Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak penyakit yang disebabkan adanya kelainan multifaktor
yang menyebabkan anomali kongenital. Anomali kongenital ini dapat didefinisikan
sebagai gangguan perkembangan sejak lahir. Anomali kongenital ini dipengaruhi
factor genetic dan lingkungan (Price, 2006). Faktor genetik dapat disebut sebagai
faktor intrinsik, sedangkan faktor lingkungan dapat disebut sebagai faktor ekstrinsik.
Dari kedua faktor tersebut, faktor ekstrinsik berperan cukup banyak.

Faktor

ekstrinsik ini dapt berupa teratogen, yaitu substansi, organisme, agen fisik atau
keadaan defisiensi yang terdapat pada masa gestasi yang dapat menyebabkan efek
samping.
Kelainan kongenital yang cukup banyak di Indonesia sendiri adalah
Labiognatopalatoschisis atau Cleft Lip and Palate (CLP) atau yang sering disebut
sebagai bibir sumbing. Kelainan ini dapat berupa celah pada bibir (cleft lip), celah
pada palatum atau langit-langit mulut (cleft palate), atau gabungan dari keduanya
(cleft lip and palate). Berikut ini adalah permasalahan pada skenario 3 :
Seorang wanita 30 tahun memeriksakan bayinya yang baru berusia 2 minggu
di poliklinik RSDM. Ibu tersebut memeriksakan bayinya yang memiliki celah di bibir
dan juga di langit langit atas mulutnya. Setelah memeriksa kemudian dokter
mendiagnosis bahwa bayi tersebut menderita labiognathopalatochisis. Diketahui
bahwa selama kehamilan ibu tersebut tidak pernah memeriksakan kehamilannya
( Ante Natal Care = ANC ). Selain itu, ibu tersebut mengaku masih melakukan
kebiasaan buruknya, yaitu minum alkohol dan merokok. Suaminya pun perokok
berat. Kini ibu tersebut menyesal dan ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Dokter mengatakan bahwa kecacatan tersebut bisa diperbaiki dengan bedah plastik.
Karena penasaran ibu tersebut memberikan beberapa pertanyaan yang diajukan
kepada dokter :
1. Mengapa anak saya menderita kelainan seperti itu ?
2. Apakah kelainan tersebut bisa menurun? Padahal dalam keluarga tidak ada
yang menderita kelainan seperti itu.
3. Apakah kelainan itu dapat dicegah?

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana

patogenesis

dan

patofisiologi

molekuler

terjadinya

labiognathopalatoschisis?
2. Bagaimana manajemen penatalaksanaan penderita labiognathopalatoschisis ?
C. Tujuan
1. Mengetahui

patogenesis

dan

patofisiologi

molekuler

terjadinya

labiognathopalatoschisis
2. Mengetahui manajemen penatalaksanaan penderita labiognathopalatoschisis
D. Manfaat
1. Menjelaskan

pathogenesis

dan

patofisiologi

molekuler

terjadinya

labiognathopalatochisis.
2. Menjelaskan faktor faktor internal dann eksternal yang mempengaruhi
penyakit penyakit genetik.
3. Menjelaskan dasar terapi, prognosis dan rehabilitasi penyakit
penyakit genetik.

BAB II

STUDI PUSTAKA

Sumber : http://ww3.rsudulin.com/content/view/38/2/
Menurut Dr. Dharma PTR Maluegha, SpBP dalam tulisan berjudul Bibir Sumbing,
ada beberapa protokol penanganan penderita bibir sumbing, yaitu:
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi (hidung), evaluasi
telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran
dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca
operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasty
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan
advancementosteotomy LeFORTI

Sumber : http://www.klikdokter.com/illness/detail/110
Dalam tulisan berjudul Cleft Lip (Bibir Sumbing) terdapat beberapa upaya preventif
yang dapat dilakukan para orang tua untuk menghindari terjadinya bibir sumbing
pada anaknya, antara lain:
1. Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan
2. Menghindari merokok pada masa kehamilan,

3. Mengonsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap


harinya selama sebulan sebelum konsepsi dan selama dua
bulan pertama kehamilan dapat mengurangi resiko cleft lip dan
cleft palate.

http://www.uniprot.org/uniprot/P55771

Fungsi Pax2 :
Faktor transkripsi diperlukan untuk perkembangan normal timus, kelenjar paratiroid,
ultimobranchial tubuh, gigi, tulang tengkorak unsur dan laring serta distal tungkai
Keterlibatan dalam penyakit :
Cacat pada PAX9 adalah penyebab oligodontia [MIM: 604.625]. Ini adalah bentuk
keluarga atau agenesis gigi selektif. Oligodontia didefinisikan sebagai agenesis dari 6
atau lebih gigi permanen tanpa gangguan sistemik yang terkait. Agenesis dari satu
atau lebih gigi merupakan salah satu perkembangan yang paling umum anomali
dalam manusia. Melaporkan insiden bervariasi dari 1,6% menjadi 9,6%, tidak
termasuk geraham ketiga (Kebijaksanaan gigi) agenesis, yang terjadi pada 20% dari
populasi.

http://www.genecards.org/cgi-bin/carddisp.pl?gene=Otx2
Fungsi OTX 2 :

Gen ini mengkodekan anggota sub-bicoid keluarga mengandung homeodomain


transkripsi faktor. Protein yang dikodekan berperan sebagai faktor transkripsi dan
memainkan peran dalam otak dan alat pancaindera pembangunan. Protein serupa
pada tikus yang diperlukan untuk perkembangan otak-depan yang tepat.

Dua varian transkrip isoform pengkodean berbeda telah diidentifikasi gen ini. Selain
splice varian alternatif mungkin ada, tetapi sekuens panjang penuh mereka belum
ditentukan. [provided by RefSeq] [disediakan oleh RefSeq]

http://www.genecards.org/cgi-bin/carddisp.pl?gene=Msx2

Fungsi MSX 2 :
Gen ini mengkodekan anggota segmen otot gen homeobox keluarga. Protein yang
dikodekan adalah transkripsional represor aktivitas normal yang dapat membentuk
keseimbangan antara hidup dan apoptosis saraf sel yang diturunkan dari puncak
diperlukan untuk morfogenesis kraniofasial tepat. Protein yang dikodekan mungkin
juga berperan dalam mendorong pertumbuhan sel di bawah kondisi tertentu dan
mungkin merupakan target penting bagi jalur pemancaran RAS. Mutasi gen ini
berhubungan dengan parietalis craniosynostosis foramina 1 dan tipe 2. [provided by
RefSeq] [disediakan oleh RefSeq]

(sumber belum ada)

Hubungan PVRL I dengan bibir sumbing :


Secara simultan terjadinya PVRL1 dan CLPTM 1 gen mutasi pada pasien sumbing
tidak berkorelasi dengan tipe sumbing (kiri, kanan, bilateral) atau jenis kelamin
pasien. Jika kombinasi dari perubahan intron IVS7-10G / A, ekson perubahan
Gly331Gly, Ala88Ala dan Pro309Pro dari CLMPT 1 gen dan Glu441-Gly442 in Glu
mutasi gen PVRL I bisa menjadi faktor genetik sindrom non-primer clefts dan
sekunder palate.

http://www3.interscience.wiley.com/journal/103520806/abstact?
CRETRY=1&SRETRY=0
TBX22
TBX22 milik keluarga kotak T-faktor transkripsi dan pada awalnya ditemukan dalam
sebuah pendekatan silico dirancang untuk mengidentifikasi gen baru pada manusia
Xq12-Q21 daerah. Mutasi pada TBX22 telah dilaporkan dalam keluarga dengan
terkait-X celah langit-langit dan ankyloglossia (CPX), tetapi mekanisme yang
mendasari pathogenetic tetap tidak diketahui. Kami telah mengidentifikasi dan
menganalisis Tbx22 mouse ekspresinya selama embriogenesis oleh reverse
transcriptase-polymerase chain reaction dan hibridisasi in situ. Dalam embrio tikus,
itu dinyatakan dalam area yang berbeda kepala, yaitu mesenkim dari nasal inferior
septum, posterior palatal rak sebelum fusi, lampiran lidah, dan sel-sel mesenchymal
anlage sekitar mata. Para lokalisasi di frenulum lidah berkorelasi sempurna dengan
fenotipe dalam ankyloglossia CPX. Selanjutnya, kami mengidentifikasi situs-situs
pengikatan kedudukan kekal untuk faktor transkripsi, dua di antaranya telah terlibat
sebelumnya di palatogenesis (MSX1, PRX2). Developmental Dynamics 226:579586, 2003. 2003 Wiley-Liss, Inc
In English:
TBX22 belongs to the T-box family of transcription factors and was originally found
in an in silico approach designed to identify new genes on the human Xq12-q21
region. Mutations in TBX22 have been reported in families with X-linked cleft palate
and ankyloglossia (CPX), but the underlying pathogenetic mechanism remained
unknown. We have identified mouse Tbx22 and analyzed its expression during
embryogenesis by reverse transcriptase-polymerase chain reaction and in situ
hybridization. In mouse embryos, it is expressed in distinct areas of the head, namely
the mesenchyme of the inferior nasal septum, the posterior palatal shelf before fusion,
the attachment of the tongue, and mesenchymal cells surrounding the eye anlage. The

localization in the tongue frenulum perfectly correlates with the ankyloglossia


phenotype in CPX. Furthermore, we identified positionally conserved binding sites
for transcription factors, two of which have been implicated previously in
palatogenesis (MSX1, PRX2). Developmental Dynamics 226:579-586, 2003. 2003
Wiley-Liss, Inc.

BAB III
PEMBAHASAN

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Pada ibu hamil disarankan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat
membahayakan jiwa bayi, ataupun membuat kondisi bayi menjadi lebih buruk
akibat kebiasaan ibu yang kurang baik. Misalnya saja dengan menjauhi atau tidak
minum-minuman beralkohol, merokok, mengkonsumsi obat-obatan yang dilarang
(obat-obatan yang berbahaya), serta sering melakukan konsultasi kepada dokter
kandungan untuk memantau kesehatan bayi selama dalam kandungan.
( tolong tambahi )

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Cleft Lip (Bibir Sumbing).
http://www.klikdokter.com/illness/detail/110 . Diakses 22 November 2009
Maluegha, Dharma PTR. 2009. Bibir Sumbing.
http://ww3.rsudulin.com/content/view/38/2/ . Diakses 22 November 2009.

Anda mungkin juga menyukai