TIM REDAKSI
Jurnal Forum Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Tim Penyunting :
Penanggung Jawab
Dhini, M.Kes
Redaktur
Editor
Pelaksana TU
: forumkesehatanpky@gmail.com, poltekkespalangkaraya@gmail.com
Website : www.poltekkes-palangkaraya.ac.id
Terbit 2 (dua) kali setahun.
PENGANTAR REDAKSI
Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian dan
karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka
diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan.
Jurnal Forum Kesehatan merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yang
menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupun
informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya
bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya
berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama Jurnal Forum Kesehatan
Volume IV Nomor 8, Agustus 2014 ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh,
kami akan terus lebih memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akan
muncul pada penerbitan penerbitan selanjutnya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan
kepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya Jurnal Forum Kesehatan
Volume IV Nomor 8, Agustus 2014 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga
disampaikan kepada Dewan Redaksi dan Tim Mitra Bestari yang telah meluangkan
waktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil penelitian/karya ilmiah
yang telah disampaikan kepada redaksi.
Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan
naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan Jurnal
Forum Kesehatan ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam Jurnal Forum Kesehatan
Volume IV Nomor 8, Agustus 2014 ini dapat menambah wawasan dan memberikan
pencerahan bagai lentera yang tak kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan penerbitan selanjutnya.
Tim Redaksi
DAFTAR ISI
Hal.
Pengaruh Minuman Jahe Madu Terhadap Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Pahandut Dan Puskesmas Pembantu di Wilayah Kerja
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Herlina Diyaningsih ................................................................................................................
60
Pengaruh Manajemen Nyeri Persalinan Pada Ibu Primipara di Kota Palangka Raya
Christine Aden .........................................................................................................................
66
78
Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Thalasemia Yang
Menjalani Rawat Jalan Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Yanti Thomas, Fretika Utami Dewi ........................................................................................
88
94
Analisis Implementasi Pojok Laktasi Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Lola Meyasa .............................................................................................................................
99
107
Pengaruh Minuman Jahe Madu Terhadap Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Pahandut Dan Puskesmas Pembantu di Wilayah Kerja
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Effect Of Ginger Honey Drink Towards Nausea and Vomiting In Pregnant Women
In Pahandut Primary Health Center Palangka Raya
Herlina Diyaningsih
Abstrak. Mual dan muntah adalah gejala yang sering terjadi pada awal kehamilan jika tidak ditangani dengan
benar akan mengakibatkan komplikasi pada ibu dan janin. Metode yang digunakan untuk mengurangi mual
dan muntah yaitu metode farmakologis dengan menggunakan vitamin B6 dan non farmakologis yaitu salah
satu alternatif adalah minuman jahe dan madu. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh minuman jahe
madu terhadap frekuensi mual muntah pada ibu hamil. Penelitian Eksperimen dengan menggunakan desain
randomize pre-post test design control group. Pada desain penelitian ini terdapat 4 (empat) kelompok, yaitu 3
(tiga) kelompok intervensi dan 1 kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan minuman madu, jahe dan
kombinasi madu dan jahe sedangkan kelompok kontrol diberikan vitamin B6 pada ibu hamil yang mengalami
mual muntah. Hasil analisis bivariat menunjukan ada pengaruh yang bermakna secara statistik antara ketiga
kelompok intervensi (minuman madu, jahe, kombinasi madu dan jahe) dan kelompok kontrol terhadap durasi
mual, frekuensi mual, frekuensi muntah dan frekuensi mual dan muntah dengan nilai P<0,05. Kesimpulan:
pemberian intervensi minuman jahe dan kombinasi jahe madu lebih efektif dibandingkan kelompok intervensi
madu dan kontrol. Saran, pemberian minuman jahe dan kombinasi jahe madu sebaik digunakan sebagai salah
satu pilihan dalam pengobatan mual muntah pada ibu hamil
Kata Kunci: Madu, jahe, kombinasi madu dan jahe, mual muntah
Abstract. Nausea and vomiting are common symptoms in early pregnancy if not treated properly will lead to
complications in the mother and fetus. The method used to reduce nausea and vomiting that pharmacological
methods by using the vitamin B6 and non- pharmacological alternativeis ginger and honey drink. Objective of
study to analyze the effect of ginger honey drink to the frequency of nausea and vomiting in pregnant women.
The study method used experimental randomize design pre - post test control group design. In this design,
groups were divided into four groups they were three groups as intervention and one group as control. The
group of intervention were given honey drink, ginger, combination of ginger and honey while the control group
was given vitamin B6 to pregnant women with nausea and vomiting. The results showed no statistically
significant effect between the three intervention groups (drink honey, ginger, honey and ginger combination)
and a control group of the duration of nausea, frequency of nausea, vomiting frequency and the frequency of
nausea and vomiting with a P value <0.05 and the control group p = 0.001. Overall, providing intervention
combination honey and ginger was more effective than the control intervention group ginger and honey. For
suggestion, giving drink ginger and honey combination was used as one of the best options in the treatment of
nausea and vomiting in pregnant women
Key word: Honey, ginger, honey and ginger combination, nausea and vomiting.
Pendahuluan
Mual dan muntah adalah gejala yang sering terjadi
pada kehamilan 50- 80% terjadi pada tirmester
pertama wanita hamil.1 Keluhan ini muncul sejak
awal kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu,
hanya sekitar 10% dari seluruh kasus mual muntah
ini yang tetap dikeluhkan hingga akhir kehamilan.2
Penyebab mual dan muntah pada kehamilan belum
diketahui dengan pasti, mual dan muntah berkaitan
erat dengan etiologi dan patogenesis mual dan
muntah pada kehamilan. Menurut teori, perubahan
60
ARTIKEL PENELITIAN
Kelompok
A
Usia
ibu
(Thn)
<20
20-35
>35
Jumlah
2 13
12 80
1 7
15 100
f %
2 13
12 80
15 100
f
3
11
1
%
20
73
7
15 100
f
3
%
20
12 80
P
Value
0,695
15 100
15 100
61
Kelompok
A
Umur
keham
ilan
TI
TII
Jumlah
11 73
4 27
15 100
f %
6 40
9 60
15 100
f
9
6
%
60
40
15 100
f %
8 53
P
Value
0,256
12 47
15 100
15 100
Kelompok
Paritas
A
f
Primi
Multi
Jumlah
6 40
9 60
15 100
f %
8 53
f %
4 27
11 73
f %
6 40
7 47
15 100
15 100
9 60
15 100
P
Value
0,526
Kelompok
A
Riwayat
klg
Ya
Tidak
Jumlah
10 67
5 33
15 100
B
f %
10 67
5 33
15 100
C
f %
8 53
11 73
15 100
Mean SD
11,082,81
Kelompok
intervensi
Kelompok
intervensi
A Sesudah
9,132,59
B sebelum
11,682,66
Kelompok
intervensi
Kelompok
intervensi
B Sesudah
0,007
D
f %
11 73
4 27
15 100
P
Value
0,157
p value
0,001
C sebelum
Kelompok C Sesudah
intervensi
Kelompok D sebelum
pemberian vitamin B6
Kelompok D Sesudah
pemberian vitamin B6
7,601,99
11,683,22
0,001
7,201,52
11,732,64
0,001
9,532,64
62
ARTIKEL PENELITIAN
Mean
Rank
21,60
B Sesudah
36,87
C Sesudah
39,23
Kelompok D Sesudah
pemberian vitamin B6
24,30
Kelompok
intervensi
Kelompok
intervensi
Kelompok
intervensi
p value
0,008
63
Pembahasan
Mual dan muntah adalah gejala umum
yang dialami oleh perempuan pada trimester
pertama kehamilan dan mempengaruhi 5080% dari hamil perempuan.1 Berdasarkan
hasil analisis univariat terhadap frekuensi
mual dan muntah sebelum dan sesudah
diberikan intervensi pada keempat kelompok
menunjukkan bahwa skor frekuensi mual dan
muntah yang diberikan kelompok madu,
jahe, jahe dan madu diberikan B6 sebelum
pemberian intervensi dan sesudah intervensi
terhadap ketiga kelompok dan kelompok
kontrol terjadi penurunan skor frekuensi
mual dan muntah menjadi frekuensi lebih
rendah dari pada sebelum intervensi. Salah
satu manajemen farmakologis dengan
pemberian obat-obatan yang sering diberikan
pada wanita hamil yang mengalami mual
muntah adalah obat yang mengandung efek
anti mual seperti vitamin B6 sebagai anti
chemoreseptor yang dapat memblok atau
menghentikan serotonin untuk mencegah
aktifnya pusat muntah.10.11 Beberapa
alternatif non farmakologis yang dianjurkan
jahe dan madu untuk mengurangi mual
muntah. Jahe memiliki kandungan minyak
atsiri dan gingerol dan madu juga
mengandung piridoksin ketiga zat tersebut
sebagai anti chemoreseptor yang dapat
memblok atau menghentikan serotonin untuk
mencegah aktifnya pusat muntah.9.12 Manfaat
vitamin B6 dan kombinasi madu dan jahe
yang bekerja pada sistem, organ, yang sama
dengan efek farmakologi yang sama sehingga
memiliki interaksi farmakodinamik yang
sinergis dalam menurunkan frekuensi mual
dan muntah.7
Pemberian kelompok intervensi jahe dan
kombinasi madu dan jahe lebih efektif dalam
menurunkan skor durasi mual, frekuensi
mual, frekuensi muntah dan frekuensi mual
dan muntah pada ibu hamil dibandingkan
kelompok intervensi madu dan kelompok
kontrol.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
minuman madu berpengaruh terhadap durasi
mual, frekuensi mual, frekuensi muntah dan
frekuensi mual muntah pada ibu hamil yang
mengalami
mual
muntah
diwilayah
Puskemas Pahandut Palangka Raya;
minuman jahe (B) berpengaruh terhadap
durasi mual, frekuensi mual, frekuensi
64
ARTIKEL PENELITIAN
65
Abstrak. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Nyeri persalinan
memiliki keunikan dengan respon yang berbeda-beda bagi setiap ibu bersalin. Upaya menurunkan nyeri
persalinan dapat dilakukan dengan tehnik nonfarmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh manajemen nyeri persalinan pada ibu primipara di kota Palangka Raya.Penelitian ini dilakukan
pada 26 ibu primipara.Data dianalisis, Uji T tidak berpasangan serta generalized estimating equation
(GEE). Hasil penelitian ada perubahan persepsi persalinan pada kelompok intervensi sebesar 2,2 kali
sebelum intervensi dan sesudah intervensi manajemen nyeri persalinan. Ditemukan nyeri sedang pada ibu
yang memanfaatkan tehnik manajemen nyeri dan pada pengamatan ke II terdapat perbedaan proporsi skala
nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P=0,038). Ditemukan adanya interaksi antara
manajemen nyeri dengan waktu pengamatan pada pengamatan ke III (=0,005 < 0,01). Pada pengamatan
ke III, manajemen nyeri menaikan rata-rata dilatasi servik sebesar 4,5 cm. Berdasarkan uji GEE
menyatakan tidak ada perbedaan nilai pada kelompok intervensi dan kontrol baik pre maupun post test.
Secara substansi pada kelompok intervensi yang telah mendapatkan pengetahuan tentang manajemen nyeri
persalinan teramati dapat menerapkan dan memadukan tehnik mengurangi nyeri persalinan secara mandiri
dan dengan dukungan keluarga.
Kata kunci: Nyeri persalinan, manajemen nyeri persalinan, primipara
Abstract. Labor Pain is a subjective experience about physical cencation that associated with the
pysicological process of labor and pregnant women characteristics to face the labor. Labor pain is unique
with different responses for every pregnant women. Efforts to reduce labor pain can be done with non
pharmacological technic. This study aimed to determine the effect of labor pain management on the
primiparous women in Palangka Raya. This study was done to 26 primiparous. Data was analyzed by
unpaired t test and generalized estimating equation (GEE). The results of analysis showed that there was a
change of labor perception in the intervention group at 2.2 times as much before intervention and after
intervention of labor pain management. Moderate pain was found in the mothers who utilizing pain
management. Interaction was found between pain management with observations time on the third
observations (= 0.005<0,01). On the third observations, pain management raised the average of cervic
dilatation to 4.5 cm. Based on the generalized estimating equation (GEE) revealed no difference
knowledge score between intervention group and control both pre and post test. Substantialy, in the
intervention group who got education about pain management reported that they applied and combined
the technic to reduce
labor pain independently and
with family support.
Key words: Labor Pain, Labor Pain Management, Primiparous
Pendahuluan
Persalinan adalah proses
berakhirnya
kehamilkan, melalui proses ini semua perempuan
akan mengalami nyeri persalinan. Nyeri persalinan
dimulai oleh adanya kontraksi uterus (his) yang
disebabkan penurunan kadar hormon progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot polos
uterus, dan menjelang persalinan kadar progesteron
turun yang mengakibatkan kekejangan pembuluh
darah yang menyebabkan his atau kontraksi uterus
yang dirasakan ibu sebagai rasa nyeri. Nyeri juga
dapat terjadi karena distensi pada uterus. Uterus
yang menjadi besar dan meregang dapat
Jurnal Forum Kesehatan Volume IV Nomor 8, Agustus 2014
66
ARTIKEL PENELITIAN
ARTIKEL PENELITIAN
Manajemen Nyeri
Kontrol
21,5
20,0
3,6
15 28
19,4 23,7
20,0
20,0
2,8
18 27
19,3- 22,7
4 (80%)
2 (40%)
6 (42,9%)
1 (50%)
1 (20,0%)
3 (60%)
8 (57,1%)
1 (50%)
8 (50%)
5 (50%)
8 (50%)
5 (50%)
2.810
3.000
855.000
2.000 5.000
2.290 3.320
2.300
2.000
1.082
1.000 5.000
1.690 2.950
3 (100%)
1 (33,3%)
4 (50%)
5 (50%)
0 (0%)
2 (66,7%)
4 (50%)
7 (58,3%)
69
Tabel 2. Uji Homogenitas Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, Penghasilan, Pekerjaan,
Persiapan Cuti pada Kelompok yang Diberi Pelatihan Manajemen Nyeri dan Kontrol,
Palangka Raya (n=26), 2012
Karakteristik
Umur (tahun)
Rata-rata
Median
SD
Min-Maks
95% CI
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Manajemen
Nyeri
Kontrol
Nilai
P
21,5
20,0
3,6
15 28
19,4 23,7
20,0
20,0
2,8
18 27
19,3 22,7
0.363
4 (80%)
2 (40%)
6 (42,9%)
1 (50%)
1 (20,0)
3(60%)
8(57,1)
1(50%)
0.515
8 (50%)
5 (50%)
8(50%)
5(50%)
1.000
2.810
3.000
855.000
2.000
5.000
2.290
3.320
2.300
2.000
1.082
1.000 5.000
1.690 2.950
0.452
3 (100%)
1 (33,3%)
4 (50%)
5 (50%)
0 (0%)
2(66,7)
4(50%)
7(58,3)
0.277
Pekerjaan
Kerja
Tidak kerja
Penghasilan (juta)
Rata-rata
Median
SD
Min-Maks
95% CI
Persiapan/cuti
<7 bulan
7 bulan
>7 bulan
Tidak
70
ARTIKEL PENELITIAN
Tabel 3. Persepsi Responden sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pada kelompok yang diberi Pelatihan
Manajemen Nyeri dan kontrol, Palangka Raya (N=26), 2012
Kelompok
Kontrol
Intervensi
Persepsi
sebelum
Persalinan
Tcpd
Ctpd
1
12
3
10
Persepsi
sesudah
Persalinan
Tcpd Ctpd
1
12
11
2
Tabel 4 Perbedaan Skala Nyeri Persalinan pada Kelompok yang Diberi Pelatihan Manajemen Nyeri dan
Kontrol, Palangka Raya (n=26), 2012
Karakteristik
Manajemen
Nyeri
Kontrol
Skala Nyeri PD I
1 4 = nyeri ringan
5 6 = nyeri sedang
7 8 = nyeri berat
9- 10 = nyeri tak
tertahankan
11 (61,1%)
2 (40%)
0 (0%)
0 (0%)
7(38,9%)
3 (60%)
1 (100%)
1 (100%)
Skala Nyeri PD II
1 - 4 = nyeri ringan
5 - 6 = nyeri sedang
7 8 = nyeri berat
9- 10 = nyeri tak
terahankan
8 (88,9%)
3 (37,5%)
2 (33,3%)
0 (0%)
1(11,1%)
5(62,5%)
4(66,7%)
2 (100%)
1(33,3%)
0 (0%)
3(42,9%)
2 (100%)
Nilai
P
0,782
0,038
0,063
71
Tabel 5. Koefisien, Simpang Galat dan Nilai p Efek Metode Manajemen Nyeri Terhadap Pembukaan
Persalinan Ibu saat Bersalin di Kota Palangka Raya, 2012
Predikto r
Konstanta
Manajemen Nyeri
Ya
Simpang
galat
Koefisien
4,3
0,8
-2,2
0,9
Tidak
0,0
--
PD
I
II
III
0,0
2,5
0,8
-0,1
1,9
Nilai p a
<
0
,<
00
1,
0
1
<
0
>
,0
0,
01
1
--
Interaksi Intervensi
& pengam atan
Intervensi * PD 1
Intervensi * PD II
0,0
2,1
-1,8
>0,01
Intervensi * PD III
4,5
2,1
<0,01
72
ARTIKEL PENELITIAN
Tabel 6. Pengetahuan Responden pada Kelompok yang Diberi Pelatihan Manajemen Nyeri dan Kontrol,
Palangka Raya (n=26), 2012
Karakteristik
Sebelum
Rata-rata
Median
SD
Min-Maks
95% CI
Manajemen
Nyeri
Kontrol
Nilai
P*
54,2
55,1
7,2
46,4 72,5
49,8 58.6
52,2
52,2
5,9
43,5 66,7
48,6 55,8
0,446
Setelah
49,5
52,2
Rata-rata
46,4
52,2
Median
6.1
5,9
SD
43,5 60,9
43,5 66,7
Min-Maks
45,8 53,2
48,6 55,8
95% CI
*Berdasarkan uji t test tidak berpasangan
Pembahasan
Karakteristik dan homogenitas responden
Responden kelompok kontrol berjumlah 13
responden dan kelompok intervensi berjumlah 13
orang seluruhnya berjumlah 26 orang.Responden
diperoleh dari RS Doris Sylvanus dan Klinik Bidan
Praktek Swasta. Perbedaan tempat memperoleh
responden di Rumah Sakit dan Puskesmas tidak
mempengaruhi hasil penelitian karena pengambilan
responden berdasarkan kriteria inklusi. Semua
responden belum terpapar dengan manajemen nyeri
persalinan atau informasi sejenis tentang tindakan
mengurangi nyeri persalinan.
Partisipan dalam kelompok intervensi ini
dipilih pada saat mereka datang untuk melakukan
pemeriksaan ANC pada klinik bidan. Ada sekitar 35
ibu hamil yang memenuhi kriteria dan 25 orang
yang menjawab untuk kontrak waktu pelaksanaan
yang diperkirakan bisa dihadiri, tetapi yang datang
untuk menuntaskan kelas persalinan hanya 13 ibu
hamil. Berbagai alasan dikemukakan saat dihubungi
dengan telepon seperti belum adanya waktu
pendamping untuk dapat hadir, tidak ada
transportasi, ada acara keluarga dan sebagainya.
Tampak dari tabel 1, dari karakteristik umur
responden ditemukan bahwa umur termuda dalam
kelompok intervensi adalah 15 tahun dan pada
kelompok kontrol adalah 18 tahun. Masukkan
responden dengan usia muda di luar kriteria inklusi
Jurnal Forum Kesehatan Volume IV Nomor 8, Agustus 2014
0,267
ARTIKEL PENELITIAN
Pengetahuan
Berdasarkan uji homogenitas tidak ada perbedaan
bermakna variabel pendidikan dengan nilai p =
0,515 > 0,05 pada kelompok intervensi dan kontrol.
Dari karakteristik pendidikan pada kelompok
intervensi paling banyak berpendidikan SD (80%)
dan yang sedikit yaitu berpendidikan SMP (40%).
Sedangkan pada kelompok kontrol paling banyak
yaitu berpendidikan SMP (60%) dan yang paling
sedikit yaitu SMA (57,1%).
Rata-rata nilai pengetahuan responden sebelum
intervensi pada kelompok intervensi yaitu 54,2 7,2
dengan nilai median 55,1 (95%CI 49,8-58,6). Nilai
pengetahuan terendah 46,4 dan tertinggi 72,5. Ratarata nilai pengetahuan responden sesudah intevensi
yaitu 49,5 6,1 dengan nilai median 46,4 (95% CI
45,8-53,2). Nilai terendah 43,5 dan tertinggi 60,9.
Sedangkan pada kelompok kontrol hanya diukur
diakhir, sehingga nilai pre dianggap sama dengan
nilai post. Rata-rata nilai untuk kelompok kontrol
yaitu 52,2 5,9 (95% CI 48,6 55,8) dengan nilai
median 52,2. Nilai terendah 43,5 dan tertinggi 66,7.
Dari aspek pengetahuan pada penelitian ini
ditemukan tidak ada perbedaan nilai pengetahuan
responden pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi pre dan post test.
Tampak bahwa hasil pengajaran yang telah
diberikan peneliti untuk responden kelompok
intervensi meliputi pengertian persalinan normal,
tanda dan gejala persalinan, nyeri persalinan, faktorfaktor yang mempengaruhi persalinan dan cara
mengurangi nyeri persalinan tidak berbeda dengan
responden kelompok kontrol. Kondisi ini dapat di
telaah kembali pada penelitian berikutnya untuk
mencari penyebabnya antara lain tehnik pengajaran,
bahasa dan istilah yang dipergunakan. Adanya
stimulasi dan sensasi dari ruangan tempat mengajar
banyak gambar phantom alat laboratorium yang
dapat mengalihkan perhatian responden kelompok
intervensi sehingga nilai pengetahuan sebelum dan
Jurnal Forum Kesehatan Volume IV Nomor 8, Agustus 2014
ARTIKEL PENELITIAN
Daftar Pustaka
1.Bobak, M.I, Lodermik, L.D., & Jensen, D.M.
(2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Alih
bahasa Maria A.Wijayarini & Peter I.Anugerah.
Jakarta: ECG.
2.Cunningham, F.G.; McDonald, P.C.; Gant, N.F.
th
77
Demsa, Yanti, Jon, Analisis Kesesuaian antara Hasil Pengukuran Antropometri dengan Persepsi Ibu Hamil
Abstrak. Tingginya masalah kurang gizi di berbagai daerah merupakan beban ganda masalah gizi di Indonesia.
Hal ini secara signifikan akan meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI). Masalah kematian dan kesakitan pada
ibu sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan dalam masyarakat dimana
mereka berada. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kesesuaian antara hasil pengukuran antropometri
dengan persepsi ibu hamil mengenai status gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Bermani Ulu tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan Cross Sectional Study. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling,
dengan menggunakan cara Cluster Random Sampling, jumlah sampel yaitu 82 ibu hamil. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi-Square, uji Kappa Cohen dan regresi logistik multivariat. Hasil Uji Kappa Cohen
menunjukkan ketidaksesuaian hasil pengukuran LILA (kappa cohen =0,111 dan nilai p value > 0,05) dan
pengukuran tinggi badan (kappa cohen= -0,06 dan nilai p value > 0,05) antara persepsi ibu dan hasil pengukuran
antropometri. Faktor yang mempengaruhi kesesuaian pengukuran tinggi badan adalah umur, pendidikan dan
pengetahuan. Faktor yang berhubungan dengan kesesuaian LILA adalah pengetahuan. Instansi kesehatan
khususnya Puskesmas Bermani Ulu diharapkan melakukan penyuluhan untuk memperbaiki persepsi ibu hamil.
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang status gizi yang baik. Sehingga lebih dini, dapat dilakukan tindakan
untuk menghindari masalah akibat status gizi yang buruk.
Kata Kunci : Kesesuaian Antropometri, Status Gizi Hamil, Persepsi.
Abstract. In many regions, malnutrition is a double burden of nutrition in Indonesia. This will significantly
increase the Maternal Mortality Rate (MMR). Problems on maternal mortality and morbidity related to sociocultural factors and environment in communities where they are located. This study aimed to know
correspondence between the results of anthropometric measurements with maternal perception regarding
nutritional status in Ulu Bermani Working Area Health Center in 2013. This study used cross-sectional study
approach. Sampling technique was used cluster random sampling method, the sample size was 82 pregnant
women. The statistical test was a Chi-Square test, Kappa Cohen's and multiple logistic regression. Kappa
Cohen's test showed discrepancies MUAC measurements (cohen kappa = 0,111 and p value> 0,05) and height
measurement (cohen kappa = -0,06 and p value> 0.05) between maternal perception and anthropometric
measurements. Factors affecting the suitability of height measurement is mother's age, education and knowledge.
Factors relating to the suitability of MUAC measurement was mothers knowledge. Health agencies in particular
PHC Ulu Bermani was expected to conduct outreach to improve the perception of pregnant women. Increasing
knowledge of mothers about good nutritional status so that it can be tackled the problems due to poor nutritional
status.
Keywords: Suitability Anthropometric, Nutritional Status of Pregnant, Perception.
Pendahuluan
Badan Kesehatan dunia (WHO) melaporkan angka
kematian ibu diseluruh dunia diperkirakan 585.000
kelahiran hidup pada setiap tahunnya. Di Asia
Tenggara, Indonesia merupakan penyumbang AKI
tertinggi (DepKes, 2010). Laporan data terakhir hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia AKI
Indonesia sangat tinggi mencapai angka 339 per
100.000 kelahiran hidup (BPS, 2012). Salah satu faktor
yang berhubungan dengan peningkatan kematian ibu
adalah buruknya status gizi ibu hamil. Penilaian status
gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gizi langsung diantaranya
adalah
pengukuran
antropometri.
Pengukuran
antropometri yang dapat dilakukan adalah
78
ARTIKEL PENELITIAN
Demsa, Yanti, Jon, Analisis Kesesuaian antara Hasil Pengukuran Antropometri dengan Persepsi Ibu Hamil
Frekuensi
Persentase
39
43
47,6
52,4
38
44
46,3
53,6
22
60
26,8
73,2
9
73
11,0
89,0
36
46
43,9
56,1
43
39
52,4
47,6
60
22
73,2
26,8
80
ARTIKEL PENELITIAN
Hasil
Karakteristik Dan Perilaku Ibu Hamil
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar dari ibu
hamil(52,4%) berusia antara 20-35 tahun, dan hampir
sebagian dari ibu hamil(46,3%) adalah primipara,
sebagian dari ibu hamil(73,2%) berpendidikan rendah,
serta hampir seluruh dari ibu hamil(89,0%) memiliki
pendapatan yang rendah. Berdasarkan perilaku ibu
menunjukkan bahwa hampir sebagian dari ibu
hamil(46,3%) memiliki pengetahuan yang tinggi
mengenai gizi dan kesehatan selama kehamilan,
sebagian dari ibu hamil(52,4%) memiliki sikap yang
mendukung dalam memeuhi kebutuhan gizi dan
kesehatan selama kehamilan, dan sebagian besar lagi
Frekuensi
Persentase
73
9
89,0
11,0
21
61
25,6
74,4
Persepsi Ibu
Tinggi Badan
Normal
Pendek
Total
LILA
Normal
KEK
Total
Nilai
Cappa
P value
69
3
72
95,8
4,2
100,0
10
0
10
100
0,0
100,0
-0,06
0,511
55
6
73
90,2
9,8
100,0
17
4
9
81,0
19,0
100,0
0,111
0,266
81
Demsa, Yanti, Jon, Analisis Kesesuaian antara Hasil Pengukuran Antropometri dengan Persepsi Ibu Hamil
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kesesuaian Status Gizi Antara hasil Pengukuran Antropometri dengan
Persepsi Ibu Hamil
Kategori
Sesuai
Tidak Sesuai
Pengukuran Antropometri
Tinggi Badan
LILA
n
%
n
66
80,5
54
16
19,5
28
%
65,9
34,1
Tabel 5. Hubungan Krakteristik dan Perilaku Ibu Hamil dengan Kesesuaian Hasil Pengukuran
Tinggi Badan
P value
OR (95%CI)
33
33
84,6
76,7
6
10
15,4
23,3
0,229*
1,667
(0,543-5,144)
20
46
90,2
76,7
2
14
9,1
23,3
0,149*
3,043
(0,632-14,656)
9
57
100,0
78,1
0
16
0,0
21,9
0,117*
31
35
81,6
79,5
7
9
18,4
20,5
0,817
1,139
(0,379-3,42)
32
34
88,9
73,9
4
12
11,1
16,1
0,089*
2,824
(0,825-9,662)
35
31
81,4
79,5
8
8
18,6
20,5
0,828
1,129
(0,379-3,367)
47
19
78,3
86,4
13
3
21,7
13,6
0,416
0,571
(0,146-2,233)
* kandidat multivariat
82
ARTIKEL PENELITIAN
Tabel 6. Hubungan Krakteristik dan Perilaku Ibu Hamil dengan Kesesuaian Hasil Pengukuran
LILA
Karakteristik dan
Perilaku
Umur ibu
o <20 dan >35 tahun
o 20 -35 tahun
Pendidikan Ibu
o Tinggi
o Rendah
Pendapatan
o Tinggi
o Rendah
Paritas
o Primipara
o Multi+ Grandemulti
Pengetahuan Gizi
o Tinggi
o Rendah
Sikap
o Mendukung
o Tidak Mendukung
Praktek Konsumsi
o Baik
o Tidak Baik
P value
OR (95%CI)
25
29
64,1
67,4
14
14
35,9
32,6
0,75
0,862
(0,346-2,15)
13
41
59,1
68,3
9
19
40,9
31,7
0,434
0,669
(0,244-1,836)
6
48
66,7
65,8
3
25
33,3
34,2
0,957
1,042
(0,24-4,52)
22
32
57,9
72,7
16
12
42,1
27,3
0,158*
0,516
(0,205-1,3)
28
26
77,8
56,5
8
20
22,2
43,5
0,044*
2,692
(1,012-7,162)
30
24
69,8
61,5
13
15
30,2
38,5
0,433
1,442
(0,577-3,606)
39
15
65,0
68,2
21
7
35,0
31,8
0,788
0,867
(0,306-2,458)
* kandidat multivariat
Tabel 7. Determinan Ketidaksesuaian Hasil Pengukuran Antropometri dan Persepsi Ibu Hamil
mengenai Status Gizinya
Kesesuaian Ukuran Tinggi Badan
Determinan
Umur
Pendidikan
Pengetahuan
Paritas
Sikap
Constant
B
1,705
2,285
1,719
-0,939
-1,224
-4,209
Determinan
Pengetahuan
Constant
B
0,990
-1,253
P
0,048
0,030
0,029
0,234
0,105
0,000
OR
5,504
9,829
5,580
0,391
0,294
0,015
OR 95% CI
1,012- 29,925
1,241- 77,835
1,198-26,001
0,083- 1,834
0,067-1,292
P
0,047
OR
2,692
OR 95% CI
1,012-7,162
83
Demsa, Yanti, Jon, Analisis Kesesuaian antara Hasil Pengukuran Antropometri dengan Persepsi Ibu Hamil
Pembahasan
Keterbatasan Penelitian
Desain penelitian menggunakan pendekatan
Cross Sectional yang hanya melihat hubungan antara
variabel dalam satu waktu yang bersamaan, sehingga
penelitian yang dilakukan tidak dapat dengan yakin
menjelaskan hubungan sebab akibat. Penelitian ini
tidak melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan
status gizi secara kontinuitas karena indikator normal
dan tidaknya status gizi juga harus melihat secara
objektif seperti keadaan kesehatan, apakah ibu
mengalami penyakit seperti DBD, malaria, typoid
yang dapat berpengaruh langsung pada status gizi ibu.
Sampel yang kecil dapat mengakibatkan
tidak
representatif terhadap seluruh populasi dan hasil
pengukuran menjadi kurang tetap untuk generalisasi
terhadap populasi seluruhnya.
Kesesuaian Pengukuran Status Gizi
Hasil uji kappa menunjukkan secara statistik ada
perbedaan antara pengukuran tinggi badan dengan
persepsi ibu hamil atau dengan kata lain terdapat
ketidaksesuaian antara hasil pengukuran tinggi badan
secara antropometri dengan persepsi ibu mengenai
tinggi badannya. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
karena faktor pengalaman dan nilai yang dianut oleh
ibu hamil, seperti yang dijelaskan oleh Sunaryo (2004)
bahwa persepsi sesorang terhadap objek dipengaruhi
oleh faktor internal yang ada dalam diri ibu hamil
meliputi pengalaman, pengetahuan serta nilainilai
yang dianut dan ekspresi/pengharapan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh ibu
pendek hasil pengukuran antropometri, seluruhnya
(100%) mempersepsikan tinggi badannya normal. Hal
ini menunjukkan keadaan yang sangat kontroversi,
yang menunjukkan rendahnya pengetahuan ibu
tentang antropometri tinggi badan, kemungkinan ibu
tidak mengetahui ukuran tinggi badannya dan tidak
mengetahui berapa ukuran tinggi badan yang normal
dan baik untuk ibu hamil, dan mungkin juga
mempersepsikan tinggi badan tersebut berdasarkan
pengukuran tinggi badan yang pernah mereka lakukan.
Sehingga mereka mempersepsikan tinggi badannya
normal berdasarkan apa yang mereka fikirkan dan
mereka rasakan. Pengetahuan ini terbentuk dari
pemikiran dan perasaan bagaimana mereka
mempersepsikan suatu objek yang mereka tidak
ketahui.
Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali
oleh proses penginderaan. Dengan persepsi, individu
menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal
yang ada dalam diri individu yang bersangkutan,
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan
dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang
ada di luar maupun di dalam individu. Sedangkan
menurut Secord & Backman dalam Azwar (2005)
84
ARTIKEL PENELITIAN
85
Demsa, Yanti, Jon, Analisis Kesesuaian antara Hasil Pengukuran Antropometri dengan Persepsi Ibu Hamil
Daftar Pustaka
1. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada.
2.
3.
7.
Kristiyanasari. W.
2010. Gizi Ibu Hamil.
Yogyakarta : Nuha Medika.
8.
9.
4.
5.
6.
86
ARTIKEL PENELITIAN
87
Yanti, Fretika, Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kadar Hb pada Pasien Thalasemia
Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Thalasemia
Yang Menjalani Rawat Jalan Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Association between Dietary Intake and Hemoglobin Level in Patients with Thallasemia in
dr. Doris Sylvanus Hospital
Abstrak. Thalasemia merupakan penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal berdasarkan
kelainan hemoglobin, dimana satu atau dua rantai hemoglobin kurang atau tidak terbentuk secara sempurna
sehingga terjadi anemia hemolitik. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui hubungan asupan energi,
protein, vitamin C, dan Fe terhadap kadar hemoglobin pada pasien thalasemia yang menjalani rawat jalan di
Rumah Sakit dr. Dorys Sylvanus Palangka Raya. Rancangan penelitian ini bersifat cross sectional. Sampel
diperoleh secara purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 9 orang. Data asupan zat gizi (energi,
protein, vitamin C, dan Fe) diperoleh dengan cara food record selama tiga hari tidak berturut-turut. Data kadar
hemoglobin diperoleh dengan cara menggunakan alat hemocue. Analisis data menggunakan uji regresi linier
sederhana. Asupan zat gizi tertinggi untuk asupan energi sebesar 1.795,86 kal, asupan protein sebesar 69,56 g,
asupan vitamin C sebesar 17,2 mg dan asupan Fe sebesar 7,66 mg sedangkan asupan zat gizi terendah untuk
asupan energi sebesar 1.044,63 kal, asupan protein sebesar 33,86 g, asupan vitamin C sebesar 1,0 mg dan
asupan Fe sebesar 2,56 mg. Kadar Hb tertinggi sebesar 13,2 mg% dan terendah 6,9 mg%. Tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan energy, protein, vitamin C, dan Fe dengan kadar hemoglobin (P value > 0,05).
Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan asupan zat gizi terhadap kadar hemoglobin pada pasien thalasemia.
Kata Kunci: Pasien Thalasemia, kadar hemoglobin, Asupan Energi, Asupan Protein, Asupan Vitamin C, dan
Asupan Fe.
Abstract. Thalassemia is a congenital disease inherited in an autosomal hereditary disorder based on
hemoglobin, where one or two chains of hemoglobin less or not completely formed, causing hemolytic anemia.
The purpose of this study was to investigate association between intake of energy, protein, vitamin C, and Fe
and levels of hemoglobin in thalassemia patients who underwent outpatient at RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya. The study design was cross-sectional. Samples were obtained by purposive sampling and 9
people were selected as sample. Data nutrient intake (energy, protein, vitamin C, and Fe) were obtained by a
three-day food record. Data hemoglobin levels were obtained by using a hemocue. Data was analyzed by linear
regretion test. The highest intake of energy nutrient intake account for 1795.86 cal, 69.56 g protein intake,
vitamin C intake was 17.2 mg and 7.66 mg of Fe intake while the lowest nutrient intake for energy of 1,044 ,
63 cal, protein intake was 33.86 g, intake of vitamin C of 1.0 mg and 2.56 mg of Fe. The highest Hb level of
13.2 mg% and the lowest was 6.9 mg%. There was no significant relationship between energy, protein, vitamin
C, and Fe intake with hemoglobin levels (P value > 0,05). In conclusion, there was no relationship of nutrient
intake on hemoglobin levels in patients with thalassemia.
Key words: thalassemia patients, energy intake, protein intake, vitamin C intake, Fe intake, hemoglobin levels.
Pendahuluan
Thalasemia adalah gangguan pembuatan
hemoglobin yang diturunkan. Pertama kali
ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan
Itali
antara
1925-1927.
Kata
Thalasemia
dimaksudkan untuk mengaitkan penyakit tersebut
dengan penduduk Mediterania, dalam bahasa Yunani
Thalasa berarti laut1. Thalasemia merupakan
sindroma kelainan darah herediter yang paling sering
terjadi di dunia, sangat umum di jumpai disepanjang
sabuk thalasemia yang sebagian besar wilayahnya
merupakan
endemis
malaria.
Heterogenitas
molekular penyakit tersebut baik carrier thalasemia
beta sangat bervariasi dan berkaitan erat dengan
88
ARTIKEL PENELITIAN
89
Yanti, Fretika, Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kadar Hb pada Pasien Thalasemia
E (kal)
1228.6
1254
1795.86
1227.83
1180.3
1125.2
1044.63
1089.23
1385.03
Zat Gizi
P (g)
Vit C(mg)
44.73
6.2
53.13
9.53
69.56
17.2
60.03
4.76
51.08
3.5
40.33
2.6
33.86
16.13
47.43
1.0
59.6
12.96
Fe(mg)
3.7
6.06
7.66
3.9
6.06
2.56
5.06
6.36
6.4
Kadar Hb
(mg%)
9.4
9.5
7.2
10.1
7.5
6.9
12.1
13.2
8.1
90
ARTIKEL PENELITIAN
R
0,559
R2
0,312
Persamaan Garis
y = 63,589 - 17,532
P .Value
0,118
R
0,408
R2
0,167
Persamaan Garis
y = 13,506 0,082
P .Value
0,275
91
Yanti, Fretika, Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kadar Hb pada Pasien Thalasemia
R
0,107
R2
0,011
Persamaan Garis
y = 9,653 0,039
P .Value
0,785
R
0,044
R2
0,002
Persamaan Garis
y = 9,016 - 0,060
P .Value
0,910
92
ARTIKEL PENELITIAN
93
Abstrak. Kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat. Prevalensi kasus AIDS di DIY juga
meningkat. HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan perilaku menyimpang. HIV tidak dapat disembuhkan
dan dapat menyebabkan kematian, sehingga menyebabkan stigma negatif ODHA di masyarakat termasuk
dari tenaga kesehatan. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebagai calon tenaga kesehatan yang
dituntut untuk dapat memberikan asuhan yang tepat bagi pasien ODHA tidak terlepas dari stigma tersebut.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stigma mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Penelitian ini merupakan
penelitian survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tingkat 3. Teknik sampel dengan proportional random sampling
didapatkan jumlah sampel 190 responden. Pengambilan data dengan kuesioner. Analisis dilakukan dengan
analisis Univariate, bivariate (chi square) dan multivariate (regresi logistik). Tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma Mahasiswa terhadap ODHA (p value=0.075). Ada
hubungan persepsi terhadap ODHA dengan stigma Mahasiswa terhadap ODHA (p value 0.000). Tidak ada
hubungan antara ketersediaan informasi tentang HIV/AIDS dengan stigma Mahasiswa terhadap ODHA (p
value=0.063). Ada hubungan antara pengalaman pertemu ODHA dengan stigma mahasiswa tentang ODHA
(p value= 0.034). Mahasiswa yang berpengalaman bertemu dengan ODHA mempunyai peluang untuk tidak
menstigma sebesar 2.047 kali lebih besar sedangkan yang mempunyai persepsi baik mempunyai peluang
untuk tidak menstigma sebesar 3.516 kali dibandingkan dengan yang mempunyai persepsi buruk
Kata Kunci: Stigma terhadap ODHA
Abstract. HIV/AIDS cases in Indonesia has increased The prevalence of AIDS cases in DIY also increased.
HIV and AIDS are often associated with deviant behavior. HIV is incurable and can lead to death, thus
causing a negative stigma of people living with HIV in the community, including health professionals.
Health polytechnic of Yogyakartas students as a potential health personnel who are required to provide
appropriate care for people living with HIV patients can not be separated from the stigma. The study
objective was to determine the factors that influence stigma Health polytechnic of Yogyakartas students
against people living with HIV/AIDS. This study was a cross sectional survey . The study was conducted in
Health polytechnic of Yogyakarta in June to August 2013. The study population was all students of Health
polytechnic of Yogyakarta grade 3 . Technics sampling obtained by random sampling proportional sample of
190 respondents . Data were taken by questionnaire. The analysis was performed by analysis univariate,
bivariate (chi-square) and multivariate (logistic regression) . There was no relationship between the level of
knowledge about HIV/AIDS and stigma against people living with HIV/AIDS (p value=0.075). There is a
relationship between the perception of people living with HIV/AIDS and stigma against people living with
HIV/AIDS (p value 0.000). There is no relationship between the availability of information about HIV/AIDS
and stigma against people living with HIV/AIDS (p value = 0.063 ). There is a relationship between the
experience to meet people living with HIV/AIDS and stigma against people living with HIV/AIDS (p value
= 0.034). Students experienced to meet people living with HIV/AIDS have the opportunity not to stigmatize
at 2,047 times greater, while having a good perception have the opportunity not to stigmatize 3,516 times
greater compared to a bad perception.
Keywords : Stigma against people living with HIV/AIDS
94
ARTIKEL PENELITIAN
Pendahuluan
Lebih dari 150 negara di dunia telah
melaporkan adanya penyakit infeksi HIV/AIDS.
Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS)
merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Penyakit infeksi HIV dan AIDS hingga kini
masih menjadi masalah kesehatan global. Masalah
yang berkembang sehubungan dengan penyakit
HIV dan AIDS adalah kejadian HIV/AIDS dan
kematian yang masih tinggi1.
Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia
dalam 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2008
sampai dengan 2012 menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari
Ditjen Pengendalian Penyakit Menular dan
Pengendalian Lingkungan (PPM dan PL)
Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2008
ditemukan kasus HIV di Indonesia sebanyak 489
kasus, AIDS sebanyak 4969 kasus. Sedangkan
tahun 2012 kasus HIV sebanyak 86762 kasus dan
untuk AIDS sebanyak 32103 kasus2.
HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan
perilaku menyimpang seperti homoseksual, pekerja
seks, pengguna narkoba atau penyakit kutukan
Tuhan. HIV tidak dapat disembuhkan dan dapat
menyebabkan kematian, itulah alasannya mengapa
stigma negatif dan diskriminasi muncul di
masyarakat. Stigma dan diskriminasi dapat terjadi
di mana saja dan kapan saja.
Stigma dapat diartikan sebagai suatu bentuk
prasangka yang mencemarkan atau menolak
seseorang atau kelompok tertentu karena mereka
terlihat berbeda dari orang lain atau dari biasanya.
Stigma dapat dikategorikan sebagai perilaku
tertutup (covert behaviour) karena respon yang
timbul belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Stigma sering kali menyebabkan
terjadinya diskriminasi yang pada gilirannya akan
mendorong munculnya pelanggaran HAM (Hak
Asasi Manusia) bagi ODHA dan keluarganya.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan
salah satu propinsi di Indonesia yang dikenal
sebagai kota pelajar dan kota pariwisata memiliki
tingkat lalu lintas manusia yang sangat tinggi yang
membawa serta berbagai kebudayaan dan sangat
memungkinkan terjadinya berbagai perilaku
berisiko tertular atau menularkan HIV dan AIDS3.
Jumlah kumulatif kasus AIDS berdasarkan kasus
tiap propinsi di Indonesia, propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan
kasus yang cukup signifikan dalam 4 tahun
terakhir2. Abell et al (2007) mengungkapkan bahwa
petugas kesehatan walaupun cukup ramah dengan
ODHA, akan tetapi tetap lebih suka untuk menjaga
jarak dan menghindari untuk bersentuhan secara
langsung4. Hal ini terkait dengan masih banyaknya
95
p value
0.026
0.000
Exp
(B)
2.047
3.516
B -0.441
96
ARTIKEL PENELITIAN
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
HIV/AIDS dengan stigma Mahasiswa terhadap
ODHA. Pengetahuan akan membentuk keyakinan
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
dengan keyakinannya. Namun demikian perubahan
pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku. Semakin tinggi pengetahuan dan
pemahaman seseorang tentang HIV/AIDS akan
mengurangi ketakutan irrasional yang dapat
memicu munculnya stigma terhadap ODHA.
Pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS
dapat mengurangi bahkan menghilangkan mitos
atau kepercayaan yang salah tentang HIV/AIDS
yang pada akhirnya dapat menghentikan bahkan
mengurangi epidemi HIV/AIDS yang terkait
dengan stigma.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada
hubungan persepsi terhadap ODHA dengan stigma
Mahasiswa terhadap ODHA. Hasil analisis dengan
regresi logistik menunjukkan mahasiswa yang
mempunyai persepsi baik mempunyai peluang
untuk tidak menstigma sebesar 3.516 kali
dibandingkan dengan yang mempunyai persepsi
buruk. Persepsi seseorang merupakan proses aktif
yang memegang peranan, bukan hanya stimulus
yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu
kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya,
motivasi serta sikapnya yang relevan dalam
menanggapi stimulus5. Persepsi yang baik
mengakibatkan mahasiswa berperilaku tidak
menstigma.
Persepsi terhadap penderita HIV/AIDS
berkaitan dengan nilai-nilai, seperti rasa malu
(shame), sikap menyalahkan (blame), dan
menghakimi (judgement) yang berhubungan dengan
penyebab penyakit AIDS. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Cock di Afrika
menemukan bahwa perilaku menstigma terhadap
penderita HIV/AIDS berhubungan dengan rasa
malu (shame) dan menyalahkan (blame) yang
berhubungan dengan penyakit tersebut6.
Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara ketersediaan informasi tentang
HIV/AIDS dengan stigma mahasiswa terhadap
ODHA. Responden mendapatkan informasi tidak
hanya di kampus. Mereka mengakses internet,
menonton televisi, mengikuti seminar dan lain
sebagainya. Menurut UNAIDS pendidikan tentang
HIV/AIDS yang paling efektif dilakukan melalui
pendidikan seks dan kesehatan di institusi
pendidikan atau melalui pendidikan teman
sebaya7,8.
97
98
Lola Meyasa, Analisis Implementasi Pojok Laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus
Analisis Implementasi Pojok Laktasi Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Analysis of the Lactation Room Implementation in Public Hospital dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Lola Meyasa
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstrak. ASI merupakan intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, karena ASI
menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang sehat dan memberikan antibodi terhadap
berbagai penyakit infeksi dan alergi. Cakupan pemberian ASI untuk Kalimantan Tengah menurun cukup
tajam dari 29,2% tahun 2010 menjadi 17,1% tahun 2011. Untuk Kota Palangka Raya dari 30,2% tahun 2010
menjadi 19,5% tahun 2011. RSUD dr. Doris Sylvanus berkomitmen sebagai RSSIB dan mendukung program
ASI eksklusif, diantaranya dengan menyediakan pojok laktasi di 3 ruangan. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis bagaimana implementasi pojok laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Metode
penelitian adalah kualitatif, dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung. Informan
utama 3 orang Karu penanggung jawab pojok laktasi dan informan triangulasi petugas ruangan, pasien ibu
menyusui, konselor ASI, Kabid Yanmed RSUD dr. Doris Sylvanus, Kasi Yankes Dinkesprov Kalimantan
Tengah. Analisis data menggunakan metode analisis isi. Implementasi pojok laktasi di RSUD dr. Doris
Sylvanus sudah sesuai peraturan yang ada, yaitu merupakan bagian dari program RSSIB, RS PONEK dan
syarat akreditasi RS. Pemanfaatannya lebih ditujukan untuk pasien, meskipun tidak ada larangan kepada
pegawai untuk menyusui dan/atau memerah ASI di lingkungan RS. Pelayanan konseling yang diberikan di
pojok laktasi diantaranya ASI eksklusif, perawatan bayi, dan KB. Komunikasi tentang pojok laktasi belum
jelas karena tidak ada sosialisasi. SDM maupun fasilitas sudah sesuai standar, hanya penempatan beberapa
konselor ASI masih belum tepat. Struktur birokrasi masih belum efektif, karena belum ada juknis dan SOP
khusus pojok laktasi, serta adanya fragmentasi dengan banyaknya tim. Disarankan untuk RS diantaranya
melakukan sosialisasi, membuat SOP dan alur mekanisme pertanggungjawaban yang jelas. Dinkesprov juga
diharapkan melakukan advokasi dan koordinasi untuk penyusunan Perda ASI.
Kata kunci : pojok laktasi, implementasi kebijakan, ASI eksklusif.
Abstract. Exclusive breastfeeding is the most effective intervention to prevent mortality in children because
it provides nutrition needed for the growth of the babies and supplies antibodies toward numerous infections
and allergens. Exclusive breastfeeding in Central Kalimantan gradually decreased from 29.2% in 2010 to
17.1% in 2011. In Palangka Raya, it was from 30.2% in 2010 to 19.5% in 2011. Public Hospital dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya committed as Baby Friendly Hospital and support exclusive breastfeeding program,
provides lactation room in three places. The objective of this study was to analyze how implementation of
the lactation room in Public Hospital dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. This research was a qualitative
research done by using in-depth interview and direct observations. The main informants in this study were
three ward managers who were responsible for the lactation room program and the triangulations informant
in this study were staff, breastfeeding mom, breastfeeding counselor and manager of Medical Service of
Public Hospital dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, section manager of Health Service of Central Kalimantan
Provincial Health Office. The method of analyzing the data in this study was content analysis method. The
implementation of lactation room showed that the availability of the lactation room was an integral part in
Mother and Baby Friendly Hospital, Comprehensive Emergency Obstetric Neonatal Care and as the
requirement of hospital accreditation. The utilization of the lactation room was focused for patients.
Communication regarding to the lactation room had not done yet because there was no socialization. Human
resources and facilities had been complied the standard. Bureaucracy structure was not effective yet because
they do not have any technical guidances and standard operational procedures towards lactation rooms
implementation and fragmentation. It was suggested to the hospital to socialize, make a standard operational
procedure and have a clear mechanism of responsibility. The Provincial Health Office was also urged to
advocate and make coordination headed for breastfeeding policy.
Keywords: lactation room, policy implementation, exclusive breastfeeding.
99
ARTIKEL PENELITIAN
Pendahuluan
AKB Kota Palangka Raya pada tahun 2011
tercatat 10,8 per 1000 kelahiran hidup (KH),
meningkat dari tahun 2010 tercatat 4,6 per 1000
kelahiran hidup dan lebih tinggi dibanding dengan
target Renstra Kota Palangka Raya tahun 2011 yaitu
sebesar 1,3 per 1.000 KH. Sedangkan AKABA di
Kota Palangka Raya tahun 2011 sebesar 11,39 per
1000 KH, meningkat dari tahun 2010 sebesar 1,60
per 1000 KH. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur
nol sampai enam bulan, merupakan intervensi yang
paling efektif untuk mencegah kematian anak,
karena ASI menyediakan nutrisi yang dibutuhkan
untuk tumbuh kembang yang sehat dan memberikan
antibodi terhadap berbagai penyakit infeksi dan
alergi.1-3
Hasil terbaru dari SDKI 2012 cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah 27%.
Cakupan ASI eksklusif Kalimantan Tengah tahun
2009 sebesar 63,2% menjadi 29,2% pada tahun
2010 dan turun lagi menjadi 17,1% pada tahun
2011. Cakupan pemberian ASI eksklusif Kota
Palangka Raya berfluktuasi dari 12,8% tahun 2009,
naik menjadi 30,2% di tahun 2010 dan turun cukup
tajam menjadi 19,5% di tahun 2011. Cakupan
pemberian ASI eksklusif dipengaruhi banyak hal,
seperti peraturan perundangan tentang ASI yang
baru dikeluarkan, belum maksimalnya kegiatan
advokasi, komunikasi, edukasi, informasi (KIE)
terkait pemberian ASI, masih kurangnya
ketersediaan sarana prasarana dan tenaga konselor
ASI, belum optimalnya pembinaan kelompok
pendukung ASI, serta promosi dan pemasaran susu
formula yang kadang sulit untuk dikendalikan.1-3
Menyadari kekayaan manfaat ASI eksklusif
bagi bayi, Pemerintah telah menerbitkan beberapa
peraturan dalam rangka meningkatkan program ASI
eksklusif di Indonesia, diantaranya Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI
secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, Peraturan
Bersama
Menteri
Negara
Pemberdayaan
Perempuan,
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan Nomor 48 /
Men.PP/XII/2008, Nomor PER.27/MEN/XII/2008,
Nomor
1177/Menkes/PB/XII/2008
tentang
Peningkatan Pemberian ASI selama Waktu Kerja di
Tempat Kerja, UU Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 Pasal 128 ayat (1) tentang bayi berhak
mendapatkan ASI sejak dilahirkan selama 6 bulan
kecuali atas indikasi medis, Peraturan Menteri
Negara
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2010 tentang Penerapan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM), serta PP
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif.4-8
100
Lola Meyasa, Analisis Implementasi Pojok Laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dan subjek penelitian sebanyak 15 orang yang
ditentukan secara pusposive. Metode pengumpulan
data dengan wawancara mendalam, observasi
dengan lembar observasi, serta survei pendahuluan
dan pencatatan dari berbagai dokumen/literatur
yang berkaitan dengan implementasi kebijakan
pojok laktasi. Pengolahan dan analisis data
menggunakan metode analisis isi, meliputi
pengumpulan data, reduksi data, verifikasi data,
disajikan secara deskriptif.17-19
101
ARTIKEL PENELITIAN
Dalam
pedoman
pelaksanaan
RSSIB
dinyatakan bahwa RS membuat kebijakan tertulis
tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pemberian ASI
eksklusif. RS dapat mengembangkan pelaksanaan
program tersebut, salah satunya dengan mempunyai
ruang dan klinik laktasi dengan konselor menyusui
yang siap 24 jam.20 Hal ini berarti dalam
pelaksanaannya pojok laktasi di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya telah memiliki dasar
kebijakan tertulis yang jelas, yaitu berdasarkan
pedoman pelaksanaan RSSIB dan RS PONEK.
