Anda di halaman 1dari 43

Pembuktian Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis

Disusun oleh :
Friska Juliarty Koedoeboen
102008183
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Tahun ajaran 2014/2015

PENDAHULUAN
Abortus menurut pengertian secara medis ialah gugur kandungan atau keguguran dan
keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri diluar
kandungan. Batas umur kandungan 28 minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari
1000 gram. Abortus dapat terjadi secara spontan tanpa tindakan, sekitar 10-20% dari kehamilan
akan berakhir dengan abortus; yang secara yuridis tidak mempunyai arti apa-apa.
Pengertian penguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.
Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau
mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa
sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup (HR 1 November
1897, HR 12 April 1898).
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian
abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia
kehamilan. Kita mengetahui bahwa abortus menurut pengertian kedokteran terbagi ke dalam (a)
abortus spontan dan (b) abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam abortus provokatus
terapeutikus dan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus kriminalis sajalah yang
termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan menurut hukum.
Abortus yang dilakukan secara sengaja (abortus provocatus) merupakan salah satu masalah
hukum yang peka yang berkaitan dengan profesi kedokteran; paling banyak dibahas dan
menimbulkan dua pendapat yang saling bertentangan, di satu pihak tetap menentang di lain pihak
dengan pelbagai pertimbangan mengusahakan agar terdapat pengendoran atau liberasi hukum.
Selain kedua jenis abortus tadi masih ada lagi jenis lain yang juga tidak mempunyai arti bila
dipadang dari segi hukum, yaitu abortus yang terjadi kecelakaan.1,2

PEMBAHASAN
KASUS
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang
anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari sebuah
alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahawa dokter
tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan di dalam botol
tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat
permintaanya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini
sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran
kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yangsedang diperiksa di kebidanan
adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. hail pemeriksaan
tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut. anda tahu
bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang memeriksa perempuanperempuan diatas, agar pemeriksaanmedis dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
penyidik dan penegak hukum.

ASPEK HUKUM
PENGGUGURAN KANDUNGAN KRIMINALIS
Pasal 346 KUHP
Seorang wanita yang secara sengaja mengugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 3
Pasal 347KUHP
1.

Barang siapa dengan sengaja menggurgurkan atau mematikan kandungan seorang wanita

2.

tanpa persetujuannya, dinacam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun. 3

Pasal 348 KUHP


1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
2. Jika perbuatannya itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun. 3
Pasal 349 KUHP
Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, atau pun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kesehatan dilakukan. 3
Pasal 299 KUHP
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya doobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika sebut sebagai pencarian
atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru-obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu. 3
Pasal 535 KUHP
Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan
hukuman maksimum 3 bulan. 3

HR 1 November 1897
Pengguguran dalam kandungan hanya dapat dipidana apabila pada waktu perbuatan itu
dilakukan, kandungannya hidup. Undang-undang tidak mengenal suatu dugaan menurut
hukum, darimana dapat disimpulkan bahwa ada kehidupan atau kepekaan hidup. 3
HR 12 April 1898
Untuk pengguguran yang dapat dihukum vide pasal-pasal 346-348 KUHP di syaratkan
bahwa kandungan ketika perbuatan dilakukan masih hidup dan adalah tidak perlu bahwa
kandungan itu mati karena pengguguran.
Keadaan bahwa anak itu lahir hidup, tidak menghalangi bahwa kejahatan telah selesai
dilakukan. Undang-undang tidak membedakan antara tingkat kehidupan kandungan yang
jauh atau kecil, akan tetapi mengancam dengan hukuman pengguguran yang tidak tepat.3
HR 20 Desember 1943
Dari bukti-buktu yang dipakai oleh Hakim dalam keputusannya harus dapat disimpulkan
bahwa wanita itu mengandung kandungan yang hidup dan bahwa terdakwa mempunyai
niat dengan sengaja hendak menyebabkan pengguguran dan kematian.3
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 15 mengatur tentang tindakan
medik tertentu yang dapat dilakukan oleh dokter terhadap wanita hamil dengan persyaratan
tertentu.
Pasal 15 UU Kesehatan:
1.
2.

Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu yang hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli.

3.

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan Pasal 15 UU Kesehatan:


1.

Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alas an apapun dilarang
karena bertentangan dengan norma hokum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma
kesopanan. Namun, dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan
atau janin yang dikandungannya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Penjelasan perbutir:
a. Indikasi medis adalahsuatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambilnya
tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan atau
janinnya terancam bahaya maut.
b. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan. Sebelum melakukan tindakan tersebut, ia harus meminta pertimbangan
tim ahli yang dapat terterdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama, hokum dan
psikologi.
c. Hak utama memberikan persetujuan adalah ibu hamil yang bersangkutan, kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuan, dapat
dimintakan dari suami atau keluarganya.
d. Sarana kesehatan tertentu adalah sarana yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai dan telah ditunjuk oleh Pemerintah.4

UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a.

sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis;

b.

oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat
yang ditetapkan oleh menteri;

c.

dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d.

dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e.

penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).5

ASPEK MEDIKOLEGAL
KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU PERADILAN
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP.
Keterangan Ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal
184 KUHAP). Pengertian Keterangan Ahli adalah sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP :
keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepetingan
pemeriksa.
Keterangan ahli ini dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186
KUHAP), dapat pula dinerikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik
(penjelasan pasal 186 KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam
suatu surat (pasal 187 KUHAP).
Pasal 133 KUHAP
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibi jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(1) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.

Keputusan Menkeh No. M.01.PW.07-03 tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan


KUHAP
Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai
berikut:
a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran Kehakiman itu alat bukti
sah atau bukan?
Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidik mengusahakan alat bukti
lain yang sah dan ini berarti bagi daerah-daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran
kehakiman akan mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat. Hal ini tidak
menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
itu bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat merupakan
petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilainya agak rendah,
tetapi diserahkan saja pada Hakim yang menilainya dalam sidang.
b. Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) dapat disimpulkan bahwa keterangan ahli itu hanya
bila diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman. Bagaimana dengan keterangan
yang diberikan oleh ahli laboratorium, ahli balistik, ahli kardiologi, ahli patologi, ahli
kandungan, psikiater, dan lain-lain, apakah keterangan mereka ini bukan keterangan
ahli. Atau apakah agar mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah, keteranganketerangan ahli tersebut harus diketahui/disahkan oleh dokter ahli kedokteran
kehakiman. Hal ini perlu di serasikan dengan keterangan ahli sebagaimana diatur
dalam pasal 1 butir 28, sehingga dengan demikian tidak menimbulkan kesan yang ahli
itu hanya kedokteran kehakiman, melainkan juga psikiater dan lain-lain. Mengenai
keterangan ahli dalam pasal ini pengertiannya adalah khusus yaitu keterangan ahli
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat.
Sedangkan untuk pengertian ahli lainnya tentunya dikembalikan pada pengertian umum
sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir 28. 3
Pasal 134 KUHAP
1. Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut

3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini. 3
Pasal 179 KUHAP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
2.

atau ahli lainnya wajib meberikan keterangan ahli demi keadilan.


Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya. 3

BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.3
Pasal 184 KUHAP
1. Alat bukti yang sah adalah : (a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) surat, (d)
petunjuk, dan (e) keterangan terdakwa.
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3

Pasal 186 KUHAP


Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Penjelasan Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.3
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah adalah:

10

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan
tegas tentang keterangan itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat
oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.3
SANKSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 216 KUHP
1. Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demkian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tidakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah
2. Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
3. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah
sepertiga.3
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegh, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru
bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus
melakukannya:

11

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan


2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.3
KODE ETIK KEDOKTERAN
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi
Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter
Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban
umum. KODEKI terdiri dari 4 kewajiban , yaiut kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien,
kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri.
Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji
dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib

selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara

independen, dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi.


Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

12

Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien keluarganya dan hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan.
Pasal 10

13

Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral dibidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

14

Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.6

PENGGOLONGAN ABORTUS DAN KOMPLIKASI


Dari pasal 346, 347, dan 348 KUHP, jelas bahwa undang-undang tidak mempersoalkan
masalah unsur kehamilan atau berat badan dari fetus yang keluar. Sedangkan pasal 349 dan 299
KUHP memuat ancaman hukuman untuk orang-orang tertentu yang mempunyai profesi atau
pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan seperti yang dimaksud
ketiga pasal tersebut.

15

Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan
yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan pasal-pasal pada KUHP (abortus kriminalis),
sedangkan tindakan yang serupa demi keselamatan si-ibu yang dapat dipertanggung jawabkan
secara medis (abortus medicinalis atau abortus theurapeticus), tidaklah dapat dihukum,
walaupun pada kenyataan dapat saja dokter melakukan abortus medicinalis itu diperiksa oleh
penyidik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan di Pengadilan bertujuan untuk mencari bukti-bukti
akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut memang murni tidak ada unsur kriminalnya, sematamata untuk keselamatan jiwa si-ibu. Perlu diingat bahwa hanya hakimlah yang berhak
memutuskan bahwa apakah seorang itu (dokter), bersalah atau tidak bersalah.
Empat macam abortus menurut proses terjadinya
1. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural.
Diperkirakan 10-20% dari kehamilan akan berakhir dengan abortus, dan secara yuridis tidak
membawa implikasi apa-apa.
2. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan
Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa, khususnya rudapaksa di daerah
perut, misalnya karena terjatuh atau tertimpa sesuatu diperutnya, demikian pula bila ia
menderita syok, akan dapat mengalami abortus; yang biasanya disertai dengan perdarahan
yang hebat. Abortus yang demikian kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis, perlu
penyidikan akan kejadiannya.
3. Abortus provocatus medicinalis atau abortus theurapeticus
Abortus ini dilakukan semata-mata atas dasar pertimbangan medis yang tepat, tidak ada cara
lain untuk menyelamtakan nyawa si-ibu kecuali jika kandungannya digugurkan, misalnya
pada penderita kanker ganas. Abortus provocatus medicinalis kadang-kadang membawa
implikasi yuridis, perlu penyidikan dengan tuntas, khususnya bila ada kercurigaan perihal
tidak wajarnya tarif atau biaya yang diminta oleh dokter, sehingga menimbulkan
komersialisasi yang berkedok demi alasan medis.
4. Abortus provocatus criminalis atau abortus kriminalis
Jelas tindakan penguguran kandungan di sini semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan
melawan hukum. Tindakan abortus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis, dan
dilakukan hanya untuk kepentingan si-pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari si-ibu
yang malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk melacaknya oleh karena kedua
belah pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana dengan baik (crime without victim,
walaupun sebenarnya korbannya ada yaitu bayi yang dikandung).1

16

Metode yang sering dipergunakan dalam abortus


Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provocatus yang perlu
diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di dalam
melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara
tindakan abortus itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-ibu. Metode-metode yang
dipergunakan biasanya disesuaikan dengan umur kehamilann, semakin tua umur kehamilan
semakin tinggi risikonya.
Metode pada abortus
1. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu
Kerja fisik yang berlebihan
Mandi air panas
Melakukan kekerasan pada daerah perut
Pemberian obat pencahar
Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia
electric shocks untuk merangsang rahim, dan
Menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina.
2. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu
Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi
peningkatan menstrual flow, dan preparat hormonal guna menganggu keseimbangan

hormonal,
Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari placenta dan amnion, atau

menyuntikan cairan yang mengandung karbol (carbolic acid),


Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter atau pensil dengan

maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang berakihir dengan abortus.
3. Pada umur kehamilan antara 12-16 minggu
Menusuk kandungan
Melepaskan fetus
Memasukkan pasta atau cairan sabun
Dengan instrument; kuret.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada abortus:
1. Fetus atau janin yang mati atau dirusak itu keluar tanpa mengganggu kesehatan ibu.
2. Terjadi komplikasi pada ibu; kejang, diare, perdarahan dan kondisi kesehatan yang kritis.
3. Kematian yang berlangsung cepat, yang dimungkinkan karena terjadinya; syok vagal,
perdarahan hebat dan emboli udara.

17

4. Kematian yang berlangsung lambat (dua hari atau lebih) setelah abortus, yang pada
umumnya disebabkan oleh infeksi keracunan, syok, perdarahan hebat dan emboli.1
Komplikasi
Penggunaan obat-obatan abortifasien sebenarnya tidak ada yang efektif tanpa
menimbulkan gangguan pada si ibu. Cara yang efektif dan adalah dengan melakukan manipulasi
mekanik oleh tangan yang terampil.

Penyulit yang mungkin timbul adalah:


1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul
lama setelah tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini kini jarang
mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang kesehatan yang
telah meningkat.
2. Syok (renjatan) akibat refkeks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh
pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat pula kemungkinan adanya
emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam
uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena endometrium dalam keadaan terbuka.
Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan jumlah 70-100
ml dilaporkan sudah dapat mematikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan gelisah, stres dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan tang terlalu panas atau terlalu
dingin.
5. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesi. Antiseptik lokal seperti KMnO4
pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

18

Pemeriksaan adanya Met-Hb, peemirksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan


untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran listrik lokal.2

PEMERIKSAAN MEDIS DAN LABORATORIUM


Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara,
pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibuktikan adanya usaha
penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna, daerah perut
bagian bawah. Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang
dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha
penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD-kematian janin di dalam rahim dan
pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pelaku baik pada yang membantu tindakan abortus tersebut
atau pada wanita yang telah digugurkan kandungannya. Hasil tanya jawab dengan pihak-pihak
tersebut tidaklah bersifat objektif dan tidak dapat dipercaya seluruhnya, oleh karena itu hasil
anamnesis ini tidak dapat dimasukkan sebagai bukti namun dapat ditambahkan dalam pembuatan
visum sebagai kesaksian dari terdakwa.
Kepada wanita yang digugurkan kandungannya, dapat ditanyakan kapan kejadian tersebut
terjadi dan dimana dilakukan. Apakah alasan sebenarnya yang mendorong wanita tersebut untuk
melakukan tindakan tersebut, serta apakah tindakan tersebut dilakukan sendiri atau dibantu oleh
orang lain. perlu pula untuk diketahui apakah keinginan untuk menggugurkan kandungannya
memang bersal dari dirinya sendiri atau atas bujukan orang lain.
Kepada dokter yang membantu tindakan abortus tersebut perlu dintanyakan apakah alasan
atau adakah indikasi yang memang mengharuskan kehamilan wanita tersebut untuk diakhiri.
Apakah motif dari dokter tersebut untuk menggugurkan kandungan wanita-wanita tersebut,

19

dengan cara apa ia melakukan pengguguran kandungan wanita tersebut. Untuk benar-benar
mengetahui bahwa darh dan jaringan yang terdapat pada botol suction tersebut maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk pembuktiannya.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.

Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:

Wanita bersangkutan.
Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun)

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Keadaan umum wanita pasca abortus biasanya tampak sakit ringan hingga berat tergantung
dari ada atau tidaknya komplikasi dari tindakan yang dilakukan pada wanita tersebut.
Tekanan darah dapat normal hingga menurun, frekuensi nadi dapat normal atau meningkat,
frekuensi napas dapat normal hingga meningkat dan suhu tubuh dapat pula meningkat,
normal

atau

menurun.

Perubahan-perubahan

tanda-tanda

vital

tersebut

dapat

menggambarkan terjadinya syok atau sepsis pada wanita pasca abortus.


2. Pemeriksaan Tanda-tanda Kehamilan
Perubahan Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan , kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (line alba) akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul
dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau

20

melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genitalia juga akan terlihat
pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau
sangat jauh berkurang setelah melahirkan.
Perubahan Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah
bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih
terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama satu
cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum
dapat di produksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Pada
bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar.
Perubahan pada Uterus
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas
pada diameter anteroposterior, tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus hampir
membulat garis tengah uterus rata-rata 8 cm dicapai pada minggu ke-12. Pada akhir
kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring dengan
perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus kesamping
dan keatas, terus bertumbuh hingga hampir menyentuh hati. Usia kehamilan dapat
diperkirakan melalui tinggi fundus uteri, usia kehamilan 12 minggu diperkirakan jika
ketinggian fundus uteri setinggi simfisis pubis, usia kehamilan 24 minggu setinggi umbilicus
dan dua jari dibawah prosesus xyphoideus menandakan kehamilan sudah mencapai
kehamilan 36 minggu.7
3. Pemeriksaan Tanda-tanda Kekerasan
Kekerasan mekanik lokal dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar
dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik
berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut
atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. Kekerasan dapat pula dari dalam
dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri,
misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio; aplikasi asam arsenic,

21

kalium permanganate pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift atau kateter ke
dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan tangan. Manipulasi uterus, dengan
melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus.
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup
panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya
dilakukan dengan menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air
sabun, desinfektan atau air biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli
udara.1
4. Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi vulva :
Adakah perdarahan pervaginam atau tidak, ada jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak

bau busuk dari vulva


Inspekulo :
Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan

keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Pemeriksaan dalam :
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
Melalui pemeriksaan ginekologi, kita dapat mendeteksi jika perempuan itu telah
melakukan aborsi atau tidak dengan melihat komplikasi setelah dilakukan aborsi seperti
berikut:
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi
dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke
kandung kencing. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.

Luka pada serviks uteri


Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada
serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka
akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada
serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent
cervix.

22

Pelekatan pada kavum uteri


Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Jika dokter terkerok
jaringan miometrium, hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum
uteri di beberapa tempat.
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak dipraktikkan oleh dokter, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur.1
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaa -HCG urin


Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil
dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah
konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan di antara 3060 hari. produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun
secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari.7

Pemeriksaan Darah
Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan
cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu.
Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi
pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di Tempat
Kejadian Perkara (TKP) pada objek-objek tertentu seperti lantai, meja, kursi, karpet, senjata
dan pakaian yang dilumuri dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut penting untuk menunjang atau menyingkirkan
keterlibatan seseorang dengan TKP. Walaupun dengan uji yang modern dan dengan peralatan

23

yang canggih sekalipun, masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari
individu tertentu.
Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa bercak tersebut benar darah, darah dari
manusia atau hewan, golongan darahnya bila darah tersebut berasal dari manusia, dan darah
tersebut merupakan darah menstruasi atau bukan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Cara ini tidak
dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut. Darah yang
masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1 tetes
larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan
membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan
tersebut, dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan
kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah
berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval/elips
dan berinti. Dari kelas mamalia, genus Cannelidae (golongan unta) merupakan
perkecualian dengan sel darah merah berbentuk oval/elips tetapi tidak berinti.
Keuntungan sediaan apus dibandingkan dengan sediaan tanpa pewarnaan adalah dapat
terlihatnya sel-sel leukosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih
dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.2
2. Pemeriksaan kimiawi
Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga
pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari
pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah.
Pemeriksaan penyaring darah
Prinsip pemeriksaan penyaring adalah : H2O2H2O + On

24

Reagen Perubahan warna( teroksidasi)


Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi
fenofltalin. Reagen yang digunakan dalam reaksi benzidin adalah larutan jenuh kristal
benzidin dalam asam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenofltalin digunakan
reagens yang dibuat dari fenofltalin 2g + 100ml. NaOH 20% dan dipanaskan dengan
biji-biji Zinc sehingga terbentuk fenolftalin yang tidak berwarna.
Cara pemeriksaan: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai
kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin. Hasil positif pada
reaksi benzidin adalah timbul warna biru gelap pada kertas saring.
Sedangkan pada reaksi fenolftalin, kertas saring yang telah digosokkan pada bercak
yang dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenolftalin yang akan memberikan
warna merah muda bila positif. Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan
bahwa bercak tersebut bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak
tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan penentuan darah
Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal hematin (hemin)
dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi Teichman dan
reaksi Wagenaar.

Reaksi Teichman
o Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, tambahkan 1 butir
Kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup dengan kaca penutup dan
dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin-HCl

yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop.


Reaksi Wagenaar
o Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, letakkan juga sebutir
pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca objek dengan kaca
penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu sisi diteteskan aceton
dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan. Hasil
positif bila terlihat Kristal aceton-hemin berbentuk batang berwarna coklat.

