Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MINERALISASI

ENDAPAN EPITERMAL SULFIDA RENDAH

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.

AL-HUSSEIN FLOWERS RIZQI


CATUR NUGROHO DJIWO P
MUH.RIFAI
ELIAS BELO F.P
FAUZTINO MENEZES

410009047
410009004
410009025
410009018
410007010

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh Rahmat-Nya
yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian penyusun dapat menyelesaikan
Makalah Mineralisasi mengenai Endapan Epitermal Sulfida Rendah.
Maksud dan tujuan dari disusunnya makalah Mineralisasi ini adalah untuk memenuhi
syarat guna mendapatkan nilai tugas Mineralisasi, bagi mahasiswa jurusan Teknik Geologi
yang mengambil mata kuliah tersebut. Makalah ini disusun berdasarkan data data yang
diperoleh selama mengikuti kuliah Mineralisasi dan buku buku yang membahas
Mineralisasi serta referensi lain yang sangat menunjang dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna, karena terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan dari penyusun. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Fadlin,S.T.,M.Eng selaku dosen penanggung jawab. sekaligus pembimbing
mata kuliah mineralisasi yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti.
2. Rekan rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama praktikum
dan penyusunan laporan ini.

Yogyakarta, 15 Maret 2012

Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................

Kata pengantar.................................................................

Daftar isi ...........................................................................

Bab I Pendahuluan...........................................................

1.1 Keterdapatan Mineral Bijih.......................................

1.2 Pengertian Mendala Metalogenik..............................

1.3 Proses Pembentukkan Endapan................................

Bab II Endapan Epitermal..............................................

12
3

2.1 Asosiasi Geokimia.......................................................

12

2.2 Zonasi Logam..............................................................

13

2.3 Alterasi Epitermal.......................................................

15

2.4 Jenis Alterasi Epitermal.............................................

15

2.5 Keterbentukan Endapan...........................................

16

Bab III Epitermal Low Sulfida........................................

18

3.1 Pengertian Epitermal Low Sulfida ...........................

18

3.2 Tipe Alterasi dari Epitermal Deposit.........................

19

3.3 Proses Terbentuknya Endapan Epitermal................

20

3.4 Karakter Endapan Epitermal Low Sulfida..............

21

3.5 Alterasi Fluida Klorida Netral ( Alterasi Sulfida


Rendah )...........................................................................

22

Bab IV Kesimpulan .........................................................

25

Daftar Pustaka..................................................................

26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

KETERDAPATAN MINERAL BIJIH

Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian


bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara
ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi)
endapan tsb.

Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum
yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.

Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan
kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen
(terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen.
Deret reaksi Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli,
V.M. Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn.
Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan (konsentrasi
suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi kristalisasi dari magma induk
telah didesign oleh Niggli.

Gambar Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)

Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses pembentukannya, maka


salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
Klasifikasi Lindgren (Modifikasi)
1. Endapan yang terbentuk melalui proses konsentrasi kimia (Suhu dan Tekanan Bervariasi)
a. Dalam magma, oleh proses differensiasi
*) Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C; P sangat tinggi.
*) Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi
b. Dalam badan batuan
*) Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik)
*) Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku
- Oleh hembusan langsung bekuan (magma)
6

+ Dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang


+ Dari intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-8000C, P sangat tinggi
- Oleh penambahan air panas yang terisi bahan magma
+ Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi
+ Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi
+ Endapan epithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi
+ Endapan telethermal; T rendah, P rendah
+ Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer
*) Konsentrasi bahan dalam badan batuan itu sendiri :
- Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regional, T s/d 4000C; P tinggi.
- Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P sedang
- Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan; T 0-1000C; P
sedang-atmosfer
c. Dalam masa air permukaan
*) Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang
- Reaksi anorganik
- Reaksi organik
*) Oleh penguapan pelarut
2. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P sedang.

1.2

PENGERTIAN MENDALA METALOGENIK

Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu


area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih
jenis-jenis karakteristik mineralisasi. Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih
dari

satu

episode

mineralisasi

yang

disebut

dengan

Metallogenic

Epoch.

Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain ; segregasi lokal dari kromium dan
nikel di bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida
masif dari tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju
samudra

melalui

zona

regangan,

endapan-endapan

mineral

magmatik-hidrotermal

berhubungan dengan proses-proses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gununggunung yang besar seperti di Andes, yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh
diferensiasi magma.
Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala
metalogenik Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit), manda
metalogenik Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharga elektrum (Au,
Ag)), serta mendala metalogenik Sangihe-Talaut (terdiri dari batuan ultrabasa dengan mineral
berharga nikel).
1.3

PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PRIMER

Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbedabeda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan
larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.
a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling
(Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit (lihat juga Gambar 4). Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan.
Contoh intan dan platina.

2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi
di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah
terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan
stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan
temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan
dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Besilikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur
jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire,
beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme,
karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak
dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain :
wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit,
turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi
dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening
(pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan terrekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh

10

panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu
endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme

menekankan

hanya

pada

pengaruh

temperatur

sedangkan

pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada


sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan
tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida
misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis
ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau
bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (SingkepIndonesia).
d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T
3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral
yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding.
Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida
hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS),
pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida
(MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara
lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu)
11

sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),


tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu), argentit
(AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Alsilikat).
e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk
gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi
kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan
air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik adalah :
belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3).
Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh
endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di
Kanada.

12

BAB II
ENDAPAN EPITERMAL
Jenis endapan emas epitermal, pada 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal
ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu
dan yang maksimum dan tekanan mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasifluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan
(boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi.
Banyak model-model terakhir untuk sistem epitermal dengan ciri-ciri dan kelemahankelemahannya.

2.1

Asosiasi Geokimia
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi

epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi
klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury
(Hg), thallium (Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen
dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger,
1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury
(Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba)
yang secara setempat terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan
terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl);
serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama,
sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981),
logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emasperak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga
(precious metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana
unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam13

logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat
bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B)
dan barium (Ba) terkadang terkayakan.

2.2

Zonasi Logam

Contoh zonasi logam yang menunjukkan hubungan skematik antara unsur arsen-antimonthallium terhadap emas dan perak dapat dilihat dalam Model Sistem Epitermal Hot Spring
(Berger dan Eimon, 1982). Contoh tipikalnya di distrik McLaughlin (Knoxville), California;
yaitu tambang Manhattan (Becker, 1888; Averrit, 1945). Contoh tipikal lainnya, Round
Mountain, Nevada (Berger dan Tingley, 1980), distrik Hasbrouck Peak (Divide), Nevada
(Silberman, 1982), dan Sulphur, Nevada (Wallace, 1980). Dalam contoh-contoh tipikal ini,
dikenal kejadian-kejadian logam berharga pada mata air panas, endapan-endapan bijihnya
terdiri dari bijih-bijih tipe bonanza (bonanza ores) dan bijih bulk berkadar rendah yang
dapat ditambang.
Contoh lainnya, mineralisasi emas di dalam dan di sekitar breksi erupsi dan sinter purba
yang berada di atasnya dapat terlihat pada Model Sistem Epitermal Aktif, di Broadlands dan
Waitopu, New Zealand.
Mineralisasi di McLaughlin, keradaannya sering dinyatakan dengan adanya "sinter". Sinter
termineralisasikan bersamaan dengan mercury. Kebanyakan mineralisasi terjadi pada level
dangkal (kedalaman 40-120 meter) dan pada suhu purba 160-200C, serta berasosiasi
dengan Zone Silisifikasi kuat.
Asosiasi silisifikasi kuat dan "thallium halo effect" dalam lingkungan epitermal teramati juga
dalam sistem aktif di New Zealand (Weisberg, 1969; Ewers dan Keays, 1977). Dalam sumur
16 (Broadlands), teramati distribusi sulfida dan konsentrasi Au, Ag, As, Sb, dan Tl dalam
sulfida sistem aktif tersebut (Ewer dan Keay, 1977).
Pola umum logam mulia (precious metals) berada di atas logam dasar (base metals) dalam
Model Sistem Epitermal Aktif (Buchanan, 1981) dengan jelas terbukti juga di Broadlands
maupun di Waiotopu, New Zealand. Arsen, antimon, dan thallium juga cenderung
berkonsentrasi dekat permukaan, demikian juga mercury. Mercury dan thallium
memperlihatkan pengayaannya dekat dengan permukaan sehubungan dengan volatilitasnya;
14

