Anda di halaman 1dari 18

Bahasa Inggris dan Pengaruhnya Terhadap

Kurikulum Pendidikan di Indonesia


Rabu, 19 Februari 2014 19:06 WITA

Fahrawaty
* Oleh: Fahrawaty
Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
Kebutuhan masyarakat dunia akan penguasaan bahasa Inggris semakin pesat. Bahkan di
beberapa negara, bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa kedua setelah bahasa nasional. Di
negara lain, bahasa ini digunakan sebagai bahasa nasional mengingat heterogenitas suku dan
bangsa penduduknya dan bahasa Inggris dianggap sebagai satu-satunya alat pemersatu bangsa.
Kachru dan Nelson (2011) membagi negara pengguna bahasa Inggris ke dalam tiga kategori.
Pertama, negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu seperti Inggris, Canada,
Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat (Inner Circle Countries). Kedua, adalah negara
yang memiliki sejarah institusional Inggris sehingga bahasa ini memegang peranan penting
terutama dalam bidang pendidikan, pemerintahan, kesusastraan, dan kebudayaan popular. Negara
ini termasuk Nigeria, Singapura, dan India (Outer Circle Countries). Ketiga adalah negara yang
menggunakan bahasa Inggris untuk berbagai kepentingan namun tidak menjadikannya sebagai
bahasa dominan dalam komunikasi sehari-hari (Expanding Circle Countries). Indonesia, Rusia,
dan China adalah negara yang termasuk dalam kategori ini.
Dalam tulisannya, McKay (2003) menyatakan bahwa popularitas bahasa Inggris sesungguhnya
bukan semata-mata usaha negara kategori pertama (inner circle countries) untuk menyebarkan
bahasa mereka namun lebih kepada kesadaran masayarakat dunia akan pentingnya penguasaan

bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa secara global, berbagai informasi dunia tertuang
dalam bahasa Inggris sehingga untuk mengaksesnya, masyarakat harus memiliki penguasaan
tersendiri akan bahasa tersebut.
Penyebaran bahasa Inggris juga turut dipengaruhi perpindahan penduduk dari kategori outer
circle countries dan expanding circle countries ke inner circle countries. Perpindahan ini
sebagian besar disebabkan oleh kepentingan pekerjaan, pendidikan maupun pencarian suaka
politik. Penduduk baru tersebut kemudian berusaha semaksimal mungkin untuk mampu
berkomunikasi dalam bahasa setempat sehingga mereka dapat bertahan hidup di tempat mereka
yang baru. Bahasa tersebut dapat dikuasai dengan bebagai cara antara lain melalui kursus dan
interaksi intensif dengan penduduk setempat sehingga penguasaannya berangsur-angsur
meningkat.
Idealnya perkembangan suatu bahasa diikuti oleh peningkatan jumlah penutur aslinya. Namun
tidak demikian dengan bahasa Inggris. Seiring perkembangannya, bahasa ini telah digunakan
secara global dan sebagian besar penuturnya berasal dari kategori outer dan expanding circle
countries. Bahkan, Graddol (2011) memprediksikan bahwa 50 tahun ke depan, akan ada sekitar
462 juta orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang berarti bahwa
jumlah penutur asli akan telampaui oleh jumlah penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
atau bahasa asing.
Sejumlah pertanyaan pun kemudian muncul seiring meningkatnya kebutuhan akan penguasaan
bahasa Inggris. Mengapa Bahasa Inggris dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib di
hampir setiap jenjang pendiddikan di Indonesia? Mengapa pemerintah memilih bahasa ini?
Mengapa bukan bahasa Belanda tidak sepopuler bahasa Inggris, padahal bangsa Indonesia
pernah menjadi bagian dari daerah jajahan Belanda?
Dardjowidjojo (2000) menjelaskan bahwa bahasa Belanda tidak dicantumkan dalam kurikulum
mengingat sejarah kelam yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia. Bahasa ini juga tidak
memiliki status yang cukup kuat untuk dijadikan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari aspek
komunikasi internasional pun, bahasa Belanda belum cukup kuat menancapkan pengaruhnya
sehingga semua kalangan merasa membutuhkannya dalam berinteraksi.
Keputusan pemerintah menetapkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran di berbagai
jenjang pendidikan sangat beralasan demi mempersiapkan generasi Indonesia untuk bersaing
secara global. Alwasilah (2001) menyatakan bahwa bahasa Inggris seharusnya menjadi bagian
dari kurikulum karena bahasa ini merupakan penunjang perkembangan generasi Indonesia.
Bagaimana mereka mampu berinteraksi secara luas jika tidak ditunjang dengan kemampuan
berbahasa internasional yang baik? Tsui dan Tollefson (2007) menambahkan bahwa jika ingin
mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi, maka mau tidak mau seseorang harus memiliki
pemahaman tentang penggunaan bahasa Inggris.
Begitu kuatnya pengaruh bahasa Inggris sehingga seorang pakar bahasa bernama Phillipson
(1997) menyebutnya dengan linguistic imperialism atau imperialism linguistik. Phillipson

menggambarkan bahwa dimasa setelah pendudukannya di berbagai negara, Inggris masih tetap
giat menancapkan pengaruhnya dari aspek kebahasaan.
Bahkan bahasa ini menjadi semacam industri yang membuat masyarakat luas merasa
membutuhkannya. Sumber-sumber informasi dalam berbagai media tertuang dalam bahasa
Inggris, demikian juga hubungan internasional yang dihantarkan dalam bahasa ini. Kachru
(1986) mengibaratkannya sebagai lampu Aladdin yang berarti ketika seseorang telah
menguasainya maka saat itu pula dia dapat memasuki gerbang bisnis, teknologi, dan
pengetahuan.
Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia mempelajari bahasa Inggris karena bahasa ini
merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi pelajar sehingga mau tidak mau mereka harus
mengikuti pembelajaran tersebut. Seiring pergeseran waktu dan kebutuhan akan informasi, baik
pelajar maupun masyarakat luas menjadikan bahasa Inggris sebagai suatu kebutuhan yang tidak
dapat diabaikan. Misalnya, sebahagian instansi pemerintah/perusahaan swasta menjadikan
penguasaan bahasa Inggris sebagai salah satu prasyarat dalam perekrutan karyawan/karyawati.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, calon karyawan/karyawati mau tidak mau harus
mempersiapkan diri sedini mungkin sehingga dapat menduduki posisi yang dipersyaratkan.
Contoh lain adalah penerimaan mahasiswa/mahasiswa pada perguruan tinggi di luar negeri yang
tidak memberikan ruang sama sekali kepada calon yang tidak memiliki penguasaan bahasa
Inggris yang memadai. Hal ini ditandai dengan prasyarat hasil tes tertentu (TOEFL, IELTS, dan
lain-lain) sebagai dasar pertimbangan bagi universitas untuk menerima calon. Selanjutnya
disusul dengan persyaratan lain yang tidak terlepas dari penguasaan bahasa Inggris disamping
kompetensi lainnya.
Tren ini semakin dipersubur dengan menjamurnya lembaga kursus bahasa asing yang kini telah
menjangkau daerah pelosok di Indonesia. Keberadaan lembaga ini sangat membantu masyarakat
yang ingin memperkuat penguasaan bahasa asing mereka. Sekolah bukan lagi satu-satunya
wadah bagi pelajar untuk mengakses bahasa Inggris. Sekolah dianggap belum maksimal dalam
mengaktifkan kemampuan berbahasa asing pelajar sehingga untuk mensupport mereka
diperlukan wadah lain di luar sekolah yakni lembaga kursus dan sejenisnya.
Dengan memperkenalkan bahasa Inggris sedini mungkin, diharapkan generasi masa datang dapat
turut memiliki andil dalam persaingan global. Hasil penelitian Dardjowidjojo (2000)
menunjukkan bahwa bahasa Inggris dipelajari oleh lebih dari 13 juta pelajar di Indonesia. Jumlah
ini akan terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahasa ini, bahkan
hasil penelitian Crystal (1997) menunjukkan lebih dari 100 negara yang menggunakan bahasa
Inggris dalam kurikulum pembelajarannya.
Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia

Pada tahun 1967, Bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa asing yang diajarkan pada tingkat
sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas dengan tujuan memberikan peluang
kepada peserta didik untuk mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperkuat
hubungan internasional bangsa. Namun dalam implementasinya, pembelajaran lebih
dititikberatkan pada kemampuan membaca dibanding kemampuan lainnya yakni menyimak,
berbicara, dan menulis. (Nur, dalam Kam dan Wong, 2004).
Selanjutnya pada tahun 1984, pendekatan komunikatif (communicative approach) diperkenalkan
dengan mengadopsi pendekatan pada Communicative Language Teaching (CLT). Materi
membaca masih tetap menjadi fokus pembelajaran ditunjang dengan kemampuan tata bahasa
Inggris. Beberapa pakar memandangnya kurang efektif karena kedua unsur tersebut tidak cukup
kuat dalam memaksimalkan kemampuan komunikasi verbal peserta didik.
Masalah lain muncul karena masih ada di antara guru-guru yang tidak memiliki pengetahuan
memadai tentang CLT sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menerapkannya. Kurikulum
ini kemudian diperbaharui dengan mengenalkan kurikulum berbasis makna (meaning-based
curriculum) pada tahun 1994. Jazadi (1994) mempermasalahkan ketidaksesuaian antara materi
pembelajaran, harapan peserta didik, dan pemahaman guru akan kurikulum yang diterapkan. Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya materi terkait pengalaman dan pengetahuan
awal peserta didik sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengekspresikan ide-ide
mereka. Pemerintah kemudian memutuskan untuk kembali merevisi kurikulum ini sebagaimana
kurikulum sebelumnya.
Sebagai bagian dari proses pembaharuan pendidikan, pemerintah mengenalkan kurikulum
berbasis kompetensi (Competence-Based Curriculum) atau biasa disebut kurikulum 2004.
Kurikulum ini memuat berbagai materi pembelajaran autentik yang diadopsi dari kebudayaan
bahasa target (bahasa Inggris) dengan tujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan yang
cukup tentang negara dan kebudayaan penutur bahasa Inggris asli. Hal ini cukup menyulitkan
guru dan peserta didik dalam memahami materi karena kurangnya pemahaman akan negara
target dan kebudayaannya.

Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris di SBI


terhadap Fungsi Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pengantar Dunia Pendidikan
Abstrak
Sistem Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pemerintah terapkan sebagai salah satu
upaya penyesuaian terhadap adanya persaingan ketat dalam dunia pendidikan di seluruh dunia.

Persaingan ketat yang merupakan salah satu dampak dari pesatnya perkembangan era globalisasi
ini sangat dirasakan oleh penduduk Indonesia. Tak aneh bila seseorang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan persaingan global yang ketat ini akan tertinggal sedikit demi sedikit.
Karena itu, pemerintah merasa perlu menciptakan sebuah sistem yang dapat melahirkan
generasi-generasi penerus yang berintegritas kuat, berdaya saing global, dan berkapasitas
internasional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang nantinya akan mampu menghadapi kerasnya
persaingan global yang sedang melanda. Tujuan luhur ini menyebabkan adanya kebutuhan
terhadap beberapa pengkondisian dalam sistem SBI, salah satunya yaitu penggunaan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Penggunaan ini bukan hanya pada penyampaian materi
pembelajaran, tapi juga pada buku-buku dan sumber-sumber yang digunakan.
Sistem ini nampaknya bertentangan dengan kebijakan yang telah ditetapkan jauh sebelumnya
yakni penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan. Kebijakan ini
menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia dianjurkan untuk menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Begitupun pada buku-buku dan sumber-sumber
yang digunakan, serta dalam setiap laporan atau tugas yang diberikan. Pertentangan ini akhirnya
menimbulkan kekhawatiran, yakni fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia
pendidikan akan tergeser. Dan lebih jauh lagi akan melunturkan kecintaan masyarakat terhadap
bahasa Indonesia dan berpengaruh terhadap eksistensi bahasa Indonesia.
Namun, karena penggunaan bahasa Inggris di SBI hanya pada kelompok mata pelajaran
tertentu, maka bahasa Indonesia tidak terlupakan begitu saja. Pemahaman terhadap bahasa
Indonesia masih dapat dioptimalkan dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di SBI tidak serta merta menggeser fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar dunia pendidikan. Usaha untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa
Indonesia serta mempertahankan eksistensinya pun masih dapat dilakukan melalui sikap positif
terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Inggris di SBI tidak
berpengaruh negatif terhadap fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia
pendidikan.