25

Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak adalah
darah. Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah,
juga dapat dijumpai pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimianya telah
rusak misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.2
3. Pemeriksaan spektroskopik
Pemeriksaan spektroskopik memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila
dijumpai pita-pita absorpsi yang khas dari hemoglobin atau turunannya. Bercak kering
dilarutkan dengan akuades dalam tabung reaksi dan kemudian

dilihat dengan

spektroskop. Hemoglobin dan derivatnya akan menunjukkan pita-pita absorpsi yang


khas spektrum warna.
Suspensi yang mengandung oksihemoglobin berwarna merah terang dengan dua pita
absorpsi berwarna hitam di daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 54 dan 59.
Bila ditambahkan reduktor, Na-ditionit, akan terbentuk hemoglobin ter-reduksi yang
berwarna merah keunguan dengan satu pita absorpsi yang lebar di daerah kuning yaitu
pada panjang gelombang 54-59. Bila ditambahkan lagi dengan alkali encer (NaOH atau
KOH) akan terbentuk hemokhromogen berwarna merah jingga dengan dua pita
absorpsi yang menempati daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 56 dan daerah
perbatasan dengan hijau yaitu pada panjang gelombang 52.2
4. Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu
dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap
protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan
adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang
merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Penentuan Spesies
Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan garam faal. Dianjurkan
untuk memakai 1cm2 bercak atau 1g darah kering tetapi tidak melebihi separuh
bahan yang tersedia. Cara-cara yang dapat dipergunakan adalah :

Reaksi Cincin (reaksi presipitin dalam tabung)


Ke dalam tabung reaksi kecil dimasukkan serum anti globulin manusia dan
keatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung. Biarkan

26

pada temperatur ruang kurang lebih 1.5 jam. Hasil positif tampak sebagai cincin
presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan.
Reaksi Presipitasi dalam Agar
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan
selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan
diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis.
Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah
dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan
gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperatur ruang
selama satu malam. Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan

lubang tengah dan tepi lubang.


Penentuan Golongan Darah
Diantara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen
dari sistem golongan darah ABO. Darah yang telah mengering dapat berada dalam
pelbagai tahap kesegaran.
a. Bercak dengan sel darah merah masih utuh.
b. Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen
yang masih dapat di deteksi
c. Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi
namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.
d. Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan aglutinin yang juga sudah tidak
dapat dideteksi.
Cara yang biasa dilakukan adalah cara absoropsi elusi dengan prosedur sebagai
berikut :
1) 2-3 helai benang mengandung bercak kering difiksasi dengan metal alcohol
selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya
dialakukan penguraian benang terbebut menjadi serat-serat halus dengan
menggunakan 2 buah jarum.
2) Lakukan juga pada benang yang tidak mengandung bercak darah untuk sebagai
kontrol negatif.

27

3) Serat benang dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama


diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua diberi anti-B hingga serabut
benang tersebut terendam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut
disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat celsius selama satu
malam.
4) Kemudian lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin
(4oC) sebanyak 5-6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator, pusing
dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci
sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes garam faal dingin. Panaskan pada
suhu 56oC selama 10 menit dan pindahkan eluat pada tabung lain. Tambahkan
satu tetes suspensi sel indikator ke dalam masing-masing tabung, biarkan selama
5 menit pada kecepatan 1000 RPM.
5) Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti
darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.
Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, penentuan golongan darah
dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup,
yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat
terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan
golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum
A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A. Pemeriksaan golongan
darah juga dapat membantu mengatasi kasus paternitas. Hal ini berdasarkan Hukum
Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika
antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang tua
yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.
(Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang
bergolongan darah AB).2

Pemeriksaan DNA

28

1. Short Tandem Repeats (STR)


Short Tandem Repeats (STR) adalah bagian DNA yang pendek dan bersifat sangat
polimorfik sehingga dijadikan lokus pilihan untuk penyelesaian kasus-kasus forensik.
Lokus STR memiliki keistimewaan karena memiliki jenis alel yang banyak, tetapi dengan
rentang yang sempit, sehingga memungkinkan diperbanyak secara multiplex dalam satu
tabung rekasi. Dengan melakukan pemeriksaan pada banyak lokus STR, maka
identifikasi individu dapat dilakukan dengan kecepatan yang amat tinggi.
STR merupakan core-DNA sehingga ia diturunkan menurut hukum Mendel dari kedua
orangtua. Pada setiap lokus STR, setiap anak memiliki dua buah alel, dimana satu alel
berasal dari ibunya (DNA maternal) dan alel satunya lagi berasal dari ayahnya (DNA
paternal).
Analisis STR dalam bidang forensik dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
analisis ayah-anak-ibu (FCM analysis) dan analisis pembandingan alel STR tersangka
ayah (F), anak (C), dan ibu (M), dicari apakah DNA paternal anak ada padanya atau tidak
dengan salah satu DNA tersangka ayah. Adanya kesesuaian pada semua lokus STR yang
diperiksa menunjukkan bahwa tersangka ayah adalah AYAH BIOLOGIS dari anak
tersebut. ketepatan kesimpulan ini dikalkulasi melalui penghitungan Paternity Indeks (PI)
dengan memakai data frekuensi alel pada populasi yang sama. Paternity Index adalah
suatu angka yang menyatakan BERAPA KALI seorang tersangka ayah lebih mungkin
menjadi ayah biologis dari seorang anak, jika dibandingkan pria lain yang diambil secara
acak dari populasi yang sama. semakin tinggi angka PI pada analisis FCM, semakin
tinggi keyakinan kita bahwa tersangka ayah itu memang benar merupakan ayah si anak.
Ditemukannya ketidak sesuaian DNA paternal anak dengan DNA tersangka ayah pada
DUA/LEBIH lokus STR yang diperiksa memastikan bahwa tersangka ayah adalah
BUKAN ayah biologis dari anak tersebut. Dengan menggunakan ketentuan tersebut, pada
saat ini kasus peternitas dapat dapat dipecahkan secara akurat.
Pada analisis pembandingan (matching analysis) dilakukan pembandingan antara dua set
profil DNA dari dua buah sampel. Atas dasar ketentuan bahwa semua sel dari individu
yang sama memiliki profil DNA yang sama, maka dua sampel yang memiliki profil DNA
yang sama pastilah berasal dari individu yang sama. Analisis ini dilakukan untuk melacak

