Laporan Kasus Meningitis TB (R. Cempaka)
Laporan Kasus Meningitis TB (R. Cempaka)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MENINGITIS TB
DI RUANG CEMPAKA RSU BANYUMAS
Profesi Stase Keperawatan Medikal Bedah
DISUSUN OLEH :
ERWI ROCHMA PANGESTUTI
AYU KHUZAIMAH KURNIAWATI
ARIKH RATNA PURWADI
TINJAUAN TEORI
MENINGITIS TB
I.
TUBERKULOSIS PARU
A. DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddart, 2002). Tuberkulosis adalah
penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dapat ditularkan
ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Soeparman, 1998).
B. ETIOLOGI
Agen infeksius utama adalah mycobacterium tuberculose, sejenis kuman
berbentuk batang. Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi
pada manusia adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii,
Mycobacterium intracellulare.
Sifat kuman :
1. Tahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertahuntahun dalam lemari es), kuman ini bersifat dormant.
2. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman tahan
terhadap asam dan gangguan kimia serta fisik.
3. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler (dalam
sitoplasma makrofag, karena makrofag mengandung banyak lipid).
4. Bersifat aerob, yaitu menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya (Oksigen apikal paru lebih tinggi daripada bagian lain,
sehingga bagian apikal merupakan tempat prediksi penyakit TBC).
C. FAKTOR RESIKO
Cara penularannya yiautu dari orang ke orang melalui udara. saat
individu yang terinfeksi bicara, batuk, bersin, tertawa, atau bernyanyi, maka ia
melepaskan droplet.
Individu yang beresiko tinggi untuk tertular TBC :
1. Kontak dekat dengan penderita TB aktif.
2. Individu imunosupresif (lansia, penderita kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid, penderita HIV).
3. Pengguna obat-obatan intravena dan alkoholik.
4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan,
etnik ras minoritas)
5. Individu dengan masalah kesehatan tertentu (misalnya : DM, CRF,
silikosis, pentimpangan gizi, bypass gastrektomi/yeyunoileal).
6. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara,
Afrika, Amerika Latin, Karibia).
7. Penghuni perumahan kumuh.
8. Petugas kesehatan.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut American Thoracic Society, 1981 :
1. Kelas O : tidak ada jangkitan TBC, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat
terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
2. Kelas 1 : terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi (riwayat pemaparan, reaksi
tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
3. Kelas 2 : ada infeksi TBC, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit
tuberkulin bermakna, pemeriksaan bakteri negatif, tidak ada bukti klinik
maupun radiografik)
4. Kelas 3 : terinfeksi TBC dan sakit. Lokasi penyakit : paru-paru, pleura,
limfatik, tulang dan atau sendi, kemih kelamin, diseminata (millier)
meningeal, peritoneal.
5. Kelas 4 : terinfeksi TBC, saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada
riwayat mendapat pengobatan pencegahan TBC atau ada temuan
radiologik yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinnya
bermakna, pemeriksaan bakteriologik jika dilakukan negatif, tidak ada
bukti klinik dan radiografik tentang adanya penyakit pada saat ini).
6. Kelas 5 : orang dicurigai mendapatkan TBC (diagnosa ditunda).
Klasifikasi yang banyak dipakai di Indonesia :
1. TB paru
2. Bekas TB paru
3. TB paru tersangka, yang terbagi menjadi :
a. TB paru tersangka yang diobati
Sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif
b. TB paru tersangka yang tidak diobati
Sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan :
1. Status bakteriologis
a. Mikroskopik sputum BTA (langsung)
b. Biakan sputum BTA
2. Status neurologik, kelainan yang relevan untuk TB paru
3. Status klinik, gejala-gejala yang relevan untuk TB paru
4. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti TB
Klasifikasi sistem lama :
1. TB primer (childhood TB)
2. Tb post-primer (adult TB)
3. TB paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent
4. TB minimal : terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada 1 paru
maupun kedua paru
bronkhopnemoni
(terjadi 2-10 mg stl
paparan)
penyakit aktif
tuberkel ghon pecah
melepaskan bahan seperti keju dalam
bronkhi
penyembuhan tuberkel
penyebaran ke lingkungan
F. GEJALA KLINIS
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influensa
Kadang-kadang suhu badan mencapai 40-410C
2. Batuk
Terjadi karena ada iritasi bronkhus
Fungsi batuk : membuang produk-produk radang keluar
Sifat batuk : non produktif-produktif (setelah terjadi peradangan)
hemoptue (pembuluh darah pecah)
3. Sesak nafas
Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltratnya sudah
bagian paru
4. Nyeri dada
Jarang ditemukan
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia, BB menurun,
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa TBC ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, rontgent dada, usap basil tahan asam (BTA), kultur sputum
dan tes kulit tuberkulin.
1. Pemeriksaan fisik
a. Sering tidak menunjukkan kelainan, karena hantaran getaran/suara
yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
b. Tempat yang dicurigai apeks paru, jika ada : perkusi redup, auskultasi
(bronkhial) ronchi basah kasar dan nyaring
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang meragukan
Pada awal sakit : Al meningkat, LED meningkat, limfosit menurun
Jika sudah sembuh : AL normal, limfosit meningkat, LED normal
Pemeriksaan serologis : Takahashi (TB masih aktif/tidak)
b. Sputum
Fungsi pemeriksaan :
Menentukan kuman penyebab
Memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan
c. Tes tuberkulin
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. TB paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen anti TB)
selama periode 6-12 bulan
b. Jenis obat yang dipakai :
Obat primer : isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin,
etambutol.
Obat sekunder : etionamid, protionamid, sikloserin, kanamisin,
P.A.S (Para Amino Salicyclic Acid), tiasetazon, Viomisin,
Kapneomisin.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada klien TB adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi trakheobronkhial yang
sangat banyak
b. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif b.d pola perawatan
kesehatan keluarga, defisit pengetahuan, ketidakberdayaan, kesulitan
ekonomi
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, perubahan status nutrisi, demam
d. Kurang pengetahuan b.d kurang paparan, tidak mengenal/familiar
dengan sumkber informasi
e. Defisit perawatan diri b.d ketidakmampuan melakukan aktivitas untuk
pemenuhan kebutuhan ADL
f. Cemas b.d perubahan status kesehatan, perubahan fungsi peran, biaya
perawatan
Masalah kolaborasi ;
1. Malnutrisi
2. Efek samping, misal : obat-obatan : hepatitis, perubahan neurologis
(ketulian atau neuritis), ruam kulit, gangguan gastrointestinal
3. Resistensi banyak obat
4. Penyebaran infeksi TB (TB milliaris)
I. EVALUASI PENGOBATAN
1. Klinis
Kontrol setiap minggu selama 2 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu
selama sebulan dan seterusbya 1 kali per bulan
Keluhan menurun sampai hilang
2. Bakteriologis
2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai : jadi negatif
Waktu periksa : 1 kali per bulan
Setelah negatif tetap diperiksa minimal 3 kali berturut-turut
3. Radiologis
Dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
II.
MENINGITIS
A. DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur
(Brunner & Suddart, 2002)
B. KLASIFIKASI
1. Meningitis aseptik
Mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukemia/darah di ruang subarakhnoid
2. Meningitis sepsis
Meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
Meningococcus, Stafilococcus atau Bacillus influenza
3. Meningitis tuberkulosa
Meningitis yang disebabkan oleh Bacillus tuberkel
C. ETIOLOGI
1. Infeksi melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi
bagian-bagian yang lain, seperti selulitis atau penekanan langsung seperti
setelah cedera traumatik tulang wajah
2. Iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif (seperti pungsi lumbal)
atau alat-alat invasif (seperti alat pemantau TIK)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala dan demam
2. Perubahan tingkat kesadaran
Disorientasi, gangguan memori : terjadi pada awal penyakit
Keadaan lanjut : letargik, responsif, koma
barrier otak
edema serebral
PTIK
pada darah
F. PENATALAKSANAAN
1. Medik
Pemberian antibiotik
LCS (Liquor Cerebro Spinalis) dan darah dikultur dan antimikroba
dimulai segera
Pemberian diazepan atau kenitoin untuk mengontrol kejang
Diuretik osmotik (manitol) untuk mengobati edema serebral
2. Keperawatan
Observasi tanda-tanda vital
Pantau tekanan arteri untuk mengkaji shock
Monitor pemberian cairan IV
Monitor BB, elektrolit serum, volume dan BJ urine, serta osmolalitas
urine
Monitor kebersihan kulit dan mulut, peningkatan kenyamanan dan
perlindungan selama kejang dan saat koma
Isolasi pernafasan dianjurkan : 2 jam setelah dimulainya terapi
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2,
Penerbit EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC) econd
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
NANDA, 2002, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi, PSIK FK
UGM, Yogyakarta.
Price, S.A., et all, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta.
Soeparman, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit Gaya Baru, Jakarta.
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4
x
x
x
x
x
x
x
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan
alat, 4 : tergantung total
Oksigenasi : ventilasi spontan, sesak nafas (-), klien mengeluh lemas.
Pola tidur dan istirahat
Keluarga mengatakan klien tidur hanya sekitar 3-4 jam dalam sehari, mulai
pukul 22.00-05.00 WIB. Siang hari klien biasanya tidur sekitar 1-2 jam
Pola perceptual
Klien masih dapat melihat dengan jelas, masih dapat mendengar dengan jelas,
masih dapat membedakan rasa manis, asin, pahit dan asam, klien juga dapat
membedakan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul.
Pola persepsi diri
Klien terkadang tiba-tiba menangis, dan mengatakan bahwa dirinya
menderita/nelangsa karena sakitnya yang tidak sembuh-sembuh
Pola seksualitas dan reproduksi
Klien mempunyai 13 anak dari 2 istri. Istri pertama mempunyai 1 anak,
kemudian meninggal, dan istri kedua mempunyai 12 anak. Klien tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Pola peran dan hubungan
Komunikasi secara langsung, klien merasa mampu berbicara meskipun
suaranya sangat lemah, klien mampu menjawab pertanyaan meskipun kadang
jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan. Hubungan dengan keluarga sangat
10.
Pemeriksaan Fisik
(Cephalokaudal)
1. Keluhan utama yang dirasakan saat ini :
lemas, badan terasa sakit, kulit pantat lecet, batuk berdahak, sub febris.
2. Vital sign
BP : 160/90 mmHg
Pulse : 98 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 37,7 C
3. BB/TB : 4. Kepala
Rambut (+), distribusi merata, bersih, tidak ada ketombe/kutu
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Pendengaran : masih dapat mendengar suara dengan jelas
Mulut : kotor, bibir : mukosa kering
5. Leher : Peningkatan JVP (-), kaku kuduk (+)
6. Thorak :
Jantung : Cardiomegali (-), S1-2 murni, gallop
Paru : sonor, vesikuler, RBK +/+
7. Abdomen : supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+), H/L tidak teraba, klien
mengeluh kadang mules
8. Inguinal : tidak ada benjolan
9. Ekstremitas :
Kulit : warna sawo matang, kering, luka ekskoriasi/dikubitus di pantat
Edema (-)
Kekuatan otot : ektremitas atas : , ektremitas bawah :
V.
Program Terapi
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr
Injeksi Dexamethason 2x1 ampul
Diamox 2x1
Paracetamol k/p
RHEZ 1x3 tablet (pagi)
VI.
Hasil
Laboratorium
Laboratorium (30 September 2004)
Urine :
Warna
: kuning jernih
PH
: asam
BJ
: 1,025
Protein
: (+)
Keton
: (-)
Leukosit
: 2-4/LPB
Eritrosit
: 1-2/LPB
Silinder
: (-)
Epitel
: 0-1
Kristal
: (-)
Darah :
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
LED
GD S
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
Gol darah
: 16,7. 103/mm3
: 5,33. 106/mm3
: 15,3 g/dL
: 48,2 %
: 335. 103/mm3
: 14
: 76 mg/dL
: 40
: 19
: 40
: 1/4
:0
Pemeriksaan
Penunjang
dan
A N A L I S A
NO
1
DATA
DS :
Keluarga
mengatakan klien mulai batuk
sejak 2 bulan ini
DO :
Klien batukbatuk berdahak
Klien tampak
lemas (mobilisasi harus dibantu)
Dahak kadang
dikeluarkan klien, kadang
ditelan kembali
Pemeriksaan
fisik : auskultasi paru : suara
ronkhi basah
Rontgent
thoraks : kesan KP Duplek
DS :
Keluarga
mengatakan selama masuk RS
klien hanya tidur terlentang,
klien jarang dimiringkan karena
klien selalu mengeluh lemas jika
bergerak
DO :
Kulit pantat
lecet, ukuran 3x2 cm, dan 2x1
cm
Jaringan luka
tampak merah
DS :
Klien mengeluh
lemas
Klien
menyatakan seluruh tubuhnya
terasa sakit
Klien
mengatakan tidak mampu untuk
beraktivitas
Klien
mengatakan tidak mampu
mengangkat kakinya
DO :
Klien tampak
lemah
Ekatrimitas
bawah lemah
Klien tidak
mampu mengangkat kakinya
secara mandiri
Klien tidak
mempu alih posisi secara
mandiri
D ATA
PROBLEM
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
definisi :
Ketidakmampuan
unutk membersihkan
sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas
Kerusakan integritas
kulit
ETIOLOGI
Banyaknya mukus,
Sekresi yang
tertahan,
Sekresi bronkhus
Imobilitas fisik,
kemahan
definisi :
Perubahan pada dermis
dan epidermis
Intoleransi aktivitas
definisi :
Ketidakcukupan energi
secara fisiologis
maupun psikologis
untuk meneruskan atau
menyelesaikan
aktivitas yang diminta
atau aktivitas seharihari
Kelemahan, tirah
baring/imobilisasi
Vital sign : TD :
160/90 mmHg, N : 96 x/mnt, RR
: 24 x/mnt
DS :
Keluarga
mengatakan semua kebutuhan
sehari-hari klien (makan/minum,
toileting, berpakaian, dll)
dipenuhi oleh keluarga
DO :
Klien tirah
baring
Klien
BAK
dibantu dengan alat (DC)
Klien BAB di
atas TT, dilayani oleh keluarga
Klien
makan/minum disuapi
Klien
tidak
mampu merawat dirinya sendiri
DS :
Klien
mengatakan merasa sangat
menderita karena kondisi
sakitnya
DO :
Klien kadangkadang tiba-tiba menangis
Klien tampak
sedih
Klien lebih
banyak diam dan tidur
DS :
Keluarga
mengatakan belum tahu secara
jelas tentang penyakit yang
diderita klien
Keluarga
menyatakan belum mendapatkan
informasi tentang penyakit klien
Keluarga
bertanya tentang prosedur
pengobatan yang harus
ditempuh
DO :
-
Kelemahan
definisi :
Gangguan kemampuan
melakukan aktivitas
perawatan diri seharihari
Hopeless
definisi :
Pernyataan subjektif
dimana seseorang
memiliki keterbatasan
atau tidak mempunyai
alternatif atau tidak
memiliki pilihan
sendiri dan tidak
mampu untuk
menggerakkan tenaga
atas kemauan sendiri
Defisit Pengetahuan
tentang TB Paru
danMeningitis
definisi :
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif
Kegagalan atau
penurunan kondisi
fisik yang
berkepanjangan
Kurang paparan,
tidak
mengenal/familiar
terhadap informasi
No
Dx
Jam
Implementasi
Merawat
luka dikubitus
Mengam
bil sputum untuk
pemeriksaan BTA
sewaktu
Mengajar
i klien dan keluarga cara
batuk efektif
Mengajar
i klien dan keluarga cara
melatih gerak pasif-aktif
pada ekstremitas
Memotiv
asi klien dan keluarga
agar melakukan latihan
gerak sesuai kemampuan
Memotiv
asi keluarga untuk
membantu klien
meningkatkan intake
cairan dan nutrisi
Menjelas
kan pada keluarga
tentang pentingnya cairan
untuk pengeluaran
sputum
Memerik
sa tanda-tanda vital,
tanda-tanda menigitis,
dan suara pernafasan
Mengkaji
pengetahuan keluarga
Evaluasi
Merawat
luka dikubitus
Mengam
bil sputum untuk
pemeriksaan BTA pagi
Memotiv
asi keluarga untuk
mengambil sputum untuk
pemeriksaan BTA
sewaktu (siang)
Memotiv
asi keluarga dan klien
untuk memenuhi intake
nutrisi dan cairan yang
adekuat
Melatih
gerak pada ekstremitas
yang lemah
Memonit
or vital sign dan
meningeal sign
Memotiv
asi klien agar mempunyai
semangat untuk hidup
dan sembuh
Mendisk
usikan bersama klien dan
keluarga tentang sumbersumber pendukung yang
dimiliki
Menjelas
kan pada klien dan
keluarga tentang
pengobatan yang harus
dijalani dan kemungkinan
bperkembangan
penyakitnya
Merawat
luka dikubitus
Memonit
or istirahat tidur, intake
nutrisi dan cairan,
eliminasi BAB dan BAK,
kemampuan klien dalam
beraktivitas
Melakuk
an fisioterapi dada untuk
pengeluaran sputum
Mengajar
i klien dan keluarga cara
melakukan fisioterapi
dada
Memotiv
asi klien agar selalu
optimis
Menjelas
kan kepada keluarga
tentang : pengertian TB
dan Meningistis, tanda
dan gejala, faktor resiko,
cara penularan,
perawatan dan
pengobatan.
Melakuk
an discharge planning :
Menjelaskan perawatan luka
dikubitus di rumah
Menjelaskan tentang alih
posisi : cara dan waktu
Menjelaskan tentang
pentingnya pemenuhan intake
adekuat
Memotivasi keluarga untuk
melanjutkan pengobatan
secara rutin sampai klien
sembuh
Memotivasi keluarga untuk
melakukan latihan fisik aktif
pasif secara rutin
Memotivasi keluarga untuk
menjaga kebersihan
lingkungan yang mendukung
kesembuhan klien
Memotivasi