JTM 20090201
JTM 20090201
2/2009
2)
I. LATAR BELAKANG
Sifat anisotropi magnetik pada batuan
diakibatkan oleh anisotropi partikel-partikel
magnetik individual dan derajat pengarahan
partikel-partikel tersebut (Bijaksana, 1991).
Dari segi struktur materi penyusun batuan,
terdapat dua jenis penyebab anisotropi
suseptibilitas magnetik yaitu karena bentuk
butir yang tidak bulat (non-spherical)
dinamakan
anisotropi
bentuk
(shape
anisotropy), dan akibat struktur kristal
dinamakan
anisotropi
magnetokristal
(magnetocrystallin anisotropy) (Tarling dan
Hrouda, 1993). Anisotropi bentuk hanya
disebabkan oleh mineral-mineral magnetik
yang memiliki suseptibilitas instrinsik tinggi
seperti magnetite (Fe3O4). Mineral magnetik
yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic
rendah seperti hematite, anisotropi diakibatkan
oleh anisotropi magnetokristal (Bijaksana,
1996). Dalam Ngkoimani (2005) juga
ditunjukan bahwa mineral magnetik dalam
batuan yang didominasi oleh magnetite seperti
misalnya batuan beku, anisotropi magnetik
79
80
Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara
2.Batuan
ultrabasa
yang
susetibilitas
magnetiknya hanya dikontrol oleh mineral
feromagnetik memiliki persen ansiotropi
suseptilitas magnetik rata-rata kurang dari
10%, sementara yang dikontrol bersama
oleh
mineral
feromagnetik
dan
paramagnetik memiliki persen anisotropi
suseptibilitas magnetik lebih dari 10%.
3. Pola anisotropi susetibilitas magnetik batuan
ultrabasa yang dianalisa memperlihatkan
kesesuaian dengan pola geodinamika Pulau
Wawoni yang dipengaruhi oleh sesar geser
dominan di sekitar N135S-N45W dan oleh
lipatan lemah dengan kemiringan 30o dan
lipatan tertutp dengan kemiringan 50o.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini memperoleh dukungan pendanaan
dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat
Dirjen
Dikti
melalui
Hibah
Fundamental 2009 pada DIPA Universitas
Haluoleo. Kami menyampaikan terimakasih kepada
saudara Geral Tamuntuan atas panduan dalam
pengukuran suseptibilitas magnetik, Hasrifin dan
Leta Abdul Salim atas bantuan keduanya saat
pengambilan, penyiapan, dan pengukuran sampel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bijaksana, S. 1991, Magnetic Anisotropy
of CretaceousDeepSea Sedimentary Rocks
From the Pacific Plate, Thesis,
MemorialUniversity of Newfoundland, 44
55
2. Canon-Tapiaa, E., Castrob, J., 2004,
AMS measurements on obsidian from the
Inyo Domes, CA: a comparison of
magnetic
and
mineral
preferred
orientation
fabrics,
Journal
of
Volcanology and Geothermal Research
134, 169-182
3. Dunlop, D.J, zdemir, ., 1993, Rock
Magnetism, Fundamental and Frontiers,
Cambridge University Press,.
4. Dearing, J., 1999, Enviromental Magnetic
Susceptibility, Using the Bartington MS2
System, British Library Cataloguing in
Publication data, 36 - 41.
5. Koswara, A., Sukarna, D., 1994, Geologi
Lembar Tukangbesi, Sulawesi, , skala
1:250.000,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi.
6. Mukherji, A., Chaudhuri, A.K., Mamtani,
M.A., 2004, Regional scale strain
variations in Banded Iron Formations of
Eastern India: results from anisotropy of
magnetic susceptibility studies, Journal of
Structural Geology 26, 21752189
7. Ngkoimani, L., 2005, Magnetisasi pada
Batuan Andesit di Pulau Jawa dan
Implikasinya terhadap Paleomagnetisme
81
dan
Evolusi
Tektonik,
Disertasi,
Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung
8. Ngkoimani, L., 2005, Analisa Pola
Anisotropy Magnetic Suseptibility (AMS)
Batuan Beku dari Daerah Ngrayun
Kabupaten Ponorog Jawa Timur, Jurnal
Aplikasi Fisika (JAF) Vol. 1 No. 1, pp. 14
9. Ngkoimani, L., Bijaksana, S., Budiman,
A., Sandra, 2003, Measurement of
Magentic Susceptibility and Grain Size
Determination in Andesitic Rocks
Proceedings of the 2003 Annual Physics
Seminar, Bandung, Indonesia, Waris, A.,
Khaerulrijal, Novitrian, Srigutomo, W.,
Suud Z., Editors, 106 - 107.
10. Purwanto, H. S., Abdullah, C. I., Noeradi,
D., 1997, Rekonstruksi tegasan purba
berdasarkan data struktur mesoskopik, di
daerah Pacitan dan sekitarnya, Jawa
Timur, Prosiding Pertemuan Ilmiah
Site
Jml spesimen
MOS01
MOS02
MOS03
MOS04
MOS05
MOS06
20
10
19
24
26
28
Koordinat
LS
04O1149.9
04O1146.1
04O0131.2
04O1135.0
04O0131.2
04O0132.1
BT
123O0948.4
123O0938.9
124O2815.9
123O0927.1
123O0924.5
123O0925.0
Tabel 2. Nilai suseptibilitas magnetik dan derajat anisotropi rata-rata masing-masing Site
No
Site
Rata-rata Suseptibilitas
Magnetik (x 10-5SI)
1
2
3
4
5
6
#MOS01
#MOS02
#MOS03
#MOS04
#MOS05
#MOS06
264.64
201.02
254.91
761.99
806.74
735.74
Rata-rata
Persen Derajat
Anisotropi (P%)
11.94
17.06
11.08
7.84
6.31
8.22
Referensi Mineral
Magnetik (#a, #b, #c)
Para + Fero
Para + Fero
Para + Fero
Fero
Fero
Fero
Keterangan :#a: Bijaksana (1991), #b: Rochette (1992), #b Dunlop dan Ozdemir (1993)
82
Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara
83
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 2. (a) Panandaan pada hand sampel, (b) Hand sample terorientasi, (c) sampel core
(diameter 2.5 cm), (d) specimen core (panjang 2.2 2.3 cm)
84
terorientasi
Anisotropi
nisotropi Suseptibilitas Mag
Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara
Gambar 4. Grafik parameter anisotropi, (a) hubungan antara foliasi (F) dan lineasi (L),
(b) hubungan antara faktor bentuk (T) dan derajat anisotropi (P)
#MOS1
N
#MOS2
85
#MOS3
#MOS4
#MOS5
#MOS6
86
Anisotropi
nisotropi Suseptibilitas Mag
Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara
Gambar 5.. Plot Stereonet gabungan keseluruhan spesimenmaks (kotak), min (lingkaran)
87