Bab 1 Teknologi Adukan Mortar
Bab 1 Teknologi Adukan Mortar
TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR
1.1 Pendahuluan
Pengertian :
Adukan untuk pasangan bata dan plesteran tersusun dari bahan perekat,
agregat halus dan air sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan
(konsistensi yang enak untuk dikerjakan/ workable).
Adukan untuk pengisi (grouting) mempunyai workability sangat tinggi
sehingga adukan tersebut dapat mengalir dengan mudah.
Bahan Adukan
a. Perekat
Umumnya perekat mineral, seperti :
Semen Portland
Kapur
Kapur dan Pozolan
Semen Portland dan Pozolan
Semen Portland dan Kapur
b. Agregat halus
Pasir alam, seperti pasir alami dan pecahan batu
Agregat halus buatan
c. Bahan pengisi
Tepung batu
Bahan Pozolan
d. Air
1.2
Persyaratan bahan
1.2.1
Agregat
Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain menurut ASTM sebagai
berikut:
Lubang ayakan,mm
4,8
Standar ASTM
100
2,4
95-100
97
1,2
60-100
84
0,6
35-70
50
0,3
15-35
27
0,15
0-15
Susunan
besar
butir
yang
ditetapkan
dengan
angka
kehalusan
Perekat
Perbandingan campuran
Sebaiknya dalam perbandingan berat, karena perbandingan dan jumlah
Kapur padam
PC
Tras alam
Semen merah
Pasir biasa
bahan
0,325 bagian volume
0,51 bagian volume
0,48 bagian volume
0,57 bagian volume
0,58 bagian volume
bagian
0,225 bagian volume
0,25 bagian volume
0,25 bagian volume
0,175 bagian volume
0,175 bagian volume
lecak, enak dikerjakan, plastis, dapat menahan air, memiliki kekuatan rekatan
yang cukup baik, stabil/tidak banyak berubah volumenya, tahan lama dan
memberikan penampilan yang baik.
reaksi kapur dengan udara atau dengan agregat lebih lama. Bila dalam adukan
mengandung partikel halus seperti lumpur atau tanah maka sebagian partikel
membentuk koloid yang menahan air juga dan air yang diserap tersebut akan
terlepas bila udara sekelilingnya kering.
Partikel agregat yang kasar, menyerap air lebih sedikit karena luas
permukaan kecil serta daya kohesi dengan air relatif kecil terutama jika
butirannya padat dan keras sehingga cenderung untuk lebih mudah terjadi
bleeding.
Sifat dapat menahan air ini diuji di laboratorium dengan mengukur
perbedaan kelecakan adukan sebelum dan sesudah diisap airnya. Misalnya
sebelum diisap flownya 100 dan sesudah diisap dengan besarnya isapan 5cmHg =
85 maka nilai retentivitasnya = 85 x 100% = 85%
100
Makin kecil nilai retentivitas adukan kurang baik karena mudah untuk
bleeding. ASTM C 270 mensyaratkan nilai retentivitas minimum 70%. Nilai
retentivitas adukan harus sebanding dengan besarnya daya serap air bata agar daya
lekat dan proses pengerasan adukan berjalan sempurna.
Untuk mencapai workability yang baik, yaitu dapat dikerjakan dengan
baik, diratakan (difinishing) dengan baik dan mempunyai retentivitas yang sesuai,
dapat dicapai dengan :
Modifikasi bahan perekat
Penambahan bahan reaktif atau bahan pengisi
Retentivitas dibuat lebih baik sehingga adukan dapat dipertahankan lebih
lama
Modifikasi agregat halus dan pengisi.
Adukan juga harus mempunyai penyusutan serendah mungkin yang dapat
dicapai antara lain dengan modifikasi semen.
d. Daya serap air bata (suction rate)
Kuat tekan adukan ditentukan dengan cara uji yang sama dengan uji kuat
tekan semen Portland.
Komposisi
Tipe M
Tipe S
Tipe N
Tipe O
Tipe K
Kuat Tekan
Psi, kg/cm2
2500 psi 172 kg/cm2
124
52
24
Mutu
adukan
Kapur
pasir
Semen
kapur pasir
Semen
pasir
Semen
pasir&bahan
pembantu
Semen
tembok
pasir
Kuat
tekan
N/mm2)
1
2
3
4
5
1:2
1:3
1 : 1/2 : 3
1:1/2:41/2
1:1:(5-6)
1:2:(8-9)
1:3:(10:12)
1:3
-
1:4
1:6
1:(7-8)
1:8
1:3
1:41/2
1:6
1:7
7hr
7,0
3,5
1,0
0,7
-
Tras
Semen
Merah
Kapur
padam
Pasir
1
1
1
1
2
1
-
1
1
1
2
-
1
1
1
3
1
11/2
1
1
-
1
2
3
4
3
5
5
5
2
4
1
1
1
1
-
1
-
1
1
-
2
1
2
3
4
1
1
4
3
Tujuan Pemakaian
Aduk Perekat
Pondasi konst.berat
rumah biasa
sederhana
Dinding rumah
Pondasi rumah
sederhana
Dinding rumah
Trasraam dinding
Pondasi rumah
Plesteran
Dinding lama/ baru
Dinding baru
Trasraam
Lantai
Anyamanbambu/kawat
Dekat laut
Dinding
28hr
11,0
5,5
2,5
1,0
-
1,7
1.8
Pencampuran merata
a. Terdiri dari :
1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :
Bata pejal
Masif atau kalau mempunyai lubang , tidak lebih dari 15%
Bata berlubang
Jumlah luas penampang lubang antara 15% - 35%
Bata berongga/ bata kerawang/ hollow brick
Jumlah luas penampang lubang antara 35% - 75%
2. Bata tidak dibakar :
Bata jenis ini dibuat pejal dan berongga, terdiri dari :
Bata tanah stabilisasi
Bata tras kapur/ Batako
Bata beton
b. Ukuran bata
1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :
Bata pejal
- tebal
Kuattekanbruto,min.
Rata2kg/cm2
100
Kuat tekan bruto
masing2
bendauji
min.kg/cm2
90
Penyerapan
air
rata2,maks%
25
Syarat
kapur
bata
tras
70
40
25
70
50
35
20
65
35
21
65
35
21
17
35
25
35
II
III
II
III
Pejal
Berlubang
ada ikatan silang atau ikatan palang (cross bond) dimana siar vertikal satu sama
lain berselang keatas, dalam jarak 1/2 bata.
Untuk mendapatkan pasangan bata yang kuat, perlu diperhatikan hal sbb:
Usahakan agar jumlah sambungan sesedikit mungkin
Seandainya bata harus dipotong usahakan ukuran yang umum misalnya 1/2
bata
1.9
pembuatan besar
pengaruhnya terhadap sifat pasangan bata, maka sifat pengerjaan, sifat aduk
pasangan dan rencana konstruksi pasangan bata menjadi penting dan berkaitan
satu sama lain .
Beberapa sifat yang penting antara lain :
a.
bata. Untuk bata beton tebal min.15cm untuk bata pejal dan 20cm untuk
bata berlubang. Tinggi dinding tidak lebih dari 12m. Jika lebih maka tebal
dinding min.30cm, pada tiap jarak 2,5 m diberi penguat 20x30cm.
b.
Susut muai
Susut muai bata berkisar 31-33x10-4 inci/ F.Sebagai perbandingan susut
muai beton sebesar 604 x 10-5 inci/ F (separuh dari bata). Walaupun sangat kecil
sebaiknya panjang dinding maksimum 30 m dan dilengkapi dengan siar
sambungan/ expansion joint.
d.
bata
tanah
liat
lebih
tahan
terbakar
daripada
bata
Lapisan plesteran
Jumlah lapisan ideal dua lapis dengan ketebalan10-15mm tiap
lapisnya
1.11
anorganik alam,
yang
bersifat
tras/pozolan, pasir dan batu alam, batu apung, serat asbes, dll
Agregat anorganik buatan, seperti terak tanur tinggi, artificial light
weight aggregate (ALWA), serta fly ash dan sisa bakaran batu bara,
dsb.
1.13
Proses pembuatan
Komposisi :
Komposisi yang baik 1 kp : 4 6 tras alam = kuat tekan + 70 kg/cm2
Adukan lebih kurus
1 kp : 8 tras alam
Sama seperti bata tanah stabilisasi dicetak dengan alat sederhana pres
ungkit Cinva Ram, dan dirawat di tempat teduh dan dijaga agar tetap lembab.
Sifatnya tidak rapat air, penyerapan tinggi, susut muai besar sehingga
harus dipakai di tempat dimana perubahan basah kering tidak terlalu basah.
Apabila trasnya baik, tahan air kotor, kekuatan akan meningkat jika
ditempatkan di tempat yang basah, tetapi perlu dilindungi dengan aduk rapat
air atau trasraam.
3. Bata Beton / Conblock
Bahan :
PC, agregat anorganik mineral (pasir dan kerikil) serta air
Syarat agregat sama dengan syarat untuk beton biasa, hanya besar butir dan
gradasinya tersendiri sebagai berikut :
Butir maksimal 10 mm untuk bata pejal dan 2/3 tebal dinding tertipis untuk
bata berlubang
FM 3,45 3,70 maksimal 4,25
Susunan butir, antara lain sebagai berikut :
Tertahan di
Lolos
Agregat alam
Agregat
buatan
Nihil
Nihil
10
05%
05%
4,8
20 30 %
16 28 %
2,4
10 23 %
21 29 %
1,2
10 20 %
16 24 %
0,6
10 20 %
11 19 %
0,3
10 20 %
6 14 %
0,15
5 15 %
39%
0,15
1,5 10 %
39%
12,5 mm
Faktor air semen berkisar 0,4 0,5. Jika dicetak dengan getaran maka fas
dengan agregat padat 0,33 0,35. Agregat ringan 0,35 0,38.
Perbandingan campuran :
Agregat alam :
Ps dan kerikil alam
= 1 PC : 8 12 agregat
= 1 PC : 7 12 agregat
= 1 PC : 6 8 agregat
Lempung belah
= 1 PC : 6 9 agregat
= 1 PC : 4 6 agregat
Expanded slag
= 1 PC : 5 7 agregat
= 1 PC : 4 6 agregat / pasir
Pencampuran :
Sama dengan untuk beton, atau pengaduk berputar / rotary blade mixer.
Untuk agregat padat : Agregat dan semen diaduk kering, baru ditambah
seluruh air pengaduk.
Untuk agregat ringan : Agregat dulu, tambah 2/3 air, aduk, tambah air
semua.
Pencetakan :
Sebaiknya digetar dengan frekuensi 1500 rpm selama 30 detik.
Perawatan :
Dalam cetakan 1 hari, setelah itu 21 hari atau 7 hari dengan tekanan uap
rendah, atau 12 jam dengan tekanan 8 atm.
Pemakaian :
Untuk dinding, balok, elemen prategang, lantai (paving block).
4. Bata kapur pasir
Tidak dibuat di Indonesia.
Bahan :
Kapur padam/tohor 4%-10%, pasir dengan silika 85%, min.85%, air
sampai adukan lembab dan pewarna maksimum 2 %.
Pembuatan
Kapur dan pasir digiling halus dalam ballmill 0,1mm
Ditambah sedikit air, diaduk
Dicetak dengan alat pres yang bertekanan 500-600 kg/cm2
Setelah dicetak, dikeraskan dengan auto clave bertekanan tinggi (10 17
atm) selama 8 12 jam.
Autoclave didinginkan, bata langsung dapat dipakai dengan kuat tekan 380
350 kg/cm2 dan berat jenis > 1800 kg/m3.
5. Beton Gas (Celcon / Hebel)
Disebut juga beton busa / foamed concrete atau beton cell (cellular concrete)
adalah beton yang mengandung gelembung-gelembung udara halus yang
tersebar merata.
Bahan :
Kapur padam, pasir silika halus dan bubuk atau tepung alumunium 100
gr atau 300 gr
Pembuatan
untuk setiap M3 beton dengan berat isi 0,32 atau 0,96 kg/dm3
Setelah dingin, blok beton busa dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan.
Bahan dapat diganti kapur dengan PC dan pasir dicampur dengan fly ash.
Sifat
Semen Portland biasa (tipe I), bila lapisan kepala akan diberi warna,
dipakai semen putih.
Pewarna / pigmen oksida logam.
Agregat :
Untuk lapisan kaki : Pasir harus baik, besar butir maksimal 1/5 tebal
lapisan. Untuk ubin semen dengan tebal 20 mm dan tebal lapisan kaki 15
mm, besar butir maksimal 3 mm. Untuk ubin teraso, tebal lapisan kaki 2/3
tebal ubin dan butir maksimal juga 1/5 tebal lapisan.
a. Pencampuran bahan :
Lapisan kaki : 1 PC : 4 6 pasir dengan air sedikit.
Lapisan antara : 1 PC : 2 4 pasir digiling sampai 80 mesh dengan tebal 3
5 mm, untuk menambah kuat lentur ubin.
Lapisan kepala
-
Ubin semen biasa : Bubur semen cair, semen yang diberi air sampai
lembab.
b. Pencetakan :
Pada alas ditaburkan lapisan kepala, antara, dan terakhir lapisan kaki
Di pres dengan tekanan 40-60 disimpan untuk manual dan 100-200 kg/cm 2
jika menggunakan mesin
Setelah itu lembaran dilepas dari drum penggulung, diterima plat datar
sebagai penopang untuk pengerasan selama satu malam. Hasil : plat rata.
Bahan :
Dirawat
Dipotong-potong tepinya agar rata.
Sifat
Tidak tahan air, tidak tahan api ( maksimum 300oC), dapat dipaku
3. Pulp Cement Board
Bahan:
Pulp (bubur kayu) dan PC
Pembuatan :
Sama dengan semen asbes
Sifat:
Tidak tahan air, tidak tahan api
4. Papan semen kayu dan papan wool kayu
Papan semen kayu (yumen,wood cement board) dibuat dari pecahan
kayu/ wood chip dengan perekat PC. Sedangkan papan wool kayu (wood wool
cement board) dibuat dari kayu yang diserut halus/ wood wool
Bahan:
Kayu 80% dan 20% perekat PC dicampur fly ash atau tepung batu kapur.
Pembuatan :
Kayu direndam air kapur dikeringkan
Adukan yang agak encer (slump + 50 mm) diisi ke dalam cetakan yang
bergetar, selama 30 detik setiap lapis pengisian. Penggetaran dengan pin
vibrator, penggetar tempel atau meja penggetar. Jika digetarkan setelah
setelah penuh maksimum 60 detik.
d. Cara Packerhead
1.14
2. Bentuk lembaran:
Serat semen untuk langit-langit; semen asbes: baik untuk langit-langit,
atap (rata
atau bergelombang), atau untuk dinding.
3. Bentuk pipa:
Pipa beton tanpa tanpa tulangan atau dengan tulangan.
4. Bentuk balok atau tiang:
Tiang beton untuk kabel listrik, tiang pancang atau balok jembatan.
5. Bentuk khusus, didasarkan pada pesanan:
Bak beton, closet, septiktank, talang, balok tanda jalan, saluran terbuka,
dll.
Penamaan lain
Penaman lain disebut menurut proses, sifat, bahan yang dipakai, seperti:
bata kapur pasir, celcon/hebel, yumen (lembaran/potongan dari pecahan
kayu/semen), papan semen wol kayu, beton bermis (beton dari batu apung), bata
sekam padi, ferro cement, dll.
1.15
1.16.
RINGKASAN
Adukan untuk pasangan bata tersusun dari bahan perekat, agregat halus dan air
sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan (konsistensi yang enak
untuk dikerjakan/ workable). Bahan adukan terdiri dari perekat mineral, agregat
halus, pengisi dan air. Jika diperlukan dapat menggunakan bahan tambah baik
mineral maupun kimia. Adukan dapat digunakan untuk aduk pasangan, plesteran,
ataupun komponen bangunan berbentuk bata/ blok, kepingan ubin dan genteng,
lembaran panel dinding dan penutup atap (plafon), pipa air bersih dan kotor, tiang
tiang hias, alat-alat sanitair, dsb. Susunan campuran harus memenuhi kriteria
kekuatan, workability, dan peruntukannya. Sifat penting untuk menghasilkan
pasangan bata yang baik antara lain: lecak, enak dikerjakan, plastis, dapat
menahan air, memiliki kekuatan rekatan yang cukup baik, stabil/tidak banyak
berubah volumenya, tahan lama dan memberikan penampilan yang baik. Untuk
memenuhi hal tersebut sifat adukan segar yang harus diperhatikan adalah
konsistensi normal, workability, kemampuan menahan pelepasan air yang harus
diimbangi dengan laju penyerapan air bata, susut muai serta daya rekat adukan.
Sedangkan sifat adukan keras meliputi kekuatan tekan, modulus elastisitas dan
kuat lentur. Bata yang digunakan untuk pasangan adalah bata tidak dibakar dan
dibakar, dengan kuat tekan berkisar 25 250 kg/cm 2.Sifat pasangan bata yang
harus diperhatikan adalah ikatan pasangan, kuat tekan, kuat lentur, susut muai,
pengaruh basah kering, dan kemampuan menyekat panas. Plesteran harus
1.17
Soal-soal