Anda di halaman 1dari 14

1.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tidak banyak orang yang tahu, kecuali mungkin para sejarawan bahwa Eropa umumya dan

Italia khususnya menjadi modern seperti dewasa ini, sebenarnya telah dimulai sejak zaman
Renaissance. Jika zaman renainssance dimulai sekitar abad ke-14 maka untuk menghasilkan
Eropa modern seperti dewasa ini diperlukan kurang lebih lima abad. Modernisasi bagaimanapun
memerlukan waktu, bisa panjang bisa pendek tergantung dari berbagai faktor. Kalau bangsa
Italia khususnya dan bangsa Eropa umumnya memerlukan waktu kurang lebih lima abad, maka
bangsa Jepang memulai modernisasi sejak zaman Meiji Restorasi hingga menjadi bangsa modern
memerlukan waktu kurang lebih satu setengah hingga dua abad.
Istilah Renaissanance (bahasa Prancis) berasal dari kata rinascita (bahasa Italia) yang
artinya kelahiran kembali, merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Georgio
Vasari pada abad ke-16 untuk menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14 hingga
ke-16 yang bernapaskan semangat kesenian Yunani dan Romawi kuno. Vasari yang percaya
bahwa kebudayaan itu terikat hukum alam yaitu lahir, berkembang, merosot dan mati; melihat
bahwa kelahiran kembali budaya Romawi dan Yunani kuno telah terjadi di Italia sejak abad ke14. Lebih jauh Burckhardt mengatakan bahwa renaissance bukan sekedar kelahiran kembali
kebudayaan Romawi dan Yunani kuno tetapi merupakan kebangkitan kesadaran manusia sebagai
individu yang rasional, sebagai pribadi yang otonom, yang mempunyai kehendak bebas dan
tanggungjawab. Manusia bebas, rasional, mandiri dan individual itulah prototype manusia
modern, manusia yang sanggup dan mempunyai keberanian untuk memandang dirinya sebagai
pusat alam semesta (antroprosentris) dan bukan Tuhan sebagai pusatnya (teosentris). Maksudnya
manusia harus berani bertanggungjawab atas segala perbuatannya dan mengandalkan pada
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dalam menjalani kehidupan duniawi ini. Manusia
tidak lagi berpegang pada prinsip memento mori (ingatlah bahwa engkau akan mati) tetapi
diganti dengan semboyan carpe diem (nikmatilah kesenangan hidup)
Manusia menjadi pusat (antrhoposentris) dari alam dan di kalangan kaum humanis muncul
pemikiran tentang the dignity of man. Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Francis Bacon adalah
contoh yang dapat menjadi wakil dari keyakinan ini. Da Vinci pernah mengatakan bahwa
1

mekanika ialah firdaus dari matematika dan matematika adalah dasar pemikiran serta eksperimen
dalam menerjemahkan alam bagi manusia. Jika alam Abad Tengah berdasarkan otoritas Allah,
sebab Allah Maha Kuasa (dues omnipoten), berkeyakinan bahwa hidup sepenuhnya tergantung
pada kuasa moril, maka pada masa renaissance manusia berkeyakinan bahwa pengalaman,
eksperimen dan rasionalitas manusia merupakan dasar dalam kehidupan duniawi ini. Ini memang
mengandung benih-benih sekularisme barat sehingga agama semakin tersisihkan. Bahkan gema
renaissance mengumandangkan seruan bahwa Man can do all thing if they will. Itu berarti
bahwa manusia itu dapat berbuat apa saja, sebab dirinya memang begitu otonom.
Esensi dari semangat renaissanance dapat disimak dari pandangannya bahwa manusia
dilahirkan bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi
manusia harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Jika Abad Tengah mengatakan manusia lahir
ke dunia dengan turun dari surga dan begitu lahir langsung mengangkat kepalanya untuk
menengadah lagi ke surga, maka masa renaissanance mengatakan manusia lahir kedunia untuk
mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga.
Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah
takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia
dengan akal budi, otonomi, dan bakat-bakatnya. Disinilah letak awal modernitas Barat,
keberaniannya untuk merombak mentalitas nasib (renaissanance). Manusia yang terbelenggu
oleh dogma dan moral yang kaku dan kerdil, dirombak dengan kemampuan nalar, kebebasan
individual dan tanggungjawab pribadi yang penuh. Keberanian untuk membuka paradigm baru
bahwa kesempurnaan bukan disurga tetapi ada di dunia ini. Pola pikir dan tingkah laku lama
harus dirombak dengan pola pikir dan tingkah laku baru. Manusia bukan budak, manusia adalah
majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero
dikatakan dapat dipelajari lewat bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya
dalam berpikir dan bertindak secara bertanggungjawab, menghasilkan karya seni dan
mengarahkan nasibnya kepada sesama. Manusia perlu membebaskan diri dari tempat yang telah
dipancangkan oleh Abad Tengah yaitu antara benda dan roh, kemudian membiarkan dirinya
beralih kedudukan seturut kehendaknya dalam semua tingkat mahluk, kadangkala menyamakan
dirinya dengan binatang, kadangkala dengan malaikat. Ini suatu gambaran manusia yang
2