Dalam pedoman pelaksanaan RSSIB dan RS
PONEK, disebutkan bahwa Ruang Menyusui
sebagai salah satu Pelayanan Penunjang Medik bagi
ibu yang bayinya masih dirawat dan tempat
penyimpanan ASI perah, baik dari ibunya sendiri
atau dari donor, itu sebabnya penyediaan pojok
laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus lebih
diperuntukkan bagi pasien.21 Namun demikian,
menurut pernyataan semua IU dan sebagian besar
IT, tidak ada batasan atau larangan kepada pegawai
untuk menyusui dan/atau memerah ASI di
lingkungan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Hanya saja karena beberapa alasan seperti
kuatir anak tertular penyakit, atau kurang leluasa
karena harus melayani banyak pasien, sehingga
para pegawai lebih memilih pulang untuk
menyusui.
Sebagaimana yang tercantum dalam UU
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 128 ayat (2) dan (3)
mengenai penyediaan waktu dan fasilitas khusus
bagi ibu menyusui, pemerintah dan masyarakat
harus mendukung ibu untuk menyusui secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus di
tempat kerja dan tempat sarana umum.6 Selain
sebagai tempat sarana umum, yaitu fasilitas
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya adalah tempat kerja
bagi para pegawainya. Mengingat ada banyak
pegawai perempuan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, maka penyediaan waktu atau
kesempatan yang seluas-luasnya bagi pegawai
untuk menyusui sudah sesuai peraturan. Meskipun
demikian, idealnya pojok laktasi bagi para pegawai
juga perlu disediakan. Mengenai hal ini Pemerintah
sudah membuat kebijakan yang jelas diantaranya
seperti yang tercantum dalam UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, SKB 3 Menteri
Tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian ASI
selama Waktu Kerja di Tempat Kerja, UU RI
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, serta
yang terbaru adalah pada Permenkes Nomor 15
Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas
Khusus Menyusui dan/atau Memerah ASI.5, 22-24
Ada berbagai kendala yang dihadapi para
pelaksana dalam penerapan pojok laktasi di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, seperti fasilitas
yang masih kurang, tidak adanya SK, kurangnya
Faktor Komunikasi
Semua IU dan sebagian besar IT dari kelompok
petugas, ibu menyusui dan konselor ASI
menyatakan mereka belum pernah menerima
informasi berupa sosialisasi khusus mengenai
implementasi pojok laktasi dari pihak manajerial
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Hal ini
menyebabkan pemahaman para pelaksana akan
dasar kebijakan dari disediakannya pojok laktasi di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
cenderung masih kurang jelas, seperti yang
diungkapkan salah seorang informan berikut ini:
Mana ada? Jangankan yang tertulis,
sosialisasi saja tidak pernah lagi. Bagaimana
mau bagus pojok laktasinya, kalau sosialisasi
tidak ada, petugas tidak ada, segala
strukturnya tidak jelas nah..? ---- Tidak ada
dari RS. (ITP 2)
Sedangkan IT dari pihak manajerial RS
menyatakan informasi awal mengenai pojok laktasi
berasal dari pusat, yaitu dari pedoman pelaksanaan
RSSIB. Meskipun informasi khusus mengenai
pojok laktasi belum disampaikan dengan baik dan
jelas oleh pihak manajerial RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, tetapi informasi mengenai
ASI eksklusif sudah disampaikan kepada para
pelaksana serta diteruskan kepada pasien maupun
sesama petugas dengan baik dan jelas. Sosialisasi
adalah sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai atau aturan melalui komunikasi
dari individu/kelompok atau suatu tingkatan,
102
Lola Meyasa, Analisis Implementasi Pojok Laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus
Faktor Disposisi/Sikap
Dari hasil wawancara mendalam diketahui
bahwa memang tidak ada penunjukkan petugas
khusus sebagai pengelola atau penanggung jawab
pojok laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus, yang ada
adalah SK Direktur tentang ASI eksklusif. Hal ini
terlihat dari pernyataan salah satu informan di
bawah ini:
Tidak ada.. Tidak pernah ada segala
penunjukkan khusus pojok laktasi. Semua ja
kami di sini...Iya...langsung kepala ruangan
ja. (IU 2)
Adanya kesadaran dari para Karu untuk
langsung bertanggung jawab terhadap pengelolaan
pojok laktasi, merupakan bentuk disposisi atau
sikap yang baik. Mengingat Karu adalah orang yang
tentunya paling mengerti permasalahan yang ada di
ruangannya termasuk dalam hal pojok laktasi, tentu
hal ini juga akan berdampak positif terhadap
implementasi pojok laktasi secara keseluruhan.
103
ARTIKEL PENELITIAN
104
Lola Meyasa, Analisis Implementasi Pojok Laktasi di RSUD dr. Doris Sylvanus
Kepustakaan
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Kesehatan Indonesia 2010. In. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2011:35-38.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah.
Profil
Kesehatan
Provinsi
Kalimantan Tengah 2010. In. Palangka Raya:
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah; 2011.
3. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Profil
Kesehatan Kota Palangka Raya 2011. In.
Palangka Raya: Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya; 2012.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004
tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada
Bayi di Indonesia. In. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2004:1-3.
5. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan
Bersama
Menteri
Negara
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri
Kesehatan Nomor 48/Men.PP/XII/2008,
Nomor
PER.27/MEN/XII/2008,
Nomor
1177/Menkes/PB/XII/2008
tentang
Peningkatan Pemberian ASI selama Waktu
Kerja di Tempat Kerja. In. Jakarta:
Kementerian
Negara
Pemberdayaan
Perempuan, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi,
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia; 2008:1-6.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. In. Jakarta,
Republik Indonesia: Pemerintah Republik
Indonesia; 2009:47-48.
7. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 tentang
Penerapan Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan
Menyusui.
In.
Jakarta:
Kementerian
Negara
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia; 2010:1-28.
8. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. In. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia; 2012:1-26.
9. Riyadi S. Tinjauan terhadap Peraturan
Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, Perspektif Regulasi. 2012.
105
ARTIKEL PENELITIAN
106
Seri Wahyuni, Analisis Fungsi Pelaksanaan Program ASI Ekslusif oleh Bidan
Seri Wahyuni
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstrak. Bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program ASI. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis fungsi pelaksanaan program ASI Eksklusif oleh bidan puskesmas di Kota
Palangkaraya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam
menggunakan pedoman wawancara mendalam. Informan utama dalam penelitian ini adalah empat bidan yang
telah mengikuti pelatihan program ASI Eksklusif. Informan triangulasi Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Staf Gizi Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Kepala Puskesmas, Bidan koordinator, Ibu Hamil
dan Ibu menyusui. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif masih rendah dari target yang
ditetapkan nasional. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh petugas kesehatan saja
tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor lain yaitu: faktor pengetahuan ibu, faktor sosial budaya, faktor psikologis
ibu, faktor demografi, belum adanya peraturan walikota tentang ASI Eksklusif. Disamping itu pula faktor
motivasi, komunikasi, kepemimpinan, pengarahan, pengawasan dan supervisi juga berpengaruh terhadap
rendahnya cakupan ASI Eksklusif. Saran untuk pemerintah agar membuat peraturan walikota tentang ASI
Eksklusif dan membuat anggaran untuk program ASI Eksklusif. dan agar mengkomunikasikan program ASI
Eksklusif kepada petugas kesehatan secara rutin dan berkelanjutan serta melibatkan semua pihak yang terkait.
Bagi bidan agar dapat melakukan sosialisasi dan pendidikan kesehatan tentang pentingnya ASI Eksklusif bagi
pertumbuhan bayi kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui dengan melibatkan keluarga, tokoh
masyarakat dan tokoh agama.
Kata kunci: Fungsi Pelaksanaan, Program ASI Eksklusif, Bidan
Abstract. Midwifes have important role in successful exclusive breastfeeding. This research aimed to analyze
on the implementation function of exclusive breastfeeding program at primary healthcare centers in Palangka
Raya. The study was a qualitative study. Data was collected through in-depth interview using interview
guideline. The main informant were four midwifes who have been trained on exclusive breastfeeding program.
Triangulation informants were head of basic health service and nutrition staff at health department in Palangka
Raya, head of primary healthcare center, midwife coordinator, pregnant women and breastfeeding mother. The
research result shows the coverage of exclusive breastfeeding was still very low from national target. Low
coverage exclusive breastfeeding not only influenced by providers but also influenced by another factor:
knowladge factor, social and culture factor, psychological mother factor, demography factor, there was not
local regulations about exclusive breastfeeding. Beside that motivation factor, communication, leadership,
directing, controlling and supervision also affect to low coverage exclusive breastfeeding. It is suggestion to
government to make local regulation about exclusive breastfeeding and make budget for exclusive
breastfeeding. For health department in Palangka Raya to administer a communication exclusive breastfeeding
for health worker regularly and involve all parties. For midwives association, they enhance their role for
promotion exclusive breastfeeding by socialization on health education about the importance of exclusive
breastfeeding for infant growth to the pregnant women, labor mothers and breastfeeding mothers with their
family, community leaders and religious leaders.
Key words: Implementation Function, Exclusive Brestfeeding Program and Midwifes
Pendahuluan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu
indikator
yang
digunakan
untuk
menggambarkan status kesehatan masyarakat.
Menurut SDKI tahun 2012, AKB di Indonesia
masih tinggi yaitu 31 per 1000 kelahiran hidup.1
Beberapa penyebab kematian bayi dan balita di
Indonesia adalah infeksi, termasuk infeksi saluran
nafas dan diare. Selain itu, masalah gizi seperti
kurang kalori dan protein, juga menjadi salah satu
penyebab kematian bayi di Indonesia. Masalah gizi
berkaitan erat dengan rendahnya pemberian ASI
107
ARTIKEL PENELITIAN
108
Seri Wahyuni, Analisis Fungsi Pelaksanaan Program ASI Ekslusif oleh Bidan
Metode Penelitian
Penelitian ini ini merupakan penelitian
kualitatif dan subjek penelitian sebanyak 18 orang
yang ditentukan secara purposive. Metode
pengumpulan data dengan wawancara mendalam,
serta survei pendahuluan dan pencatatan dari
berbagai dokumen dan/literatur yang berkaitan
dengan pelaksanaan program ASI Eksklusif.
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode
analisis isi, meliputi pengumpulan data, reduksi
data, verifikasi data, disajikan secara deskriftif.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Informan Utama (IU) dan
Informan Triangulasi (IT)
IU bidan puskesmas sebanyak 4 orang. IT
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Staf
Gizi Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 4 orang
Kepala Puskesmas,4 orang bidan koordinator,2
orang ibu hamil dan 2 orang ibu menyusui.
Cakupan ASI Eksklusif
Berdasarkana Data yang di dapat dari Profil
Kesehatan Kota Palangka Raya.di dapatkan cakupan
ASI Eksklusif di 4 Puskesmas Pahandut, Jekan
Raya, Kereng Bangkirai, Kalampangan sebagai
berikut:
PKM Pahandut
30
PKM Jekan Raya
20
PKM Kereng
Bangkirai
10
PKM Kalampangan
0
2011
2012
Agu-13
Faktor Motivasi
Sebagian besar IU dan IT mengatakan bahwa
pemberian motivasi tentang ASI Eksklusif dimulai
sejak ibu hamil atau saat datang periksa hamil
pertama kali. Walaupun bidan sudah memotivasi
ibu hamil, bersalin dan ibu menyusui untuk
memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan
namun masih saja ditemui hambatan/kendala dalam
pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif antara lain
kebayakan para ibu lebih memilih susu formula
pada hari 1-2 dengan alasan ASI belum keluar dan
ibu merasa kelelahan, ibu dan keluarga yang kurang
menyadari pemberian ASI Eksklusif, ibu
mempunyai ketakutan dengan menyusui akan
mempengaruhi bentuk payudara, takut tidak
109
ARTIKEL PENELITIAN
Faktor Pengarahan
Berdasarkan jawaban sebagian IU mengatakan
bahwa ada pengarahan baik dari Dinas Kesehatan
Kota Palangka Raya maupun Kepala Puskesmas
untuk pelaksanaan program ASI Eksklusif. Hal ini
juga dibenarkan oleh IT bahwa Pengarahan dalam
pelaksanaan program ASI Ekslusif oleh Dinas
Kesehatan Kota Palangka Raya sudah dilakukan
namun pengarahannya terkadang diintegrasikan
dengan kegiatan/program yang lain, dan terkadang
pengarahan dibuat berupa surat edaran atau
menindaklanjuti surat dari Dinas Kesehatan
Provinsi mengenai program ini untuk disampaikan
kepada pelaksana program tersebut. Pengarahan
pada hakekat adalah keputusan keputusan pimpinan
yang dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan
pengarahan (directing) diharapkan adanya kesatuan
perintah (unity of command) artinya dengan
pengarahan ini akan ada kesamaan bahasa yang
harus dilaksanakan oleh para pelaksana sehingga
tidak terjadi kesimpangsiuran yang dapat
membingungkan para pelaksana program14.
Faktor Pengawasan
Pengawasan ialah melakukan penilaian dan
sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan
karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah
ditetapkan dalam rencana. Sebagian besar IU
mengatakan bahwa bentuk pengawasan (penilaian
dan koreksi) dari Dinas Kesehatan Kota Palangka
Raya yaitu dalam bentuk laporan KIA. IT juga
membenarkan hal ini bahwa pengawasan dalam
pelaksanaan program ASI Eksklusif oleh Dinas
Kesehatan Kota Palangka Raya kepada bidan
pelaksana di puskesmas masih dalam bentuk
pengawasan tidak langsung/administratif yaitu
penilaian dari laporan bulanan, tetapi untuk
pengawasan langsung sangat jarang dilakukan.
Padahal pengawasan secara langsung juga penting
dilakukan guna melihat secara langsung kondisi
sebenarnya dilapangan dan melakukan penilaian
atau koreksi apabila terjadi kesalahan khususnya
dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif. Dalam
pengawasan masih ditemui beberapa hambatan
yaitu pengawasan yang dilakukan masih belum
spesifik hal ini disebabkan karena program ASI
Eksklusif belum menjadi prioritas program
kesehatan khususnya di Kota Palangka Raya14.
Faktor Supervisi
Elemen yang penting dari manajemen suatu
program adalah supervisi. Tanpa adanya supervisi
sangat sulit kiranya obyektif suatu program dapat
dicapai secara efisien dan efektif. Sebagian besar
informan utama menyatakan bahwa supervisi dari
DKK Kota Palangka Raya kepada bidan di
Puskesmas tidak pernah dilakukan. Namun IT
mengatakan bahwa supervisi pernah dilakukan
110
Seri Wahyuni, Analisis Fungsi Pelaksanaan Program ASI Ekslusif oleh Bidan
Daftar Pustaka
1. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Jakarta; 2012.
2. Soetjiningsih. Asi Petunjuk Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: EGC; 2012.
3. Kervin BE, Kemp L, Pulver LJ. Types and
Timing of Breastfeeding Support and Its
Impact on Mothers Behaviours. Paediatrics
and Child Health 2010 (46: 85-91).
4. Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia
(BPS) and ORC Macro. 2003. In.
Calverton,Maryland,
USA;
Indonesia
Demographic and Health Survey 2002-2003.
5. Septiari AM FJaBS. Practice and attitude of
midwives towards the current exclusive
breastfeeding recommendation until 6 months:
A qualitative study in North. Jakarta:
SEAMEO-TROPMED Regional Center for
Community
Nutrition,
University
of
Indonesia; 2006.
6. WHO. Community Based Strategis for
Breastfeeding Promotion and Support in
Developing Country: WHO; 2007.
7. Green CP. Improving breastfeeding behaviors:
Evidence from two decades of intervention
research. Washington DC, USA: LINKAGES
Project; 1999.
8. Lawrence RA and Lawrence RM.
Breastfeeding: A guide for the medical
profession . 6th edition. Philadelphia. USA:
Mosby Inc; 2005.
9. Giugliani ERJ. Common problems during
lactation and their management. J Pediatr
(Rio J) 2004;80 (5 Suppl):S147-S154.
10. Arora S, McJunkin C, Wehrer J, Kunh P.
Major factors influencing breastfeeding rates:
mother's perception of father's attitude and
milk
supply.
Available
at:
www.pediatrics.org/cgi/content/full/106/5/e6
7. Accessed on May 29.
11. Ong G YM, Li FL, and Choo TB.,. Impact of
working status on breastfeeding in Singapore:
Evidence from the National Breastfeeding
Survey 2001. Eur J Public Health 2005;15
(4):424-430.
12. Rahajuningsih Tri. Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan
Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di
Kelurahan purwoyoso Kecamatan Ngaliyan:
UGM; 2005.
13. Perinasai. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi.
Jakarta; 2010.
14. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan
Binarupa Aksara; 2010.
111