29

sumber bahan biologis berupa cairan maupun bercak (darah, liur, mani), rambut, jaringan,
potongan tubuh, dsb. Setelah didapatkan dua profil DNA adalah IDENTIK, maka harus
dilakukan penghitungan Match Probability (MP), yang dikalkulasi dengan menggunakan
data frekuensi alel yang terdapat dalam populasi yang sama. MP adalah suatu angka yang
menyatakan bahwa sampel tertentu sekian kali lebih mungkin berasal dari seorang
individu, dibandingkan individu lain yang diambil secara acak dari populasi yang sama.
Dengan demikian, semakin tinggi MP maka semakin meyakinkan bahwa suatu sampel
berasal dairi individu tertentu.
Dari kedua analisis tadi terlihat bahwa adanya DNA population database, terutama data
frekuensi alel dari CODIS 13, amatlah penting dalam analisis kasus forensik. Dan pada
saat ini Indonesia telah memiliki data tersebut, yang telah dilakukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Untoro dkk pada tahun 2006.8
2. DNA Mitokondria dan DNA inti
Dalam sel manusia, DNA dapat ditemukan di inti sel dan mitokondria. Di dalam inti sel,
DNA membentuk suatu kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap anak akan
menerima setengah pasang kromoson dari ayah dan setengah pasang kromosom dari ibu
sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah.
Dalam hal ini ada dua tes, yaitu:
Tes Paternitas
Tes ini untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak.
Tes paternitas membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah untuk memeriksa
bukti pewarisan DNA yang menunjukkan kepastian adanya hubungan biologis.
Tes Maternitas
Tes DNA ini untuk menentukan apakah seorang perempuan adalah ibu biologis seorang
anak. Tes ini bisa dilakukan untuk kasus dugaan bayi tertukar, bayi tabung, dan anak
angkat.
Selain di dalam inti sel, DNA juga bisa ditemukan di dalam mitokondria, yaitu bagian
dari sel yang menghasilkan energi. Berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria

30

memiliki materi genetik sendiri yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di
inti sel. DNA Mitokondria, sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak
di bagian sel yang bernama mitokondria. DNA mitokondria memiliki ciri-ciri yang
berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan bentuk. Di antaranya
adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10-17 kali DNA inti. Selain
itu DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak (lebih dari 1000 kopi) dalam tiap sel,
sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi. DNA inti merupakan hasil rekombinasi
DNA kedua orang tua sementara DNA mitokondria hanya diwariskan dari ibu
(maternally inherited). Berkat mitokondria, kita bisa bernapas dan sel bisa memperbaiki
diri. Tanpa mitokondria, sel akan mati. DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu.
Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA ini dapat digunakan
sebagai penanda untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal/garis ibu.

INTERPRETASI HASIL
Pada kasus di atas, seorang dokter diduga melakukan pengguguran kandungan terhadap
salah satu dari ketiga perempuan yang sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tindakan abortus dapat terjadi secara spontan
maupun secara sengaja, namun yang perlu diperhatikan adalah apakah tindakan abortus tersebut
memiliki indikasi medis yang jelas atau merupakan suatu tindakan yang illegal secara hukum.
Pembuktian akan hal tersebut perlu pemeriksaan secara seksama terutama terkait dengan adanya
tanda-tanda kekerasan pada organ-organ reproduksi pada wanita hamil tersebut. Selain itu juga
diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang dapat membuktikan
bahwa jaringan atau darah yang terdapat pada alat penggugur kandungan atau di tempat kejadian
perkara tersebut adalah milik dari salah seorang atau ketiga wanita tersebut. Pada kasus abortus
provokatus biasanya ditemukan:
Pada pemeriksaan medis, ditemukan tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ

reproduksi (uterus, vagina, serviks, dsb) sebagai tanda adanya usaha aborsi provokatus.
Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya zat/obat yang digunakan untuk membantu

proses aborsi
Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya sel trofoblas (tanda kehamilan, tanda

kerusakan jaringan akibat usaha penghentian kehamilan), sel PMN (tanda intravitalitas)
Adanya peningkatan hormon hCG (human chorionic gonadothropin) menandakan adanya
kehamilan

31

Adanya kecocokan DNA tersangka dengan janin.

Hasil pemeriksaan pada ketiga korban:


Keadaan umum ketiga korban dalam keadaan lemas dan pucat, tampak
-

sakit ringan dan tampak lemah.


Pada pemeriksaaan tanda-tanda vital:
Ibu A : tekanan darah 120/80 mmHg, napas 20 kali per menit, nadi 85 kali per menit,

suhu 36,5C
Ibu B : tekanan darah 110/70 mmHg, napas 18 kali per menit, nadi 88 kali per menit,

suhu 37,2C
Ibu C : tekanan darah 100/65 mmHg, napas 23 kali per menit, nadi 90 kali per menit,

suhu 37,9C.
Pada pemeriksaan kepala dan leher
Pada ketiga wanita tersebut terlihat adanya bercak kecokelatan yang tidak teratur di sekeliling

mata dan melintasi pangkal hidung serta tampak disekitar pipi.


Toraks dan paru-paru, tidak terdapat kelainan.
Frekuensi nadi sedikit meningkat pada ketiga wanita tersebut
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
Ibu A, perut terlihat membuncit, terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak

terdengar bunyi jantung janin.


Ibu B perut terlihat membuncit, terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak

terdengar bunyi jantung janin serta terlihat adanya memar pada perut bagian bawah.
Ibu C perut terlihat membuncit, terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak

terdengar bunyi jantung janin serta terlihat adanya memar pada perut bagian bawah.
Pada pemeriksaan bibir kemaluan pada ketiga wanita tersebut terdapat memar pada kedua sisi
bibir kelamin dan pada wanita C ditemukan adanya luka baru yang masih berwarna

kemerahan.
Pada pemeriksaan leher rahim dan dinding dalam alat kelamin terdapat perlukaan pada sisi
kiri dan kanan dari leher rahim. Pada ibu B dan C ditemukan adanya sisa jaringan konsepsi

pada mulut rahim.


Pemeriksaan payudara pada ketiga wanita didapatkan pembuluh darah vena dapat terlihat
lebih nyata, puting serta areola mammae berwarna lebih gelap, dan kelenjar Montgomery

tampak menonjol dan membesar serta keluarnya kolostrum dari payudara.


Pemeriksaan alat kelamin bagian dalam menunjukan adanya nyeri pada mulut rahim dan
tinggi rahim pada ibu A dan B satu jari di bawah pusar dengan bentuk rahim bulat.
Sedangkan ibu C memiliki tinggi rahim dua jari di bawah pusat dan bentuk rahim teraba
bulat.

32

Pemeriksaan -HCG pada ketiga wanita tersebut hasilnya positif.


Pada pemeriksaan mikroskopik adanya sel trofoblas yang tersisa pada bagian dalam kelamin

ketiga wanita tersebut.


Golongan darah ibu dari pemeriksaan ditemukan Ibu A memiliki golongan darah A, Ibu B

memiliki golongan darah B dan Ibu C memiliki golongan darah O.


Pemeriksaan toksikologi pada pemeriksaan toksikologi pada ketiga korban tidak ditemukan

adanya kandungan obat-obatan yang dapat membantu terjadinya abortus.


Pemeriksaan DNA pada ketiga wanita dengan menggunakan pemeriksaan DNA mitokondria
menghasilkan kecocokan seluruh pita DNA mitokondria ibu C dengan masing-masing DNA

pada hasil suction.


Pemeriksaan pada sisa konsepsi atau hasil suction:
Pemeriksaan mikroskopik, menyatakan hasil darah tersebut merupakan darah kelas
mamalia dengan bentuk sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti.
pemeriksaan penyaring darah:
reaksi benzidin hasil positif, mungkin merupakan darah
reaksi fenoftalin hasil positif, mungkin merupakan darah
pemeriksaan penentuan darah
reaksi Wagenaar hasil positif menyatakan cairan tersebut pasti darah
pemeriksaan serologik dengan menggunakan tes reaksi cincin (reaksi presipitasi dalam

tabung) menhasilkan hasil positif berarti darah tersebut adalah darah manusia.
Penentuan golongan darah, dalam campuran sisa konsepsi tersebut ditemukan darah

tersebut adalah golongan darah O.


Pada pemeriksaan DNA mitokondria dari hasil suction ditemukan 1 DNA yang memiliki
kemiripan keseluruhan pita DNA mitokondria dengan ibu C.
Sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan alat kelamin ditemukan bahwa ketiga

wanita tersebut telah melakukan abortus namun dari hasil pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan sisa konsepsi hasil suction disimpulkan bahwa darah dan jaringan memiliki
kecocokan dengan ibu C, dan dapat dipastikan bahwa jaringan janin dan darah tersebut adalah
miliki Ibu C.

VISUM ET REPERTUM
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan
pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau
bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan

33

penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas
sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Beberapa jenis visum et repertum yaitu visum et repertum korban hidup termasuk visum et
repertum perlukaan, visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah (korban mati
akibat tindak pidana atau dugaan tindak pidana) dan visum et repertum psikiatrik (dibuat oleh
dokter specialis psikiatri, biasanya untuk menilai kejiwaan terdakwa).
Visum et repertum adalah alat bukti yang sah berupa surat (Pasal 184 jo Pasal 187 butir c
KUHAP). Ketentuan umum pembuatan visum et repertum adalah:
1. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.
2. Bernomor, bertanggal dan di bagian kiri atasnya dicantumkan kata Pro Justitia.
3. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa singkatan dan tidak
menggunakan istilah asing.
4. Ditandatangani dan diberi nama jelas pembuatnya serta dibubuhi stempel instansi
tersebut.

Pada umumnya visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:
1. Bagian Pembukaan
Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et
repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan
meterai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan
Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul Pendahuluan, melainkan langsung merupakan
uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu
dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et repertum, nomor dan tanggal surat
permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum di dalam surat
permintaan visum et repertum tersebut. Di bagian ini dicantumkan ada/tidaknya label
identifikasi dari pihak penyidik, bentuk dan bahan label serta isi label identifikasi yang
dilekatkan pada benda bukti, biasanya pada ibu jari kaki kanan mayat.
3. Bagian Pemberitaan
Bagian ini diberi judul Hasil Pemeriksaan. Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan
terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh

34

orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Pada pemeriksaan jenazah, bagian
ini terbagi tiga bagian, yaitu Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pendukung lainnya.
4. Bagian Kesimpulan
Bagian ini diberi judul Kesimpulan. Dalam bagian ini dituliskan kesimpulan pemeriksa
atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya. Pada
pemeriksaan jenazah, bagian ini berisikan setidak-tidaknya jenis perlukaan atau cedera,
kelainan yang ditemukan, penyebabnya serta sebab kematiannya. Apabila memungkinkan,
tuliskan juga saat kematian dan petunjuk penting tentang kekerasan ataupun pelakunya.
5. Bagian Penutup
Bagian ini tanpa judul, melainkan langsung berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan
bahwa visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat
sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).1
Rumah Sakit Sehat Selalu
Jl. Selalu Sehat no.1 Jakarta Barat 12121
Telp/fax 021-234567

PROJUSTISIA

Jakarta, 19 Desember 2013


Visum Et Repertum
No. 13/TU/RS Sehat Selalu/VII/2013

Yang bertanda tangan dibawah ini, Mawar Melati, dokter ahli kedokteran forensik Rumah
Sakit Sehat Selalu Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian
Resort Jakarta Barat No. Pol. F/123/VR/XIV/93/Serse tertanggal 18 Desember 2013, maka pada
tanggal Sembilan belas Desember tahun dua ribu tigabelas, pukul duapuluh lewat lima belas
menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS Sehat Selalu Jakarta Barat, telah
melakukan pemeriksaan dengan nomor registrasi 17081945 yang menurut surta tersebut adalah: Nama
: Larasati Indrawati--------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Perempuan----------------------------------------------------------------------Umur
: 20 tahun--------------------------------------------------------------------------Agama
: Islam-----------------------------------------------------------------------------Kewarganegaraan : Indonesia------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Mahasiswa----------------------------------------------------------------------Alamat
: Jl. Harum Mewangi no.1 Tangerang-----------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN:

35

1. Korban merupakan wanita berusia duapuluh tahun, datang dengan keadaan umum tampak
sakit ringan, lemas, lemah dan pucat.-------------------------------------------------------------------2. Dari hasil anamnesa pasien mengatakan terakhir kali menstruasi adalah sekitar 2 bulan yang
lalu. Korban mengatakan pernah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan
kekasihnya tanpa menggunakan pengaman.-----------------------------------------------------------3. Pada pemeriksaan frekuensi nadi sembilan puluh kali per menit, frekuansi napas duapuluh
tiga kali per menit, tekanan darah seratus per enampuluh lima milimeter air raksa dan suhu
tiga puluh tujuh koma Sembilan derajat celcius.------------------------------------------------------4. Pemeriksaan tanda kehamilan:
a.
Pada wajah terutama disekitar mata, pangkal hidung, dan daerah pipi terdapat
bercak
berwarna
kecoklatan
yang
tidak
beraturan.-------------------------------------------------------b.
Pada pemeriksaan payudara ditemukan pembuluh darah dapat terlihat lebih nyata,
puting serta daerah sekitar puting berwarna lebih gelap, dan kelenjar payudara tampak
menonjol
dan
membesar
serta
keluarnya
ASI
dari
payudara.-----------------------------------------------c.
Pada bagian perut terdapat garis putih tepat pada garis tengah depan dan garisgaris
kehamilan
disisi
perut
wanita
tersebut.------------------------------------------------------------d.
Pemeriksaan
tes
kehamilan
melalui
urin
menunjukkan
hasil
positif.--------------------------5. Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan:
a. pada pemeriksaan ditemukan..
Lanjutan Visum et Repertum
Halaman kedua dari 2 halaman
a.
Pada pemeriksaan ditemukan perut terlihat membuncit, terdapat nyeri tekan pada
perut bagian bawah, tidak terdengar bunyi jantung janin serta didapatkan adanya memar
pada
perut
bagian
bawah.----------------------------------------------------------------------------------6. Pada pemeriksaan alat kelamin ditemukan:------------------------------------------------------------a. Terdapat memar pada kedua sisi bibir kelamin kanan dan kiri.--------------------------------b. Pada leher rahim dan dinding dalam alat kelamin terdapat perlukaan pada sisi kiri dan
kanan dari dinding kelamin.-------------------------------------------------------------------------c. Tinggi rahim dua jari dibawah pusar dan bentuk rahim bulat.----------------------------------7. Pada pemeriksaan golongan darah menyatakan golongan darah wanita tersebut adalah O.----8. Pada pemeriksaan toksikologi tidak terdapat kandungan obat-obat penggugur kandungan.----9. Hasil pemeriksaan DNA jaringan janin dari pihak kepolisian dengan pasien ini cocok.--------10. Hasil pemeriksaan golongan darah O pada sisa janin dari kepolisian dengan pasien ini cocok.
11. Pada korban ini diberi pengobatan berupa pemberian obat penahan rasa sakit.------------------KESIMPULAN
Pada wanita yang berusia 20 tahun ini, berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya
tanda-tanda kehamilan, dan adanya tanda-tanda kekerasan pada alat kelamin korban.
Berdasarkan pemeriksaan golongan darah dan DNA ditemukan kecocokan antara wanita tersebut
dengan sisa jaringan dan darah yang diberikan oleh pihak Kepolisian yang berarti bahwa

36

jaringan dan darah tersebut merupakan milik dari wanita tersebut. Dari semua pemeriksaa dapat
disimpulkan bahwa keadaan ini merupakan akibat tindakan pengguguran kandungan atau
pengeluaran janin sebelum waktu kelahirannya.----------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------------------------------Dokter pemeriksa.
Dr. Mawar Melati, Sp.F
NIP. 19930124

Rumah Sakit Sehat Selalu


Jl. Selalu Sehat no.1 Jakarta Barat 12121
Telp/fax 021-234567

PROJUSTISIA

Jakarta, 19 Desember 2013


Visum Et Repertum
No. 13/TU/RS Sehat Selalu/VII/2013

Yang bertanda tangan dibawah ini, Mawar Melati, dokter ahli kedokteran forensik Rumah
Sakit Sehat Selalu Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian
Resort Jakarta Barat No. Pol. F/123/VR/XIV/93/Serse tertanggal 18 Desember 2013, maka pada
tanggal Sembilan belas Desember tahun dua ribu tigabelas, pukul duapuluh lewat lima belas
menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS Sehat Selalu Jakarta Barat, telah
melakukan pemeriksaan dengan nomor registrasi 17081946 yang menurut surta tersebut adalah: Nama
: Bunga----------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Perempuan----------------------------------------------------------------------Umur
: 25 tahun--------------------------------------------------------------------------Agama
: Islam------------------------------------------------------------------------------

37

Kewarganegaraan : Indonesia------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Pegawai Swasta----------------------------------------------------------------Alamat
: Jl. Harum Semerbak no.1 Tangerang----------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN:
1. Korban merupakan wanita berusia duapuluh lima tahun, datang dengan keadaan umum
tampak sakit ringan, lemas, lemah dan pucat.---------------------------------------------------------2. Dari hasil anamnesa pasien mengatakan terakhir kali menstruasi adalah sekitar 3 bulan yang
lalu. Korban mengatakan pernah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan berganti-ganti
pasangan tanpa menggunakan pengaman.-----------------------------------------------------------------3. Pada pemeriksaan frekuensi nadi delapanpuluh lima kali per menit, frekuansi napas duapuluh
kali per menit, tekanan darah seratus duapuluh per delapanpuluh milimeter air raksa dan suhu
tigapuluh enam koma lima derajat celcius.------------------------------------------------------------4. Pemeriksaan tanda kehamilan:--------------------------------------------------------------------------a.
Pada wajah terutama disekitar mata, pangkal hidung, dan daerah pipi
terdapat
bercak
berwarna
kecoklatan
yang
tidak
beraturan.-------------------------------------------------------b.
Pada pemeriksaan payudara ditemukan pembuluh darah dapat terlihat
lebih nyata, puting serta daerah sekitar puting berwarna lebih gelap, dan kelenjar
payudara tampak menonjol dan membesar serta keluarnya ASI dari
payudara.-----------------------------------------------c.
Pada bagian perut terdapat garis putih tepat pada garis tengah depan dan
garis-garis
kehamilan
disisi
perut
wanita
tersebut.------------------------------------------------------------d. pemeriksaan tes kehamilan...

d.

Lanjutan Visum et Repertum


Halaman kedua dari 2 halaman
melalui urin menunjukkan hasil

Pemeriksaan tes kehamilan


positif.--------------------------5. Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan:-------------------------------------------------------------------a. Pada pemeriksaan ditemukan perut terlihat membuncit, terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah, tidak terdengar bunyi jantung janin.----------------------------------------------6. Pada pemeriksaan alat kelamin ditemukan:------------------------------------------------------------a. Terdapat memar pada kedua sisi bibir kelamin kanan dan kiri.--------------------------------b. Pada leher rahim dan dinding dalam alat kelamin terdapat perlukaan pada sisi kiri dan
kanan dari dinding kelamin.-------------------------------------------------------------------------c. Tinggi rahim satu jari dibawah pusar dan bentuk rahim bulat.---------------------------------7. Pada pemeriksaan golongan darah menyatakan golongan darah wanita tersebut adalah A.----8. Pada pemeriksaan toksikologi tidak terdapat kandungan obat-obat penggugur kandungan.----9. Hasil pemeriksaan DNA jaringan janin dari pihak kepolisian dengan pasien ini tidak cocok.-10. Hasil pemeriksaan golongan darah O pada sisa janin dari kepolisian dengan pasien ini tidak
cocok.-------------------------------------------------------------------------------------------------------11. Pada korban ini diberi pengobatan berupa pemberian obat penahan rasa sakit.-------------------

38

KESIMPULAN
Pada wanita yang berusia 25 tahun ini, berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya
tanda-tanda kehamilan, dan adanya tanda-tanda kekerasan pada alat kelamin korban.
Berdasarkan pemeriksaan golongan darah dan DNA ditemukan ketidakcocokan antara wanita
tersebut dengan sisa jaringan dan darah yang diberikan oleh pihak Kepolisian yang berarti bahwa
jaringan dan darah tersebut bukan merupakan milik dari wanita tersebut. Dari semua pemeriksaa
dapat disimpulkan bahwa wanita ini mengalami tindakan pengguguran kandungan atau
pengeluaran janin sebelum waktu kelahirannya namun jaringan dan darah yang diperiksakan dari
barang bukti bukan milik wanita tersebut.------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------------------------------Dokter pemeriksa.
Dr. Mawar Melati, Sp.F
NIP. 19930124

Rumah Sakit Sehat Selalu


Jl. Selalu Sehat no.1 Jakarta Barat 12121
Telp/fax 021-234567

PROJUSTISIA

Jakarta, 19 Desember 2014


Visum Et Repertum
No. 13/TU/RS Sehat Selalu/VII/2014

Yang bertanda tangan dibawah ini, Mawar Melati, dokter ahli kedokteran forensik Rumah
Sakit Sehat Selalu Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian
Resort Jakarta Barat No. Pol. F/123/VR/XIV/93/Serse tertanggal 18 Desember 2014, maka pada
tanggal Sembilan belas Desember tahun dua ribu tigabelas, pukul duapuluh lewat lima belas
menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS Sehat Selalu Jakarta Barat, telah
melakukan pemeriksaan dengan nomor registrasi 17081947 yang menurut surta tersebut adalah: Nama
: Indah------------------------------------------------------------------------------