sungguh kontras dengan Abad Tengah dimana manusia sepenuhnya terbelenggu oleh kaidahkaidah moral yang dogmatis, manusia yang sepenuhnya tergantung pada Tuhan dan takdir.
Kendati manusia Renaissance telah mengalami pembenahan secara mental, namun masih
mempunyai persamaan-persamaan disamping perbedaan dengan manusia Abad Tengah. Baik
Abad Tengah maupun Ranaissance, keduanya bertumpu pada zaman klasik Yunani dan Romawi.
Hanya saja pada zaman Abad Tengah, budaya klasik tersebut sepenuhnya dibingkai dan
bernapaskan religiositas gereja serta dimanfaatkan bagi kepentingan gereja. Sebaliknya, pada
zaman renaissance, budaya klasik tersebut berada dibawah kekuasaan manusia dan bernapaskan
keduniawian serta dimanfaatkan demi manusia itu sendiri. Dipihak lain memang harus diakui
juga bahwa kedua zaman tersebut sebagian besar masih memperoleh inspirasi atau terkiat dengan
tema-tema dengan tema-tema dari kitab suci (bible). Hanya saja pada umumnya karya-karya
renaissance agak mengabaikan nilai-nilai spiritual, serta kurang memanfaatkan lambanglambang dan sebaliknya lebih menekankan segi badaniah, segi luarnya. Wajarlah bila
keindahan fisik sangat ditonjolkan, bahkan sering sangat terbuka dalam mengetengahkan
lekuk-lekuk dan bagian yang sensual dari tubuh jasmaniah manusia. Hal ini tampak sekali
misalnya dalam fresco Ciptaan Alam, maupun dalam diri patung Daud dan Musa karya
Michelangelo.
Dorongan yang paling kuat manusia zaman renaissance adalah keinginannya untuk
menonjolkan diri, entah itu keindahan jasmaniahnya maupun kemampuan-kemampuan
intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai hasil karya seni sastra, seni lukis,
seni pahat, seni musik, arsitektur bahkan politik, dan lain-lain. ekspresi daya kemampuan
manusia itu terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi
segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan, kadangkala tidak hanya segi-segi yang positif
dan baik tetapi tanpa sadar kadang segi negatifpun terkuak ke luar yang secara tidak langsung
mengancam dirinya sendiri. Manusia modern telah lahir dan mulai di zaman renaissance.

1.2

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mengetahui :
1. Akhir abad pertengahan menuju zaman renaissance
2. Zaman rennaissance
3. Tokoh-tokoh pada zaman rennaissance

II. PEMBAHASAN
Kata Renaissance ini merupakan istilah bahasa Prancis. Dalam bahasa latin, renasci
berarti lahir kembali (rebith). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi
di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang
sejarahwan terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep
sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad
Pertengahan (Runes: 270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaissance
(Runes: 271).
2.1

Akhir Abad Pertengahan menuju Zaman Renaissance


Perkembangan penting yang kita sebut Rennaissance sebenarnya dimulai di Italia pada

awal abad ke-14, ketika Dante dengan Divina Comedianya, atau Gionto dengan lukisanlukisannya meninggalkan ciri-ciri dan tradisi seni sastra dan seni lukis masa itu. Para seniman
abad ke-14 mulai menggambarkan orang-orang tampak seperti sungguh-sungguh hidup, lukisan
mereka merupakan rekaman tentang benda-benda dan alam yang sebenarnya sehingga mereka
yang melihatnya seakan berhadapan dengan benda atau orang yang sesungguhnya. Para seniman
dan sastrawan secara bebas mengekspresikan apa saja yang mereka pikirkan dan mereka
kehendaki tanpa mau terikat pada norma-norma (moral, sosial dan hukum) saat itu. Alam
kebebasan berpikir dan berekspresi sedang meretas batas tradisi masa itu yang dinilai telah usang
dan membelenggu.
Ketika hiruk pikuk Perang Salib telah berakhir, kota-kota besar di Italia justru berkembang
menjadi sangat besar, makmur dan kaya. Italia secara keseluruhan mempunyai keuntungan
sangat besar karena letaknya yang tepat di pusat kawasan perdagangan yang paling ramai di
dunia pada masa itu, yaitu kawasan Laut Tengah. Kota-kota pantai seperti Genoa dan Venesia
mempunyai peluang yang unik sebab menjadi pintu gerbang masuknya barang-barang impor dari
Timur Tengah, yang kemudian disalurkan ke seluruh Italia Utara terus ke jantung daratan Eropa
atau sebaliknya, sehingga mendatangkan keuntungan dan kemakmuran yang besar bagi kota-kota
seperti Florentia, Milano, Turin dan Parma.

Pada abad ke-14, berkat keuntungan perdagangan bagian Utara Italia dan industry
manufakturnya maka kota-kota besar Italia menjadi pelindung bagi para seniman dari berbagai
alisan dan bidang seni. Florentia atau Firenze misalnya mulai membangun katedral besar dengan
arsitektur baru, yaitu Gereja Santa Maria de Fiore. Orang-orang Italia lah yang mempelopori
banyak hal yang kemudian menjadi standar gaya hidup kapitalis Eropa masa itu seperti
pembentukan perkongsian dagang, perusahan dagang, asuransi angkatan laut, perbankan, giro,
wesel dan lain-lain.
Pada zaman Rennaissance, untuk menjadi kaya dan semakin kaya diperlukan standar
pendidikan yang cukup tinggi. Yang pertama dan utama, pendidikan itu haruslah mempunyai
kegunaan praktis, tidak seperti pendidikan teologi dan filsafat di masa Abad Tengah, yang tidak
mempunyai kegunaan praktis untuk hidup. Diperlukan keterampilan professional dan sikap
pragmatis. Maka dibentuklah program studi humanistic yang tidak saja mempelajari bidang seni,
sastra tetapi juga bidang ilmu eksakta yang mendukung tujuan hidup praktis. Program itu
meliputi keterampilan membaca bacaan

karya-karya penulis kuno dan pelajaran seperti

gramatika, retorika, filsafat serta ilmu-ilmu eksakta seperti aritmatika, geometrika, matematika
dan logika. Pada abad ke-15 pendidikan semacam itu secara resmi dikenal sebagai studia
humanitati dan orang yang mengajarkannya disebut umanista atau humanis.
Pada Abad pertengahan segala bentuk kehidupan ini kelihatan tenang, damai dan sakral,
tetapi di dalamnya bergejolak rasa tidak puas, hidup tertekan karena beban berat yang
ditimpakan oleh gereja dan pejabat feudal baik secara moral maupun fisik. Ketenangan dan
stabilitas yang terwujud karena rasa takut, ketaatan buta terhadap gereja yang menguasai segala
aspek kehidupan manusia zaman itu. Segalanya tergantung dan ditentukan oleh gereja. Dan
setelah perang salib usai, secara pelan-pelan muncul gerakan reformasi untuk kembali ke suasana
zaman klasik (Yunani dan Romawi) dimana manusia mempunyai kebebasan dan keberanian
untuk mengekspresikan diri karena tidak terikat secara ketat oleh berbagai norma keagamaan
saat itu. Orang mendambakan lahirnya kembali semangat kebebasan, rasionalisme dan
atroprosentris itulah esensi Renaissance sejak gerakan itu dikumandangkan oleh kaum humanis
maka Italia mulai masuk era baru yaitu era modernisme.
Pelopor untuk kembali ke suasana semangat Yunani-Romawi klasik ini justru orang-orang
yang biasanya menentang perubahan, yaitu para ahli hukum, kemudian para sastrawan dan
seniman. Para ahli hukum dari kota-kota Italia Utara seperti Padua, Verona, Milano dan Virenze
6

pada akhir abad ke-13 menjadi pelopor yang meminati, mendalami dan menggali kembali kitabkitab hukum Romawi kuno seperti kitab Digesta dan Codex Romana serta karya-karya besar
pemikir Yunani klasik dalam bidang filsafat, sastra dan ilmu pengetahuan. Untuk dapat
memahami betul jiwa hukum Romawi klasik dan karya besar Yunani klasik maka mereka mulai
berburu naskah-naskah kuno serta mempelajari bahasa Yunani dan Latin klasik. Hal ini
menghadapkan mereka pada karya-karya klasik lainnya yang kadang kala tidak ada hubungan
langsung dengan soal hukum tetapi menyangkut bidang bahasa, sastra dan budaya. Kegairahan
mendalami karya-karya klasik ini kemudian memunculkan kelompok orang yang disebut kaum
umanista (humanis), yang merasa dirinya lebih manusiawi justru setelah mendalami dan
memahami karya-karya klasik. Gelombang perburuan karya-karya klasik ini sampai membawa
orang tertentu menjadi tergila-gila dan lupa diri. Seorang sastrawan Longolius misalnya sangat
tergila-gila akan karya Cicero sampai-sampai mendewakannya dan hanya berbicara dengan
menggunakan kata-kata yang pernah digunakan oleh dewanya itu.
Sejak kaum humanis muncul di masyarakat Italia, maka tidak hanya kaum Yuris yang
berburu karya-karya klasik, tetapi hampir setiap insan seniman, sastrawan, filsuf, arsitek bahkan
ekonom menggali semangat bangsa Yunani dan Romawi klasik diserap dan dikembangkan untuk
kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir rasional, bertindak secara bebas,
tetapi penuh tanggungjawab dan menikmati hidup duniawi mulai menjadi gaya hidup baru serta
menjadi awal berbagai pembaruan dan modernisasi. Manusia baru telah lahir dan kebudayaan
baru siap berkibar di alam kehidupan baru bersamaan dengan mulai meredupnya cahaya zaman
pertengahan, yaitu gaya hidup kaum humanis yang indiidualis, liberal, rasional dan
antroprosentris.
Jika pada Abad Pertengahan, para seniman, pelukis dan ahli filsafat menggunakan bakat
mereka untuk tujuan tunggal, yaitu memuji Tuhan dan memperjelas kehendak-Nya; maka pada
zaman Renaissance setiap cabang kegiatan intelektual dikembangkan untuk tujuan menampilkan
keunggulan manusia. Setiap cabang ilmu pengetahuan dan keterampilan dibenarkan berdasarkan
cara kerjanya dan bukan berdasarkan tujuannya. Misalnya, keberhasilan lukisan diukur menurut
kehebatannya sebagai lukisan, terlepas dari tujuan lukisan itu dibuat untuk apa. Maka mulai
muncul semangat seni untuk seni dan bukan seni untuk mencari uang.
Minat kaum intelektual zaman Renaissance adalah mencari kebenaran dan untuk maksud
tersebut tidak segan-segan bila perlu menyerang anggapan lama. Sebagai missal sejarawan
7

Lorenzo Valla yang ahli sejarah zaman Constantinus, dengan berbekal metodologi sejarah kritis
dan penguasaan bahasa Latin klasik, pada tahun 1440 dengan beraninya menyerang anggapan
gereja bahwa kerajaan kepausan adalah hasil hibah dari Kaisar Constantinus. Lorenzo Valla
membuktikan kepalsuan donasi (hibah) tersebut dengan mengadakan kritik linguistic dan dapat
membuktikan bahwa gaya bahasa donasi itu ternyata menggunakan bahasa Latin abad ke-8
bukan gaya bahasa abad ke-4 sebagaimana masa hidup Kaisar Constantinus. Dengan kata lain
gereja ternyata telah melakukan kebohongan public.
Dalam bidang astronomi dan anatomi tubuh manusia juga terjadi revolusi sehingga
menggoncang keangkuhan gereja yang nyaris memonopoli bukan saja kebenaran iman tetapi
juga dunia profan. Karya-karya besar ilmuwan seperti Copernicus tentang tata surya yang
heliosentris, pandangan Galileo-Galilei tentang jagad raya baru dan juga karya Vesalius tentang
anatomi tubuh manusia, bersama dengan karya Lorenzo Valia telah menggoncang kedudukan
gereja yang menjadi ikon pandangan Abad Pertengahan. Sikap Revolusioner kaum intelektual
zaman Renaissance ini memang belum sanggup menghasilkan manusia Modern seperti zaman
sekarang tetapi mereka telah berperan mengantar manusia untuk memasuki era baru.
Keberhasilan untuk menentang pandangan-pandangan Abad Pertengahan dengan mengandalkan
akal budi dalam rangka mencari kebenaran merupakan napas baru, semangat baru yang
dampaknya di masa berikutnya tak terbayangkan dahsyatnya. Peran iman dan agama mulai
ditinggalkan dan secara bertahap digantikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, harapn akan
surge mulai diganti dengan harapan hidup dunia yang nyaman.
2.2