KATA PENGANTAR
Tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain puji serta syukur kepada Allah SWT.
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini. Selain itu, shalawat serta salam juga penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang senantiasa berjuang menyebarkan agama-Nya sehingga dapat memberikan inspirasi
bagi penulis untuk tetap teguh menghadapi berbagai kesulitan dalam proses penulisan makalah
ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas individu Mata
Kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini, penulis membahas kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan dan mengaitkannya dengan penggunaan bahasa
Inggris di Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Oleh karena itu, penulis memberikan judul
Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris di SBI terhadap Fugnsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Pengantar Dunia Pendidikan.
Selanjutnya, penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri ataupun bagi seluruh pihak yang membacanya.

Bandung, 29 Maret 2012


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

..

B. Rumusan dan Batasan Masalah .


C. Tujuan Penulisan Makalah

..

D. Manfaat Penulisan Makalah

1
2
2
3

E. Metode Pengkajian Makalah

F. Sistematika Penulisan Makalah


BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
A. Isi Makalah

3
4

..

..

B. Pembahasan Makalah

..

5
10

BAB III PENUTUP


13
A. Simpulan

13

B. Saran ..
13
DAFTAR PUSTAKA
.

14

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi kian gencar menularkan berbagai pengaruhnya di seluruh penjuru dunia. Hampir
seluruh negara mendapatkan dampak yang sangat besar dari perkembangan era globalisasi yang
sangat pesat ini. Termasuk juga Indonesia, berbagai dampak globalisasi begitu dirasakan oleh
penduduk Indonesia, baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, gaya hidup, dll. Salah satu
dampak globalisasi yang sangat dirasakan bangsa Indonesia adalah dampak terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan Indonesia dituntut untuk dapat melahirkan pribadi-pribadi berintegritas
kuat, berdaya saing global, dan berkapasitas internasional. Dengan adanya tuntutan ini,
pemerintah dan berbagai pihak lain melakukan berbagai upaya untuk memenuhinya. Di antara
berbagai upaya tersebut adalah diterapkannya sistem Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di
beberapa sekolah yang memenuhi syarat tertentu. Karena tujuan luhurnya itu, perlu adanya
beberapa pengkondisian yang akan memudahkan SBI untuk mencapai tujuannya. Salah satu
pengkondisian tersebut adalah penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam
proses belajar mengajar.
Sekaitan dengan bahasa pengantar ini, jauh sebelumnya pemerintah telah menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan. Ketetapan ini tentunya untuk

menumbuhkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia dan mempertahankan


eksistensi bahasa Indonesia.

Akhirny fakta SBI di atas banyak menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat yang
peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia. Mereka khawatir dengan adanya sistem SBI ini,
kecintaan terhadap bahasa Indonesia akan luntur, bahkan akan menggeser eksistensi bahasa
Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk mempelajari sejauh mana
pengaruh sistem SBI tersebut terhadap eksistensi bahasa Indonesia sehingga penulis mengambil
judul Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris di SBI terhadap Fungsi Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pengantar Dunia Pendidikan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.

Mengapa bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di SBI?

2.

Bagaimana fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa Inggris di SBI terhadap fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan?
Penulis menyadari bahwa sekolah internasional bukan hanya ada di Indonesia, tapi juga ada di
negara-negara lain. Namun untuk pembahasan kali ini, penulis membatasi hanya untuk sekolah
internasional yang ada di Indonesia secara umum.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Sesuai dengan rumusan masalah yang diambil penulis tersebut, penulisan makalah ini bertujuan
untuk mengetahui dan memaparkan:
1)

alasan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di SBI;

2)

fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan; dan

3) pengaruh penggunaan bahasa Inggris di SBI terhadap fungsi Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar dunia pendidikan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis,
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman tentang fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan. Sedangkan secara praktis, makalah ini
bermanfaat untuk penulis dalam perluasan wawasan dan pendalaman pengetahuan tentang fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan. Selain itu, manfaat praktis dari
penulisan makalah ini juga diharapkan dapat dirasakan oleh pembaca sebagai media informasi
tentang fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan sehingga akan
menambah kecintaan pembaca terhadap bahasa Indonesia.

E. Metode Pengkajian Makalah


Pengkajian makalah ini menggunakan metode kualitatif noninteraktif. Melalui metode ini,
penulis akan mengambil data dari berbagai literatur yang relevan dengan tema yang diusung
penulis (studi pustaka).

F. Sistematika Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut.
1.

Lembar Judul

2.

Kata Pengantar

3.

Daftar Isi

4.

BAB I Pendahuluan

a.

Latar Belakang Masalah

b.

Rumusan dan Batasan Masalah

c.

Tujuan Penulisan Makalah

d.

Manfaat Penulisan Makalah

e.

Metode Pengkajian Makalah

f.

Sistematika Penulisan Makalah

5.

BAB II Isi dan Pembahasan

a.

Isi Makalah

b.

Pembahasan Makalah

6.

BAB III Penutup

a.

Simpulan

b.

Saran

7.

Daftar Pustaka

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN


A. Isi Makalah
1.

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

a.

Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Seiring dengan semakin berkembangnya era globalisasi, manusia semakin dituntut untuk mampu
menghadapi persaingan ketat yang meliputi berbagai negara di seluruh dunia tanpa ada batasanbatasan letak geografis. Dengan kata lain, individu-individu berdaya saing global sangat
dibutuhkan pada masa ini. Manusia-manusia yang tak mampu menyesuaikan diri dengan
persaingan ketat ini dapat dipastikan akan tertinggal sedikit demi sedikit. Atas dasar inilah, kini
banyak muncul sekolah-sekolah ataupun lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.
Dengan menggunakan kurikulum nasional dan ditambah dengan berbagai penyesuaian agar
mencapai taraf intersional, diharapkan lembaga-lembaga pendidikan seperti ini mampu
menghasilkan generasi-generasi penerus yang berintegritas kuat, berdaya saing global, dan
berkapasitas internasional.
SBI, menurut Tiqaa Kartika (http://tiqaakartika.blogspot.com/2011/05/landasan-serta-pengertiansbi-dan-rsbi.html), adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar nasional
pendidikan (SNP) yang meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.

Kedelapan aspek SNP ini kemudian diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, dan
diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota organization
for economic co-operation and development (OCED) dan/atau negara maju lainnya, yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, serta diyakini telah mempunyai
reputasi mutu yang diakui secara internasional.
Lebih sederhana lagi, Stella Marish School
(http://stellamarisserpong.wordpress.com/2009/03/13/pengertian-sbi/) menyatakan SBI adalah
sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Indonesia berkualitas Internasional dan lulusannya berdaya saing Internasional.
Kedua pendapat tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Direktorat Jenderal
Mandikdasmen sesuai PP No.17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan yaitu Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan
setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara
maju.
Dari berbagai pengertian yang diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa SBI merupakan
sekolah yang telah memenuhi SNP kemudian diperkaya dengan standar pendidikan internasional.

b.

Karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Sesuai dengan pengertian SBI yang telah diuraikan sebelumnya, SBI mempunyai beberapa
karakteristik tertentu. Karakteristik ini dipandang dari berbagai segi, baik dari segi lulusan atau
keluaran, proses belajar mengajar, pendidik dan kepala sekolah, serta sarana prasarana.
Salah satu karakteristik lulusan atau keluaran SBI adalah mendapatkan pengakuan internasional
terhadap proses dan hasil atau keluaran pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai
aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan hasil sertifikasi dan akreditasi berpredikat baik dari
slah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OCED)
dan/atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Adapun dari segi proses belajar mengajar, karakteristik SBI adalah menjadi teladan bagi sekolah
lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,
kepemimpinan, jiwa entrepreneur, jiwa patriot, dan jiwa inovator. Selain itu, dalam proses belajar

