Bahan Prop Magang
Bahan Prop Magang
pasar farmasi Indonesia yang tumbuh signifikan mencapai 13,5% per tahun dan nilai pasar
industri farmasi di Indonesia ditargetkan mencapai US$ 4,9 miliar pada tahun 2012. Angka
pertumbuhan ini jauh di atas pertumbuhan rata-rata industri farmasi dunia yang hanya sebesar
3% per tahun. Indonesia memiliki pangsa pasar terbesar, sekitar 37% di Asia Tenggara dengan
penduduk mencapai 650 juta. Indonesia bersama Thailand dan Filipina menguasai pasar industri
farmasi Asia Tenggara sebesar 80% serta diperkirakan pasar industri farmasi hingga 2016 akan
mencapai nilai 96,1 miliar USD (Rinaldi, 2012).
Tingginya tingkat pertumbuhan pasar industri farmasi Indonesia meningkatkan daya saing
Indonesia di mata dunia. Hal ini merupakan sesuatu yang patut dibanggakan, namun dibalik itu
teap ada masalah lain yang muncul seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri farmasi.
Salah satu topik utama yang muncul dibelakang setiap kata industri adalah limbah. Limbah ini
dikeluarkan melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas bila lingkungan tersebut
tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya (Gintings, ).
Pencemaran oleh industri terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas
yang masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun
dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia organik maupun anorganik, (2)
penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong dan (3)
peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik (Gintings, .
Limbah industri dapat menghasilkan bahan toksik yang berbahaya terhadap lingkungan,
sehingga pencemaran akibat limbah industri akan mempengaruhi lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Limbah B3 berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan berupa terlepasnya
senyawa organik dan/atau anorganik beracun ke udara ambien dan/atau pencemaran lingkungan.
Limbah cair dapat menyebabkan keracunan pada manusia, terutama limbah cair yang
mengandung zat racun seperti As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb atau Zn. Limbah cair juga
merupakan limbah yang paling sering menimbulkan masalah lingkungan (Supraptini, 2002).
Tingginya resiko pencemaran oleh limbah industri membuat pengembangan industri
harus disertai upaya pengendalian lingkungan dalam bentuk penanganan limbah yang dilepaskan
serta penilaian terhadap resiko lingkungan akibat kegiatan maupun hasil buangan industri.
Kebijakan nyata dari pemerintah untuk meminimalisasi risiko pencemaran dan dampak yang
mungkin ditimbulkan industri adalah peraturan penyusunan dokumen AMDAL. Menurut PP
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disebut AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari 4 bagian
yang merupakan suatu kesatuan dan saling berhubungan yaitu Kerangka Acuan (KA), Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).
Implementasi AMDAL ini dalam pelaksanaannya sering mengalami hambatan. Menurut
Ana Shoba (2006), masih ada perusahaan yang telah memiliki dokumen AMDAL tidak
melaksanakan seluruh rekomendasi/arahan yang terdapat di dalam dokumen RKL, RPL dan hal
itu telah menyebabkan timbulnya masalah pencemaran/perusakan lingkungan. H Wirtjes (2003)
menjelaskan, untuk mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan, seluruh
rekomendasi dan arahan yang terdapat di dalam RKL dan RPL harus dilaksanakan dan
rekomendasi/arahan RKL dan RPL harus dievaluasi. Untuk kepentingan evaluasi tersebut,
instrumen yang sangat berperan adalah pemantauan lingkungan secara rutin.
Salah satu perusahaan yang diketahui melaksanakan pemantauan secara rutin adalah
PT.Bio Farma (Persero) Bandung. PT. Bio Farma adalah industri berwawasan lingkungan yang
menerapkan praktik green industry dan satu-satunya perusahaan farmasi yang mendapatkan
peringkat emas dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2014 dalam Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peringkat emas ini
diperuntukkan bagi usaha dan atau kegiatan yang telah berhasil melaksanakan upaya
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan atau melaksanakan produksi
bersih dan telah mencapai hasil yang sangat memuaskan. Pencapaian ini tidak terlepas dari
komitmen perusahaan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala.
Hal inilah yang mendasari peserta magang untuk memilih PT. Bio Farma (Persero) Bandung
sebagai tempat untuk memepelajari aplikasi pemantauan lingkungan.
Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar World Health
Organization (WHO) telah menjadi fokus dari PT. Bio Farma melalui sembilan kebijakan
perusahaan yang diterapkan.
