Referat Forensik Pemulasaraan Jenazah (TRISAKTI, UNDIP, UPN)
Referat Forensik Pemulasaraan Jenazah (TRISAKTI, UNDIP, UPN)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam hidup bermasyarakat terdapat kewajiban moral bagi pihak
berwenang maupun kerabat untuk menjamin penghormatan terakhir yang
layak dan tepat terhadap jenazah setelah meninggal dunia. Karena hal itulah
pelayanan pemulasaraan dan kamar jenazah harus diperhatikan dengan
seksama untuk memberikan penghormatan sebaik-baiknya terhadap keluarga
yang sudah meninggal dunia.
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan
termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi
ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik
pasien. Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian
pasien, jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat
kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap
maupun melalui otopsi.
Perawatan jenazah baik dengan penyakit menular ataupun tidak tetap harus
dilaksanakan dengan selalu menerapkan standar umum yang sudah berlaku di
masing-masing instansi tanpa mengabaikan tradisi budaya dan agama yang
dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan harus dapat mengayomi
keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan
jenazah tidak menimbulkan resiko lain, hal ini penting mengingat kita
terkadang mengabaikan penanganan jenazah dengan baik .
Melihat permasalahan diatas, maka kita sebagai insan medis perlu paham
mengenai penatalaksanaan dan aspek medikolegal dari pemulasaraan di
Rumah Sakit, mengingat penatalaksanaan pasien bukan hanya masalah
pengobatan tetapi juga penatalaksanaan yang baik pada pasien yang sudah
meninggal sehingga pelayanan terhadap jenazah ini menjadi paripurna. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan kewaspadaan universal. Petugas
kesehatan yang bekerja dan keluarga jenazah yang ikut memandikan jenazah
pada instalasi kamar jenazah tentunya juga memiliki faktor resiko untuk
tertular
penyakit
menular
yang
diderita
pasien.
Oleh
karena
itu,
penatalaksanaan yang tepat dan penerapan kewaspadaan universal pada hal ini
pada perawatan jenazah penting untuk diperhatikan, hal ini menjadi perhatian
khusus dikarenakan pada prakteknya penerapan tatalaksana dan pemulasaraan
jenazah harus kita pahami.
Dalam penatalaksanaan jenazah dibutuhkan penanganan yang baik dan
benar, dan harus sesuai dengan standar dan etika yang telah ditentukan. Agar
supaya penatalaksanaan perawatan jenazah berlangsung dengan baik
walaupun pasien sudah meninggal, maka kita tetap harus berupaya dengan
baik pemulasaraan dari jenazah tersebut sehingga kita tetap menghargai
jenazah sebagaimana layaknya manusia seutuhnya, sama ketika dia masih
hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan, perawatan jenazah di Rumah Sakit
dengan baik?
2. Bagaimana prosedur penatalaksanaan jenazah berdasarkan peraturan
pemerintah dan dari berbagai aspek agama di Indonesia?
3. Bagaimana aspek medikolegal pemulasaraan jenazah?
1.3 Tujuan Pembahasan
Untuk memberikan pengetahuan mengenai :
1. Mengetahui pengertian dan penatalaksanaan jenazah di Rumah Sakit.
2. Memahami peranan dokter perawat dan petugas kamar jenazah dalam
rangka pemulasaraan jenazah.
3. Memahami tata cara perawatan jenazah sesuai agama yang diakui di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebingungan
untuk
jenazah
segera
dikubur.
Kemendadakan
kamar
jenazah
dapat
universal
precaution.
Tetapi
apabila
dapat
penyakit menular.
12) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
b. Tindakan di kamar jenazah
1)
2)
3)
cara membersihkan/memandikan
jenazah penderita
penyakit menular.
4)
Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianut.
5)
6)
7)
8)
9)
tersebut, petugas wajib mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah
membuka sarung tangan.
2.4 Alat pelindung diri
a. Definisi
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang
mampu memberikan
10
11
12
13
tembus air).
6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem ataupun disuntik pengawet (formalin
atau formaldehida) kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir
dalam hal tersebut.
8. Jika jenazah akan diautopsi, maka akan dilakukan oleh petugas khusus
dan autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan
direktur rumah sakit.
9. Jenazah hanya boleh diangkut oleh mobil jenazah.
10. Jenazah tidak boleh disemayamkan lebih dari 4 jam di dalam
pemulasaran jenazah.
11. Jenazah dapat dikubur dalam tempat pemakaman umum dan dapat
disaksikan oleh seluruh anggota keluarga setelah semua prosedur di
atas telah dilalui.
2.6 Kewaspadaan Universal
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan. Prinsip kewaspadaan universal (universal precaution) di pelayanan
kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan,
serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang
terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan HIB tidak menunjukan gejala fisik.
Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan
petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali
14
keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk
mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi
yang diketahui atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum
suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam system pelayanan kesehatan. Ketiga
prinsip tersebut di jabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan
guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian
sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lain,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
dan pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).
A. Standar Kewaspadaan
a. Cuci tangan dengan menggunakan antiseptic setelah berhubungan
dengan pasien setelah membuka sarung tangan.
b. Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubh .
c. Pakai sarung tangan bila mungkin aka nada hubungan dengan cairan
tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani
peralatan habis pakai.
d. Menggunakan masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada
percikan cairan tubuh.
e. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman, yang
sekali pakai tidak boleh digunakan ulang.
f. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan
yang cocok
g. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis.
h. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai
dengan prosedur.
i. Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya
diawali sejak limbah tersebut dihasilkan.
15
INSTALASI RAWAT
JALAN
INSTALASI RAWAT
INAP
SURAT
KETERANGAN ?
ADA
SURAT
KEMARIAN
DARI LUAR
NEGERI
TIDAK
KKKK
LAPOR
POLISI
PEMERIKSAAN DOKTER
TIDAK
KEMATIAN WAJAR
PERMINTAAN
VeR
JENAZAH
KASUS
MEDIKOLEGAL
JENAZAH BUKAN
KASUS MEDIKOLEGAL
SURAT KEMATIAN
DIBUAT OLEH DOKTER
YANG MEMERIKSA
KEMATIAN DI RRJ,IGD
ATAU DOKTER
BAG.FORENSIK
16
17
18
19
Langkah-langkah
Memberitahu/melapor/menghubungi
petugas kamar jenazah dan Satpam RSUP
Dr.Kariadi
bahwa
ada
jenazah
atau
kematian
Membuat laporan/surat kematian
Memindahkan jenazah ke kamar jenazah
sementara (transit) dan tunggu dalam waktu
2 jam
Menyiapkan surat-surat kematian dan berita
acara penyerahan jenazah dari petugas
ruangan kepada petuga kamar jenazah
disaksikan oleh seorang Satpam.
5. petugas ruangan
ke
kamar
jenazah
Instalasi
kepada
jenazah/dokter
jaga
petugas
IKK,
kamar
dengan
petugas
kamar
jenazah
dengan
biaya
oleh
RSUP
Dr.Kariadi
Unit kerja
II.
Jenazah Khusus
Penanggung jawab ruangan/
Langkah-langkah
Ka Melaporkan bahwa di ruangan ada
21
ruang/pengamat
pasien
meninggal
menular
dengan
(infeksius)
ke
penyakit
instalasi
yang
diperlukan
dan
Petugas
instalasi
sterilisasi
Binatu/Instalasi Sanitasi
& memasukan
jenazah
ke
dalam
pembungkus jenazah
Dengan kereta jenazah khusus, jenazah
di bawa oleh perawat dan dikawal oleh
satpam dan petuga kamar jenazah ke
Petugas ruangan
22
menandatangani
penyerahan
khusus
penyerahan)
dan
(berita
mencatat
bukti
acara
tempat
pemakamannya
Bila keluarganya/perwakilan keduataan
menghendaki untuk mobil ambulance
jenazah dan ruang tunggu jenazah
petugas kamar jenazah menghubungi
pihak ke III (KPRI Bina Citra Husada)
Bila dalam waktu 2x24 jam tidak ada
keluarga yang megurus, maka jenazah
dikuburkan oleh petugas dengan biaya
dari RSUP Dr.Kariadi
Unit kerja
Langkah-langkah
III.
Penerimaan jenazah dari luar (keluarga)
Keluarga
Menghubungi
intalasi
pemulasaran
jenazah untuk menitipkan jenazah di
ruang Dahlia, kamboja/seruni
Melakukan negosiasi paket apa yang
dikehendaki oleh keluarga dengan pihak
ke II (KPRI Bina Citra Husada)
Petugas kamar jenazah
jenazah
diruang
Unit kerja
IV.Penerimaan Jenazah dari Luar RS
(Polisi)
polisi
Langkah-langkah
surat
perintaan
untuk
tindakan
VR
dan
24
pihak
ke
III
agar
untuk
perawatan
25
Lapisan kain kafan diletakkan sesuai urutan di atas tali lalu beri
harum-haruman.
Jenazah hendaknya dilapisi kapur barus halus, letakkan di atas
hamparan kain kafan dengan tangan di atas dada, tangan kanan di
atas tangan kiri. Tempelkan kapas secukupnya pada bagian muka
jenazah, pusar, kelamin, dan dubur.
Setelah itu balut dengan kain kafan dan ikat dengan tali yang
telah disiapkan dibagian atas kepala, lengan, lutut, dan mata kaki.
Mensholatkan jenazah
Menguburkan jenazah
Meletakkan usungan keranda di sebelah liang kubur yang
3.
4.
longgar.
Membuka tutup keranda dan selubung jenazah.
Dua atau tiga orang lelaki dari keluarga jenazah terdekat dan
diutamakan yang tidak junub pada malam hari, sebelumnya
masuk dalam liang kubur dengan berdiri, menyiapkan diri
menerima jenazah.
Memasukkan jenazah dari arah kaki, mendahulukan kepalanya
dimasukkan (dari arah selatan).
Meletakkan jenazah secara membujur, arah kepala di sebelah
barat, dan badan jasadnya dihadapkan miring atau serong,
mukanya menghadap kiblat.
Melepaskan semua ikatan tali, serta dilonggarkan kain kafannya
(pipi pelipis tidak harus menyentuh tanah)
Meletakkan gumpalan tanah sebagai penyangga di bagian
belakang badan, kepala, pinggang, perut, kaki, agar jasad tidak
terlentang.
Menutup rongga dengan rapat menggunakan kayu atau batu
untuk kemudian ditimbuni tanah yang cukup padat dan rapat.
Membuat onggakan gundukan tanah asal tidak melebihi
sejengkal tangan tingginya.
Para pelayat diutamakan turut serta menimbuni tanah dengan tiga
kali taburan tanah.
B. KRISTEN PROTESTAN
27
28
D. HINDU
Di pemulasaran jenazah yang biasa dilakukan adalah
29
putih.
Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan halhal sebagai berikut :
Bila jenazah itu laki-laki maka lipatan kainnya : yang kanan
menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya :
yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah
bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang
bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi.
Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut
disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan.
E. BUDHA
1.
Pelaksanaan pemandian
Jenazah setelah disembahyangkan kemudian diusung ke tempat
30
dibacakan paritta-parita.
Menyemayamkan jenazah
Setelah peti jenazah ditutup rapat, jenazah dapat langsung
diberangkatkan ke makam atau crematorium, atau dapat juga
disemayamkan pada tempat yang telah ditentukan (tergantung
permintaan keluarganya). Jika jenazah disemayamkan maka di atas
peti jenazah itu dibuat sebuah altar dan di atasnya dipasang dua
buah vas bunga di sebelah kanan dan sebelah kiri kemudian
tengahnya dipasang foto almarhum/almarhumah dan sebelah depan
dipasang lilin, dan ditengah dipasang dupa dan air untuk
pemberkahan. Selama disemayamkan dapat dibacakan paritta atau
doanya pun sama dengan pada waktu jenazah belum ditutup
6.
petinya.
Dimakamkan atau dikuburkan
Setelah sampai dipemakaman atau kuburan, jenazah diletakkan
di atas liang lahat, petinya ditopeng dengan dua buah kayu.
31
ada
kemungkinan
perlunya
dilakukan
penundaan
prinsipnya
pengawetan
jenazah
adalah
suatu
tindakan
32
2. Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah dari
suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut aman,
artinya tidak berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama
proses pengangkutan. Dalam hal ini perusahaan pengangkutan, demi
reputasinya
dan
untuk
kremasinya akan
penampilannya
dipertahankan
semirip
mungkin
dengan
34
diawetkan adalah
kasus kematian wajar dan kasus kematian tidak wajar setelah dilakukan
autopsi oleh dokter forensik. Di Indonesia, sampai saat ini tidak ada
institusi pendidikan yang khusus mendidik seorang untuk menjadi
embalmer. Dalam pendidikan S1 kedokteran tidak
ada pelajaran
35
autopsi,
dapat
menyebabkan
terjadinya
kesulitan
36
2.12
38
Kesatuan
Republik
Indonesia
merupakan
Negara
memerlukan
penanganan
khusus
(special
handling).
39
pemerintahan
kota
setempat,
dan
keterangan
lokasi
2.13
Medikolegal
1.
Keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Pasal 1 no. 18
Pemulasaraan/ perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi
perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh
Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan
kepentingan proses peradilan ;
- Pasal 17 :
Tarif pemulasaraan/ perawatan jenazah
41
42
forensik
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh dokter ahli forensik atau dokter lain apabila
tidak ada dokter ahli forensik dan perujukan ke tempat yang
ada dokter ahli forensiknya tidak dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah mayat
forensik diatur dengan Peraturan Menteri.
- Pasal 125
Biaya pemeriksaan korban tindak pidana dan/atau pemeriksaan
mayat untuk kepentingan hukum ditanggung pemerintah melalui
APBN dan APBD.
43
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Kasus Jenazah Flu Burung (Depkes RI)
Seorang pasien terduga flu burung berinisial NP (8), Selasa (24/4)
sekitar pukul 22.15 Wita, meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar. Kasus NP menjadi kasus kedua terduga flu burung di
Bali dalam tahun 2012.
Perawatan jenazah pasien flu burung di Laboratorium/SMF
Forensik dibeberapa Rumah Sakit sendiri sedikit berbeda dengan yang
direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan RI. Berikut ini adalah tata
cara perawatan jenazah pasien dengan infeksi menular seperti: HIV/AIDS,
hepatitis, flu burung, anthrax, kholera, dan pes di RSUP Sanglah:12
1. Jenazah diberi label merah.
2. Jenazah dibiarkan dalam suhu ruangan selama minimal 4 jam
sebelum jenazah di bawa pulang atau dimasukkan dalam cooling
unit.
3. Mandikan jenazah dengan larutan pemutih pakaian dengan
perbandingan 1:10.
4. Apabila ada luka di tubuh jenazah, harus ditutup dengan plester
kedap air.
5. Setiap lubang alamiah tubuh ditutup dengan kapas yang dibasahi
dengan larutan pemutih pakaian dengan perbandingan 1:10.
6. Jenazah harus segera diawetkan dengan larutan formalin.
7. Setelah dikafani, jenazah dimasukkan dalam kantung jenazah yang
kedap air.
8. Jenazah dimasukkan ke dalam peti dan disegel.
44
45
tubuh jenazah, karena virus flu burung cepat mati apabila terpapar oleh
formalin.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat, kedua hal tersebut tetap
bertujuan sama, yaitu berusaha mencegah penularan virus flu burung dari
jenazah ke petugas kesehatan dan keluarga dari jenazah tersebut.
46
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari apa yang sudah kami dapatkan maka kami simpulkan bahwa
pelayanan penatalaksanaan pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit sangat
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat.
1. Prosedur pemulasaraan jenazah dilakukan menurut standar operasional
yang telah ada di Rumah Sakit dan mengikuti pedoman pemulasaraan
oleh Depkes.
2. Penatalaksanaan pemulasaraan dibagi menjadi penatalaksanaan jenazah
meninggal denga penyakit infeksius maupun non infeksius dan dengan
perawatan jenazah yang berbeda dari segi medis dan administrasi
3. Penatalaksanaan jenazah dilakukan sesuai agama yang dianut oleh
jenazah
dan merupakan
tugas
petugas
kamar
jenazah
untuk
Petugas Kesehatan
Masyarakat Umum
(jenazah)
yang
meninggal
akibat
penyakit
menular,
DAFTAR PUSTAKA
1. National Pathology Accreditation Advisory Council. Requirements For
The Facilities And Operation Of Mortuaries. Secon Edition. 2009
2. Pedoman Tatalaksanaan Klinis Infeksi HIV di Sarana Pelayanan
Kesehatan halaman 198-199, terbitan PPM dan PL Depkes 2001.
3. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia. Avian
Influenza Situation in Indonesia; 30 April 2008. Diunduh dari:
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/
situation_in_indonesia/
Bencana;
18
Mei
2008.
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle& sid=3025. 18 Mei 2008.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penanganan Jenazah di
Daerah
Bencana;
18
Mei
2008.
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle& sid=3025. 18 Mei 2008.
6. New South Wales Goverment, Departement of Health. Handling Bodies by
Funeral Director During an Influenza Pandemic. 1 Oktober 2003. Diunduh
dari:
http://www.health.nsw.gov.au/factsheets/
48