Pembimbing :
dr. Banteng Hanang W, Sp.PD-KP
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
: Endrik Baskara
NIM
: 22010112210015
Bagian
Pembimbing
I. IDENTITAS PENDERITA:
Nama
: Tn. Stt
: 48 th
Alamat
: Candirejo RT 3 RW 3 Ungaran
: C439159
Ruang
: C3L2
Status
: Jamkesda
Masalah aktif
Efusi pleura dekstra
Hipoalbuminemia
Tgl
No
Masalah pasif
Tgl
12/9/2013
12/9/2013
Tanda Vital
: 120/80
mmHg
: 98 x/menit
RR
t
: 34 x/menit
: 36.5 oC (axiler)
: 53 kg
TB
: 166
BMI
: 18.5
Kulit
Leher
: Deviasi trakhea ke arah kanan, JVP R+0 cm, pembesaran nnll colli
(-/-)
Tenggorok: T 1-1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Toraks : retraksi (+) intercostal
Pulmo Depan:
I
Pa
Pe
: Kanan
Kiri
Au
:
Kanan : Suara dasar vesikuler kanan vesikuler menurun dari
SIC II ke bawah
Kiri
Pulmo Belakang:
I
Pa
Pe
:
Kanan : Redup paru kanan setinggi SIC I kebawah
Kiri
Au
:
Kanan : Suara dasar paru kanan vesikuler menurun setinggi
SIC I ke bawah
Kiri
Ka
Ki
Ki Ka
Redup di SIC II kebawah
SD : vesikuler
ST: (-)
Anterior
Redup
di SIC V.C VII
ke bawah
SD: menghilang
ST: (-)
Posterior
Cor :
I
Pa
sinistra, kuat angkat (+), melebar (-), sternal lift (-), pulsasi parasternal
(-), pulsasi epigastrial (-).
Pe
Au
: Batas atas
Batas Ka
Batas Ki
: Sulit dinilai
gallop (-)
Abdomen :
I
Au
Pe
: Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area Traube timpani.
Pa
Extremitas
SUPor
INor
Edema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Clubbing finger
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
:
:
:
:
:
:
:
:
Jumlah
13.72
40.39
4.287
32
94.21
33.96
9.63
350
Satuan
gr%
%
Juta/mmk
pg
fl
g/dl
ribu/mmk
ribu/mmk
Nilai Normal
13-16
40-54
4,5-6,5
27-32
76-96
29-36
4-11
150-400
Kimia Klinik
GDS
Ureum
Creatinin
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
LDH
Total protein
Natrium
Kalium
Chlorida
Calcium
Magnesium
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
93
21
0.6
2.8
3.1
78
127
512
5.9
136.5
4.04
100.1
1.9
0.72
mg/dl
mg/dl
mg/dl
g/dl
U/L
U/L
U/L
g/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
74-106
10-50
0,5-1,1
3,4-5,0
2,3-3,5
15-37
30-65
120-246
6,4-8,2
135-145
3,5-5,5
95-108
:
:
:
Orange
1.020
6
1.003-1.025
4.8-7.4
Protein
Reduksi
Urobilinogen
Bilirubin
Aseton
Nitrit
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Ca-Oksalat
Asam Urat
Triple fosfat
Silinder
Bakteri
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Neg
Neg
1
1
Neg
Neg
0.6
2.9
10.0
Neg
Neg
Neg
Neg
28.5
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
/uL
/uL
/uL
Neg
Neg
Neg
Neg
Neg
Neg
0.0-40.0
0.0-20.0
0.0-25.0
/uL
0.0-100.0
IMNOSEROLOG
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
I
CEA
10.47
Ng/ml
0.00-5.00
opasitas.
Pulmo : corakan vaskuler lapangan paru kiri normal, tampak opasitas
homogen pada seluruh lapangan paru kanan dan tampak bercak pada perihiler
dan parakardial kanan.
nreguler, liver tip baik, tak tampak nodul, v.porta tak melebar, v.hepatika tak melebar.
Duktus biliaris:
Vesica felea
kalsifikasi.
Ginjal kanan :
kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, plelokaliks tak melebar, tak
tampak batu.
Ginjal kiri
kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, pielokaliks tak melebar, tak
tampak batu.