dapat diperkirakan bahwa kedua unsur ini akan terzonasikan secara lateral menjauhi zone
bersuhu tinggi. Perlu dicatat bahwa, belum banyak informasi mineralogi dan geokimia dari
daerah-daerah sistem aktif bersuhu rendah yang dapat membuktikan ini, baik dari sumur
dangkal maupun dari bagian sistem yang lebih dalam; ini disebabkan eksplorasi geotermal
hanya mengarah pada sumberdaya suhu yang tinggi dalam sistem aktif ini. Salah satu
petunjuk yang penting, adanya kenaikan yang sangat cepat ke arah permukaan teramati
dari kandungan logam-logam berikut ini, yaitu: mercury, antimon, thallium, dan arsen.
Dalam fosil sistem epitermal, jelaslah bahwa level erosi (erosion level) atau kedalaman
erosi yang menyingkapkan suatu sistem epitermal yang teralterasikan dan termineralisasikan
akan merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan level logam-logam anomali di
permukaan, dan tentunya tidak perlu hanya menunjukkan potensi mineral di permukaan,
tetapi dapat mengindikasikan ada atau tidaknya potensi mineralisasi di bawah permukaan.
Bohan dan Giles (1983) membuktikan bahwa adanya atau tidak adanya unsur-unsur jejak
(trace elements) tertentu, misalnya Hg dan W), dalam suatu sistem epitermal tergantung pada
karakteristik batuan sumber (source rock) setempat. Sedangkan jika membandingkan
konsentrasi-konsentrasi logam dalam endapan permukaan pada tabel distribusi sulfida serta
logam-logam dalam sulfida di sumur 16, sistem epithermal aktif Waimangu, Waitopu, dan
Broadlands, New Zealand (Weisberg, et al., 1979; Ewer dan Keays, 1977) membuktikan
anggapan tersebut keliru. Kesimpulannya, unsur-unsur jejak tidak tergantung pada
karakteristik batuan sumber.

15

2.3

Alterasi Epitermal

Fluida-fluida hidrotermal menyebabkan alterasi atau ubahan-ubahan pada batuan-batuan


penerima (host rock) dan terjadinya mineralisasi unsur-unsur yang terbawa oleh fluidafluida dalam bentuk antara lain: vein, veinlet, lode, stringer, stockwork, dan breksi
eksplosi. Alterasi dan mineralisasi ini membentuk zone-zone yang dibedakan sebagai berikut
ini: Phyllic, Quartz+Illite, Quartz+Sericite, Adularia, dan Sulfidasi Rendah atau
Sulfidasi Khlorida Netral.
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini,
emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork
atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline).
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau
dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang tersilisifikasikan, serta
dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan covelite.

2.4

Jenis Alterasi Epitermal

Mineralisasi epitermal dicirikan oleh berbagai jenis alterasi, yang perbedaannya ditentukan
oleh: pH dan kedalaman yang berbeda dalam sistem epitermal, serta beberapa variasi
komposisi yang luas dari sekitarnya (host rocks). Identifikasi jenis-jenis alterasi penting
dilakukan untuk memahami level erosi sistem tersebut, penentuan keberadaan titik lokasi di
permukaan dalam daerah alterasi tersebut, dan jenis bijih yang diperkirakan.
Jenis alterasi endapan epitermal di daerah volkanik andesitik-dasitik adalah:
1. Alterasi Fluida Khlorida Netral (Neutral Chloride Fluid Alteration)
2. Alterasi Fluida Asam Sulfat (Acid Sulphate Fluid Alteration)
16

2.5

Keterbentukan Endapan
Jika kita berbicara tentang pembentukan endapan, kita dapat membedakannya menjadi
tiga kelas berdasarkan jenis fluida yang membentuk endapan, yaitu :

Magmatic

Magmatic-meteoric

Meteoric

1. Magmatic
Endapan ini didominasi dari magmatic fluida( dimana yang kita ketahui bahwa
magma juga terdiri dari air) yang berasal dari dalam bumi.
2. Magmatic-Meteoric
Endapan ini terbentuk dari fluida yang merupakan campuran dari Magmatic fluida
dan Meteoric fluida.
3. Meteoric
Endapan ini terbentuk karena dominasi dari Meteoric fluida yang berasal dari
permukaan bumi.
Klasifikasi Epithermal deposit :
Secara umum, yang kita kenal, Epithermal deposit kita bagi menjadi :
1.

