untuk menjelaskan tingkah laku altruisk antara individu-individu yang saling
berhubungan. Atau secara sederana dapat dikatakan suatu bentuk seleksi alamiah yang
menguntungkan kelompok-kelompok yang berisikan individu-individu yang masih berkerabat.
Charles Darwin (1809 - 1882) adalah orang pertama yang merumuskan teori perubahan
evolusioner secara bertahap yang disebabkan oleh mutasi adaptif yang dipilih dari sejumlah
varian acak. Dalam struggle for existence sedikit berbeda yaitu banyak varian bersaing satu
sama lain dan hanya sedikit yang dapat bertahan hidup. Gagasan Darwin tentang kelangsungan
hidup bagi yang terkuat tampaknya untuk menyampaikan gambaran bahwa di alam seperti istilah
merah di gigi dan cakar'' yaitu dimana pembunuhan kejam di mana hanya yang terkuat dan
yang paling kejam yang bisa menang. Darwin juga menekankan bahwa Tidak ada naluri yang
dihasilkan untuk kebaikan eksklusif hewan lain, tetapi setiap binatang mengambil keuntungan
dari naluri hewan lain (Brems, 2001).
1

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

Pada penjelasan masalah di atas, Darwin mengkhususkan pada serangga sosial. Pada saat
itu, sudah rahasia umum bahwa koloni hymenopteran (lebah madu, tawon, lebah, dan semut)
biasanya terdiri dari satu ratu mereproduksi dengan banyak pekerja steril. Hal ini khususnya
kasus sosialitas disebut eusociality". Selain individu kooperatif yang steril membantu hewan
yang subur untuk meningkatkan keturunan mereka, eusociality ditandai oleh sifat yang lain :
Setidaknya dua generasi tumpang tindih dalam tahap kehidupan di mana mereka mampu
kontribusi tenaga kerja koloni, sehingga keturunannya dapat membantu orang tua mereka selama
sisa siklus hidup mereka. Ditinggalkannya reproduksi oleh kasta pekerja adalah dilema besar
yang dikhususkan Darwin satu bab dalam bukunya On the Origin of Species. Sementara
kehadiran eksploitasi baik sesuai dengan aturan reproduce at the cost of your Competitors,
keberadaan yang sama jelas dari semua derajat altruism sampai dengan pengorbanan lengkap
reproduksi dan keberhasilan dalam mendukung organisme lain sepertinya merupakan hambatan
yang dapat diatasi (Brems, 2001).
Brock (2002) juga menjelaskan eusosietas pada serangga (misal pada semut dan lebah)
yang mana di eusosietas tersebut terdapat individu pekerja yang seumur hidupnya hanya
didedikasikan untuk mencari makan, mempertahankan koloni, dan merawat juvenil-juvenil tanpa
memiliki kesempatan untuk bereproduksi sama sekali (Queller and Strassmann, 1998);
menjelaskan wajib kerjasama pada beberapa spesies burung dan mamalia, penolong
biasanya berasal dari kerabat dari individu dominan yang bereproduksi, atau individu yang
pernah gagal dalam bereproduksi dan kemudian menolong kerabat dekatnya yang berasal dari
kelompok asalnya; dan pada beberapa sosietas kooperatif, kerabat dekat berkontribusi lebih pada
aktifitas kooperatif dibandingkan kerabat jauh atau individu yang bukan kerabat.
Solusi Darwin sendiri adalah untuk berasumsi bahwa koloni yang terbentuk semacam
super-organisme yang bersaing dengan koloni lainnya dalam cara yang sangat mirip dengan
yang individu lakukan. Untuk melihat koloni hewan sebagai super-organisme dengan anggota
mereka sebagai analog kasar dari sel telah lama dikenal dan merupakan konsep yang sangat
berguna, bahkan saat ini dipakai untuk studi tertentu. Gagasan keluarga atau seleksi kelompok
sejak zaman Darwin masih secara luas diterima dengan baik pada abad keduapuluh. Menurut ide
ini, unit seleksi untuk alel gen altruism awalnya individu akan menjadi koloni atau Deme.
Altruism, menyebar alel kerjasama dalam spesies, seperti koloni tanpa kejadian yang tinggi
1

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

(frekuensi gen) dari alel ini sehingga menjadi punah. Namun, dalam rangka untuk pemilihan
interdemic untuk menjadi efektif, kita harus berasumsi bahwa ada isnomigration antara
kelompok dan bahwa ada tekanan seleksi yang cukup, yaitu, tingkat kepunahan koloni sangat
tinggi. Selanjutnya seleksi individu akan selalu lebih cepat dibanding kelompok seleksi, karena
jumlah organisme individu jauh lebih besar daripada populasi dan omset tingkat individu jauh
lebih tinggi. Dengan demikian, seleksi kelompok tidak pernah bisa melawan seleksi individu.
Karena pertimbangan ini, seleksi kelompok akhirnya ditinggalkan sebagai penjelasan utama bagi
evolusi kerjasama. Sehingga pada seleksi kin akan menyelesksi kelompok atau populasi terbaik.
Altruisme adalah perilaku altruistik evolusi didorong oleh seleksi kekerabatan atau
anggota kelompok. Secara umum tipe kerabat dalam kin selection terbagi atas direct fitness
(keturunan langsung : anak dengan orang tua) dan indirect finess (tidak langsung : seorang anak
dengan sepupu). Seleksi keluarga adalah turunan dari kebugaran inklusif , yang menggabungkan
jumlah keturunan yang dihasilkan dengan jumlah individu dapat menghasilkan dengan
mendukung orang lain , seperti saudara kandung .
Adanya kecenderungan individu untuk meningkatkan kesejahteraan individu lain
nampaknya bertentangan dengan teori Darwin survival of the fittest. Dari sudut pandang gen,
perilaku altruistik dapat mementingkan kepentingan sendiri (selfish). Teori ini dapat dijelaskan
dengan lebih sederhana melalui Halmintons rule yaitu altruisme terjadi apabila rb-c0. Dimana c
adalah fitness cost untuk individu yang altruistik, b merupakan fitness benefit untuk recipient dan
r adalah hubungan genetik keduanya. Hal ini memprediksi bahwa altruisme terjadi apabila r atau
b lebih tinggi dan c lebih rendah. Perilaku dikatakan altruistik jika mengarah pada menurunnya
direct fitness, jadi altruisme hanya dapat disokong apabila indirect benefit lebih banyak daripada
direct cost (West, 2006). Jika individu tersebut membantu saudara kandung (r= 1/2)
dibandingkan saudara sepupu (r= 1/8) maka mekanisme tersebut disebut dengan Kin selection
(Seleksi Keluarga), yaitu mekanisme peningkatan kelestarian hidup insklusif Jadi kecenerungan
individu utuk terus mempertahankan gen yang telah diturunkan atau dibawa oleh kerabat
kelompoknya, jika ia berkorban keuntungannya akan lebih banyak jika dibandikan ia tidak
berkorban dan kelompoknya mati. Individu penolong menolong kerabat dekatnya untuk
bereproduksi dan selanjutnya tetap dapat meneruskan gennya ke generasi berikutnya, meskipun

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

secara tidak langsung (sebab kerabat yang dia bantu juga memiliki gen yang hampir sama
dengan dia) (West et al, 2002).
Altruisme merupakan perilaku naluriah yang dilakukan oleh berbagai macam makhluk
hidup untuk membantu proses hidup individu lain, seperti terjadi pada burung yang melakukan
warning call untuk melindungi sarang individu lain dari ancaman pemangsa. Selain itu perilaku
altruisme ini biasanya dilakukan oleh individu yang sudah cukup matang tetapi tidak memiliki
kesempatan untuk bereproduksi. Hambatan yang terjadi mungkin saja tidak dapat menemukan
pasangan atau tempat berbiak yang tepat. Dapat juga terjadi karena belum memiliki keterampilan
yang dibutuhkan untuk membuat sarang atau membesarkan anak. Dengan bersikap altruistik,
secara naluri ia dapat menyalurkan keinginannya untuk melakukan aktivitas reproduksinya.
Selain itu, dengan membantu individu lain, yang biasanya masih ada hubungan keluarga, ia akan
melatih keterampilan dalam membesarkan anak yang belum dikuasainya. Dapat dikatakan bahwa
perilaku altruistik bukanlah semata-mata perilaku yang merugikan si pelaku. Dari penjelasan di
atas, terlihat bahwa dengan membantu individu lain burung memperoleh keuntungan juga. Pada
proses ini terdapat prinsip win-win solution.

INFANTICIDE
Menurut Opie et al. (2013) dalam jurnal berjudul Male infanticide leads to social
monogamy in primates dibuktikan korelasi evolusi antra sosial monogamy, pola pergerakan
betina dan biparental care. Hanya dengan adanya infanticide akan meningkatkan kemungkinan
untuk berubah menjadi sosial monogamy. Monogamy menimbulkan adaptasi sekunder paternal
care (pengasuhan anak) dan berasosiasi kemudian mengalami perubahan. Penjelasan menarik
mengenai adanya monogamy adalah male infanticide. Intinya, dari jurnal ini membuktikan
bahwa perilaku telah terevolusi dari polygyny ke monogamy (yang terjadi pada saat ini).
Spesies dengan sosial monogamy memiliki tingkat infanticide yang rendah sehingga
menjadi sebuah strategi yang efektif. Sosial monogamy juga mengurangi kejadian infanticide
karena salah satu induk atau kedua induk akan mempertahankan anaknya. Pembagian tugas
antara kedua induk akan memperpendek periode ketergantungan infant terhadap induk betina
1

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

sehingga induk betina secara tidak langsung dapat bereproduksi kembali. Periode ketergantungan
infant pada saat laktasi. Pada saat laktasi, induk betina tidak dalam masa ovulasi (siap dibuahi).
memperpendek masa laktasi berasosiasi dengan biparental care. Dengan pendeknya masa laktasi
akan mempercepat terjadinya estrus dan menurunkan resiko infanticide. Pada spesies monogamy
mengalami perkembangan otak sehingga memiliki keturunan yang mengalami tingkat
kedewasaan lambat. Dengan adanya induk jantan mengurangi beban menjaga anak. Hal ini juga
terjadi pada manusia.
Infanticide mungkin terjadi karena beberapa sebab diantarannya; 1) Overcrowding.
Jantan merasa terancam karena populasi jantan di garis keturunan bawahnya lebih banyak,
sehingga dapat mengganikan posisi dirinya atau anaknya sebagai ketua kelompok kelak.
Sehingga pejantan menyerang bayi yang baru lahir agar tidak menjadi pesaingnya kealak, hal ini
terjadi pada singa. 2) Darwinian: Pejantan membunuh bayi betina agar betina tidak merawat bayi
dan bisa kembali berbiak untuk menghasilkan anak dari dirinya.
Peran kin selection, altruisme dan infanticide dalam evolusi
Kin selection dan altruistik berperan dalam usaha suatu spesies dengan kekerabatan yang
dekat untuk menurunkan gen yang dimiliki. Hal ini bertujuan agar salinan gen yang dimiliki oleh
suatu individu dapat terus diturunkan (khususnya untuk spesies dengan kekerabatan yang dekat).
Sedangkan pada infanticide yang berperan dalam evolusi adalah seleksi kelompok dimana
kelompok yang paling stabil akan lolos dalam evolusi dan akan memunculkan prilaku
monogamy.
KESIMPULAN
Kin selection dan altruisme dalam evolusi berperan pada cara (perilaku) mewariskan gen
dari generasi ke generasi selanjutnya. Altruisme merupakan bentuk dari kin selection, dimana
individu akan berusaha mempertahankan salinan gen (dengan melakukan pengorbanan diri) pada
kerabat dekat agar tetap dapat diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya. Sedangkan
infanticide akan memberikan perilaku monogamy. Dan ketiga theme of selection diatas akan
menyeleksi kelompok, bukan tingkat gen karena gen akan diwariskan ke keturunan berikutnya.
1

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Infanticide_(zoology) 21 Maret 2015
pukul 9:27 PM
Anonim. 2015. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Kin_selection 21 Maret 2015 pukul
9:00 PM
Catherine Driscoll. 2005. Killing Babies: Hrdy on the Evolution of Infanticide ; Biology and
Philosophy. Dartmouth College
Foster, Kevin R. et al. 2006. Trend in Ecology and Evolution : Kin Selection in the Key to
Altruism. Vol. 21 No.2.
Opie,Christopher et al. 2013. Diunduh dari http://www.pnas.org/content/110/33/13328.full 26.
21 Maret 2015 pukul 7:48 PM
Ridley, Mark. 2004. Evolution 3rd ed. Blackwell Science Ltd : USA

Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012

Anda mungkin juga menyukai