Lien
Aorta/paraaorta:
Vesica urinaria:
Prostat
EKG 12-9-2013
Frekuensi
: 100x/menit
Irama
: sinus
Axis
Gel P
: 0,08 s
PR interval
: 0,12 s
ORS complex
: 0,06 s
Segmen ST
: isoelektrik
Gel T
RESUME
Seorang laki-laki 48 tahun datang ke RSDK dengan keluhan sesak nafas sejak
1 bulan yang lalu. Sesak nafas dirasakan tiba-tiba setelah pasien bekerja seperti
ditekan oleh beban berat yang menindih dada. Sesak nafas membuat penderita tidak
dapat berkativitas dan bekerja. Sesak bertambah bila pasien beraktivitas dan bekerja.
Sesak nafas berkurang dengan istirahat, lebih enak berbaring dengan posisi setengah
tidur dengan menggunakan bantal tinggi dan miring kekanan. Sesak nafas disertai
dengan batuk dengan sedikit dahak, mual dan berat badan dirasakan menurun 3 bulan
terkahir. + 2 minggu SMRS pasien sempat dirawat di RS Ambarawa, dan dilakukan
pengambilan cairan dari paru-paru. Dan didapatkan cairan berwarna kemerahan.
Dari riwayat dahulu didapatkan bahwa penderita memiliki riwayat merokok
selama 25 tahun, mulai berhenti sejak 2 bulan yang lalu. Setiap harinya 1 bungkus
habis. Dari riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti ini.
Penderita dulu bekerja sebagai tukang angkut pasir, namun saat ini sudah tidk
bekerja lagi. Istri sudah meninggal dunia. Memiliki 3 orang anak yang sudah mandiri.
Biaya pengobatan ditanggung oleh jamkesmas. Kesan sosial ekonomi kurang.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 12 september 2013 didapatkan keadaan umum
tampak lemah dan sesak, terpasang O2 3lpm nasal kanul dan WSD. Dengan tanda vital
: TD 120/80 mmHg (berbaring), N 98x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup. RR
Sesak napas
Batuk sedikit dahak
Riwayat merokok (+)
Paru kanan tertinggal saat inspirasi, stem fremitus melemah, redup, suara
dasar menurun
5. Konfigurasi jantung bergeser ke caudolateral
6. Peningkatan SGOT SGPT
7. Peningkatan LDH
8. Hipoalbuminemia
9. X foto: efusi pleura kanan masif, mungkin dengan massa
10. Sitologi cairan efusi dekstra: kesan adenocarcinoma
Problem 2: Hipoalbuminemia
Assessment : IpDx
:-
IpTx
IpMx
IpEx
:
Memperbanyak makanan yang banyak protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pleura.
Pleura parietalis
Merupakan jaringan yang lebih tebal, terdiri dari sel-sel mesothelial
dan jaringan ikat. Di dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung
kapiler dari a. intercostalis dan a. mamaria interna, pembuluh limfe,
dan banyak reseptof saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada
di atasnya. Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura.
2. Fisiologi
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis
dan visceralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan thorax dan
paru. Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura
parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis.
Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa mesenkim yang
berpori-pori, di mana sejumlah kecil transudat cairan interstitial dapat terus-menerus
melaluinya untuk masuk ke dalam ruang pleura2.
Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar
daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis sehingga dalam
keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura. Jumlah
total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit hanya 1-5 ml. Kapanpun bila
jumlah ini menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua lapisan pleura, maka
kelebihan tersebut akan di pompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
dalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan permukaan lateral pleura
parietalis.
II. Definisi
pleura.
Gangguan pembekuan darah, akibatnya darah di dalam rongga
pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya
1/3 tengah
dan
atas,
operasi
leher, operasi
kardiovaskular.
Obstruksi karena limfoma maligna, metastasis karsinoma ke
mediastinum, tuberkulosis, histoplasmosis.
III. Etiologi
Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 ml cairan, hal ini memperlihatkan
adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik dalam
pembuluh darah pleura visceralis dan parietalis dan drainase limfatik luas. Efusi
pleura merupakan hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotik. Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau yang bukan
dari paru yang bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi pleura
sangat luas, efusi pleura sebagian di sebabkan oleh gagal jantung kongestif,
pneumonia, keganasan, atau emboli paru. Mekanisme sebagai berikut berperan dalam
pembentukan efusi pleura 5:
dan sirosis.
Peningkatan tekanan hidostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan atau paru-
paru misalnya pada gagal jantung kongestif, sindrom vena cava superior.
Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh
misalnya pada atelektasis yang luas.
limfatik atau cacat struktural misalnya pada sirosis dan dialisis peritoneal.
Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura visceral.
Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisten menyebabkan
adanya akumulasi cairan di pleura.
IV. Klasifikasi
Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu transudat atau eksudat. Transudat hasil dari
ketidak seimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik, sedangkan
eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun.
Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristik cairan transudat
dan eksudat2.
a. Transudat
Dalam keadaan normal, cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu
adalah transudat. Transudat terjadi apabila ada ketidakseimbangan
antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga
terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh
pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada meningkatnya tekanan
kapiler sistemik, meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, menurunnya
tekanan koloid osmotik dalam pleura, dan menurunnya tekanan intra
pleura. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah gagal
jantung terbanyak pada kiri, sindrom nefrotik, obstruksi vena cava
superior, asites pada sirosis hati. Kriteria transudat menurut Light.
Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum <0,5, rasio
kadar LDH cairan efusi/kadar LDH serum <0,6 dan kadar LDH cairan
Efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar LDH serum8.
b. Eksudat
Merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein dengan konsentrasi tinggi
dibandingkan dengan protein transudat. Bila terjadi peradangan maka
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel
mesothelial berubah menjadi bulat atau kuboid dan terjadi pengeluaran
Jumlah
641
449
187
88
42
129
257
Presentase
36
25
10
5
2
7
14
dan
merupakan
mekanisme
paling
sering
menyebabkan
terakumulasinya sejumlah cairan dalam volume yang besar. Efek lokal lainnya dari
suatu tumor juga menyebabkan terbentuknya efusi pleura paramalignan, yaitu
obstruksi bronkus yang mengakibatkan pneumonia ataupun atelektasis. Selanjutnya,
sangat penting untuk mengenali efusi yang berasal dari efek sistemik tumor dan efek
samping terapi (tabel 2).
V. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura
melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini akan segera direabsorpsi oleh
saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.
Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak nafas terjadi pada saat
permulaan pleuritis yang disebabkan oleh nyeri dadanya dan apabila
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan pada sisi yang sakit akan terlihat 6:
pada trakhea.
Nyeri dada pada pleuritis
VII.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuat diagnosa efusi
pleura antara lain 4:
Rongten Thorax
Biasanya merupakan
langkah
pertama
yang
dilakukan
untuk
analisa.
Analisa cairan pleura
Untuk diagnostik cairan pleura dilakukan pemeriksaan :
- Warna cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan,
bila agak kemerahan ini dapat terjadi pada trauma, infark
paru, keganasan, dan kebocorab aneurisma aorta. Bila
kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan
adanya empiema. Bila merah tengguli ini, menunjukkan
-
Transudat
<3gr/100ml
Eksudat
>3gr/100ml
efusi
Rasio kadar protein
<0,5
>0,5
<200
>200
efusi
Rasio kadar LDH
<0,6
>0,6
<1,016
-
>1,016
+
neoplasma
Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis
Bakteriologi
Biasanya cairan pleura bersifat steril, namun kadang-kadang
bisa mengandung mikroorganisme apalagi bila cairannya
purulen. Efusi yang purulen dapat mengandung kuman
aerob dan anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan
pada
efusi
pleura
adalah
Klebsiella,
Pseudomonas,
Enterobacter, E. Coli
VIII.Diagnosis
Pendekatan diagnosis pada efusi pleura dapat dilihat dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada anamnesa dan
gejala klinis yang timbul di dapatkan keluhan utama penderita adalah sesak dan nyeri
dada sehingga biasanya penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernafas
pendek dan tidur miring ke sisi yang sakit. Selain ini biasanya sesak nafas terutama
bila berbaring ke sisi yang sehat disertai dengan batuk dengan atau tanpa dahak. Berat
ringannya sesak nafas ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya4.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dada yang terlihat cembung dan tertinggal
saat bernafas. Stem fremitus yang melemah pada sisi yang sakit, serta suara nafas
yang melemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang
sehat. Bila tidak ada pendorongan mungkin disebabkan karena keganasan.
IX.Penatalaksanaan
Pada efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena
cairan pleura itu dapat menekan organ-organ vital di dalam rongga dada. Berbagai
macam pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah
sebagai berikut2 :
melalui
selang
maka
perlu
dilakukan
tindakan
Infeksi
Fibrosis
Fibrosis pada sebagian paru dapat mengurangi ventilasi dengan
membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik dapat menjadi
sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi dan
reseksi pleura lewat pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi
infeksi dan mengembalikan fungi paru. Dekortikasi paling baik
dilakukan dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan,
karena dalam jangka waktu itu lapisan pleura masih belum
terorganisasi dengan baik sehingga pengangkatannya menjadi lebih
mudah.
XI.Prognosis
Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari
kondisi itu. Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobatan lebih dini
akan lebih jauh terhindar dari komplikasi. Efusi yang ganas prognosisnya sangat
buruk, dengan kelangsungan hidup kira-kira 4 bulan. Efusi dari kanker lebih responsif
terhadap kemoterapi. Efusi parapneumonik ketika diketahui dan diobat segera
biasanya dapat disembuhkan tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun efusi para
pneumonik yang tidak diobati dan tidak tepat dalam pengobatannya dapat
menyebabkan terjadinya fibrosis konstriktif2.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dilaporkan seorang pria usia 48 tahun dengan efusi pleura dextra dan
hipoalbuminemia. Pasien mengeluhkan dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan
yang lalu. Sesak nafas dirasakan tiba-tiba setelah pasien bekerja seperti ditekan oleh
beban berat yang menindih dada. Sesak nafas membuat penderita tidak dapat
berkativitas dan bekerja. Sesak bertambah bila pasien beraktivitas dan bekerja. Sesak
nafas berkurang dengan istirahat, lebih enak berbaring dengan posisi setengah tidur
dengan menggunakan bantal tinggi dan miring kekanan. Sesak nafas disertai dengan
batuk dengan sedikit dahak, mual dan berat badan dirasakan menurun 3 bulan
terkahir. + 2 minggu SMRS pasien sempat dirawat di RS Ambarawa, dan dilakukan
pengambilan cairan dari paru-paru. Dan didapatkan cairan berwarna kemerahan.
Dari riwayat dahulu didapatkan bahwa penderita memiliki riwayat merokok
selama 25 tahun, mulai berhenti sejak 2 bulan yang lalu. Setiap harinya 1 bungkus
habis. Dari riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti ini.
Penderita dulu bekerja sebagai tukang angkut pasir, namun saat ini sudah tidk
bekerja lagi. Istri sudah meninggal dunia. Memiliki 3 orang anak yang sudah mandiri.
Biaya pengobatan ditanggung oleh jamkesmas. Kesan sosial ekonomi kurang.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 12 september 2013 didapatkan keadaan umum
tampak lemah dan sesak, terpasang O2 3lpm nasal kanul dan WSD. Dengan tanda vital
: TD 120/80 mmHg (berbaring), N 98x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup. RR
34x/menit, T 36.50C (axiller). Pemeriksaan paru depan di dapatkan, inspeksi tampak
paru kanan tertinggal saat inspirasi, palpasi stem fremitus kanan lebih lemah daripada
kiri, perkusi paru kanan di dapatkan Redup paru kanan dari SIC II kebawah dan kiri di
dapatkan sonor di seluruh lapangan paru. Auskultasi paru kanan di dapatkan Suara
dasar vesikuler kanan vesikuler menurun dari SIC II ke bawah, paru kiri di dapatkan
Suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru belakang di
dapatkan, inspeksi tampak paru kanan tertinggal saat inspirasi, palpasi stem fremitus
kanan lebih lemah daripada kiri, perkusi paru kanan di dapatkan Redup paru kanan
setinggi SIC I kebawah dan kiri di dapatkan sonor diseluruh lapangan paru.
Auskultasi paru kanan di dapatkan Suara dasar paru kanan vesikuler menurun setinggi
SIC I ke bawah, paru kiri di dapatkan Suara dasar vesikuler, tidak ada suara
tambahan. Pemeriksaan jantung di dapatkan batas kanan jantung bergeser ke arah
kanan yaitu di SIC V 2 cm di lateral linea parasternal dextra. Kulit terlihat pucat. Pada
pemeriksaan leher di dapatkan adanya deviasi trakhea ke arah kanan. Pemeriksaan
kepala, mata, telinga, hidung, abdomen, ekstremitas dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 September 2013 di dapatkan
hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, MCH, MCV, dan MCHC dalam batas
normal , sedangkan trombosit 450.3 ribu/mm3 (H) mengalami peningkatan.Pada
pemeriksaan kimia klinik didapatkan peningkatan SGOT 78 U/L, SGPT 127 U/L dan
LDH 512 U/L, albumin 2.8 g/dl dan pemeriksaan urin rutin dalam batas normal.
Pemeriksaan foto thorax di dapatkan gambaran deviasi trakhea ke kiri, batas kanan
jantung tertutup opasitas, batas kiri jantung bergeser ke lateral. Pada pulmo terdapat
corakan vaskuler lapangan paru kiri normal, tampak bercak pada perihiler dan
parakardial kanan, dan tampak opasitas homogen pada hemithorax kanan. Kesan di
dapatkan bahwa cor tampak bergeser ke kiri dan gambaran efusi pleura kanan massif,
kemungkinan disertai adanya massa belum dapat disingkirkan.
Pada pasien ini kemungkinan diagnosa efusi pleura dextra dibuat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. Dari
anamnesis di dapatkan adanya keluhan sesak nafas yang dirasakan seperti menindih
dada, terus-menerus sepanjang hari yang diperberat dengan bekerja dan aktivitas serta
berkurang saat tidur setengah duduk dan miring ke sisi kanan.. Dari pemeriksaan fisik
juga di dapatkan pada paru kanan dari inspeksi terlihat paru kanan tertinggal saat
bernafas, stem fremitus yang melemah, pada perkusi ditemukan redup pada SIC II ke
bawah, dan auskultasi ditemukan suara dasar vesikuler yang kemudian menghilang
pada SIC II ke bawah. Selain itu dari pemeriksaan penunjang foto thorax
menunjukkan adanya gambaran deviasi trakhea ke kiri dan suatu cairan yang
mendorong trakhea dan jantung ke arah kiri. Selain itu juga terdapat gambaran
perselubungan homogen massif pada hemithorax kanan. Pada pasien ini juga didapati
adanya hipoalbuminemia, yaitu sebesar 2,8 g/dl
Untuk mendiagnosis efusi pleura lebih lanjut dilakukan pungsi cairan pleura,
di mana dapat diketahui jenis cairan pleura yang ada apakah eksudat atau transudat
sehingga etiologi dari efusi pleura dapat diketahui. Pemeriksaan pada cairan pleura
meliputi pemeriksaan sitologi, tes rivalta, pengecatan BTA, gram, jamur. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan darah rutin, LED, hitung jenis, dan biopsi cairan pleura.
Untuk penatalaksanaan efusi pleura pada pasien ini, dilakukan pengawasan
keadaan umum dan tanda vital, dilakukan pengambilan cairan pleura sehingga
sesaknya berkurang, diberikan O2 sebanyak 2 liter/menit, serta diposisikan tidur
setengah duduk atau miring ke kanan sehingga pasien merasa lebih nyaman dan tidak
terlalu sesak. Dilakukan pemeriksaan pada cairan pungsi untuk mengetahui jenis
cairannya dan etiologi dari efusi pleura tersebut sehingga bisa diberikan penanganan
lebih lanjut.
Untuk
penatalaksanaan
hipoalbuminemia,
diberikan
koreksi
albumin
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A. dan Loraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta: EGC.
2. Halim H. Penyakit-penyakit pleura. Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid II, edisi ke3, Gaya Baru. Jakarta. 2001; 927-383.
3. HANLEY, M. E. & WELSH, C. H. 2003. Current Diagnosis and Treatment in
4.
Penerbit FK UI.
5. Hoof A. dan Abdul M. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
6. Husodo, Dr. H. O. Setiono. 2002. Pemeriksaan Fisik Paru. Jakarta: Pustaka dian.
7. Richard W. Light. Pleural Diseases Fifth Edition