Zaman Renaissance
Batas yang jelas mengenai kapan dimulainya penghabisan Abad Pertengahan sulit

ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah pada abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya
zaman Renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16 (Bertens: 44). Abad
pertengahan adalah abad ketika alam pikiran alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam
keadaan seperti itu kebebasan pemikiran sangat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga
perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Nah, didalam perenungan mencari alternative itu
orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung,
sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai di
8

dalam kerya orang-orang Italia di dalam kesustraan, misalnya pada Petrarca (1304-1374) dan
Boccaccio (1313-1375).
Selama abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat akan penemuanpenemuan baru dalam seni dan sastra. Mereka telah melihat pada periode pertama bahwa
kemajuan itu telah terjadi. Ketika itu dunia barat telah biasa membagi tahapan sejarah pemikiran
menjadi tiga periode, yaitu ancient, medieval, dan modern. Pada zaman Ancient atau zaman kuno
itu mereka melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak
dihidupkan. Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam
sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi babak sejarah peradaban menjadi empat,
menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke-19,
Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra. Menurut
Jules Michelet, sejarahwan Prancis terkenal yang telah disebut diatas, Renaissance ialah periode
penemuan manusia dan dunia. Dialah yang mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih dari
sekedar kebangkitan peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarahwan ini diikuti oleh Jacob Burckhadt yang menginterpretasikan Renaissance sebagai
periode sejak Dante sampai Michelangelo di Italia, yang merupakan kelahiran spirit modern
dalam transformasi idea dan lembaga-lembaga. Pendirian Burckhardt ini kelak ditentang oleh
orang-orang yang mempelajari abad pertengahan. Mereka meragukan peletakan tahun yang
dikemukakan oleh Burckhardt itu (lihat Encyclopedia Americana, 23: 368). Dari perdebatan
tentang Renaissance, yang dapat diambil ialah bahwa Renaissance ialah periode perkembangan
peradaban yang terletak dujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern.
Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, diantara
perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah
menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah
munculnya penelitian-penelitian empiris yang lebih giat.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaissance. Oleh karena itu,
selanjutnya adalah munculnya sains. Perkembangan sains ini dipacu lebih cepat setelah
Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya. Sejak itu, dan juga telah dimulai
sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya individualisme dan humanisme
telah dicanangkan. Descartes memperkuat ide-ide ini. Humanisme dan individualisme
9

merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanisme adalah pandangan bahwa manusia
mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang
beragama.
Zaman ini sering juga disebut sebagai zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah
manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang
dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (Kristen), bukan
menurut aturan yang dibuat manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia.
Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia
mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia.
Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak mau
diatur oleh agama), empirisisme, dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu,
melainkan karena semangat dan hasil empirisisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini
karena semangat humanism itu. Ini kelihatan dengan jelaskelak pada zaman modern. Rupanya
setiap gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus
yang negatif.
Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenernya secara esensial
zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat
Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada
filsafatnya kita menemukan cirri-ciri Renaissance tersebut. Ciri itu anatara lain ialah
menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance), individualism, humanism, lepas dari
pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes
sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi bukanlah hanya Descartes yang
dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada zaman modern
memang Descartes.

10

2.3

Tokoh-Tokoh Zaman Renaissance


Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-

tokohnya yang terkenal sebagai berikut :


1. Rogen Bacon (1214-1294)
Ia berpendapat bahwa pengalaman (empirik) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian
akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua
pengetahuan. Sekalipun Roger Bacon menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu
pengetahuan, namun ia sendiri tidak meninggalkan tulisan atau karya yang cukup baerarti bagi
ilmu pengetahuan. Ia banyak bergerak pada lapangan politik dan agama, sehingga akhirnya
ditahan dalam penjara.
2. Copernicus (1473-1543)
Ia mengajukan pendapat yang asing bagi pendapat umum pada masa itu. Ia mengatakan
bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat
(Heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus
dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisisme).
Prinsip Heliosentrisme ini kemudian dilanjutkkan oleh George Joachim (Rheticus) yang
menyusun buku berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Perputaran Alam
Semesta). Buku tersebut diawali dengan beberapa ketentuan dasar yang berbunyi: Pertama,
seluruh alam semesta merupakan bola(Spherical); Kedua, semua benda angkasa dan bumi juga
merupakan bola; Ketiga, semua benda angkasa bergerak secara teratur dalam lintasan yang
bundar (circular uniform motion).
3. Tycho Brahe (1546-1601)
Ia tertarik pada system astronomi baru yang diperkenalkan oleh Copernicus. Ia membuat
alat-alat berukuran besar untuk mengamati benda-benda angkasa secara lebih teliti. Pada tahun
1572 Brahe mengamati munculnya bintang baru di gugusan Cassiopeia, yaitu bintang yang
cemerlang selama 16 bulan sebelum padam lagi. Bintang itu dinamakan Nova atau Supernova,
yang sangat tergantung dari besarnya dan massanya. Penemuan bintang Nova dan Supernova ini
menggugurkan pandangan yang dianut pada masa itu bahwa angkasa itu tidak akan berubah
sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap abadi. Pada tahun 1577 Brahe dapat mengamati
sebuah cornet, yang ternyata lebih jauh dari planet Venus. Penemuan ini juga membuktikan
11

bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada Crystaline spheres, melainkan dating dari
tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi. Benda-benda
angkasa terapung bebas dalam ruang angkasa.
4. Johannes Keppler (1571-1630)
Ia seorang ahli matematika yang menjadi asisten Tycho Brahe. Ia melanjutkan penelitian
Brahe tentang gerak benda-benda angkasa. Kepler menemukan tiga buah hokum yang
melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
1) Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle --seperti
yang dikemukakan oleh Brahe-namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet
berbentuk elips.
2) Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi
bidang yang luasnya sama.
3) Dalam perhitungan matematik terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dab B dengan
matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P
dan Q, maka P2 : Q2 = X3 :Y3.
5. Galileo Galilei (1546-1642)
Beberapa pokok penemuan Galileo di luar bidang astronomi yang ditulis dalam karyanya
yang berjudul De Motu dapat diringkas sebagai berikut.
1) Jumlah waktu yang sama untuk jatuhnya semua benda dari materi yang sama, tanpa
memandang bobot, bila benda-benda itu melewati medium yang sama. Atau dengan kata lain,
benda-benda yang jatuh bersamaan akan memerlukan waktu yang bersamaan pula untuk
sampai di tanah.
2) Semau lintasan benda jatuh berbentuk lurus. Ha ini memberikan sugesti adanya idealism,
bahwa lintasan benda yang tidak tertanggu membentu garis lurus.
3) Baik benda yang jatuh tegak lurus, maupun yang mengikuti bidang miring, masing-masing
mencapai tanah pada waktu yang sama. Hal ini memberikan sugesti untuk kemudian
melaksanakan eksperimen jatuhnya benda mengikuti bidang miring. Untuk mencapai
idealisasi tidak terganggu apapun, maka bidang makin lama makin dilicinkan, sehingga
jatuhnya benda-benda melalui bidang miring praktis dalam waktu yang sama. Selain itu
dibidang miring diletakkan ukuran-ukuran. Untuk pertama kalinya ukuran (measure-ment)
dimasukkan sebagai unsur dalam lapangan ilmu pengetahuan.

12

4) Berdasarkan idealisasi, maka hasil percobaan dapat dihitung terlebih dahulu; dengan kata lain
terjadilah peramalan (prediction).
5) Ramalan itu kemudian diperiksa dengan percobaan berulang kali, yang hasilnya dihitung
secara rata-rata.
6) Oleh karena anatara ramalan dan hasil percobaan ada persesuaian yang meyakinkan, maka
teori yang didasarkan pada idealisasi dapat diterima sebagai hukum tentang pergerakan
benda-benda yang bebas dan yang mengikuti garis lurus.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti:
pengamatan (observation), penyingkiran (elimition) segala hal yang tidak termasuk dalam
peristiwa yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut,
peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji
teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

13

III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kata Renaissance ini merupakan istilah bahasa Prancis. Dalam bahasa latin, renasci
berarti lahir kembali (rebith). Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarahwan
terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah
yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode
Abad Pertengahan
2. Akhir dari Abad Tengah menuju zaman renaissance terjadi sekitar abad ke-14 ketika
munculnya gerakan yang dikumandangkan oleh kaum humanis yang mendambakan
lahirnya kembali semangat kebebasan, rasionalisme dan atroprosentris
3. Ciri utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak mau
diatur oleh agama), empirisisme, dan rasionalisme
4. Tokoh-tokohnya yang terkenal pada zaman renaissance ialah Roger Bacon, Copernicus,
Tycho Brahe, Johannes Keppler dan Galileo Galilei

REFERENSI
Adisusilo S. 2013. Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik Sampai yang Modern. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Tafsir Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2012. Filsafat Ilmu. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai