Keputihan
Keputihan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keputihan
1. Pengertian keputihan
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore
atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003).
Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang
bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi,
keganasan atau tumor jinak organ reproduksi (Manuaba, 2001).
Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida
pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu
candida albicans (Clayton, 1998).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan
normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan
normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga
terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi
pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama,
mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit
hubungan seksual) (Manuaba, 1999).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala.
Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis
maupun faktor patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis
antara lain : a). Cairan dari vagina berwarna kuning; b). Tidak
berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa sedikit, bisa
cukup banyak Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain : a).
Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna kekuningan, keabuabuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa gatal; d).
Jumlah cairan banyak (Dalimartha, 1999).
2. Penyebab Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala
penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena
itu untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut.
Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk
infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH
(infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri
penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas)
(Manuaba, 1999).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan
tidak normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang
dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga
rahim.
10
ini
menimbulkan
penyakit
yang
dinamakan
11
12
13
dan
menimbulkan
dorongan
seks
tidak
terpuaskan
dapat
juga
kehidupan
Lactobacilli
doderleins,
dan
proliferasi
vagina,
akan
memanfaatkan
glikogen
tadi
selama
14
fistel
(saluran
patologis)
yang
15
16
gula
dan
karbohidrat
karena
dapat
mengakibatkan
rapat
sehingga
mengganggu
sirkulasi
udara
dan
17
mendapatkan
penanganan
dan
tidak
memperparah
keputihan.
Menurut Dalimartha beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mencegah keputihan antara lain :
a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan
mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang ke depan.
c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang.
Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik
dari dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan
yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai
celana yang berlapislapis atau celana yang terlalu tebal karena
akan menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan
yang lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan
memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.
Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur
Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
18
B. Remaja
1. Pengertian remaja
Istilah adolescent atau remaja berasal dari bahasa latin
adolescere, yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa
(Hurlock, 1995).
Menurut Bobak (2004), masa remaja ialah periode waktu
individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Masa remaja terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu remaja tahap awal (usia 10-14 tahun),
remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun), dan remaja tahap akhir
(usia 17-21 tahun).
Masa remaja merupakan proses menuju kedewasaan dan anak
ingin mencoba bahwa dirinya sudah mampu sendiri. Masalah yang
dapat dijumpai pada masa remaja adalah perubahan bentuk tubuh,
adanya jerawat atau acne yang dapat menunjukkan gangguan
emosional, gangguan miopi, adanya kelainan kifosis, penyakit infeksi,
dan kenakalan pada remaja. Perkembangan secara khusus pada masa
remaja
adalah
kematangan
identitas
seksual
dengan
dengan
anak
meninggalkan
memasuki
masa
perkembangan
kanakkanak
dalam
dewasa
yang
pencapaian
akan
tugas
19
remaja
berdasarkan
tahap
perkembangannya
20
c. Remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun), yaitu remaja yang: 1).
Remaja mulai berpacaran dengan lawan jenisnya; 2). Remaja
mengembangkan
pemikiran
abstrak;
3).
Remaja
mulai
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
dan
untuk
apa
(aksiology)
pengetahuan
tersebut
21
22
berkaitan
dengan
kemampuan
seseorang
untuk
23
D. Perilaku
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku terdiri dari persepsi (perseption), respon terpimpin
(guided respon), mekanisme (mechanisme), dan adopsi (adoption)
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner (Notoadmodjo, 2003), perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan
24
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek yang mudah dan dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
Selain itu, Skinner juga mengemukakan bahwa perilaku adalah
hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon (tanggapan).
Dalam perilaku kesehatan, respon seseorang terhadap stimulus akan
berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, serta
lingkungan. Sedangkan perilaku orang terhadap penyakit adalah cara
manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan
mempersepsikan tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan diluar
dirinya) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut maupun
secara aktif yaitu dengan melakukan tindakan tersebut.
Determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan hasil dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Faktor internal mencakup pengetahuan, persepsi, emosi, dan
motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik,
seperti manusia dan sosial ekonomi (Notoadmodjo, 2003). Perilaku
manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
25
26
27
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap tersebut maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Faktor Pemungkin
1. Ketersediaan pelayanan
mencegah keputihan
kesehatan
2. Sumbersumber atau fasilitas
Faktor Penguat
1. Pengalaman pribadi
2. Teman/orang lain
28
F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tingkat pengetahuan
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen adalah tingkat pengetahuan
remaja putri tahap akhir .
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku remaja putri tahap
akhir mencegah keputihan.
H. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku remaja putri tahap
akhir mencegah keputihan di Desa Ringinkidul Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan.