Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Transpirasi pada Tumbuhan

PRAKTIKUM V
A.
Judul
: Transpirasi Pada Tumbuhan
B.
Tujuan : Mengukur kecepatan relatif kehilangan air pada suatu jenis tanaman dan melihat
pengaruh jumlah stomata per satuan luas.
C.
Dasar Teori
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem
percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh
sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam
tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar
terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang terdapat di atas
permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang ditempati oleh cabangcabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk permukaan luas yang
berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang juga membentuk permukaan
luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal, sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh
larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis umumnya di bawah 2 bar (atmosfer), dan sering
kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi
oleh udara tak jenuh yang kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang
menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak
dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari
tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan
dengan sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui
batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).
Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap
akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses
metabolisme dan mengatur turgor sel.Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses
transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula
atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).
Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara
langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air
berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless,
1991).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk
mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun
segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang
ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk
besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu
dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui
beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo,
1993).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat
mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan
mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi
penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan
fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Anonim, 2009).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau
transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air
melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa
tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit
(Soedirokoesoemo, 1993).
D.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
4 buah botol bekas fanta
b.
4 potong gabus
c.
Pisau
d.
Vaselin
e.
Mistar
2.
Bahan
a.
2 potong ranting tanaman Anacardium ocidentalemasing-masing 30 cm.
b.
2 potong ranting Artocarpus integramasing-masing 30 cm.
E.
Prosedur Kerja
1.
Mengambil masing-masingdua potong ranting tanaman Anacardium ocidentale dan
Artocarpus integra dengan panjang 30 cm.
2.
Menyiapkan botol fanta yang telah diisi dengan air kurang lebih setengahnya.
3.
Memasukan potongan tanaman tersebut kedalam botol yang telah diberi air dan telah ditutup
dengan gabus.
4.
Mencegah penguapan melalui tutup botol dengan menyumbat pori atau celah pada kepala
botol dan sekitar batang tanaman dengan diberikan vaselin.
5.
Menimbang botol yang telah berisi air dantanaman tersebut serta mencatat beratnya sebagai
berat awal (dilakukan pada keempat botol tersebut).
6.
Meletakkan kedua botol tanaman itu ditempat yang ada sinar matahari (1 buah Anacardium
ocidentale dan 1 buah Artocarpus integra serta 2 buah sisanya diletakkan di dalam ruangan).
7.
Menimbang kembali botol itu setelah 1 jam dan mencatat berat masing-masing.
8.
Menghitung luas total daun dari masing-masing tanaman tersebut.
9.
Menghitung kadar cepat transpirasinya.
10.
Mengamati masing jumlah stomata setiap satuan luas.
11.
Mengambil kesimpulan dari hasil praktikum.
F.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tanaman
Pengukuran
Artocarpus integra
Anacardium ocidentale
Botol A (luar) Botol B (dalam) Botol A (luar) Botol B (dalam)
Panjang (cm) 30
30
30
30
Jumlah daun 5
5
5
5
Berat awal (gr) 642,5 633
628
614,5
Berat akhir (gr) 635,9 630,5 621,5 613
Selisih/a (gr)
6,6
2,5
6,5
1,5
Tabel 2. Hasil Pengukuran Besarnya Kecepatan Transpirasi Artocarpus integra
Jenis Pengukuran
Artocarpus integra
Botol A (luar) Botol B (dalam)
D1
D2
D3
D4
D5
D1
D2
D3
D4
Nilai Y (gr)
0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007
Nilai X (gr)
0,726 0,352 0,452 0,545 0,518 0,502 0,569 0,548
LTD/b (cm2)
103,7 50,2
64,5
77,8
74
71,7
81,2
78,2
Kecepatan Transpirasi (mg/cm2/jam)
0,063 0,131 0,102 0,084 0,089
0,031 0,032 0,026

D5
0,007
0,536
76,5
0,034

0,007
0,669
95,5
0,030

Tabel 3. Hasil Pengukuran Besarnya Kecepatan Transpirasi Anacardium ocidentale


Jenis Pengukuran
Anacardium ocidentale
Botol A (luar) Botol B (dalam)
D1
D2
D3
D4
D5
D1
D2
D3
D4
D5
Nilai Y (gr)
0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007
Nilai X (gr)
0,548 0,503 0,507 0,348 0,452 0,267 0,399 0,237 0,383
LTD/b (cm2)
78,2
71,8
72,4
49,7
64,5
38,1
57
33,8
54,7
Kecepatan Transpirasi (mg/cm2/jam)
0,083 0,090 0,089 0.130 0,100 0,039
0,044 0,027 0,028

0,007
0,376
53,7
0,026

G.
Pembahasan
Pada percobaan ini,dilakukan pengamatan tentang proses terjadinya transpirasi pada tanaman
dengan menggunakan ranting dariAnacardium ocidontale dan Artocarpus integra. Pada hasil
pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap penimbangan botol yang berisi air dan
tanaman. Pada penimbangan awal Anacardium ocidontale (luar)didapatkan berat sebesar 628 gr,
Anacardium ocidontale (dalam)614.5 gr dan pada Artocarpus integra (luar) 642.5 gr dan Artocarpus
integra (dalam) 633 gr. Setelah 60 menit, dilakukan penimbangan berat kembalipada masing-masing
tanaman tersebut dan didapatkan hasil bahwa berat dari keempat botol tersebut mengalami
pengurangan berat (pada tabel 1).
Pada tabel 1. menunjukkan bahwa pengurangan berat yang terbesar terletak pada tanaman yang
diletakkan di luar ruangan(terkena sinar matahari secara langsung), sedangkan yang di dalam (tidak
terkena sinar matahari) juga terjadi pengurangan akan tetapi jumlah pengurangan beratnya sedikit.
Hal ini disebabkan karena cahaya matahari mempercepat proses pengurangan air (transpirasi).
Seperti yang diketahui, bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan
tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman
Anacardium ocidontale dan Artocarpus integra tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh luas
total daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses
transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat
pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan
botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi
tanaman (tabel 2 dan tabel 3).
Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan, pada umumnya berlangsung melalui daun-daun.
Ada dua tipe transpirasi yaitu:
1.
Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula
epidermis.
2.
Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Hampir
97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi
kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena
itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Loveless, 1991). Menurut Dwijoseputro
(1980), Transpirasi merupakan suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun
yang ada dan kondisi udara menyebabkan penguapan mesti terjadi; penguapan tidak mungkin dapat
dicegah. Transpirasi pada tanaman lain daripada transpirasi pada manusia. Pada manusia transpirasi
dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah turut
serta dikeluarkan dari badan.
Selain karena luas daun yang terdapat pada suatu tumbuhan, cepat lambatnya proses transpirasi
juga ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air

sebagai uap atau gas. Faktor yang mempengaruhi transpirasi terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor internal menurut Gardner, et.al. (1991) diantaranya adalah:
1.
Penutupan stomata: Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air.
2.
Jumlah dan ukuran stomata: Jumlah dan ukuran stomata dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan. Hal ini mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.
3.
Jumlah daun: Makin luas daerah permukaan daun, makin besar laju transpirasi.
4.
Penggulungan atau pelipatan daun: Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun
yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.
Kedalaman dan proliferasi akar: Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air
dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) sebelum terjadi pelayuan permanen.
Adapun faktor eksternal/lingkungan yang dapat mempengaruhi transpirasi adalah (Dwijoseputro,
1986):
1.
Kelembaban: Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air
yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air
didaun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
2.
Suhu: Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun
yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.
3.
Cahaya dapat mempengaruhi laju transpirasi melalui Sehelai daun yang terkena sinar
matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. Cahaya tidak harus selalu berbentuk cahaya
langsung, cahaya dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata dengan mekanisme tertentu.
4.
Angin cenderung meningkatkan laju transpirasi, terutama di dalam naungan atau cahaya
melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan
suhu daun dan penurunan laju transpirasi, cenderung menjadi lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air.
5.
Kandungan air tanah: Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
H.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, laju transpirasi tumbuhan dipengaruhi oleh halhal sebagai berikut :
Faktor-faktor dalam diantaranya :
1.
Besar kecilnya daun
2.
Tebal tipisnya daun
3.
Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
4.
Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
5.
Banyak sedikitnya stomata
6.
Bentuk dan lokasi stomata
Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi diantaranya :
1.
Sinar matahari
2.
Temperatur
3.
Kelembaban udara
4.
Angin
5.
Keadaan air didalam tanah

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009.
Sistem
Transportasi
dan
Transpirasi
dalam
Tanaman.
http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. Diakses tanggal 16April 2012.
Dwijoseputro.1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gardner, F.P.R. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Purwokerto: Fakultas Pertanian
UNSOED.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Team Teaching. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Gorontalo: Laboratorium Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM


TRANSPIRASI
Disusun oleh:
Namira Nur Arfa
XI-IPA 3
R-SMA-BI NEGERI 2 BOGOR
BOGOR
2012-2013
LAPORAN PRAKTIKUM TRANSPIRASI
BAB.1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti sel
sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada
dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang
diperoleh dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan
unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut memperoleh air dengan
cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses

ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut
(Wanggai,Frans. 91: 2007).
Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis
terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air,
daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut.
Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi,
yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan ( Campbell.N.A,292:2000)

Dalam kehidupan sehari- hari , kita tanpa sadar menyadari bahwa tumbuhan melakukan
proses transpirasi . Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel .80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar
peranannya dalam transpirasi.Transpirasi berperan di dalam pengangkutan air ke daun dan
difusi air antar sel , penyerapan dan pengangkutan air dan zat hara, pengangkutan asimilat ,
membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata dan mempertahankan suhu
daun. Transpirasi di pengaruhi oleh beberapa faktor ,yaitu faktor internal dan eksternal .Oleh
karena itu kami ingin mengetahui faktor-faktor eksternal apa sajakah yang mempengaruhi
transpirasi .
1.2. Identifikasi Masalah
1. Apakah angin mempengaruhi laju transpirasi?
2. Apakah jumlah daun mempengaruhi transpirasi?
3. Apakah diameter batang tanaman mempengaruhi transpirasi?
4. Apakah kelembaban mempengaruhi transpirasi?
5. Apakah suhu mempengaruhi transpirasi?
6. Apakah cahaya mempengaruhi transpirasi?
7. Apakah ketersediaan air tanah mempengaruhi laju transpirasi?
1.3. Rumusan Masalah
1. Apakah angin mempercepat laju transpirasi?
2. Apakah cahaya mempengaruhi laju transpirasi?
3. Apakah kelembaban mempengaruhi laju transpirasi?
1.4.Maksud dan tujuan
1. Mengetahui proses transpirasi pada tumbuhan
2. Mengetahui faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi
BAB.2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna
tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan
pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu
adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun
tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang
secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada
sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan
aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun
disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena

difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi
mineral
dilarutkan
perjalanan
dengan
melalui
xilem.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan
tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian
besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui
permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui
stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan
di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan
bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam fotosintesis
atau dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses
transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi
dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang
pada waktu transpirasi.
Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan batang
ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.
Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas.
Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan
panas untuk menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya
langsung, radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan,
semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :
1) Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun
secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.
2) Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang
udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari
dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui
stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal
evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap
air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
3) Transpirasi Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui jaringan ini
adalah 0,1%
Pengukuran Transpirasi
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya
adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan
dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium
untuk menaksir laju transpirasi :
1.
Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan
pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru
cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila
menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup

dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk
mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari
bagian daun yang ditutup kertas.
2.
Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang
dikeluarkan oleh transpirasi.
3.
Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana
tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4.
Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam
pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat
dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan
penimbangan langsung.
C. Faktor yang mempengaruhi transpirasi
Faktor dalam adalah:
1.
Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2.
Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.
3.
Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4.
Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam
daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.
Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh
tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang
lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume
tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen.
Faktor luar adalah :
1.
Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan
gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi.
Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur
sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian
memperbesar transpirasi .
2.

Temperatur

Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada
dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara,
tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu
udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu
didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun.
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar
daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan
uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan
mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
3.
Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian
itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau
dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar
daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke
konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat
transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu
mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari
molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses
kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan
konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan
menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,
transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa
pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih
ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat
dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di
dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari,
pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju
transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh,
maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara
yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena
lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar
permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus
ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama
adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah
tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun.
Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh
lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk
meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk
mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara
keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi

5.
Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas
tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu
tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.
Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada
penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari
akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika
kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah
ke dalam akar menjadi lebih lambat.
D.

Mekanisme transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel
yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan
rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air
ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap
air.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari
xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang
menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap
berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka.
Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan
atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air
dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat
utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan
terbukanya stomata.
E. Kegunaan dan kerugian transpirasi
1.
Kegunaan transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa
garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan
penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah
karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan
air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem, membuang
kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur
bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi,
laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara
optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi
matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka
peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.

2.
Kerugian transpirasi
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak
mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman
menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.
F.

Evaporasi
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi
apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada
daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu
tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan
angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah.
Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh
proses fotosintesis pada permukaan daun.
Perbedaan transpirasi dan evaporasi yaitu :

Transpirasi

Evaporasi

1.

Proses fisiologis yang termodifikasi

1.

Proses fisiologis murni

2.

Diatur bukaan stomata

2.

Tidak diatur bukaan stomata

3.

Diatur beberapa macam tekanan

3.

Tidak diatur oleh tekanan

4.

Terjadi di jaringan hidup

4.

Tidak terbatas pada jaringan hidup

5.

Permukaan sel basah

5.
Permukaan yang menjalankannya
menjadi kering.

G.

Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman
melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air
(vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang
penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan
seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi
adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan
dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi
terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke
atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman.
H.

Gutasi
Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun . Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga
penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air
sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun
mirip stomata yang bernamahidatoda. Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air
di tepi daun yang tersusun teratur.Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan

dengan transpirasi. Gutasi juga lebih jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di
tepi daun yang terjadi akibat gutasi di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.
Beberapa perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:
Faktor
Pembeda

Gutasi

Transpirasi

Bentuk air yang Pelepasan air dari jaringan Pelepasan air dari jaringan
dilepaskan
tumbuhan dalam bentuk tumbuhan dalam bentuk
titik-titik air (cair)
uap air
Kualitas
air Air mengandung senyawayang dilepaskan senyawa terlarut dan garam
mineral

Air murni

Mekanisme

Air dilepaskan melalui Air dilepaskan melalui


struktur hidatoda menuju stomata,
kutikula,
ujung pembuluh daun
dan/atau lentisel

Regulasi
aktivitas

Pembukaan hidatoda tidak


dapat diregulasi

Waktu terjadi

Pada malam atau pagi hari

Transpirasi melalui
stomata diatur oleh sel
penjaga
Pada saat ada sinar
matahari (melalui
stomata) dan sepanjang
hari (melalui kutikula atau
lentisel

2.2. Hipotesis
Hipotesis Positif:
1. Angin mempengaruhi proses transpirasi dengan cara mempercepat laju transpirasi
2. Cahaya mempengaruhi proses transpirasi dengan cara mempercepat laju transpirasi
3. Kelembaban mempengaruhi proses transpirasi dengan cara memperlambat laju
transpirasi
Hipotesis negatif:
1. Angin tidak mempengaruhi proses transpirasi
2. Cahaya tidak mempengaruhi proses transpirasi
3. Kelembaban tidak mempengaruhi proses transpirasis
BAB.3.METEDOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan tempat
Pada hari Senin,05 November 2012 bertempat di Laboratorium SMA Negeri 2 Bogor.
3.2.Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Cutter berfungsi untuk memotong batang tumbuhan dan melubangi tutup botol
2. Penggaris berfungsi untuk mengukur jumlah air pada botol
3. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur banyaknya air yang akan dimasukkan ke dalam botol

4. Ember berfungsi di dalam pemotongan batang tumbuhan


5. Kipas angin berfungsi untuk memberikan angin yang besar terhadap tumbuhan
6. Botol aqua sebagai media tumbuhan
7. Alat tulis untuk menulis hasil pengamatan
3.3.Bahan dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
3 buah tanaman bayam sebagai bahan pengamatan
Air untuk mencuci alat alat yang kotor.

3.4.Cara Kerja
Berikut ini cara kerja dari praktikum adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan


Melubangi tutup botol sesuai dengan diameter batang
Menyiapkan 400 ml air pada setiap botol
Memasukkan sejumlah air pada ember
Memotong tanaman menjadi tiga bagian di dalam air yang terdapat pada ember.
Memasukkan batang tanaman ke dalam botol
Memberi identitas pada setiap tanaman
Meletakkan setiap tanaman pada ketiga tempat yang berbeda, yaitu pada tempat terang ,
tempat dengan kelembaban tinggi serta tempat yang memiliki angin yang tinggi
9. Mengukur perubahan volume air setelah 20 menit
10. Mengulangi kerja ke 9) sampai tiga kali
11. Mencatat hasil pengamatan

BAB.4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.HASIL
Tabel Hasil Pengamatan :
No
1.
2.
3.

Perlakuan

20 menit ke-satu

Waktu
20 menit keDua

Kelembaban
Cahaya matahari
Angin

12 cm (400 ml)
12 cm(400 ml)
12 cm(400 ml)

11,9 cm
11,8 cm
11, 7 cm

20 menit ketiga

Jumlah

11,8 cm
11,5 cm
11,6 cm

398ml
396ml
397ml

1.
2.
3.
1.
2.

4.2.PEMBAHASAN
Dapat diketahui dari data tersebut bahwa pada tanaman bayam yang diletakkan pada tempat
yang memiliki cahaya matahari mengalami pengurangan volume air yang menandakan
terjadinya transpirasi , karena sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi.
Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan temperatur
sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian
memperbesar transpirasi .Panjang awal air adalah 12cm atau 400ml , pada 20 menit kedua ,
panjang air berkurang menjadi 11,8 cm dan pada 20 menit ketiga panjang air menjadi 11,5 cm
.Transpirasi terjadi pada tumbuhan tersebut , sehingga air berkurang dari yang awalnya 400
ml menjadi 398 ml setelah 60 menit.
Pada daerah yang berangin panjang awal air 12 cm atau 400 ml, pada 20 menit
pertama panjang air adalah 12 cm, pada 20 menit kedua, air bekurang 3 cm menjadi 11,7 cm
dan pada 20 menit ketiga panjang air menjadi hanya 11,6 cm . Volume pada daerah berangin
awalnya 400 ml setelah 60 menit, menjadi 397 ml . Hal ini disebabkan karena angin yang
sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang
bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun
kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar .
Pada daerah yang agak lembab panjang awal air adalah 12cm atau 400ml , pada 20
menit kedua , panjang air berkurang menjadi 11,9 cm dan pada 20 menit ketiga panjang air
menjadi 11,8 cm .Transpirasi terjadi pada tumbuhan tersebut , sehingga air berkurang dari
yang awalnya 400 ml menjadi 398 ml setelah 60 menit.Namun , laju transpirasi pada daerah
yang agak lembab lebih lambat dibandingkan pada daerah berangin atau bercahaya.
Jadi , Cahaya/suhu , kelembaban dan angin mempengaruhi laju transpirasi.
KESIMPULAN
Transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata, kutikula dan lentisel. Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor .
Faktor eksternal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :
Cahaya matahari/suhu
Angin
Kelembaban
SARAN
Sebaiknya pemotongan batang dilakukan di dalam air
Sebaiknya penelitian dilakukan secara telit

Transpirasi Tumbuhan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya

disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan
kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang
lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel.
Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air
dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang
disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering
kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan
yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita
menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan
dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu
tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air
oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).
Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons
fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami
kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil
dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air
dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan
( Campbell, dkk., 2010).
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga
laporan ini dapat dikerjakan.
I.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan yaitu Acalypha sp. DanBauhinia
purpurea.
2. Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tanaman.
3. Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun.
I.3. Waktu dan Tempat
Percobaan transpirasi tumbuhan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 9 mei 2014,
pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem
percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan

oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di
dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar.
Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang
terdapat di atas permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang
ditempati oleh cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk
permukaan luas yang berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang
juga membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal,
sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis
umumnya di bawah 2 bar (atmosfer), dan sering kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan
bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi oleh udara tak jenuh yang
kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan
daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak dapat dielakkan
lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke
udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan
sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui
batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami
tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan
yang

berlangsung

di

bagian

atas.

Sebagian

besar ion bergerak

melalui

simplas

dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.Laju transpirasi
dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan
tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan
menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan
kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun
dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi
tersebut dapat digunakanpotometer . Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak
dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi
layu

bahkan

mati.Sebagian

besar

transpirasi

berlangsung

melalui stomata sedang

melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat
tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambilkarbon dioksida dari udara untuk
berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akardikeluarkan ke udara sebagai uap
air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal
dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi
yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem (Siregar, 2003).

Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan


lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun
cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang
tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek
penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada
udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa
air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini,
tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin.
Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang
tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang
menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.Beberapa penggantian air berasal dari
dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi
lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan,
tekanan turgor akan menjadi nol (Wahab, 2013).
Tumbuhan

seperti

pohon jati dan akasia mengurangi

penguapan

dengan

cara

menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahejahean,

tumbuhan

jenis

ini

mematikan

daunnya

pada

musim kemarau.

Pada

musim hujan daun tersebut tumbuh lagi. Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau
lingkungan

yang

kekurangan

air

(daerah

panas)

misalnya kaktus,

mempunyai

struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan
yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecilkecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja, 1996).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam
fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal
banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang
memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis
yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi
air (Lakitan, 2007).
Kegiatan Transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor
luar. Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,
berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi
pada tumbuhan (Gardner, dkk., 1991).
Kegiatan Transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai
pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman
yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap

tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar

pada suhu

kelembapan relatif dengan gerakan udara (Ashari, 1995).


Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam
cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang.
Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua
penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat
pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas
dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan
angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh Xylem dan
secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan Transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama
dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup.
Sebenarnya seluruh

bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya

transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan
luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain
dari suatu tanaman (Darmawan dan Barasjah, 1982).
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan
tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut.
Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel
engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan
yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang
terjadi pada sel semakin rendah (Soedirokoesoemo, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju Transpirasi antara lain: Faktor-faktor internal
yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata yaitu Kelembaban
udara sekitar, Suhu udara, dan Suhu daun tanaman(Lakitan, 2007).
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati
permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar
tumbuhan tersebut (Gardner, dkk., 1991).
Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban
nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih
didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga
substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Tjitrosoepomo, 1998).
Menurut Dwijoseputra (l989) pada pagi hari masih kedapatan amilum di dalam sel-sel
penutup stomata. Penaruh sinar matahari ini membangkitkan klorofil-klorofil untuk

mengadak fotosintesis dalam kloroplas jaringa palisade dan spon parenkim. Dengan adanya
fotosintesis ini, maka kadar CO2 dalam sel-sel tersebutt menurun, ini karena sebagian dari
CO2 mengalami reduksi menjadi CH2O. Karena peristiwa reduksi ini, maka berkuranglah ionion H, sehingga pH lingkungan jadi lingkungan menuju basa. Kenaikan pH ini sangat baik
bagi kegiatan enzim posporilase guna mengubah amilum dalam sel penutup menjadi glukosal pospat. Naiknya osmosis isi sel penutup menyebabkan masuknya air dari sel tetangga,
sehingga menaikkan turgor dan memgembanglah dinding sel tetangga yang tipis tersebut
(Haryanti dan Meirina, 2009).
Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air
yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan
untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel.Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi
melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin
besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan
digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata
berbanding dengan resistensi stomata (Campbell, dkk.,2010).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena
kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila
kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang
besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi
yang tidak sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Campbell, N. A., J. B., Reece, dan L. G., Mitchel, 2010. Biologi, edisi kedelapan, Jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.Erlangga, Jakarta.
Gardner, F. P., R. B., Pearce
Budidaya. Erlangga, Jakarta.

dan

R.

L.

Mitchell., 1991. Fisiologi

Tanamaman

Haryanti, S., dan Meirina T., 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine
max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurnal Bioma. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Dipinegoro, Vol. 11 (18-23).
Loveless, A. R., 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga, Jakarta.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Erlangga,
Jakarta.
Siregar, Arbayah, 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB, Bandung.
Sudrajad,
E.,
2014. Laporan
Praktikum
Transpirasi
pada
Tumbuhan.http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/trnaspirasi_tumb.html,
diakses pada hari sabtu 10 mei 2014 pukul 21.58 WITA.
Tjitrosoepomo H.S., 1998. Botani Umum. UGM Press, Yogyakarta.
Wahab, 2013. Lapiran Praktikum Tranpirasi Tumbuhanhttp://wahabhadada.blogspot.com/laporantranspirasi.html. diakses pada hari sabtu 10 mei 2014, pukul 20.55 WITA.
Diposkan oleh Selviani Ahmad di 21.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai