Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ibadah korban merupakan suatu ibadah yang sangat digalakkan didalam
islam,khususnya bagi mereka yang berkemampuan dari segi kewangan.Ibadah korban telah
disyariatkan oleh Allah SWT pada tahun kedua Hijrah.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya kami (ALLAH) telah memberi engkau (wahai Muhammad) kebaikan
yang banyak. Maha sembahyanglah engkau karena Tuhanmu dan sembelihlah (korbanmu).
(QS.Al-kautsar 1-2).
Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam yang di contohkan rasulullah SAW.
Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita petik di dalamnya. Di
laksanakan pada hari ke tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah
muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua
mendambahkan anak yang shaleh, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua
orangnya. Aqiqah adalah salah satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah
kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan,
kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilainilai ilahiyah.
Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai. Aqiqah
juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah yang di berikan
allah SWT terhadap kita. Aqiqah juga sebagai upaya kita menghidupkan sunnah rasul SAW,
yang merupakan perbuatan yang terpuji, mengingat saat ini sunnah tersebut mulai jarang di
laksanakan oleh kaum muslimin.
B. PEMBAHASAN MASALAH
Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa menghidupkan sunnahku disaat kerusakan pada umatku, maka baginya pahala
orang yang mati syahid. (al hadst) Aqiqoh untuk anak laki-laki dan anak perempuan yang
paling baik (afdhal) untuk anak laki-laki itu di sembelihkan dua ekor kambing atau domba
yang sama dan mirip dan umurnya juga bersamaan, sedangkan untuk anak perempuan di
sunahkan satu ekor. Hal ini berdsarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ummu Kurz
al_kabiyah, aku pernah mendengar rasulullah saw bersabda,untuk anak laki-laki dua

kambimg yang mirip dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. Akan tetapi, apabila
kemampuan orangtua hanya satu ekor kambing saja, hal itu juga diperbolehakan dan ia sudah
mendapatkan sunah yang dilakukan oleh rasulullah saw.
Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan ibnu abbas dan anas bin malik ra seperti
dibawah ini :
sesungguhnya rasulullah saw pernah beraqiqah untuh hasan satu kambing dan untuk husein
satu kambing.(HR Abu Daud dan Ibnu Hibban).
Rasulullah shallahualaihi wasallam mengaqiqahkan hasan dan Husain pada hari ke tujuh,
memberikan kedua-duanya nama dan baginda menyuru supaya menghilangkan dari pada
keduanya kesakitan kepala ( mencukur rambut kepala ). ( hadist riwayat al-hakim )
Setelah penyembelihan di laksanakan, di saran kan untuk mengelolah aqiqah itu
terlebilh dahulu sebelum di berikan, agar orang-orang miskin dan para tetangga yang
menerimanya tidak merasa repot lagi memasaknya. Hal ini akan menambah kebaikkan serta
rasa syukur terhadap nikmat tersebut. Para tetangga, anak-anak serta orang-orang miskin
dapat menikmati hidangan itu dengan gembira.

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
agama

BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Aqiqoh
Akikah (bahasa Arab: , transliterasi: Aqiqah) yang berarti memutus dan
melubangi, dan ada yang mengatakan bahwa akikah adalah nama bagi hewan yang
disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan dikatakan juga bahwa akikah
merupakan rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. Adapun maknanya secara syariat adalah
hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.
Hukum akikah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunah muakkadah, dan ini
adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam dan praktik langsung beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam. Bersama anak laki-laki
ada akikah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya
kotoran (Maksudnya cukur rambutnya). (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)
Perkataannya "Shallallaahu alaihi wa Sallam", yang artinya: maka tumpahkan
(penebus) darinya darah (sembelihan), adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena
ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu: Barangsiapa di antara kalian ada
yang ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan. (HR: Ahmad, Abu
Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).
Perkataan

beliau

Shallallaahu

alaihi

wa

Sallam,

yang

artinya:

ingin

menyembelihkan,.. merupakan dalil yang memalingkan perintah yang pada dasarnya wajib
menjadi sunah.
B. HUKUM AQIQOH
Hukum aqiqah adalah sunnah muakkad. Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor
kambing, sedangkan bagi wanita dengan seekor kambing. Apabila mencukupkan diri dengan
seekor kambing bagi anak laki-laki, itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi
kewajiban ayah (yang menanggung nafkah anak, pen). Apabila ketika waktu dianjurkannya
aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran, pen), orang tua dalam keadaan faqir (tidak mampu),
maka ia tidak diperintahkan untuk aqiqah. Karena Allah Taala berfirman (yang artinya),
Bertakwalah kepada Allah semampu kalian (QS. At Taghobun: 16)

