Budaya
Schein (1992) memandang budaya organisasi sebagai suatu pola asumsiasumsi mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi terutama
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut
menjadi sesuatu yang pasti dan disosialisasikan kepada anggota-anggota
baru dalam organisasi. Lebih jauh lagi Schein menggambarkan adanya tiga
tingkatan atau lapisan budaya organisasi, yaitu:
1. Artifak (Artifacts)
Artifak merupakan tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk
dalam artifak adalah semua fenomena yang dapat dilihat, didengar dan
dirasakan Ketika seseorang memasuki sebuah kelompok dengan budaya
yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak juga adalah produk
yang tampak (visible products) dari organisasi seperti rancangan
lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya dalam
berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi,
nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2. Nilai-nilai yang diyakini (Espoused Values)
Dalam organisasi terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan
oleh tokoh-tokoh seperti pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi
pegangan dalam menekankan ketidakpastian pada bidang-bidang yang
kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi didiskusikan dan
didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan
operasional mengenai perilaku dalam organisasi. Hal-hal tersebut
membentuk suatu kesadaran dan secara eksplisit diucapkan serta
dilakukan karena telah berfungsi sebagai norma atau moral yang
memandu anggota organisasi dalam menghadapi situasi tertentu dan
melatih anggota baru.
3. Asumsi-asumsi dasar (Basic Assumptions)
Merupakan asumsi-asumsi dasar yang telah ada sebelumnya (taken for
granted) dan menjadi panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam
memandang suatu permasalahan. Jika asumsi dasar dipegang teguh,
maka anggota organisasi akan merumuskan perilaku berdasarkan pada
kesepakatan-kesepakatan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar cenderung
untuk tidak dipertentangkan atau diperdebatkan dan cenderung sangat
sulit diubah.
High Context: komunikasi tidak langsung dan terus terang, jarak antara
atasan dan bawahan. Budaya karyawan menghargai atasan.
Low Context: komunikasi langsung dan terus terang, terbuka dan
professional. Budaya karyawan dan pemimpin bekerja bersama.
Moralism-Pragmatism
Information
Sebuah data yang diorganisir dengan cara tertentu sehingga bermakna
dan mempunyai arti bagi penerima.
yang akan dijual di pasar lokal, mereka harus diproduksi di daerah pasar juga,
untuk melindungi tenaga kerja lokal dan untuk mendapatkan pengetahuan
teknologi manufaktur yang relevan.
C. Differentiation by product, market, or technology
Pembagian pekerjaan berdasarkan kebutuhan kelompok pelanggan yang
berbeda.
Sebagai organisasi dewasa, mereka biasanya membedakan dirinya dalam hal
teknologi dasar yang mereka gunakan dan jenis pelanggan yang akan mereka
hadapi. Pendiri dan pemimpin yang dipromosikan dalam perusahaan yang
harus mengenali dan memutuskan untuk membedakan produk, pasar, atau
teknologi, mengetahui bahwa hal ini akan menciptakan masalah baru dalam
integrasi budaya.
D. Divisionalization
Pembagian pekerjaan berdasarkan bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu.
Sebagai organisasi tumbuh dan berkembang di pasar yang berbeda, mereka
sering melakukan divisionalisasi dalam arti desentralisasi ke sebagian besar
fungsi ke dalam produk, pasar, atau unit geografis. Proses ini memiliki
keuntungan dari membawa semua fungsi lebih dekat bersama-sama di
sekitar teknologi tertentu, produk, atau pelanggan, memungkinkan untuk
lebih banyak integrasi yang melintasi batas-batas subkultur fungsional.
Kekuatan pendorong pembentukan subkultur kemudian mulai bermain lebih
lanjut pada tingkat divisi.
E. Differentiation by hierarchical level
Pembagian pekerjaan berdasarkan tingkat level pada jabatannya.
Karena jumlah orang di organisasi meningkat, menjadi semakin sulit untuk
mengkoordinasikan kegiatan mereka. Salah satu mekanisme yang paling
sederhana dan paling universal bahwa semua kelompok, organisasi, dan
masyarakat gunakan untuk mengatasi masalah ini adalah untuk menciptakan
lapisan tambahan dalam hirarki sehingga rentang kendali dari setiap manajer
yang diberikan tetap stabil.
The founding and early growth (mekanisme perubahan pada tahap berdiri
dan pertumbuhan)
Pada tahap ini organisasi belum begitu kompleks dan peran pendiri dan atau
keluarganya sangat dominant, sehingga budaya organisasi merupakan
cerminan nilai-nilai dan pandangan para pendiri dan para pekerja yang
datang belakangan hanya sekedar mengikuti, mempelajari dan mengikuti
saja seolah-olah tidak mempunyai peran dalam membangun budaya
organisasi.
1) Incremental change through general and specific evolution
General Evolution: seluruh budaya organisasi akan beradaptasi untuk
berubah terhadap lingkungan luar dan srtuktur internal. Semakin
berkembangnya diversifikasi, bertambah kompleks, diferensiasi dan
integrasi pada tingkat yang lebih tinggi, dan perpaduan kreatifitas ke
dalam bentuk yang baru dan lebih rumit.
hanya bisa masak beberapa jenis masakan lalu dia berniat untuk belajar
hal yang baru. Disini diperlukan sikap keluar dari zona aman, rasa
penasaran yang tinggi , dan motivasi untuk terbuka pada hal baru yang
belum dia pernah pelajari yang akan membawa dia kepada keberhasilan.
Kecemasan kelangsungan hidup
Ini menyangkut tekanan untuk berubah. Bagaimana jika saya tidak
berubah? Apakah saya tertinggal?
Contoh: seorang koki yang ingin menjadi ahli dalam semua masakan ini
mengalami tekanan menuju perubahan tersebut kalau tidak maju maka
dia akan tertinggal dengan para pesaing yang lain. Disini dibutuhkan sikap
kompetisi, menyesuaikan diri agar tidak tertinggal dengan temantemannya yang sudah ahli di semua bidang.
Learning Anxienty
Socio psychological Bases of Learning Anxiety
Psikologis dasar pembelajaran kecemasan / resistensi terhadap perubahan:
Takut ketidakmampuan sementara (Fear of Temporary Incompetence)
Selama proses transisi, ketakutan tidak merasa kompeten karena sudah
menyerah dengan cara lama dan belum menguasai yang baru. Contoh nya
biasa dialami dalam penggunaan komputer.
Takut akan hukuman karena ketidakmampuan (Fear of Punishment for
Incompetence)
Kekhawatiran bahwa akan kehilangan atau dihukum karena
ketidakmampuannya atau kurangnya produktivitas dalam dirinya. Dalam
arena komputer ada beberapa kasus mencolok di mana karyawan tidak
pernah belajar sistem baru cukup untuk mengambil keuntungan dari
potensi, karena merasa harus tetap produktif dan dengan demikian
menghabiskan cukup waktu pada pembelajaran baru.
Takut kehilangan identitas pribadi. (Fear of Loss of Personal Identity)
Kekhawatiran ketika kebiasaan cara Anda berpikir dan merasa tidak lagi
dibutuhkan, atau ketika rasa diri didefinisikan oleh peran atau posisi yang
tidak lagi diakui oleh organisasi.
Takut kehilangan keanggotaan kelompok (Fear of Loss of Group
Membership)
Asumsi bersama yang membentuk budaya juga mengidentifikasi siapa
yang masuk dan yang keluar dari grup.
Defensive Responses to Learning Anxiety
Denial
Terjadi saat orang sebenarnya tahu bahwa perubahan itu penting tetapi
mereka masih melakukan penyangkalan akan hal itu, dan melakukan
tindakan penarikan (withdrawal) atau pengunduran diri sementara dari
proses menuju perubahan. Di fase ini orang merasa masih memiliki
kemampuan untuk menghadang perubahan.
Scapegoating, Passing the Buck, and Dodging
Perlu atau tidaknya budaya dirubah belum diketahui saat program perubahan
diluncurkan. Hanya jika tujuan tertentu telah teridentifikasi dapat
menentukan apakah unsur-unsur budaya akan membantu atau menghalangi
perubahan; ternyata, sebagian besar dari budaya digunakan secara positif
untuk mengubah beberapa elemen tertentu dalam budaya yang memang
harus berubah.
awalnya memiliki waktu yang sulit untuk melihat bagaimana budaya dapa
tmenjadi sumber bantuan yang positif bagi kelompoknya.
Contoh: yaitu pada perusahaan angkasapura, perusahaan tersebut
mengharuskan karyawannya untuk bekerja non stop (24 jam) untuk
mengatur traffic pada pesawat di bandara. Maka pada awal organisasi itu
didirikan, terbentuk budaya organisasi dalam bentuk pembagian jam kerja
pada karyawan nya yaitu pada 3 shift. Shift pagi, siang, dan malam. Untuk
kasusnya yaitu terjadi pada shift pertama yaitu shift pagi, karena akses
untuk menuju bandara tidak selalu lancer dan mudah dijangkau oleh
karyawan nya, banyak karyawan yang telat dating untuk dating ke
kantornya. Sehingga memberikan dampak negatif pada perusahaan
tersebut untuk efektivitas kerja.
10.Decisions on Next Steps
Mencapai semacam konsensus tentang apa asumsi bersama yang penting
dan implikasinya terhadap apa yang organisasi ingin lakukan selanjutnya.