Selain itu PT. Bio Farma juga menjadikan lingkungan seperti pengolahan limbah,
tanggung jawab korporat (CSR) serta keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sebagai
fokus perusahaan dalam menunjang kinerja perusahaan menuju perusahaan berdaya saing global.
Lingkungan,
limbah
tersebut
untuk
yang
wadah
sesuai
dengan
kemampuan
diri
sendiri
karena
memulihkan
tampung
merupakan
lingkungan.
Daya
tempat
tampung
penerima
akan
asimilasinya.
interaksi
lingkungan
yang
Kemampuan
pengaruh
antara
menyerap
tempat
luar,
bahan
lingkungan
disebut
yang
daya
satu
dengan
lain
berbeda.
8
Bahan
pencemar
yang
dengan
satu
atau
lebih
kimia
dan
secara
fisika,
mengakibatkan
pencemar
kondisinya
karena
sangat
itu
perlu
lingkungan.
akibat
lingkungan.
kualitas
sesuai
dalam
sebagai
kualitas
mengubah
memulihkan
ke
komponen
biologi
perubahan
akan
masuk
bila
dengan
diketahui
sifat
daya
lingkungan
Perubahan
dari
adanya
Limbah
lingkungan
dukung
limbah
dan
yang
akan
komponen
bahan
lingkungan
pencemar
mengandung
tersebut
yang
berinteraksi
ada
komponen
bahan
tidak
mampu
padanya.
bahan
akan
Oleh
pencemar
Kebijakan Bio Farma merefleksikan komitmen perusahaan sebagai green industry yakni
Pencegahan Pencemaran, Penghematan Energi dan Sumber Daya Alam, dan Patuh terhadap
Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya. Sasaran yang ingin diwujudkan Bio Farma
dalam pengelolaan lingkungan adalah:
1. Pengelolaan lingkungan secara komprehensif baik udara, air limbah, limbah padat, dan
limbah B3 yang patuh dan sesuai dengan standar regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Penerapan standar beyond compliance dalam pengelolaan lingkungan untuk mencapai
efisiensi kegiatan operasional dan wujud komitmen dan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan dan sosial.
Inovasi inovasi program pengelolaan lingkungan sebagai bentuk perbaikan
berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan untuk menjamin terus meningkatnya kualitas
pengelolaan lingkungan dari tahun ke tahun.
Dalam kegiatan operasionalnya, Bio Farma menyadari bahwa aktifitas Perusahaan
mempunyai dampak terhadap lingkungan. Karena itu Perusahaan senantiasa menjaga dan
melakukan pengendalian terhadap lingkungan sesuai dengan perundang - undangan dan
persyaratan lainnya. Bio Farma berkomitmen untuk mewujudkan standar operasional bisnis yang
ramah lingkungan, yang tidak hanya patuh terhadap peraturan perundangan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, namun juga melangkah lebih jauh dengan menerapkan standar beyond
compliance terhadap peraturan lingkungan dalam rangka mencapai standar kinerja yang efisien
dengan tetap menjaga kualitas produk sehingga mampu berkompetisi di pasar internasional.
Vaksin dan antisera merupakan salah satu produk farmasi yang memiliki manfaat yang
sangat besar bagi manusia, terutama dalam pencegahan dan pengobatan terhadap berbagai
penyakit mematikan yang ditimbulkan oleh virus dan bakteri. Berbagai penyakit mematikan
seperti campak, polio, difteri dan tetanus pada manusia telah berhasil diatasi dengan adanya
vaksin dan antisera yang mampu meningkatkan antibodi menjadi lebih kuat dan tahan terhadap
penyakit-penyakit tersebut. Keberadaan vaksin dan antisera mutlak dibutuhkan guna menunjang
kesehatan umat manusia.
PT. Bio Farma sebagai salah satu produsen vaksin dan antisera di dunia serta satu-satunya
di Indonesia, telah berhasil memainkan perannya dalam menyediakan berbagai vaksin dan
antisera untuk keperluan kesehatan umat manusia di dunia. Vaksin dan antisera produksi PT. Bio
Farma telah mencukupi kebutuhan vaksin dan antisera nasional dan juga telah diekspor ke lebih
dari 130 negara di dunia.
Berkembangnya industri vaksin di Indonesia tidak terlepas dari sisi negatifnya, dibalik
sisi positif yang ada. Salah satu topik utama yang muncul dibelakang setiap kata industri
adalah limbah. Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output). Keluaran yang dihasilkan suatu industri adalah berupa produk yang
diinginkan beserta limbah. Limbah ini dikeluarkan melalui media udara, air dan tanah yang
merupakan komponen ekosistem alam. Limbah yang mengandung bahan pencemar akan
mengubah kualitas bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan
daya dukung yang ada padanya. Ketika lingkungan sudah tidak bisa diperuntukkan sebagaimana
mestinya, maka lingkungan tersebut dikatakan tercemar.
Pencemaran oleh industri terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya
dalam limbah lepas yang masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas
mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah limbah industri tersebut
biasanya terlebih dahulu diolah sehingga sesuai dengan standar baku mutu limbah
yang telah ditetapkan sebelum dilepas ke alam.
Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan berupa terlepasnya senyawa
organik dan/atau anorganik beracun ke udara ambien dan/atau pencemaran
lingkungan
Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik
mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan
buangan melalui media udara, air dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar
dari pabrik masuk dalam lingkungan dapatdiidentifikasi sebagai sumber pencemar.
Pencemaran terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya dalam limbah
lepas yang masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber
bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia organik
maupun anorganik, (2) penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan
baku atau bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila
lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya
dukung yang ada padanya.
Salah satu kebijakan industri di bidang lingkungan hidup untuk meminimasi dampak negatif
yang timbul dari suatu kegiatan atau industri yaitu berupa penyusunan dokumen AMDAL.
Menurut PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan. Salah satu dokumen
AMDAL yang termasuk ke dalam penyusunan AMDAL yaitu RKL (Rencana Pengelolaan
Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana Usaha dan Kegiatan. Sedangkan, Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari
rencana Usaha dan Kegiatan (PP No 27 Tahun 2012). Pentingnya dokumen RKL-RPL pada suatu
perusahaan sangat menentukan perusahaan tersebut terhadap penilaian mengenai permasalahan
dalam izin lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. 3. Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau
Kegiatan. 4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan
dampak
terhadap
lingkungan
hidup.
5.
Dampak
Penting
adalah
perubahan
lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha
dan/atau Kegiatan. 6. Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian analisis dampak
lingkungan
hidup
yang
merupakan
hasil
pelingkupan.
7.
Analisis
Dampak
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Andal, adalah telaahan secara cermat
dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan. 8.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut RKL, adalah upaya
penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
Sebagai perusahaan yang memproduksi vaksin dan anti sera, limbah merupakan salah
satu topic utama yang harus di perhatikan. Limbah B3 bersumber kegiatan sendiri. Limbah B3
bangkai hewan uji sludge dari proses IPAL majun terkontaminasi dan plastik kemasan bangkai
hewan uji
Menyadari bahaya yang mungkin di timbulkan, PT. Bio Farma selalu mengusahakan
Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Bio Farma juga terus mengupayakan
penggunaan energy yang lebih efisien. Berbagai program penghematan energi terus dilakukan
dan dikampanyekan secara gencar. Ini merupakan program nyata Perusahaan untuk turut
memakai energi yang terbarukan, ramah lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi biaya
pengoperasian.
Dalam kegiatan operasionalnya, Bio Farma menyadari
bahwa aktifitas Perusahaan mempunyai dampak terhadap
lingkungan. Karena itu Perusahaan senantiasa menjaga
dan melakukan pengendalian terhadap lingkungan sesuai
dengan perundang - undangan dan persyaratan lainnya.
(EN13, EN14)
Pada
input
dasarnya
meliputi
fungsi
bahan
industri
baku,
input
mengolah
bahan
penolong,
output.
menjadi
tenaga
kerja
Sebagai
mesin
dan
tenaga ahli dan lain-lain. Selain penggolongan tersebut industri juga diklasifikasikan menjadi
3, yaitu: industri primer, industri yang mengubah bahan mentah menjadi setengah jadi;
industri
sekunder,
adalah
setengah
jadi
menjadi
meliputi
industri
jasa
industri
barang
jadi;
ataupun
yang
industri
industri
merubah
tertier,
barang
sebagian
besar
bahan
lanjutan
yang
mengolah
akan
menyerap
bahan
penerima
adalah
industri sekunder.
Lingkungan
sesuai
sebagai
dengan
badan
kemampuan.
Sebagai
permukaan
tanah,
air
sungai,
mempunyai
karakteristik
berbeda.
berbeda
waktu
karakteristiknya
yang
berbeda.
serta
penerima
danau
Air
dengan
Air
badan
di
air
dan
lautan
suatu
waktu
pada
berbeda
lingkungan
pengaruh
luar
lingkungan
antara
Komponen
untuk
disebut
karakteristiknya
lingkungan
memulihkan
satu
dengan
faktor
pencemar
atau
lebih
komponen
lingkungan.
secara
fisika,
kimia
biologis
perubahan
dan
nilai
tempat
tertentu
sama
dengan
yang
akibat
peristiwa
alami
lain.
karena
interaksi
lingkungan.
Daya
dukung
lain
berbeda.
tempat
yang
mempengaruhinya
daya
Bahan
membawa
masuk
masing-masing
sendiri
yang
nilai
yang
diri
dukung
dan
menetapkan
udara,
faktor
daya
tempat
dan
tempat
pengaruh
Kemampuan
yang
tersebut
ke
dalam
lingkungan
Perubahan
sebagai
lingkungan
akibat
yang
lingkungan.
turut
dukung.
bereaksi
dengan
komponen
dari
bahan
disebut
satu
lingkungan
pencemar,
pencemaran
KUALITAS
AMBIEN
KUALITAS
EFLUEN
SISTEM
OPERASI
PRODUKSI
Indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah
dengan cara mengukur atau memeriksa konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap dan
partikel-partikel debu di udara.
Gas sulfurdioksida
Gas sulfur dioksida merupakan gas pencemar di udara yang konsentrasinya paling tinggi
di daerah kawasan industri.
Indeks Asap
Indeks asap diukur dengan menggunakan paper tape untuk menyaring sampel udara, dan
densitasnya diukur dengan fotoelektrik meter. Indeks asap ini sangat bervariasi dari hari
ke hari dan bergantung pada perubahan iklim.
Partikel debu
Partikel-partikel berupa debu dan arang dari hasil pembakaran sampah dan industry
merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat pencemaran
udara. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satu milligram atau microgram partikel per
meter kubik udara.
Parameter lain untuk indikator pencemaran udara
Karbon monoksida
Karbon monoksida dapat juga dipakai sebagai parameter untuk indikator pencemaran
udara, terustama yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan
bermotor.
Oksidan
Oksidan, miasalnya saja ozon dihasilkan akibat kerja sinar matahari terhadap asap
pembuangan kendara bermotor di kota-kota besar.
Nitrogen dioksida
Nitrogen dioksida merupakan gas yang dihasilkan baik akibat kegiatan manusia maupun
akibat proses alam semacam aktivitas gunung berapi. Gas ini dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran udara.
Timah hitam atau timbal
Sering dipakai sebagai bahan untuk menambah kekuatan dan kecepatan mobil dan
biasanya ditambah ke dalam bahan bakar bensin.
Pencemaran Lingkungan oleh Kegiatan Industri
Pemantauan merupakan bagian yang amat penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Amdal tanpa diikuti oleh pemantauan tidak akan banyak berarti, tidak akan ada yang
dapat mengetahui apakah pendugaan dampak yang tercantum dalam dokumen Amdal
dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kegunaan pemantauan lingkungan antara lain:
a. Untuk menguji pendugaan dampak
b. Untuk mendapatkan efektivitas dari aktivitas atau teknologi yang digunakan untuk
mengendalikan dampak negatif
c. Untuk mendapatkan tanda peringatan sedini mungkin mengenai perubahan
lingkungan
d. Untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menunjang tuntutan-tuntutan ganti rugi
(Suratmo, 1993).
Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti
kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup
agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti
kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia
amat
berpengaruh pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting
lingkungan. Manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena
keterbatasan kemampuan dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus
ditingkatkan
tanpa batas, sehingga manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan
ketidaksetimbangan atau kerusakan lingkungan.
Pencemaran air terjadi bila beberapa bahan atau kondisi yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas badan air sehingga tidak memenuhi baku
mutu
atau
tidak
peruntukannya,
dapat
misalnya
digunakan
sebagai
untuk
bahan
keperluan
baku
air
tertentu
minum,
(sesuai
keperluan
dicegah
agar
tidak
dibuang
ke
saluran
umum.
Karakteristik
pencemaran air dari industri manufaktur antara lain: - Limbah cair - Industri
makanan - Industri tekstil - Industri pulp dan kertas - Industri kimia - Industri
kulit - Industri electroplating
Menurut Wardhana (2004), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :
1) Adanya perubahan suhu air
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau
panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan
tersebut berjalan dengan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas ini
biasanya dilakukan dengan membuang air ke lingkungan. Akibatnya air sungai suhunya naik,
oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Makin tinggi
kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya.
2) Adanya perubahan PH atau konsentrasi ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,57,5. Air dapat bersifat asam apabila pH lebih kecil dari pH normal,sedangkan air akan bersifat
basa apabila pH lebih besar dari pH normal.
3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan
organik seringkali dapat larut didalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat
larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Bau yang keluar dari dalam air dapat
langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula
berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup didalam air. Timbulnya bau
pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi.
4) Timbulnya endapan, koloidal, bahan trelarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari bahan buangan industri yang bentuknya
padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut secara sempurna
akan mengendap didasar sungai dan yang dapat terlarut sempurna akan menjadi koloidal.
Endapan sebelum sampai kedasar sungai akan melayang didalam air bersama-sama dengan
koloidal dan menghalangi masukya sinar matahari kedalam lapisan air. Selain itu bahan buanagn
industri berupa bahan anorganik yang dapat larut didalam air akan mendapat tambahan ion-ion
logam berat yang pada umumnya bersifat racun.
5) Adanya mikroorganisme
Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut
berkembang biak. Perkembangan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa
mikroba patogen akan ikut berkembang juga dan menimbulkan penyakit.
rusak
berbahaya
dan
maupun
terkontaminasi
yang
oleh
membahayakan
zat-zat,
baik
kesehatan
yang
tubuh
tidak
manusia.
batas
kewajaran.
tergantung
dari
industri
utilitasnya.
partikel
dan
(debu,
Emisi
jenis
pencemaran
industri
Pencemaran
aerosol,
timah
udara
dan
udara
oleh
industri
prosesnya,
pada
hitam)
peralatan
dasarnya
dan
sangat
berbentuk
gas
(CO,
Limbah organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh
karena itu, bila limbah industri terbuang langsung ke air lingkungan akan menambah
populasi mikroorganisme di dalam air. Bila air lingkungan sudah tercemar limbah organik
berarti sudah terdapat cukup banyak mikroorganisme di dalam air, maka tidak tertutup
kemungkinan berkembangnya bakteri patogen.
e. Limbah Anorganik
Limbah
anorganik
biasanya
tidak
dapat
membusuk
dan
sulit
didegradasi
oleh
mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri yang menggunakan
unsur-unsur logam seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Krom (Cr), Kalsium (Ca),
Nikel (Ni), Magnesium (Mg), Air Raksa (Hg), dan lain-lain. Industri yang mengeluarkan
limbah
anorganik
seperti
industri
electroplating, industri kimia, dan lain-lain. Bila limbah anorganik langsung dibuang di air
lingkungan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Ion logam yang
berasal dari logam berat, bila terbuang ke air lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan
khususnya manusia.
Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomenafenomena yang terjadi pada berbaagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk
memahami prilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke
tingkat kawasan atau bahkan regional tergantung pada skala masalah yang dihadapi.
Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, sistematis
dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan
untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi penataan (compliance),
kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan
lingkungan hidup.
Dampak negatif limbah gas, debu dan butiran-butiran halus terhadap kesehatan
manusia anatara lain:
Gas beracun:
CO, dapat menyebabkan gangguan fungsi otak
So2, No2, Ozon, NH3, beberapa senyawa aromatik, H2S dapat menimbulkan
gangguan pernapasan dan/atau iritasi mata.
Smog (Kabut/Asap), dapat mengganggu penglihatan serta pernapasan
Debu
Mengganggu pernapasan dan bila beracun (contohnya Pb) dapat menimbulkan
gangguan syaraf, saluran pernapasan dan menyebabkan anemia.
Debu yang mengandung serat abses dapat menimbulkan kanker
Dampak terhadap tanaman oleh ozon (o3), sulfur oksida (SO2) dan Nitrogen Oksida
(NO2) dapat merusakan pohon-pohonan. Pada hewan, gas dan debu dapat
menimbulkan gangguan pernapasan maupun akumulasi cemaran karena memakan
makanan yang sudah tercemar.