Namun apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah, orang tua dalam keadaan berkecukupan,
maka aqiqah masih tetap jadi kewajiban ayah, bukan ibu dan bukan pula anaknya.
C. Syarat-syarat Aqiqah
a) Dari sudut umur binatang Aqiqah & korban sama sahaja.
b) Sembelihan aqiqah dipotong mengikut sendinya dengan tidak memecahkan tulang
sesuai dengan tujuan aqiqah itu sebagai Fida(mempertalikan ikatan diri anak
dengan Allah swt).
c) Sunat dimasak dan diagih atau dijamu fakir dan miskin, ahli keluarga, jiran tetangga
dan saudara mara. Berbeza dengan daging korban, sunat diagihkan daging yang
belum dimasak.
d) Anak lelaki disunatkan aqiqah dengan dua ekor kambing dan seekor untuk anak
perempuan
kerana mengikut sunnah Rasulullah.
Aisyah Radhiallahu anha katanya:
Maksudnya: "Afdhal bagi anak lelaki dua ekor kambing yang sama keadaannya dan
bagi anak perempuan seekor kambing. Dipotong anggota-anggota (binatang) dan jangan
dipecah-pecah tulangnya." (HR.AL-HAKIM).
D. Hikmah Aqiqoh
Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu berlombalomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang dipancarkan darinya,
sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya setan jin sudah mengadakan
penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut dilakukan oleh jin dalam rangka
membangun pondasi di dalam janin yang masih sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak
manusia tersebut menjadi dewasa dan kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya
itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal
serangan yang sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw. melalui
sabdanya berikut ini :



:


*

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila
seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:


Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai
Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan
kepada kami. Sekiranya hubungan aantara suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak.
Anak itu tidak akan diganggu oleh setan untuk selamanya

Riwayat Bukhari di dalam Kitab Nikah hadits nomor 4767

Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591

Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012

Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.

Disaat manusia sedang menjalani bagian kehidupan yang paling nikmat, mereka tidak
boleh lupa diri. Mereka tidak boleh lupa kepada Allah Taala. Kebahagiaan hidup itu harus
dimulai dengan berdzikir menyebut asma-Nya dan membaca doa. Hal itu harus dilakukan,
supaya kebutuhan biologis manusiawi tersebut dinilai sebagai amal ibadah. Ketika perbuatan
yang sering menjadikan manusia lupa diri itu menjadi amal ibadah, disamping mereka
mendapatkan pahala yang besar, juga apa saja yang ditimbulkan darinya akan menjadi buah
ibadah. Oleh karena ibadah berarti menolong di jalan Allah, maka Allah Taala akan selalu
memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman itu. Allah Taala menyatakan hal
tersebut dengan firman-Nya:

47/7: -
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS:47/7.
Dengan sebab pertolongan Ilahiyah tersebut, sejak saat itu juga calon anak manusia
itu akan mendapatkan perlindungan dari-Nya. Janin yang masih sangat lemah itu dimasukkan
dalam benteng perlindungan-Nya yang kokoh sehingga

setan jin tidak mampu lagi

mengganggu untuk selama-lamanya. Allah Taala telah menyatakan pula dengan firman-Nya:
15/42:

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,


kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. QS:15/42.
Adakah kasih sayang yang melebihi kasih sayang Allah Taala kepada hamba-Nya,
dan Rasulullah saw. kepada umatnya? Betapa seandainya tidak ada kasih sayang itu.
Seandainya kita tidak diajarkan oleh Rasulullah saw. usaha tandingan untuk menangkal
bahaya besar yang tidak banyak disadarai oleh manusia itu, adakah kira-kira manusia dapat
selamat dari ancaman setan jin yang sangat mengerikan itu?
Sementara sepasang anak manusia sedang asyik-asyiknya dalam keadaan lupa diri,
ternyata setan jin telah menyiapkan jurus-jurus ampuh. Jika seandainya tidak ada penangkal
tersebut barangkali dapat dipastikan, tidak ada seorang manusiapun mampu menyelamatkan
diri dari serangan jin yang mematikan itu.
Buah ibadah yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum mendatangi istrinya itu
disebut Nismatul ubudiyah sedangkan kehidupan yang mendiami janin di dalam rahim
seorang ibu itu disebut Nismatul adamiyah. Selama keberadaan nismatul adamiyah
didampingi nismatul ubudiyah, sampai kapanpun anak manusia tetap mendapatkan
perlindungan Allah Taala. Dengan perlindungan itu setan jin tidak mempunyai kekuatan
untuk menguasainya, kecuali manusia sendiri terlebih dahulu merusak sistem perlindungan
tersebut dengan berbuat kemaksiatan dan dosa. Akibat dosa-dosa yang dilakukan itu dengan
sendirinya nismatul ubudiyah akan meninggalkan nismatul adamiyah, sehingga terbuka
peluang bagi setan jin untuk menguasai manusia
Ketika persetubuhan itu tidak dilandasi dengan nuansa ibadah, tidak diniati dengan
niat yang baik, hanya memperturutkan dorongan hawa nafsu belaka, lebih-lebih lagi
dilaksanakan dalam kondisi masih haram, sehingga sejak proses awal kejadian anak manusia
itu tidak mendapatkan nismatul ubudiyah, tidak mendapatkan sistem penjagaan malaikat
untuk melindungi jalan hidupnya, maka sejak masih berbentuk janin itu, anak manusia
tersebut sudah terkontaminasi anasir-anasir jin. Akibatnya, sejak itu pula menjadi sangat
rentan mendapatkan gangguan setan jin, baik jasmani maupun ruhaninya. Jasmaninya dalam
arti sangat rentan mendapatkan berbagai macam penyakit yang penyebabnya datang dari
dimensi alam jin dan ruhaninya dalam arti baik kesadaran maupun karakternya rentan
mendapatkan gangguan jin. Dengan demikian itu berarti, bagian kehidupan
anak manusia itu telah tergadai di dalam kekuasaan setan jin sehingga kapan saja jin dapat
melaksanakan niat jahatnya. Allah Taala telah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
74/38: -

Tiap-tiap jiwa dengan apa yang telah diperbuatnya akan tergadai. QS:74/83.
Akibat dari kesalahan tersebut, jiwa anak manusia bagaikan sudah digadaikan oleh
orang tuanya kepada setan jin, maka dia membutuhkan tebusan untuk membebaskannya.
Oleh karena itu, berkat rahmat-Nya yang Agung, Allah Taala masih memberikan kesempatan
kepada setiap orang tua untuk menebus jiwa anaknya tersebut dengan melaksanakan sunnah
Rasulullah saw yang disebut Aqiqoh.
Sebagaimana pelaksanaan ibadah qurban laki-laki dengan dua ekor kambing dan
perempuan dengan satu ekor kambing Aqiqoh juga demikian. Rasulullah saw.
sebagai seorang Rasul yang Mashum atau yang sudah mendapat jaminan keselamatan dan
penjagaan dari akibat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, beliau melaksanakan Aqiqoh untuk
putra-putrinya hanya selang tujuh hari setelah hari kelahirannya.
Hal itu berarti mengandung pelajaran bagi umatnya tentang demikian besarnya hikmah
Aqiqoh.
Jika diambil arti secara filosofi, tujuan aqiqoh juga seperti tujuan ibadah qurban,
yakni melaksanakan tebusan atau yang disebut dengan istilah Fida. Artinya; yang semestinya
Nabi Ismail as. mati kerena saat itu Nabi Ibrahim as. mendapatkan perintah untuk
menyembelihnya, namun kematian itu ditebusi oleh Allah Taala dengan kematian seekor
binatang qurban. Sehingga sejak itu, setiap hari Raya Qurban kaum muslimin disunnahkan
untuk melaksanakan qurban dengan menyembelih binatang qurban. Seperti itu pula tujuan
aqiqoh yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Yakni melaksanakan
penebusan barangkali di saat kedua orang tua tersebut melaksanakan kuwajiban nafkah badan
ada kehilafan. Maksudnya, bagian kehidupan anak yang sudah terlanjur tergadaikan kepada
setan jin akibat kesalahan yang diperbuat, orang tua itu dianjurkan melaksanakan tebusan
dengan melaksanakan aqiqoh bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu hendaknya umat Islam melaksanakan aqiqoh untuk anak-anaknya
dengan sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Taala.
Aqiqoh boleh dilaksanakan bersamaan pelaksanaan hajad- hajad yang lain, hal itu karena
daging aqiqoh dianjurkan dibagikan dalam keadaan matang. Boleh untuk walimatul ursy,
atau walimatul khitan umpamanya, asal dalam pelaksanaan itu tidak dibarengi dengan niatniat yang tidak terpuji. Aqiqoh tidak boleh dibarengi dengan niat-niat yang dapat
membatalkan pahala ibadah, misalnya untuk berbuat bangga-banggaan atau untuk perbuatan
riya dan pamer, atau perbuatan yang sifatnya mubadzdzir menurut hukum agama islam,
seperti pesta-pesta perkawinan yang sifatnya hanya untuk menunjukkan status dan
kehormatan duniawi, hanya untuk pamer kesombongan dan bangga-banggaan. Hal itu

dilakukan agar aqiqoh yang dilaksanakan itu benar-benar mencapai target sasaran.
Menjadikan kafarot atau peleburan bagi dosa-dosa dan kesalahan yang telah terlanjur
dilakukan oleh kedua orang tua.
Jadi, salah satu hikmah aqiqoh adalah, disamping diniatkan untuk melaksanakan
sunnah Rasul saw, juga dapat dijadikan media atau sarana bagi usaha penyembuhan orang
yang telah terlanjur jiwanya tergadaikan kepada setan jin sehingga badannya dihinggapi
berbagai penyakit. Aqiqoh yang dilaksanakan itu bukan dalam arti kambing yang disembelih
itu kemudian dipersembahkan kepada jin yang sedang memperdaya orang yang sakit
sehingga hukumnya menjadi syirik. Hal tersebut sebagaimana yang disangkah oleh sebagian
kalangan yang tidak memahami ilmunya. Namun dilaksanakan semata-mata melaksanakan
syariat agama. Dengan asumsi, bahwa ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba bukan
untuk kepentingan Allah Taala, tetapi pasti ada kemanfaatan bagi orang yang malakukannya.
Hal itu bisa terjadi, karena secara sunatullah, Allah Taala sudah menetapkan bahwa setiap
amal kebajikan pasti dapat menghilangkan kejelekan, asal kebajikan tersebut dilaksanakan
semata-mata melaksanakan perintah-Nya. Allah Taala telah menegaskan dengan firman-Nya:
11/114: -
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatanperbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. QS:11/114.

E. Syarat Akikah
Hewan dari jenis kibsy (domba putih) nan sehat umur minimal setengah tahun dan
kambing jawa minimal satu tahun. Untuk anak laki-laki dua ekor, dan untuk anak perempuan
satu ekor
F. Hewan Sembelihan
Hewan yang dibolehkan disembelih untuk akikah adalah sama seperti hewan yang
dibolehkan disembelih untuk kurban, dari sisi usia dan kriteria.
Imam Malik berkata: Akikah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan
haji) dan udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam akikah ini hewan yang picak, kurus, patah
tulang, dan sakit. Imam Asy-Syafi'iy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan akikah ini
cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban.

Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam akikah ini tidak
diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al Azwaj Ats
Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat yang ganjil yang tidak
dianggap.
Namun di dalam akikah tidak diperbolehkan berserikat (patungan, urunan)
sebagaimana dalam udhhiyah, baik kambing/domba, atau sapi atau unta. Sehingga bila
seseorang akikah dengan sapi atau unta, itu hanya cukup bagi satu orang saja, tidak boleh
bagi tujuh orang.
G. Kadar Jumlah Hewan
Kadar akikah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk
perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh: Sesungguh-nya Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba.
(Hadis shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud)
Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi anak
laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadis-hadis berikut ini
1. Ummu Kurz Al Kabiyyah berkata, yang artinya: Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
memerintahkan agar dsembelihkan akikah dari anak laki-laki dua ekor domba dan
dari anak perempuan satu ekor. (Hadis sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan)
2. Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, yang artinya: Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam memerintahkan mereka agar disembelihkan akikah dari anak laki-laki dua
ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor. (Shahih riwayat At
Tirmidzi)
Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari
dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita dalam
banyak hal.

H. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan akikah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: Setiap anak itu
tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur,
dan diberi nama. (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At
Tirmidzi)
Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada
hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan
hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau
berkata yang artinya: Hewan akikah itu disembelih pada hari ketujuh, keempatbelas, dan
keduapuluhsatu. (Hadis hasan riwayat Al Baihaqiy)
Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di
kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke dua
puluh satu adalah sifatnya sunah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga
melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.
Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk
disembelihkan akikahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah
berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.
Akikah adalah syariat yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang
belum di sembelihkan hewan akikah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa
menyembelih akikah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan bila tidak
diakikahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa.
wallahu Alam.
I.

Pembagian daging akikah


Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, menghadiahkan

sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak
apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk
menyantap makanan daging akikah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunahnya dia
memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan

mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman
dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu
Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau
sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas
diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir
untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam
Al lajnah Ad Daimah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aqiqoh merupakan penyembelihan kambing dimana saat anak dilahirkan pada hari
ketujuh. Dan hukumnya sunnah muakad. Dan hendaklah orang yang berqurban melaksanakan
qurban karena Allah semata. Jadi niatnya haruslah ikhlas lillahi taala, yang lahir dari
ketaqwaan yang mendalam dalam dada kita. Bukan berqurban karena riya` agar dipuji-puji
sebagai orang kaya, orang dermawan, atau politisi yang peduli rakyat, dan sebagainya.
Sesungguhnya yang sampai kepada Allah SWT adalah taqwa kita, bukan daging dan darah
qurban kita.

Anda mungkin juga menyukai