CASE PRESENTATION
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
EPIDURAL HEMATOM
DISUSUN OLEH :
Anneke Holly
C 111 09 004
PEMBIMBING :
dr. Fikhi Anggara
SUPERVISOR :
Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS
BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama
: Anneke Holly
NIM
: C 111 09 004
: Epidural Hematom
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Oktober 2013
Mengetahui,
Supervisor,
Pembimbing,
Identitas Pasien
RM
: 632686
Ruang
Nama
: Tn.
YNT
Tanggal Lahir
: 19-
08-1976
Jenis Kelamin
Laki-laki
Alamat
: Jl.
Tanggal Masuk
II.
Anamnesis
Keluhan Utama :
Kesadaran menurun
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien sedang memperbaiki atap rumah, secara tiba-tiba pasien terjatuh dari
ketinggian 3 meter dengan bagian kepala sisi sebelah kanan membentur tanah. Setelah
kejadian, pasien sempat sadar baik, kemudian mengalami penurunan kesadaran. Riwayat
pingsan tidak ada, muntah tidak ada, demam tidak ada, batuk tidak ada, riwayat keluar
darah dari hidung sebelah kanan, riwayat keluar darah dari telinga kanan.
BAB : Biasa, kesan normal
BAK : Lancar, kesan normal
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit lain : Asma, serangan terakhir 6 bulan yang lalu
Riwayat minuman keras disangkal
III.
Pemeriksaan Fisis
Primary Survey
A : Paten Dilakukan intubasi ETT
B : 28x/menit, tipe pernapasan thorakoabdominal
C : Tekanan Darah : 100/80mmHg
Nadi : 88x/menit
D : GCS 8 (E2M4V2), Pupil anisokor 4mm/2.5mm, Refleks cahaya +/+ menurun,
Lateralisasi motorik -/E : Suhu : 36,9oC
Secondary Survey
Regio Periorbita Dextra
Inspeksi
Palpasi
Status Regional
Kepala
Ekspresi wajah
: Biasa
Simetris muka
: Simetris kiri=kanan
Deformitas
: Tidak ada
Tidak di temukan malar atau rash
Rambut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus
: (-)
Kelopak mata
Konjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
Telinga
Tophi / Nyeri tekan di prosesus mastoiseus
Pendengaran
: (-)
: Dalam batas normal
Hidung
Perdarahan
Sekret
: (-)
: (-)
Mulut
Bibir
Gigi geligi
Gusi
Tonsil
Farings
Lidah
Leher
Kelenjar getah bening
Kelenjar gondok
DVS
Pembuluh darah
Kaku kuduk
Tumor
: MT (-), NT (-)
: MT (-), NT (-)
: R-2 cmH2O
: Bruit (-), tidak ada kelainan
: (-)
: (-)
Dada
Inspeksi
Simteris dada
: Simetris kiri = kanan, spider nevi (-)
Bentuk
: Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada
: Tidak ada kelainan
Sela iga
: Tidak ada pelebaran, tidak ada kelainan
Lain-lain
: (-)
Palpasi
Massa Tumor
: (-)
Nyeri tekan
: (-)
Perkusi
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Batas paru hepar
: ICS V dextra anterior
Batas paru belakang kanan : V. Thoracal VIII dextra posterior
Pekak setinggi V. Th VIII
Batas paru belakang kiri : V. Thoracal VIII sinistra posterior
Pekak setinggi V Th VIII
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh-/- Wh -/Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular, Bunyi tambahan : Bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)
Hati : sulit dinilai
Limpa : sulit dinilai
Ginjal : Ballottement (-)
Perkusi : Ascites (-), shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Inspeksi : Skoliosis (-), Kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Perkusi : (-)
Auskultasi : Rh-/- ,Wh-/Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : (-)
Ekstremitas
Kulit
Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
: (-)
Kernig Sign
: (-)
Lasegue
: (-)
Brudzinsky
: (-)
Nervi Craniles:
N. Olfaktorius
Kanan
Penciuman
N.Opticus
Visus
Lapangan pandang
Kiri
Kanan
Kiri
Pupil
-
Bentuknya
bulat
bulat
Besarnya
4 mm
2,5 mm
Isokor/anisokor
Midriasis/miosis
Refleks cahaya
anisokor
tidak ada
tidak ada
- Langsung
(+), menurun
(+), menurun
- Tidak langsung
(+), menurun
(+), menurun
Diplopia
Ptosis
tidak ada
tidak ada
Strabismus
tidak ada
tidak ada
Exophtalmus
tidak ada
tidak ada
Menggigit
tidak ada
Trismus
tidak ada
Refleks kornea
(+)
(+)
Sensorik
-
Dahi
Pipi
Dagu
N.Facialis
Motorik
Sensorik
N. Cochlearis
Pendengaran
N. Vestibularis
Nistagmus
Vertigo
N. Glossopharingeus dan N. Vagus
Arcuspharingeus
Uvula
Gangguan menelan
Suara serak/sengau
(-)
Denyut jantung
N. Accessorius
Mengangkat bahu
Memutar kepala
N. Hypoglossus
Mengulur lidah
Disartria
MOTORIK LENGAN
Kanan
Kiri
Kekuatan
Tonus
TUNGKAI
Kanan
Kekuatan
Tonus
Kiri
Klonus
-
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Tremor
IV.
: tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
15-10-2013
WBC
Hasil
24.25+
Nilai Rujukan
4.00-10.0
Satuan
103/uL
RBC
HGB
HCT
PLT
SGOT
SGPT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida
CT
BT
PT
INR
APTT
GDS
Ureum
Kreatinin
V.
4.21
12.1
34.9
104
40
26
3.1
151
5.0
119
700
230
10.3 control 11.1
0.9
33.5 control 26.6
185
20
0.9
4.00-6.00
12.0-16.0
37.0-48.0
150-400
<38
<41
3.5-5.0
136-145
3.5-5.1
97-111
4-10
1-7
10-14
-22.0-30.0
140
10-50
L(<1.3); P(<1.1)
106/uL
g/dL
%
103/uL
U/L
U/L
gr/dL
mmol
mmol
mmol
menit
menit
detik
-detik
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax AP 15-10-2013
Tampak becak-bercak infiltrate dan gambaran ground glass pada lapangan paru
kanan
Cor : CTI dalam batas normal, aorta dilatasi
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan :
-
Bronchopneumonia dextra
Suspek efusi pleura dextra
Dilatatio aortae
VI.
Brain Window
Bone Window
: Fraktur linier
Resume
Seorang pasien, laki-laki, usia 37 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan kesadaran
menurun yang dialami sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit akibat terjatuh dari
ketinggian 3 meter. Awalnya pasien sedang memperbaiki atap rumah, secara tiba-tiba
pasien terjatuh dari ketinggian 3 meter dengan bagian kepala sisi sebelah kanan
membentur tanah. Setelah kejadian, pasien sempat sadar baik, kemudian mengalami
penurunan kesadaran. Riwayat pingsan (-), muntah (-), riwayat keluar darah dari hidung
sebelah kanan setelah terjatuh, riwayat keluar darah dari telinga kanan. BAB dan BAK
dalam batas normal. Riwayat asma, serangan terakhir 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya jalan napas paten yang kemudian dilakukan
intubasi ETT, jumlah pernapasan 28x/menit, tekanan darah 110/80mmHg, nadi
88x/menit, GCS 8 (E2M4V2), pupil bulat, anisokor 4mm/2.5mm, reflex cahaya +/+
menurun, lateralisasi motorik -/-, suhu 36,9oC. Pemeriksaan pada regio periorbita dextra
tampak hematom dan udem serta nyeri tekan.
VII.
Diagnosis
Diagnosis Klinis : TCB GCS 8 (E2M4V2)
Diagnosis Kerja : TCB GCS 8 (E2M4V2)
EDH Temporoparietal dextra
VIII.
IX.
Rencana Tindakan
- Pemasangan ETT
- O2 10 lpm via NRM
- Head up 30o
- IVFD RL 20 tpm
- Pasang kateter
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Ketorolac 1 amp/8jam/iv
- Ranitidin 1 amp/8jam/iv
- Manitol 20% 200 cc habis dalam 15 menit
- Cito craniectomi
Evaluasi Tindakan
- Pemeriksaan fisis
- Laboratorium
DISKUSI
EPIDURAL HEMATOM
I.
PENDAHULUAN
Epidural hematom (EDH) adalah suatu akumulasi atau penumpukan darah akibat
trauma yang berada diantara tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan membran duramater,
lapisan meningeal. Lapisan endosteal tidak lebih dari suatu periosteum yang menutupi
permukaan dalam tulang tulang kranium. Pada foramen magnum lapisan endosteal tidak
berlanjut dengan duramater medulla spinalis. Pada sutura, lapisan endosteal berlanjut dengan
ligamentum sutura. Lapisan endosteal paling kuat melekat pada tulang diatas dasar kranium.
(4)
Falx serebri merupakan lipatan duramater yang berbentuk sabit, terletak dalam garis
tengah antara dua hemispherium serebri. Ujung anteriornya melekat ke Krista frontalis
interna dan Krista galli. Bagian posterior yang lebar bercampur di garis tengah dengan
permukaan atas tentorium serebelli. Sinus sagitalis superior berjalan dalam tepi bagian atas
yang terfiksasi; sinus sagitalis inferior berjalan pada tepi bagian bawah yang konkaf, dan
sinus rektus berjalan disepanjang perlekatannya dengan tentorium serebelli. (4)
Tentorium serebelli merupakan lipatan duramater berbentuk sabit yang membentuk
atap diatas fossa kranialis posterior, menutupi permukaan atas serebellum dan menokong
lobus occipitalis hemisperium serebri. Berdekatan dengan apex pars petrosus os temporale,
lapisan bagian bawah tentorium membentuk kantong kearah depan dibawah sinus petrosus
superior, membentuk suatu resessus untuk n. trigeminus dan ganglion trigeminal.
Falx serebri dan falx serebelli masing masing melekat ke permukaan atas dan bawah
tentorium. Sinus rektus berjalan di sepanjang perlekatan ke falx serebri; sinus petrosus
superior, bersama perlekatannya ke os petrosa; dan sinus transverses, disepanjang
perlekatannya ke os occipitalis. Falx serebelli merupakan suatu lipatan duramater berbentuk
sabit, kecil melekat ke krista occipitalis interna, berproyeksi kedepan diantara diantara dua
hemispherium serebelli. Diaphragma Sella merupakan suatu lipatan duramater sirkuler,
membentuk atap untuk sella tursika. (4)
Persarafan Duramater(4)
Persarafan ini terutama berasal dari cabang n.trigeminus, tiga saraf servikalis bagian
atas, bagian servikal trunkus simpatikus dan n.vagus. resptor reseptor nyeri dalam dura
mater diatas tentorium mengirimkan impuls melalui n.trigeminus, dan suatu nyeri kepala
dirujuk ke kulit dahi dan muka. Impuls nyeri yang timbul dari bawah tentorium dalam fossa
kranialis posterior berjalan melalui tiga saraf servikalis bagian atas, dan nyeri kepala dirujuk
kebelakang kepala dan leher.
Pendarahan Duramater (4)
Banyak arteri mensuplai duramater, yaitu; arteri karotis interna, arteri maxillaries,
arteri paringeal asenden, arteri occipitalis dan arteri vertebralis. Dari segi klinis, yang paling
penting adalah arteri meningea media, yang umumnya mengalami kerusakan pada cedera
kepala.
Arteri meningea media berasal dari arteri maxillaries dalam fossa temporalis,
memasuki rongga kranialis melalui foramen spinosum dan kemudian terletak antara lapisan
meningeal dan endosteal duramater. Arteri ini kemudian terletak antara lapisan meningeal dan
endosteal duramater. Arteri ini kemudian berjalan ke depan dank e lateral dalam suatu sulkus
pada permukaan atas squamosa bagian os temporale. Cabang anterior (frontal) secara
mendalam berada dalam sulkus atau saluran angulus antero inferior os parietale,
perjalanannya secara kasar berhubungan dengan garis gyrus presentralis otak di bawahnya.
Cabang posterior melengkung kearah belakang dan mensuplai bagian posterior duramater.
Vena vena meningea terletak dalam lapisan endosteal duramater. Vena meningea
media mengikuti cabang cabang arteri meningea media dan mengalir kedalam pleksus
venosus pterygoideus atau sinus sphenoparietalis. Vena terletak di lateral arteri.
Sinus Venosus Duramater (4)
Sinus sinus venosus dalam rongga kranialis terletak diantara lapisan lapisan
duramater. Fungsi utamanya adalah menerima darah dari otak melalui vena vena serebralis
dan cairan serebrospinal dari ruang ruang subarachnoidea melalui villi arachnoidalis. Darah
dalam sinus sinus duramatr akhirnya mengalir kedalam vena vena jugularis interna
dileher. Vena emissaria menghubungkan sinus venosus duramater dengan vena vena
diploika kranium dan vena vena kulit kepala.
Sinus Sagitalis Superior menduduki batas atas falx serebri yang terfiksasi, mulai di
anterior pada foramen caecum, berjalan ke posterior dalam sulkus di bawah lengkungan
kranium, dan pada protuberantia occipitalis interna berbelok dan berlanjut dengan sinus
transverses. Dalam perjalanannya sinus sagitallis superior menerima vena serebralis superior.
Pada protuberantia occipitalis interna, sinus sagitallis berdilatasi membentuk sinus konfluens.
Dari sini biasanya berlanjut dengan sinus transverses kanan, berhubungan dengan sinus
transverses yang berlawanan dan menerima sinus occipitalis.
Sinus sagitalis inferior menduduki tepi bawah yang bebas dari falx serebri, berjalan
kebelakang dan bersatu dengan vena serebri magna pada tepi bebas tentorium cerebelli
membentuk sinus rektus. Sinus rekrus menempati garis persambungan falx serebri dengan
tentorium serebelli, terbentuk dari persatuan sinus sagitalis inferior dengan vena serebri
magna, berakhir membelok kekiri membentuk sinus transfersus.
Sinus transverses merupakan struktur berpasangan dan mereka mulai pada
protuberantia occipitalis interna. Sinus kanan biasanya berlanjut dengan sinus sagitalis
superior, dan bagian kiri berlanjut dengan sinus rektus. Setiap sinus menempati tepi yang
melekat pada tentorium serebelli, membentuk sulkus pada os occipitalis dan angulus posterior
os parietale. Mereka menerima sinus petrosus superior, vena vena serebralis inferior, vena
vena serebellaris dan vena vena diploika. Mereka berakhir dengan membelok ke bawah
sebagai sinus sigmoideus.
Sinus sigmoideus merupakan lanjutan langsung dari sinus tranversus yang akan
melanjutkan diri ke bulbus superior vena jugularis interna. Sinus occipitalis merupakan suatu
sinus kecil yang menempati tepi falx serebelli yang melekat, ia berhubungan dengan vena
vena vertebralis dan bermuara kedalam sinus konfluens. Sinus kavernosus terletak dalam
fossa kranialis media pada setiap sisi corpus os sphenoidalis.
Arteri karotis interna, dikelilingi oleh pleksus saraf simpatis, berjalan kedepan melalui
sinus. Nervus abdusen juga melintasi sinus dan dipisahkan dari darah oleh suatu pembungkus
endothelial. Sinus petrosus superior dan inferior merupakan sinus sinus kecil pada batas
batas superior dan inferior pars petrosus os temporale pada setiap sisi kranium. Setiap sinus
kavernosus kedalam sinus transverses dan setiap sinus inferior mendrainase sinus cavernosus
kedalam vena jugularis interna.
Arachnoidea Mater (4)
Arachnoidea mater merupakan membran tidak permeable, halus, menutupi otak dan
terletak diantara pia mater di interna dan duramater di eksterna. Arachnoidea mater
dipisahkan dari duramater oleh suatu ruang potensial, ruang subdural, terisi dengan suatu
lapisan tipis cairan, dipisahkan dari piamater oleh ruang subarachnoidea, yang terisi dengan
cairan serebrospinal. Permukaan luar dan dalam arachnoidea ditutupi oleh sel sel
mesothelial yang gepeng.
Pada daerah daerah tertentu, arachnoidea terbenam kedalam sinus venosus untuk
membentuk villi arachnoidalis. Villi arachnoidalis bertindak sebagai tempat cairan
serebrospinal berdifusi kedalam aliran darah. Arachnoidea dihubungkan ke piamater oleh
untaian jaringan fibrosa halus yang menyilang ruang subarachnoidea yang berisi cairan.
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus choroideus dalam ventrikulus lateralis,
ketiga dan keempat otak. Cairan ini keluar dari ventrikulus memasuki subarachnoid,
kemudian bersirkulasi baik kearah atas diatas permukaan hemispherium serebri dan kebawah
disekeliling medulla spinalis.
serebralis yang memasuki substansi otak membawa sarung pia mater bersamanya. Piamater
membentuk tela choroidea dari atap ventrikulus otak ketiga dan keempat, dan berfusi dengan
ependyma untuk membentuk pleksus choroideus dalam ventrikulus lateralis, ketiga, dan
keempat otak.
III.
konsentrik. Membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrosa disebut duramater, membran
tengah tipis dan halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan membrane paling dalam
halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat dengan permukaan otak dan medulla
spinalis serta dikenal sebagai piamater.
Duramater mempunyai lapisan endosteal luar, yang bertindak sebagai periosteum
tulang tulang kranium dan lapisan bagian dalam yaitu lapisan meningeal yang berfungsi
untuk melindungi jaringan saraf dibawahnya serta saraf saraf cranial dengan membentuk
sarung yang menutupi setiap saraf kranial. Sinus venosus terletak dalam duramater yang
mengalirkan darah venosa dari otak dan meningen ke vena jugularis interna dileher.
Pemisah duramater berbentuk sabit yang disebut falx serebri, yang terletak vertical
antara hemispherium serebri dan lembaran horizontal, yaitu tentorium serebelli, yang
berproyeksi kedepan diantara serebrum dan serebellum, yang berfungsi untuk membatasi
gerakan berlebihan otak dalam kranium.
Arachnoidea mater merupakan membran yang lebih tipis dari duramater dan
membentuk penutup yang longgar bagi otak. Arachnoidea mater menjembatani sulkus
sulkus dan masuk kedalam yang dalam antara hemispherium serebri. Ruang antara
arachnoidea dengan pia mater diketahui sebagai ruang subarachnoidea dan terisi dengan
cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal merupakan bahan pengapung otak serta
melindungi jaringan saraf dari benturan mekanis yang mengenai kepala.
Piamater merupakan suatu membran vaskuler yang menyokong otak dengan erat.
Suatu sarung piamater menyertai cabang cabang arteri arteri serebralis pada saat mereka
memasuki substansia otak. Secara klinis, duramater disebut pachymeninx dan arachnoidea
serta pia mater disebut sebagai leptomeninges.
IV.
DEFINISI
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang terletak diantara meningen
(membran duramater) dan tulang tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater
merupakan suatu jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan hematoma
dimaksudkan sebagai masa dari darah. (1,2)
V.
ETIOLOGI
Epidural hematom terjadi akibat suatu trauma kepala, biasanya disertai dengan fraktur
pada tulang tengkorak dan adanya laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa disebabkan
akibat pemakaian obat obatan antikoagulan,
aspirin, sistemik lupus erimatosus, fungsi lumbal. Spinal epidural hematom disebabkan akibat
adanya kompresi pada medulla spinalis. Gejala klinisnya tergantung pada dimana letak
terjadinya penekanan.(1,2,3,4)
VI.
PATOFISIOLOGI (1,3,4,5)
Cedera kepala yang berat dapat merobek, meremukkan atau menghancurkan saraf,
pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada
jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat. Perdarahan, pembengkakan dan
penimbunan cairan (edema) memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
massa di dalam tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan
tekanan bisa merusak atau menghancurkan jaringan otak.
Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan cenderung mendorong otak ke
bawah, otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lubang yang menghubungkan otak dengan
batang otak, keadaan ini disebut dengan herniasi. Sejenis herniasi serupa bisa mendorong
otak kecil dan batang otak melalui lubang di dasar tengkorak (foramen magnum) kedalam
medulla spinalis. Herniasi ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi
fital (denyut jantung dan pernafasan).
Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan kerusakan otak yang
hebat. Usia lanjut dan orang yang mengkonsumsi antikoagulan, sangat peka terhadap
terjadinya perdarahan di sekeliling otak.
Perdarahan epidural timbul akibat cedera terhadap arteri atau vena meningeal. Arteri
yang paling sering mengalami kerusakan adalah cabang anterior arteri meningea media.
Suatu pukulan yang menimbulkan fraktur kranium pada daerah anterior inferior os parietal,
dapat merusak arteri. Cedera arteri dan venosa terutama mudah terjadi jika pembuluh
memasuki saluran tulang pada daerah ini. Perdarahan yang terjadi melepaskan lapisan
meningeal duramater dari permukaan dalam kranium. Tekanan intracranial meningkat, dan
bekuan darah yang membesar menimbulkan tekanan pada daerah motorik gyrus presentralis
dibawahnya. Darah juga melintas kelateral melalui garis fraktur, membentuk suatu
pembengkakan di bawah m.temporalis.
Apabila tidak terjadi fraktur, pembuluh darah bisa pecah juga, akibat daya
kompresinya. Perdarahan epidural akan cepat menimbulkan gejala gejala, sesuai dengan
sifat dari tengkorak yang merupakan kotak tertutup, maka perdarahan epidural tanpa fraktur,
menyebabkan tekanan intrakranial yang akan cepat meningkat. Jika ada fraktur, maka darah
bisa keluar dan membentuk hematom subperiostal (sefalhematom), juga tergantung pada
arteri atau vena yang pecah maka penimbunan darah ekstravasal bisa terjadi secara cepat atau
perlahan lahan. Pada perdarahan epidural akibat pecahnya arteri dengan atau tanpa fraktur
linear ataupun stelata, manifestasi neurologik akan terjadi beberapa jam setelah trauma
kapitis.
VII.
VIII.
DIAGNOSA (2)
Adanya gejala neurologis merupakan langkah pertama untuk mengetahui tingkat
keparahan dari trauma kapitis. Kemampuan pasien dalam berbicara, membuka mata dan
respon otot harus dievaluasi disertai dengan ada tidaknya disorientasi (apabila pasien sadar)
tempat, waktu dan kemampuan pasien untuk membuka mata yang biasanya sering
ditanyakan. Apabila pasiennya dalam keadaan tidak sadar, pemeriksaan refleks cahaya pupil
sangat penting dilakukan.
Pada epidural hematom dan jenis lainnya dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial yang akan segera mempengaruhi nervus kranialis ketiga yang mengandung
beberapa serabut saraf yang mengendalikan konstriksi pupil. Tekanan yang menghambat
nervus ini menyebabkan dilatasi dari pupil yang permanen pada satu atau kedua mata. Hal
tersebut merupakan indikasi yang kuat untuk mengetahui apakah pasien telah mengalami
hematoma intrakranial atau tidak.
Untuk membedakan antara epidural, subdural dan intracranial hematom dapat
dilakukan dengan CT Scan atau MRI. Dari hasil tersebut, maka seorang dokter ahli bedah
dapat menentukan apakah pembengkakannya terjadi pada satu sisi otak yang akan
mengakibatkan terjadinya pergeseran garis tengah atau mid line shif dari otak. Apabila
pergeserannya lebih dari 5 mm, maka tindakan kraniotomi darurat mesti dilakukan.
Pada pasien dengan epidural spinal hematom, onset gejalanya dapat timbul dengan
segera, yaitu berupa nyeri punggung atau leher sesuai dengan lokasi perdarahan yang terjadi.
Batuk atau gerakan -gerakan lainnya yang dapat meningkatkan tekanan pada batang tubuh
atau vertebra dapat memperberat rasa nyeri. Pada anak, perdarahan lebih sering terjadi pada
daerah servikal (leher) dari pada daerah toraks.
Pada saat membuat diagnosa pada spinal epidural hematom, seorang dokter harus
memutuskan apakah gejala kompresi spinal tersebut disebabkan oleh hematom atau tumor.
CT- Scan atau MRI sangat baik untuk membedakan antara kompresi pada medulla spinalis
yang disebabkan oleh tumor atau suatu hematom.(2)
IX.
GAMBARAN RADIOLOGI
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudah
dikenali. (2)
Foto Polos Kepala
Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai epidural
hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang
mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong
sulcus arteria meningea media. (8)
Computed Tomography (CT-Scan)
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi
cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single)
tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering
di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas,
midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural
hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang akut ( 60 90 HU), ditandai dengan
adanya peregangan dari pembuluh darah. (6,7,10)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser
posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat
menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis
pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.(7,8,9)
X.
DIAGNOSA BANDING(1)
- Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh darah di dalamnya.
(8)
Subdural hematom
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater dan arachnoid.
Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan hematoma epidural yang
berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat pada kepala yang menyebabkan
bergesernya seluruh parenkim otak mengenai tulang sehingga merusak a. kortikalis. Biasanya
di sertai dengan perdarahan jaringan otak. Gambaran CT-Scan hematoma subdural, tampak
penumpukan cairan ekstraaksial yang hiperdens berbentuk bulan sabit. (8)
XI.
PENATALAKSANAAN (1)
Penanganan sebelum ke Rumah Sakit
- Stabilisasi terhadap kondisi yang mengancam jiwa dan lakukan terapi suportiv dengan
-
Berikan cairan kristaloid untuk menjaga tekanan darah sistolik tidak kurang dari 90
mmHg.
Pakai intubasi, berikan sedasi dan blok neuromuskuler
Pasang oksigen (O2), monitor dan berikan cairan kristaloid untuk mempertahankan
vena.
Berikan manitol 0,25 1 gr/ kg iv. Bila tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg
dengan gejala klinis yang berkelanjutan akibat adanya peningkatan tekanan intra
kranial.
Hiperventilasi untuk tekanan parsial CO2 (PCO2) sekitar 30 mmHg apabila sudah ada
dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drips 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai
kadar serum 3-4mg%.
Penggunaan Etonamid sebagai sedasi untuk induksi cepat, untuk mempertahankan
tekanan darah sistolik, dan menurunkan tekanan intrakranial dan metabolisme otak.
Pemakaian tiophental tidak dianjurkan, karena dapat menurunkan tekanan darah sistolik.
Manitol dapat digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan memperbaiki
sirkulasi darah. Phenitoin digunakan sebagai obat propilaksis untuk kejang kejang pada
awal post trauma. Pada beberapa pasien diperlukan terapi cairan yang cukup adekuat
yaitu pada keadaan tekanan vena sentral (CVP) > 6 cmH2O, dapat digunakan
norephinephrin untuk mempertahankan tekanan darah sistoliknya diatas 90 mmHg.
Berikut adalah obat obatan yang digunakan untuk terapi pada epidural hematom:
Diuretik Osmotik
progresif.
Fungsi : Untuk mengurangi edema pada otak, peningkatan
tekanan
Antiepilepsi
Misalnya Phenitoin (Dilantin) : Dosis 17 mg/ kgBB iv, tetesan tidak boleh
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat : (4)
fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.
(7)
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
XII.
KOMPLIKASI (1)
- Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar otak dapat terjadi
-
XIII.
PROGNOSIS (1)
- Prognosis biasanya baik, kematian tidak akan terjadi untuk pasien pasien yang belum
-
menurun.
20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang mengalami koma yang dalam
sebelum dilakukan pembedahan.
XIV.
KESIMPULAN
- Otak dan medulla spinalis terbungkus dalam tiga lapisan membranosa yang
konsentrik. Membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrosa disebut duramater,
membran tengah tipis dan halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan
membran paling dalam halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat dengan
-
spinalis. Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan
-
disertai dengan
fraktur pada tulang tengkorak dan adanya laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa
disebabkan akibat pemakaian obat obatan antikoagulan, hemophilia, penyakit liver,
penggunaan aspirin, sistemik lupus erimatosus, fungsi lumbal. Spinal epidural
-
deserebrasi.
Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi harus dicurigai adanya
epidural hematom.
Penatalaksanaan dapat berupa perawatan sebelum di bawa kerumah sakit, perawatan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.