mengajar, SBI menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. Bahasa yang
digunakan dalam proses belajar mengajarnya pun SBI mempunyai karakteristik tertentu, yakni
pembelajaran kelompok matematika, sains, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris,
sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pembelajaran bahasa asing, harus
menggunakan bahasa Indonesia.
Bukan hanya itu, pendidik dan kepala sekolah SBI juga memiliki karakteristik tertentu.
Karakteristik utama pendidiknya adalah mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. Dan
untuk guru kelompok mata pelajaran matematika, sains, dan inti kejuruan mampu mengampu
pembelajaran berbahasa Inggris. Tak lupa, kepala sekolahnya pun harus berpendidikan minimal
S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan
kepala sekolah dari lembaga yang diakui oleh pemerintah. Dan tentunya, kepala sekolah pun
harus mampu berbahasa Inggris secara aktif.
Untuk mendukung tercapainya tujuan luhur dari SBI ini, diperlukan juga saran prasarana yang
memadai. Setiap ruang kelas SBI dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Dan
perpustakaan SBI dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber
pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
2.

Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Dunia Pendidikan

Bahasa Indonesia mulai lahir sejak diikrarkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober
2008. Artinya saat ini bahasa Indonesia telah berusia 83 tahun bila dihitung dari tanggal tersebut.
Dengan usia yang terbilang muda itu, bahasa Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan dan
perkembangan, baik dari segi ejaan maupun perluasaan cakupan. Sejak kelahirannya ini, bahasa
Indonesia menempati kedudukan sebagai bahasa nasional. Selain sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan ini ditetapkan sejak
lahirnya undang-undang dasar 1945. Disebutkan dalam undang-undang dasar 1945 bab XV pasal
36 bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.
Dari dua kedudukan tersebut, bahasa Indonesia memiliki banyak peranan dan fungsi yang sangat
penting. Salah satu fungsi dari kedudukannya sebagai bahasa Negara ialah bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan. Artinya, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia memakai bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajarnya. Lembaga-lembaga
pendidikan ini dimulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Namun, fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan bukan hanya diterapkan pada
penyampaian materi saat proses belajar mengajar saja, tapi juga dalam penulisan buku pelajaran
dan penyusunan berbagai laporan dalam dunia pendidikan.
Dengan fungsi ini, sudah sepantasnyalah bahasa Indonesia menjadi bekal yang harus dimiliki
oleh seluruh komponen yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik guru, kepala sekolah, ataupun
tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan bahasa Indonesia selalu diberikan pada
setiap jenjang pendidikan, terutama pendidikan bagi para calon guru. Tujuan jangka panjangnya
adalah supaya para calon guru dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
dunia pendidikan yang nanti akan digelutinya.

B. Pembahasan Makalah
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sebelumnya telah diuraikan, penulis dapat menangkap bahwa
SBI merupakan sekolah yang bukan hanya memenuhi SNP saja, tapi juga berusaha mencapai
standar pendidikan dari salah satu negara yang telah maju. SBI ini berusaha mencapai tujuan
luhurnya, yakni melahirkan pribadi-pribadi unggul yang berintegritas kuat, berdaya saing global,
dan berkapasitas internasional. Untuk mencapai tujuannya ini, tentunya SBI perlu menerapkan
beberapa pendekatan yang relevan. Salah satu dari pendekatan tersebut tercermin dari salah satu
karakteristiknya, yaitu penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran kelompok mata pelajaran
tertentu. Penentuan bahasa Inggris ini didasarkan pada kedudukannya yang masih menempati
bahasa internasional pertama.
Namun di sisi lain, peraturan pemerintah menentukan bahwa bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan adalah bahasa Indonesia sekaitan dengan kedudukannya sebagai bahasa Negara.
Konsekuensi dari ketentuan ini adalah lembaga-lembaga pendidikan di seluruh Indonesia
dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Terlebih lagi,
buku-buku serta sumber lainnya pun harus berbahasa Indonesia, sama halnya dengan laporanlaporan ataupun tugas-tugas dalam dunia pendidikan harus menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Dari uraian di atas dapat dilihat adanya sedikit pertentangan dalam kebijakan pemerintah tentang
fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan dengan kebijakan tentang
diterapkannya sistem SBI. Di satu sisi, pemerintah menganjurkan lembaga-lembaga pendidikan
untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Anjuran pemerintah untuk
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar tersebut merupakan salah satu upaya
yang bisa dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia dan menanamkan serta
menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Namun di sisi lain,
pemerintah juga menerapkan sistem SBI yang memerlukan adanya penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar dalam beberapa kelompok mata pelajaran. Bukan hanya itu, beberapa
buku dan sumber yang digunakan pun berbahasa Inggris. Kebijakan-kebijakan ini dikhawatirkan
akan melunturkan kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Lebih jauh lagi,
dikhawatirkan eksistensi bahasa Indonesia akan tergeser sedikit demi sedikit.
Untuk mengatasi masalah di atas, kita dapat meninjau kembali tinjauan pustaka yang telah
diuraikan sebelumnya, yakni pada bagian isi makalah. Dari sana, kita dapat mengetahui bahwa
penggunaan bahasa Inggris di SBI tidak pada keseluruhan pembelajaran, tapi hanya kelompok
mata pelajaran tertentu saja. Dengan ini, kita dapat menghilangkan kekhawatiran tadi karena para
peserta didik masih menggunakan bahasa Indonesia pada beberapa mata pelajaran lain sehingga
tertutup kemungkinan para peserta didik akan serta merta melupakan bahasa Indonesia.

Walaupun porsi penggunaan bahasa Indonesia menjadi berkurang, namun masalah ini masih
dapat diantisipasi melalui pengoptimalan pembelajaran bahasa Indonesia pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Optimalisasi ini salah satunya dapat dilakukan dengan mengarahkan
pembelajaran kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis, bukan hanya hal-hal yang bersifat
teoritis. Bukan berarti hal-hal yang bersifat teoritis dilupakan, namun porsinya disesuaikan.
Dengan pengkondisian ini, para peserta didik sedikit demi sedikit akan terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih jauh lagi, peserta didik diharapkan dapat bersikap
positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini dapat terlihat dari penggunaan bahasa
Indonesia dengan ragam yang tepat. Sikap positif ini harus diterapkan pada seluruh warga
Indonesia agar dapat menghargai bahasa Indonesia. Jika kita ingin bahasa Indonesia menjadi
salah satu bahasa internasional, maka kita harus merasa bangga, merasa memiliki, dan
menghargai bahasa Indonesia sebagai jati diri. Kita, sebagai bangsa Indonesia, harus bangga dan
bersyukur karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara.

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran beberapa mata
pelajaran di SBI bukan merupakan hal yang salah. Hal tersebut dikarenakan tujuan luhur SBI,
yakni melahirkan pribadi-pribadi berintegritas kuat, berdaya saing global, dan berkapasitas
internasional. Adapun kecintaan terhadap bahasa Indonesia dapat terus ditingkatkan dalam setiap
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menambah porsi pada hal-hal yang bersifat terapan
praktis. Eksistensi bahasa Indonesia juga masih dapat dipertahankan dengan adanya sikap positif
terhadap bahasa Indonesia dari seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan
bahasa Inggris di SBI tidak serta merta menggeser fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dunia pendidikan. Dengan kata lain, tidak ada pengaruh negatif dari penggunaan
bahasa Inggris di SBI terhadap fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia
pendidikan.

B. Saran
Dari sini, penulis berharap seluruh aspek masyarakat Indonesia dapat ikut serta dalam upaya
mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia dan menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adhika. (2011). Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara. [Online].
Tersedia: http://adhika-rmd.blogspot.com/2011/10/bahasa-indonesia-sebagai-bahasa.html. [29
Maret 2012].
Amin, M.F. (2009). Bahasa Indonesia: Bahasa Pengantar Dunia Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-pengantar-duniapendidikan/. [18 Maret 2012].
Elgrid. (2011). Fungsi Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://elgrid.wordpress.com/2011/11/06/kedudukan-bahasa-indonesia/. [29 Maret 2012].

Kartika, T. (2011). Landasan serta Pengertian SBI dan RSBI. [Online]. Tersedia:
http://tiqaakartika.blogspot.com/2011/05/landasan-serta-pengertian-sbi-dan-rsbi.html. [29 Maret
2012].
Nurkhakim. (2011). Membiasakan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian
di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://agupenajateng.net/2011/04/11/membiasakan-keterampilanberbicara-bahasa-indonesia-dalam-keseharian-di-sekolah/. [18 Maret 2012].
Stella Maris School. (2009). Pengertian SBI. [Online]. Tersedia:
http://stellamarisserpong.wordpress.com/2009/03/13/pengertian-sbi/. [29 Maret 2012].
Pengaruh Pe mbelajaran Tematik Te rhadap Pengembangan Daya Pikir Anak di
Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Indria II Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2011/2012
Nuning Aprilia
URI: http://hdl.handle.net/123456789/19489
Date: 2014-01-21
Abstract:
Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan di TK. Namun, yang
terpenting dalam mengembangkan model pembelajaran bagi TK harus
memerhatikan kebutuhan perkembangan berfikir tersebut. Tetapi berdasarkan sifat
dan karakter anak usia dini, maka pembelajaran di TK bersifat tematik yang
dilakukan secara integratif yang mana tidak dapat dilakukan dengan metode
tunggal. Kondisi semacam ini sudah diterapkan di TK Dharma Indria II Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember model pembelajaran yang digunakan adalah tematik
yang mana dilakukan secara integratif, artinya bahwa pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak (TK) tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh pembelajaran tematik
terhadap pengembanagn daya pikir anak di kelompok B2 Taman Kanak-Kanak (TK)
Dharma Indria II Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2011/2012?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
pembelajaran tematik terhadap pengembangan daya pikir anak di kelompok B2
Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Indria II Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember. Manfaat penelitian ini (a) bagi peneliti : menambah wawasan ilmu
pengetahuan; (b) bagi orang tua : sebagai bukti bahwa telah menyelesaikan tugas
akhir perkuliahan; (c) bagi TK Dharma Indria II : sebagai tambahan acuan dalam
mengamati perkembangan anak; (d) bagi Program Pendidikan Luar Sekolah : secara
keilmuan dapat dijadikan masukan dalam upaya untuk mengembangkan kontribusi
PLS di masyarakat; (e) bagi perguruan tinggi : sebagai dedikasi atas pengabdian
selama menjalani studi perkuliahan sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi
terutama dibidang penelitian serta menjalin hubungan baik antara Perguruan Tinggi

dengan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di kelompok B2 TK Dharma Indria II


Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan jumlah anak didik 18 orang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mana tidak berkenaan
dengan angka- angka akan tetapi hanya mendeskripsikan kejadian yang diamati.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian
data dan verifikatif. Pada saat dilakukan observasi pada pertemuan pertama
diketahui persentasi daya pikir anak yang meliputi perkembangan kognitif 91,2%,
kreativitas melalui hasta karya 83,3% dan kreativitas melalui bahasa 81,74%.
Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh persentasi daya pikir anak yang
meliputi perkembangan kognitif 96, 03%, kreativitas melalui hasta karya dan
kreativitas melalui bahasa 83,3%. Berdasarkan data tersebut, maka anak didik di
kelompok B2 TK Dharma Indria II Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
dikatakan terdapat pengaruh pembelajaran tematik terhadap pengambangan daya
pikir anak. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh pembelajaran
tematik terhadap pengembangan daya pikir anak di kelompok B2 TK Dharma Indria
II Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas
anak didik melalui pencapaian indikator perkembangan kognitif dan kreativitas anak
melalui hasta karya dan bahasa yang telah ditentukan oleh masing- masing anak
didik yang lebih baik. Saran yang diberikan adalah Bagi guru TK dharma Indria II
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember pembelajaran akan lebih maksimal jika
pendidik atau guru di kelmpok B2 terdiri dari 2 orang, karena dengan begitu guru
dapat maksimal dalam mendampingi anak. Karena anak usia dini membutuhkan
perhatian yang lebih dalam membantu mengembangkan daya pikir mereka.

Show full item record

Files in this item

Name: gdlhub- (172)_1.pdf


Size: 1.299Mb
Format: PDF
View/Open

This item appears in the following Collection(s)

Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan

Pencarian

Anda mungkin juga menyukai