39

Jenis Kelamin
Umur
Agama

: Perempuan----------------------------------------------------------------------: 18 tahun--------------------------------------------------------------------------: Islam------------------------------------------------------------------------------

Kewarganegaraan : Indonesia------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Pelajar----------------------------------------------------------------------------Alamat
: Jl. Harum Selamanya no.1 Tangerang---------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN:
1. Korban merupakan wanita berusia duapuluh lima tahun, datang dengan keadaan umum
tampak sakit ringan, lemas, lemah dan pucat.---------------------------------------------------------2. Dari hasil anamnesa pasien mengatakan terakhir kali menstruasi adalah sekitar 3 bulan yang
lalu. Korban mengatakan pernah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan teman sekolahnya
tanpa menggunakan pengaman.----------------------------------------------------------------------------3. Pada pemeriksaan frekuensi nadi delapanpuluh delapan kali per menit, frekuansi napas
delapanbelas kali per menit, tekanan darah seratus sepuluh per tujuhpuluh milimeter air raksa
dan suhu tigapuluh tujuh koma dua derajat celcius.--------------------------------------------------4. Pemeriksaan tanda kehamilan:
a.Pada wajah terutama disekitar mata, pangkal hidung, dan daerah pipi terdapat bercak
berwarna kecoklatan yang tidak beraturan.-------------------------------------------------------b.
Pada pemeriksaan payudara ditemukan pembuluh darah dapat terlihat lebih nyata,
puting serta daerah sekitar puting berwarna lebih gelap, dan kelenjar payudara tampak
menonjol
dan
membesar
serta
keluarnya
ASI
dari
payudara.-----------------------------------------------c.Pada bagian perut terdapat garis putih tepat pada garis tengah depan dan garis-garis
kehamilan disisi perut wanita tersebut.------------------------------------------------------------d.
Pemeriksaan
tes
kehamilan
melalui
urin
menunjukkan
hasil
positif.--------------------------5. Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan:
a. pada pemeriksaan ditemukan..
Lanjutan Visum et Repertum
Halaman kedua dari 2 halaman
a.
Pada pemeriksaan ditemukan perut terlihat membuncit, terdapat nyeri
tekan pada perut bagian bawah, tidak terdengar bunyi jantung janin serta ditemukan
memar
pada
bagian
bawah
perut.-------------------------------------------------------------------------------------------6. Pada pemeriksaan alat kelamin ditemukan:-----------------------------------------------------------a. Terdapat memar pada kedua sisi bibir kelamin kanan dan kiri.--------------------------------b. Pada leher rahim dan dinding dalam alat kelamin terdapat perlukaan pada sisi kiri dan
kanan dari dinding kelamin.-------------------------------------------------------------------------c. Tinggi rahim satu jari dibawah pusar dan bentuk rahim bulat.---------------------------------7. Pada pemeriksaan golongan darah menyatakan golongan darah wanita tersebut adalah B.----8. Pada pemeriksaan toksikologi tidak terdapat kandungan obat-obat penggugur kandungan.----9. Hasil pemeriksaan DNA jaringan janin dari pihak kepolisian dengan pasien ini tidak cocok.-10. Hasil pemeriksaan golongan darah O pada sisa janin dari kepolisian dengan pasien ini tidak
cocok.--------------------------------------------------------------------------------------------------------

40

11. Pada korban ini diberi pengobatan berupa pemberian obat penahan rasa sakit.------------------KESIMPULAN
Pada wanita yang berusia 25 tahun ini, berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya
tanda-tanda kehamilan, dan adanya tanda-tanda kekerasan pada alat kelamin korban.
Berdasarkan pemeriksaan golongan darah dan DNA ditemukan ketidakcocokan antara wanita
tersebut dengan sisa jaringan dan darah yang diberikan oleh pihak Kepolisian yang berarti bahwa
jaringan dan darah tersebut bukan merupakan milik dari wanita tersebut. Dari semua pemeriksaa
dapat disimpulkan bahwa wanita ini mengalami tindakan pengguguran kandungan atau
pengeluaran janin sebelum waktu kelahirannya namun jaringan dan darah yang diperiksakan dari
barang bukti bukan milik wanita tersebut.------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------------------------------Dokter pemeriksa.
Dr. Mawar Melati, Sp.F
NIP. 19930124

PENUTUP
KESIMPULAN
Abortus merupakan suatu penghentian kehamilan sebelum saatnya janin dapat dilahirkan.
Abortus dapat terjadi secara spontan, namun dapat pula merupakan suatu tindakan yang disengja
baik dengan atau tanpa indikasi medis. Tindakan abortus yang disengaja dan tanpa indikasi
medis merupakan suatu tindakan abortus provokatus kriminalis. Pembuktian terhadap terjadinya
tindakan tersebut harus melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium yang sangat teliti. Pada
pemeriksaan medis yang diharapkan ditemukan adanya tanda-tanda kehamilan, dan tanda-tanda
kekerasan yang mengindikasikan adanya pemkasaan pengeluaran janin dari rahim wanita hamil
tersebut. Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pemeriksaan terhadap jaringan atau

41

darah yang masih terdapat ditempat kejadian perkara yang perlu pembuktian bahwa jaringan atau
darah tersebut merupakan bagian dari wanita hamil yang digugurkan kandungannya.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan adalah pemeriksaan darah dan DNA. Dengan
demikian dapat ditentukan bahwa jaringan dan darah tersebut merupakan milik dari wanita
tersebut. Kasus abortus harus mendapatkan perhatian yang sangat baik dari pihak Kepolisian dan
Kedokteran, karena tidak sedikit yang menjadi pelaku tindak abortus ini adalah dokter sendiri
yang merupakan ahli dari tubuh manusia itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Idries AM, Hertian S, etc. Ilmu
Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. h.
159-82
2. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Binarupa
Aksara. 1997. h. 244-250
3. Peraturan Perundangan-Undangan Bidang Kedokteran. Edisi pertama. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 1994. h. 11-43
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Di Unduh
dari http://sjdih.agribisnis.web.id/upload/pdf/UU_23_TAHUN_1992___KESEHATAN.pdf

42

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Di unduh dari
http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/UU%20Nomor
%2036%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf \
6. Kode

Etik

Kedokteran

Indonesia.

Di

unduh

dari

http://bemfkur.org/wp-

content/uploads/2013/04/KODEKI-2012.pdf

7. Abdulmuthalib. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo: perubahan anatomi dan fisiologi


pada perempuan hamil. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.
h. 179
8. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2008. h. 220-1

43

Anda mungkin juga menyukai