Definisi Teori Psikoanalisis
Definisi Teori Psikoanalisis
A.
Sejarah Perkembangan
Sigmund Freud (1856-1939) adalah pencetus pendekatan psikoanalisa. Ia
adalah anak tertua dari delapan bersaudara yang hidup dalam keluarga otoriter.
Pada mulanya ia belajar kedokteran, dan pada tahun 1880 menjadi salah seorang
peneliti medis pertama yang meneliti unsur yang terdapat dalam tanaman coca.
Selanjutnya Freud menghabiskan beberapa tahun di Paris dalam rangka belajar
pada Charcot salah seorang psikoterapis paling populer di zamannya, yang
kemudian mengajarkan teknik hipnosis. Dari sinilah kemudian ia mengembangkan
metodenya sendiri yang disebut asosiasi bebas karena merasa bahwa hipnosis tidak
begitu efektif. Dalam asosiasi bebas terdapat tindakan meminta pasien untuk
berbaring dalam posisi rileks dan mengatakan apapun dalam pikirannya. Materi
bawah sadar yang tercurahkan antara lain emosi yang kuat, ingatan terpendam, dan
pengalaman seksual di masa kanak-kanak. Teori Freud sangat dipengaruhi oleh
pengalaman emosional pribadinya dan pengalaman selama menangani pasiennya.
Metode pengobatan Freud disebut psikoanalisis. Sejak teori dan terapinya
menjadi dikenal dan digunakan oleh orang lain (mulai sekitar 1990), idenya terus
dikembangkan dan dimodifikasi oleh para penulis dan praktisi psikoanalisa lainnya.
Sumbangan utama dari ide Freud yang bersejarah:
1.
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami.
2.
Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
3.
Perkembangan pada masa dini kanak-kanak berpengaruh pada masa dewasa.
4.
Psikoanalisa menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk mengatasi
kecemasan.
5.
Psikoanalisa memberikan cara-cara mencari keterangan melalui analisis
mimpi.
B.
Hakikat Manusia
Sigmund Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,
deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar,
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh
peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima-enam tahun pertama dalam
kehidupan. Menurutnya, tingkah laku dideterminasi oleh energi psikis yaitu id, ego,
dan superego. Ia juga melihat tingkah laku sebagai sesuatu yang dinamis dengan
transformasi dan pertukaran energi di dalam kepribadiannya.
C.
Perkembangan Perilaku
1.
Struktur Kepribadian
a)
Id merupakan
Id dalah sistem kepribadian yang orisinil. Kepribadian setiap orang hanya
terdiri dari Id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayam nalurinaluri, kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bekerja
menggunakan prinsip kesenangan.
b)
Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan,
dan mengatur. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas
yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari Id. Ego
bekerja menggunakan prinsip kenyataan.
c)
Superego
Super ego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego
adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu
tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Super ego bekerja menggunakan
prinsip conscience dan ego ideal.
D.
2.
Perkembangan Kepribadian
Menurut Sigmund Freud perkembangan psikoseksual ditandai dengan
beberapa tahapan dengan zona kesenangan yang dominan pada waktu tertentu:
a) Tahun Pertama Kehidupan: Fase Oral
Pada fase ini mulut merupakan zona utama kesenangan dan kepuasan dasar
didapat saat menggigit dan menyedot.
b)
Usia Satu Sampai Tiga Tahun: Fase Anal
Pada fase ini kepuasan dirasakan saat menahan maupun buang air besar.
c)
Usia Tiga Sampai Lima Tahun: Fase Falik
Pada fase ini zona kesenangan terletak di organ seks, baik pria maupun
wanita harus berupaya melalui hasrat seksual.
d) Usia Lima Tahun Sampai Masa Puber: Fase Laten
Pada fase ini energi difokuskan pada aktivitas berpasangan dan penguasaan
pembelajaran kognitif, serta keahlian fisik secara pribadi.
e)
Masa Puber: Fase Genital
Pada fase ini jikalau telah berjalan dengan baik, maka masing-masing
gender merasa lebih tertarik satu sama lain dan muncul pola interaksi
heteroseksual yang normal.
3.
Hakikat Konseling
Konseling merupakan suatu proses kegiatan mengamati dan memahami
E.
Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
a)
Pada dasarnya konselor menyadarkan konseli dari ketidaksadaran menuju
ke kesadaran atas dorongan-dorongan yang menyebabkan perilaku
bermasalah.
b)
Memperkuat agar ego lebih riel dalam bertindak, serta mampu
berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan dengan lebih baik.
2.
Sikap, peran dan tugas konselor
a)
Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi
pribadinya.
b)
Percaya bahwa apapun perasaan konseli terhadap konselor merupakan
produk dari perasaannya yang diasosiakan dengan orang yang penting di
masa lalunya.
c)
Melakukan analisis terhadap perasaan-perasaan konseli adalah esensi
terapi.
d)
Menciptakan suasana agar konseli merasa bebas megekspresikan pikiranpikiran yang sulit setelah beberapa kali pertemuan tatap muka. Dengan cara
meminta konseli berbaring di sofa dan terapis duduk di arah belakang
kepala konseli sehingga tidak terlihat.
e)
Berupaya agar konseli mendapat wawasan terhadap permasalahan dengan
mengalami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa
lalunya.
f)
Membantu konseli menemukan kebebasan bercinta, bekerja, dan bermain.
g)
Membantu konseli menemukan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan
pribadi yang efektif, dapat mengatasi kecemasan dengan cara realistis dan
dapat mengendalikan tingkah laku impulsif dan irasional.
3.
Sikap, peran dan tugas konseli
a)
Berkomitmen untuk mengikuti proses terapi yang membutuhkan waktu
cukup lama.
b)
F.
Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-tahap Konseling
Tidak ada seperangkat praktik dalam psikodinamika yang disepakati bersama.
Namun sesuai dengan tujuan konseling ini membantu konseli memahamai
dorongan-dorongan ketidaksadaran ke kesadaran dan mengembangkan ego agar
berkembang lebih baik, dalam hal ini ada beberapa isu penting dalam praktik
konseling:
a)
Asesmen dilakukan oleh konselor agar memahami sejauhmana
kemampuan konseli dalam merefleksikan diri dan membangun hubungan
dengan konselor, sehingga konseling bisa dilakukan.
b)
Menegakkan aturan dan batasan yang jelas pada awal dan akhir sesi,
keajekan pertemuan, jeda libur dan absen, memberikan latar belakang,
dimana manipulasi atau upaya konseli untuk mengendalikan bisa dilihat dan
selanjutnya dieksplorasi bersama konseli.
c)
Pentingnya wawasan konseli terhadap ekspresi emosi yang dirasakan
sebagai bentuk katarsis konseli.
d)
Konseli seringkali akan mengulang perilakunya, pikirannya dan
perasaannya di depan konselor yang dipandang sebagai bagian dari
hubungan masa lalu. Oleh karenanya interpretasi transferensi oleh konselor
bisa menyatukan sudut setiga pengalaman (orangtua atau masa lalu yang
jauh, orang lain atau masa lalu yang tak terlalu jauh dan konselor atau saat
ini atau transferensi), sehingga memberi wawasan pada pola perasaan atau
perilakunya.
e)
Pemeranan, dimana konseli tidak mampu mengatakan sesuatu, namun
2.
Teknik-teknik Konseling
a)
Penggunaan hubungan sistematik antara klien dan konselor
Konselor dan terapis psikoanalisa cenderung untuk bertindak alami terhadap
klien mereka. Alasannya adalah para konselor sedang berusaha untuk
mempresentasikan diri mereka sebagai layar kosong, tempat klien dapat
memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang terpendam berkenaan dengan
hubungan yang amat dekat dengan dirinya. Dengan menjadi netral dan tidak
terikat, maka terapis dapat meyakinkan bahwa perasan klien terhadap
dirinya bukan akibat apa yang dilakukannya. Proses ini disebut pemindahan
(transfered) dan merupakan alat yang sangat berguna dalam terapi
psikoanalisa.
b)
Melakukan identifikasi dan analisis terhadap penolakan dan pertahanan
Ketika klien membicarakan permasalahannya terapis mungkin bisa
mencatat bahwa si klien mengelak, memotong, atau mempertahankan diri
dari perasaan atau fakta tertentu. Freud memandang penting untuk
mengetahui sumber penolakan tersebut, dan kondisi tersebut akan menarik
perhatian klien apabila terjadi terus menerus.
c) Asosiasi bebas atau katakan apapun yang muncul dalam pikiran
Tujuannya adalah untuk membantu klien membicarakan dirinya sendiri
dengan cara yang cenderung tidak terpengaruhi oleh mekanisme pertahanan
diri.
d) Menganalisis mimpi dan fantasi
Tujuannya adalah untuk menguji materi yang muncul dari level kepribadian
seseorang yang lebih dalam dan lepas dari pertahanan dirinya.
e)
Interpretasi
Para konselor psikoanalitik akan menggunakan proses yang digambarkan di
atas, yakni transference, mimpi, asosiasi bebas, dan lain-lain untuk
mengumpulkan materi guna melakukan interpretasi. Melalui penafsiran
mimpi, kenangan, dan transference, seorang konselor berusaha membantu
G.
Hasil-hasil Penelitian
Gagasan Sigmund Freud dikembangkan oleh para pengikut Psikoanalisis
berikutnya, dalam hal ini akan disebutkan hasil penelitian psikoanalisis
kontemporer Erik Erikson yang memiliki perbedaan dengan psikoanalisis klasik
Sigmund Freud.
Psikoanalisis Freud menekankan pada pentingknya proses intrapsikis yang
didominasi oleh Id sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang yang terjadi pada lima-enam tahun pertama. Berbeda dengan
Erikson yang dikenal dengan teori perkembangan psikososial menekankan bahwa
perkembangan individu terjadi sepanjang hayat dan menekankan pentingnya peran
utama ego dalam mengontrol dorongan-dorongan dan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
H.
1
2 Pendekatan ini tidak terlalu berguna bagi konseli lansia atau bahkan sekelompok
yang bervariasi. Yang paling banyak mendapatkan keuntungan dengan pendekatan ini
adalah pira paru baya dan wanita yang tertekan dalam hidupnya.
3 Di luar harapan Freud, pndekatan ini telah diklaim secara eksklusif oleh para
psikiater.
4 Pendekatan ini berdasarkan pada banyak konsep yang tidak mudah dipahami atau
dikomunikasikan.
5
6 Pendekatan ini tidak begitu cocok dengan kebutuhan kebanyakan individu yang
mencari konseling profesional.
Beberapa kelebihan konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
7 Pendekatan ini menekankan pada pentingnya seksualitas dan alam tidak sadar
dalam tingkah laku manusia.
8 Pendekatan ini memberikan sumbangan pada penelitian-penelitian empiris;
bersifat heuristik.
9 Pendekatan ini menyediakan dasar teoritis yang mendukung sejumlah instrumen
diagnostik.
10 Pendekatan ini tampaknya efektif bagi mereka yang menderita berbagai macam
gangguan, termasuk histeria.
I.
Sumber Rujukan
burhan fantasi