Disusun oleh :
I Putu Adi Susanta (1590461001)
Pendahuluan
Makin hari penambahan populasi kendaraan bermotor makin meningkat. Bahkan
hampir setiap orang punya dan membutuhkan sepeda motor. Kepadatan aktivitas di jalan
menuntut kenyamanan untuk itu kendaraan yang dipakai harus selalu dalam keadaan baik.
Agar kendaraan selalu dalam keadaan baik maka diperlukan perawatan dan service berkala
bahkan diperlukan juga perbaikan-perbaikan bagian yang rusak, untuk itu sangat dibutuhkan
jasa bengkel motor.
Kondisi seperti inilah yang menimbulkan banyak usaha bengkel motor, mengingat
pengguna sepeda motor semakin banyak jumlahnya. Hal ini terbukti dari meningkatnya
produksi sepeda motor pertahun. Kebutuhan servis bagi sepeda motor menjadi kebutuhan
rutin yang harus dilakukan oleh penggunanya. Apalagi daerah-daerah pinggir kota yang
notabennya adalah pemukiman penduduk.
Bengkel sepeda motor bervariasi bentuk dan luas usahanya, beberapa ada yang
megah, besar, dan letaknya di tengah kota, beberapa ada yang berukuran kecil, dengan
beberapa pekerja (mekanik) dan bahkan ditangani oleh satu orang.
Kondisi seperti ini memerlukan tinjauan ergonomi dalam pengelolaan tempat kerja
seperti bengkel sepeda motor. Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan
alat, cara kerja dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga
diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga
tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi dapat digunakan untuk mengelola suatu aktivitas di tempat
kerja, sehingga sangat diperlukan dalam suatu kegiatan yang melibatkan manusia di
dalamnya dengan memperhitungkan kemampuan dan tuntutan tugas. Dengan ergonomi dapat
ditekan dampak negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan
ergonomi berbagai penyakit akibat kerja, kecelakaan, pencemaran, keracunan, ketidak-puasan
kerja, kesalahan unsur manusia, bisa dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya.
Memperhatikan hal tersebut di atas maka bengkel motor skala kecil pun juga
merupakan suatu aktivitas kerja yang perlu dikelola dengan pendekatan ergonomi. Usaha
bengkel motor skala kecil dengan pendekatan ergonomi dapat menyeimbangkan antara
tuntutan tugas (beban kerja) dan kapasitas (kemampuan, kebolehan dan keterbatasan) kerja
sehingga mereka dapat bekerja secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien serta tercapai
produktivitas yang setinggi-tingginya.
Kombinasi
antara
tugas
(task),
organisasi
(organization)
dan
lingkungan
(environment) merupakan kondisi kerja yang harus diterima dalam usaha bengkel motor skala
kecil. Bila kombinasi antara tugas, organisasi dan lingkungan tersebut belum ergonomis
maka dapat menimbulkan gangguan pada diri pekerja, mekanik bahkan pengguna jasa
sehingga kondisi bekerja menjadi tidak sehat, tidak aman, tidak nyaman dan tidak efektif.
Kapasitas pekerja bengkel dalam menerima tugas dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis
berbeda-beda tergantung pada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan masing-masing.
Tubuh akan berusaha melakukan adaptasi terhadap perubahan tersebut. Bila tubuh
tidak mampu beradaptasi maka akan menimbulkan gangguan kualitas kesehatan, seperti
keluhan muskuloskeletal meningkat, kelelahan meningkat dan
kebosanan meningkat.
Hasil Pengamatan
Bengkel motor yang diamati penulis adalah bengkel motor lokasi di Jalan Tukad
Pakerisan Panjer. Bengkel ini skala kecil dengan satu orang pemilik usaha dan sekaligus
mekanik, dibantu oleh satu orang tenaga serabutan. Bengkel ini buka mulai pukul 09.00 pagi
dan berakhir hingga pelanggan atau pengguna jasa selesai menggunakan jasa bengkel,
biasanya mereka tutup pukul 05.00 kadang bisa lembur hingga pukul 20.00 jika masih
banyak kerjaan. Jam kerja tersebut diselingi waktu istirahat bergantian siang hari pada pukul
12.00-13.00, waktu istirahat siang ini digunakan untuk makan dan berbagai keperluan, jika
sedang masih ada pekerjaan waktu istirahat ini bisa diundur, kadang jika tidak ada serabutan
atau tenaga pengganti bengkel ini siang harinya tutup.
Bengkel ini menerima beberapa jenis pekerja antara lain tambal dan press ban, ganti
ban luar dan dalam, ganti oli, servis mesin. Begitu pengguna jasa (customer) datang,
disambut langsung oleh pemilik, kadang disambut sambil menangani pekerjaan, jika bisa
diambil akan langsung dikerjakan sesuai keinginan pengguna jasa, jika masih menangani
pekerjaan customer akan diminta menunggu. Dari segi task ergonomi, hal ini dapat
menimbulkan tekanan dan mengurangi produktivitas, bahkan cenderung menimbulkan
penyakit akibat menahan waktu makan siang.
Organisasi pekerjaan bengkel ini juga terbatas, tidak ada pembagian tugas yang jelas
bahkan seluruh tugas diambil sendiri. Pengguna jasa pun acap kali batal akibat diminta
menunggu, hal ini tentu mengurangi pendapatan. Pekerja pun dapat dilanda tekanan karena
pecah konsentrasi akibat multitasking selain mereparasi motor juga menjadi penyambut
customer.