Konsep Dasar Psikologi Pendidikan - Umi Kusyairy, S.Psi., M.A.
Konsep Dasar Psikologi Pendidikan - Umi Kusyairy, S.Psi., M.A.
B. Psikologi Pendidikan
1. Definisi Psikologi Pendidikan
Mustaqim, dkk. (2010): psikologi pendidikan adalah adalah studi ilmiah yang
mempelajari tingkah laku manusia dan perubahannya sebagai proses dari
pendidikan.
3. Aktivitas Belajar
a. Definisi belajar
Santrock
&
Yussen
(Elliot,
dkk.,
1999):
belajar
ialah
dalam
wujud
perubahan
tingkah
laku
dan
(2003)
memaparkan
bahwa
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar yaitu (1) faktor intern yang meliputi: faktor jasmaniah
(faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan); serta (2) faktor ekstern yang
meliputi faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
2)
3)
c. Hasil belajar
Proses belajar akan menghasilkan sejumlah perubahan pada kemampuan
peserta didik. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut
Slameto (2003) adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
1)
2)
gambar.
Informasi verbal: seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu
fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara
3)
menggambar.
Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya
ini
tediri
dari:
pengetahuan
(knowledge),
pemahaman
TANPA
STIMULUS INTENS
PERILAKU REFLEKS
PERILAKU
PERILAKU
MENGHILANGNYA
PERILAKU REFLEKS
b.
operant conditioning
tidak
didukung
stimulus
penguat
c.
REWARD
PERILAKU
PERILAKU MENINGKAT
PUNISHMENT
PERILAKU
PERILAKU MENURUN
Social Learning
dariOPERANT
Albert Bandura
LAW OF
EXTINCTION
Pembentukan perilaku individu dilakukan melalui pengkondisian proses
INDIVID
U
PERILAKU
LINGKUNGA
N
REWARD ATAU
PUNISHMENT
IMITASI &
MODELING
d.
respon terhadap stimulus didukung kesiapan untuk bertindak, maka reaksi akan
memuaskan); Law of Exercise (semakin sering hubungan stimulus-respon di
praktikkan (trial and error) dan disertai dengan reward, semakin kuat pula
hubungan itu (diingat dan dipelajari sebaik mungkin)); serta Law of Effect
(hubungan antara stimulus dan respons yang memuaskan (cocok dengan tuntutan
situasi) akan membuat hubungan menjadi kuat (diingat dan dipelajari sebaik
mungkin), begitupula sebaliknya).
S
TIM U LU
STIMULU
S
S
HUBUNGAN
STIMULUS &
RESPON
R ES PO N
RESPON
KE
SIA PA
KESIAPA
N
N
BERTIN
D
BERTIND
AK
AK
TRIAL AND
ERROR +
REWARD
HUBUNGAN STIMULUS
& RESPON YANG
MEMUASKAN/TIDAK
MEMUASKAN
H U BU N G AN
HUBUNGAN
M EM UAS KA
MEMUASKA
N
N
HUBUNGAN
SEMAKIN KUAT
HUBUNGAN
KUAT
ATAU
HUBUNGAN
LEMAH
LAW O F
R E AD IN E
SS
LAW OF
EXERCISE
LAW OF
EFFECT
2. Teori Kognitivisme
Kognitivisme menilai bahwa belajar disebabkan oleh kemampuan individu
dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu,
karena belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks (Sukardjo &
Komaruddin, 2009).
Adapun implikasinya terhadap pendidikan (Baharudin & Wahyuni, 2008)
yakni: (a) Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif
peserta didik; (b) Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul
berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik; (c) Tujuan kurikuler
difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan
motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan
kecerdasan; (d) Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru
sebagai fasillitator; (e) Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan
program pendidikan yang berupa pengetahuanpengetahuan terpadu secara
hierarkis; (f) Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi
kognitif peserta didik; (g) Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar
untuk memahami dengan cara insight learning; serta (h) Tujuan umum dalam
pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan
kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana. Perkembangan teori
behaviorisme menghasilkan sejumlah teori (Sukardjo & Komaruddin, 2009;
Djaali, 2009) diantaranya:
a. Perkembangan Kognitif dari Piaget
Piaget menilai bahwa perkembangan kognitif individu terjadi karena interaksi
sosial dengan lingkungan (asimilasi dan akomodasi) yang meliputi: (1) sensory
motor (usia 0-2 tahun), perilaku individu terjadi dari interaksi sosial, dapat
memahami objek, kegiatan, perkembangan afektif (membedakan suka dan tidak
suka); (2) pre operational (usia 2-7 tahun), perkembangan kemampuan bahasa
yang pesat, pikiran egosentris, dan pemikiran mengenai aturan; (3) concrete
operational (usia 7-11 tahun), perkembangan pemecahan masalah yang konkret,
10
dan pemahaman konsep moral; (4) formal operational (usia 11-15 tahun),
kemampuan berikir logis.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah: (1)
Guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak; (2) Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.; (3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing; (4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya; serta (5) Anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Teori Belajar Gestalt dari Frederich Perls
Gestalt menilai bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan dalam proses pembelajaran. Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain: (1) Pengalaman insight
(kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa)
yang berperan dalam proses pembelajaran; (2) Pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya; (3)
Perilaku bertujuan (pusposive behavior) yakni keterkaitan dengan tujuan belajar
yang ingin dicapai; (4) Prinsip ruang hidup (life space) bahwa materi yang
diajarkan hendaknya terkait dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik; (5) Transfer dalam belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.
3. Teori Konstruktivisme
Teori ini dikembangkan oleh konstruktivis seperti Driver dan Bell
berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget. Konsep pembelajaran
menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru
dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan data (student center learning)
(Suparno, 1997). Maka, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian
rupa
sehingga
mampu
mendorong
siswa
mengorganisasi
11
alami, sehingga merupakan pihak yang paling memahami dan bertanggung jawab
atas pengembangan potensi dan perilakunya sendiri. Adapun tipe belajar
dibedakan atas: (1) Kognitif (kebermaknaan) dan (2) experiential (pengalaman
atau signifikansi) yang mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,
evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
b.
Hirarki KebutuhanUALI
dari Abraham Maslow
SASI
DIRI HARGA
KEBUTUHAN
DIRI
13
Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya
dan
meningkatkan
kemampuannya
dalam
ilmu
yang
dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Guru sendiri merupakan pelajar yang harus belajar terus-menerus.
Sehingga, guru akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga
mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya
ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh kemampuan siswa
dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan
pula oleh peran guru dalam mengajar. mengelola kelas agar terjadi PBM bias
berjalan dengan baik.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna
lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.
4. Guru sebagai evaluator
Guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
Gagne (Sukardjo & Komarudin, 2009) mengemukakan sembilan prinsip yang
dapat dilakukan guru guna meningkatkan kompetensi guru, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa
dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives):
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or
prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan
materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses berpikir siswa agar
memiliki pemahaman yang lebih baik.
14
kamampuan
mengingat-ingat
dan
mentransfer
dengan
15
16