Low sulfidation

2.

High sulfidation

17

.
18

BAB III
EPITERMAL SULFIDA RENDAH
3.1

Pengertian Epitermal Low sulfidation


Yang mungkin perlu diketahui dari tipe ini adalah, endapan ini terbentuk di

lingkungan subaerial, kebanyakan terdapat di daerah intermediate sampai distal pada


daerah volcanic(yang artinya tidak berada tepat pada sumber panas), karakteristik vein berupa
stockwork ( vein yang relatif lebih kecil dan bercabang)dominan, disseminated ore jarang,
banyak terdapat tekstur seperti banded, breccia, drusy, cruistification, lattice.

Contoh tekstur vein :

banded

19

lattice bladed

breccia

3.2

Tipe Alterasi dari Epithermal Deposit :

1.

Silisification : (bukan silika residu) merupakan suatu karateristik endapan-endapan

epitermal yang hampir universal (meskipun tidak harus secara langsung berasosiasi dengan
bijih), karena adanya silisifikasi menunjukkan adanya sirkulasi fluida-fluida hidrotermal yang
berarti.
2.

Sericite

: merupakan alterasi atau pengubahan mineral umum seperti ortoklas atau

plagioklas feldspar pada zona hidrothermal.

20

3.

Propylitic

: alterasi yang terdiri dari kumpulan kuarsa-pirit serisit-Zona terluar,

dicirikan oleh kumpulan ini kuarsa-klorit-karbonat dan daerah sekitar yang mengandung
epidot, albite atau disamping adularia.
4.

Argilic

: alterasi yang melibatkan konversi mineral tertentu untuk mineral dari

kelompok lempung, seperti kaolinit dan montmorilonit (smectite) .


5.

Advanced argilic : alterasi lanjut dari argilic.

3.3

Proses Terbentuknya Endapan Epitermal


Secara umum proses terbentuknya cebakan epitermal selalu terdapat dalam tataan

pertemuan tepi lempeng sehingga muncul kegiatan gunung api bersifat alkali, andesit, dan
felsik ( Berger and Henly,1989 ; Berger and Bonham, 1990 ; Silitue, 1989 ). Kegiatan gunung
api bersifat felsik berhubungan dengan anomali aliran panas yang dihasilkan oleh intrusi
litosfer di lingkungan busur belakang.
Seperti yang dijumpai dalam batuan Gunung ApiTaupo (New Zealand) (Henley and
Hoffman, 1987)dan lingkungan pemekaran seperti di Great BasinUtara, Nevada (Noble dkk.,
1988). Mineralisasiepitermal selalu berasosiasi dengan perkembangankaldera atau pusat
gunung api (Steven and Lip-man, 1976; Bronto dan Hartono, 2003; Brontodan Hartono,
2006). Oleh karena itu, tipe cebakanepitermal merupakan fungsi bentuk gunung api,seperti
kaldera, gunung api strato, dome atau tipe maar-diatreme (Berger and Henley, 1989). Cebakan
emas epitermal bonanza berhubungan erat denganstruktur utama regional (Henley, 1991). Di
Hishikari(Jepang), kontrol struktur regional sistem pemben-tukan bijih berhubungan erat
dengan struktur akibatpengaktifan kembali rekahanshears di bagian bawahkerak, sehingga
membentuk struktur bunga (ower structure)

21

3.4

Karakter Endapan Epitermal Low Sulfidation

Endapan Epitermal
Karakteristik :

Suhu relative rendah


Terbentuk pada kedalaman dangkal

Klasifikasi :
High Sulfidation (Acid sulfate type)
Low Sulfidation (Adularia-Sericite type)
Low Sulfidation (Adularia-Sericite type)
Ada dua tipe endapan emas yang sangat dikenal yaitu Emas epitermal low sulfida dan
high sulfida. Kedua tipe ini umumnya terdapat dalam batuangunung api dan terbentuknya
sebagai akibat proses kegiatan gunung api yangmembawa larutan emas dan logam lainnya.
Emas epitermal sulfida rendahumumnya dicirikan oleh kandungan sulfida yang relatif rendah
dan

terdapatdalam

bentuk

urat,

pengisian

rongga

dan

urat

menjaring

(stockworks).Mineralnya berupa emas, perak murni, argentite, dan logam dasar.


Sumberlarutan

didominasi

oleh

air meteorik

yang

bersifat

encer dengan PH

yang hampirnormal/netral.
Transportasi

larutan

serta

interaksi

dengan

batuan

samping

relatif agak

lama.Pendidihan (Boiling) umum terjadi pada tipe emas epitermal sulfida rendah akibat
terjadinya

penghancuran

(fracturing)

oleh

tekanan

gas

dibawahpermukaan.Ubahan

hidrotermal yang sangat mencolok adalah hadirnya mineraladularia dengan tekstur mineral
kuarsa berupa blade calcite, sisir, berlubang,colloform dan berlapis.
Tekstur tersebut menunjukkan ciri utama untuk endapanepitermal sulfida rendah.
Selain itu kehadiran tekstur bladed kalsit menunjukkanbahwa proses hidrotermal pada daerah
ditemukannya kuarsa tersebut telahmengalami pendidihan. Pendidihan sangat umum terjadi
dalam epitermal sulfida rendah. Saat pendidihan, terjadi pengendapan emas yang sangat
efektif yangdiikuti oleh penurunan temperatur.

22

3.5

Alterasi Fluida Klorida Netral ( Alterasi Sulfida Rendah )


Alterasi Propyllitic, Illite, dan Argillic merupakan hasil alterasi dari fluida-fluida

hidrotermal panas dengan pH mendekati netral.


Alterasi ini ditandai dengan adanya lempung Smectite (Montmorillonite) ataupun
lempung campuranIllite+Smectite atau Smectite+Illite. Urutan Smectite, Illite+Smectite,
dan Smectite+Illite berturut-turut menunjukkan suhu yang meningkat, yaitu <180C,
180-200C, dan 200-230C. Mineral smectite atu montmorillonite jarang ada di dalam
sistem epitermal yang termineralisasikan, illite+smectite tidak umum dijumpai dalam sistem
epitermal yang termineralisasikan, dan smectite+illite sering terjadi ke arah Alterasi
Illite dalam sistem epitermal yang termineralisasikan.
Dalam sistem epitermal yang termineralisasikan, umumnya lempung-lempung alterasi
ini kurang penting diperhatikan dalam eksplorasi mineral. Lempung-lempung ini kebanyakan
terbentuk di atas atau di samping zone dimana minerali-sasi logam berharga terjadi.
Meskipun demikian, alterasi ini yang kandungan mineral illite-nya dominan, masih dapat
berguna untuk mengarahkan eksplorasi pada zone alterasi lainnya lebih menarik.Luas alterasi
ini meliputi puluhan hingga ratusan km2 di sekitar suatu Sistem Epitermal atau Sistem
Porfiri. Alterasi ini paling teramati dalam batuan andesitik untuk sistem epitermal
atau batuan basaltik untuk sistem porfiri, dan dicirikan oleh adanya mineral-mineral berikut:
Chlorite, Chlorite+Epidote, atau Chlorite+Epidote+Actinolite yang berurutan ke
arah suhu yang lebih tinggi. Adanya epidote menunjukkan suhu di atas 240C. Mineralmineral yang umum adalah quartz, illite, calcite, dan kandungan pyrite hingga 1%, serta
sedikit magnetite. Alterasi Prophyllitic menempati vein-vein epitermal pada level yang lebih
dalam.
Batuan Prophyllitic cirinya berwarna hijau, hijau-kelabu, atau hijau kuning (jika
kaya epidote), dan tanpa sekistositas atau foliasi. Batuan ini sulit dibedakan dengan
batuan sekis hijau (greenschist), yaitu fasies batuan hasil metamofisme regional yang juga
dapat tanpa foliasi dalam batuan-batuan basa masif.
Alterasi ini merupakan jenis alterasi yang paling umum di bagian tengah sistem
epitermal. Alterasi ini mengelilingistockwork vein quartz dan terjadi sebagai tubuh-tubuh
23

yang berbentuk baji (wedge-shape bodies) yang dapat mencapai 100 meter lebarnya, dan
menipis ke arah bawah.
Di lapangan, Alterasi Illitic ini terlihat sebagai lempung atau lempung silika
berwarna kelabu hingga kelabu hijau, kekerasannya berkisar lunak (seperti keju) hingga keras
(seperti bahan bangunan). Kandungan pyrite bervariasi, dan permukaannya terlapukan,
terlihat khas ternodai ion (ion-stained). Alterasi ini berangsur ke arah luar (ke arahAlterasi
Prophyllitic).
Pada hasil XRD (X-Ray Diffraction), kumpulan mineral alterasi ini adalah IlliteQuartz,

terkadang

bersama

denganChlorite atau Pyrite. Alterasi

Illitic merupakan

mineral Mica atau Hydro-mica berukuran lempung yang mengandung Potassium (K) dengan
struktur kristal yang sama seperti mineral sericite berbutiran kasar.
Mineral Sericite adalah

mineral Muscovite yang

kristalin

pada

pengamatan

mikroskopis. Mineral illite dan sericite biasanya sulit dibedakan satu sama lain pada
XRD. Sericite merupakan mineral yang khas pada zone Alterasi Phyllic pada Sistem
Epithermal Porfiri Tembaga (Phorpyry Copper) dengan batuan penerima basaltik. Untuk
mempelajari alterasi perlu diketahui bahwa, para ahli geologi USA menyebutkan Illite
sebagai Sericite dan Alterasi Illitic sebagai Alterasi Sericitic atau Alterasi Phyllic.
Alterasi Illitic kadangkala terpotong oleh veinlet-veinlet quartz mengandung emas,
dan kadangkala oleh rekahan-rekahan seperti rambut (hairline) atau stringers quartzpyrite, dan rekahan-rekahan ini jika mengalami pelapukan menjadi rekahan-rekahan atau
kekar-kekar limonitik yang berwarna jingga. Jika dapat dijumpai stringers, maka batuan dapat
mengandung hingga 4 g/ton emas, dan bulk-nya dapat ditambang.

Alterasi Illitic kemungkinan terjadi dari hasil pendinginan fluida hidrotermal dengan
pH mendekati netral ketika fluida bergerak perlahan-lahan ke arah luar menjauhi vein-vein
tanpa pendidihan (boiling), dan mengakibatkan penguraian (dissossiation) gas H2S dalam
larutan dan turun secara mendadaknya pH hingga membentuk asam lemah. Meskipun
demikian, masih belum diperoleh penjelasan mengenai alterasi ini yang dapat diterima secara
luas oleh para ahli.

24

Alterasi ini khususnya berkembang dalam batuan andesitik dan dasitik diban-dingkan
dalam batuan basic. Alasan kenyataan ini tidak atau belum diketahui. Zone-zone Alterasi
Illitic yang besar merupakan indikasi yang baik untuk emas dalam Sistem Epitermal, dan
menunjukkan bahwa zone-zone tersebut bukan Zone-zone Alterasi Phyllic dalam Sistem
Porfiri. Perbedaan di antara kedua-nya memerlukan pemetaan dan survei geokimia terhadap
daerah-daerah yang bersebelahan. Dalam batuan alterasi phyllic yang umum bersifat
lebih Silicic (secara fisik lebih keras) dan lebih banyak mengandung mineral pyrit (pyritic)
dari pada alterasi illitic. Dalam eksplorasi, diambil conto alterasi illitic, serta lebar dan
kelimpahan (kerapatan) vein, veinlet, atau stringers yang terekam dalam contoh batuan.

25

BAB IV
KESIMPULAN

Endapan Epitermal Sulfida Rendah


Karakteristik :

Suhu relative rendah


Terbentuk pada kedalaman dangkal

Ciri-ciri endapan
1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
2. Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
3. Endapan biasanya dekat atau pada permukaan bumi.
4. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure vein.
5. Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.
6. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
ganguenya berupa klasit dan zeolit disamping kuarsa.

26

DAFTAR PUSTAKA

http://ourgeology.blogspot.com/2010/06/endapan-mineral.html
http://aldygeo.blogspot.com/2010/11/little-about-epithermal-deposit.html?
spref=fb
http://julianusgeoman.blogspot.com
http://hasfangeo.wordpress.com/
http://thegoldenjubilee.blogspot.com/2011/07/hidrothermal-sistem-hidrothermaldan_1383.html
http://www.scribd.com/doc/75955609/Friska-Natalina

27

Anda mungkin juga menyukai