Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kapulaga (Amomum cardamomum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman obat yang
memiliki perhatian tersendiri. Banyak faktor yang mendukungnya. Dari sudut ekonomi kapulaga
dapat memberikan keuntungan, dari sudut agronomis kapulaga mudah dibubidayakan dan dari sudut
agroklimat kapulaga cocok di daerah tropis, komoditas ini juga merupakan tanaman rempah yang
tidak tersubstitusikan (tidak dapat digantikan) dengan tanaman lain dalam kehidupan masyarakat
sehari- hari. Kapulaga memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan secara agribisnis karena
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi, merupakan bahan baku industri farmasi, herbal dan parfum.
Terdapat dua jenis kapulaga yang biasa dikembangkan di Indonesia yaitu kapulaga sabrang (Elettaria
cardamomum L) dan kapulaga lokal (Amomum cardamomum L.). Kapulaga Sabrang memiliki dua
kultivar yakni Malabar dan Mysore.
Namun sebagian besar yang diusahakan petani kapulaga lokal, sedangkan Kapulaga Sabrang
sebagian kecil dibudidayakan di Desa Taraju Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Kapulaga
Sabrang dikenal sebagai kapulaga asli (True Cardamom ) karena kandungan minyak atsirinya tinggi
(5-8%) dan baunya aromatic, sedangkan kapulaga local, dikenal sebagai kapulaga palsu (false
cardamom) yang memiliki kadar minya atsiri hanya 2-3,5% serta baunya kurang aromatic.
Berdasarkan angka tetap tahun 2009, luas areal tanam kapulaga di Jawa Barat mencapai 5.268.468
m2, luas panen habis 1.502.045 m2 dan luas panen belum habis 4.490.623 m2 dengan jumlah
produksi mencapai 10.167.608 kg.(Database Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa
Barat 2009).
Sentra pengembangan kapulaga di Jawa Barat terdapat di Kabupaten Garut, Sukabumi, Tasikmalaya,
Cianjur, Purwakarta dan Ciamis. Kontribusi produksi kapulaga Jawa Barat terhadap nasional belum
besar, namun demikian potensi dan peluang kapulaga di Jawa Barat masih bisa terus ditingkatkan.

1.2 Tujuan

pengembangan kapulaga diantaranya meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil,


mengembangkan keanekaragaman usaha yang menjamin kelestarian fungsi dan manfaat
lahan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan,
meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan Negara,
meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kapasitas ekonomi dan social masyarakat petani,
meningkatkan ikatan komunitas masyarakat di sekitar yang memiliki tanggungjawab untuk
menjaga kelestarian dan keamanannya.
Guna mendukung pengembangan kapulaga, salah satunya diperlukan profil kapulaga yang
menggambarkan potensi wilayah, potensi komoditas dan upaya pengembangannya seperti
yang tercakup dalam profil di Kabupaten Garut, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Ciamis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Amomum cardamomum Willd.

Klasifikasi :
Kapulaga (Amomum compactum)
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Amomum

Spesies

: A. Compactum,

Nama latin

: Amamum campactum soland

Nama simplisia

: Amomi Fructus

Nama daerah: Kapulogo; Kapol; Kapolaga; palago; karkolaka,


Umum/Dagang
Sumatera

: Kapulaga.
: Roude cardemom (Aceh);
Kapulaga (Melayu);

Jawa

Pelaga puwar (Minangkabau).


: Kapol, Kapol sebrang, Pelaga Palago (Sunda);
Kapulaga; Kapulogo sabrang, Pulogo,

Bali
Sulawesi
Asia
Eropa

:
:
:
:

Kapol sabrang (Jawa); Kapulaga; Kapolagha, Palagha (Madura).


Kapolagha, korkolaka.
Kapulaga (Makasar); Gandimong, Gandimong (Bugis).
Pelaga (Malaysia), Luk grawan (Thailand).
Cardamom (Inggris).

Deskripsi tanaman:
Tanaman semak, rumput-rumputan tahunan, tinggi lebih kurang 1,5 m. Berbatang
semu, bulat, membentuk anakan, warna hijau. Daun tunggal, tersebar, bentuk lanset, ujung
runcing, tepi rata, panjang 25-35 cm, lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga
majemuk, bentuk tabung, panjang lebih kurang 12,5 mm, warna putih atau putih kekuningan.
Buah kotak, bulat, berlekuk, warna putih. Terna yang kuat, menahun, dan berbau aromatis
pada pelbagai bagiannya. Tumbuh mencapai tinggi 2 m, dengan rimpang yang tumbuh
menjalar di bawah tanah, agak bulat gilig, gemang 1-2cm, putih kekuningan, tertutupi sisikkelopak tak berambut berwarna coklat kemerahan.
Batang-batang semu muncul agak terpisah-pisah, tumbuh tegak 1,5-2 m, bulat gilig
berdiameter hingga 2,5 cm, hijau gelap. Daun-daun terletak berseling, duduk, bentuk lanset,
7,5-50 cm 3-10 cm, pangkalnya perlahan-lahan menyempit, ujungnya meruncing dengan
runcingan sepanjang 3 cm, hijau mengkilap dengan banyak bintik yang awalnya putih namun
akhirnya merah darah. Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terpisah dari batang semu,
adakalanya sebagian terbenam tanah; tandan bertangkai panjang hingga 10 cm, ditutupi oleh
sisik-sisik yang rapat, yang tersusun seperti genting dan tidak rontok. Kelopak seperti tabung
seperti seludang, 1,3 cm, berambut. Mahkota berupa tuba, bertaju-3, taju 8 mm panjangnya
bentuk jorong memita, putih atau kekuningan. Labellum bundar telur lebar, 15-18 mm 1015 mm, menyempit di pangkalnya, berambut halus di sisi dalam, kuning dengan pita tengah
ungu gelap atau putih (kekuningan) dengan pita tengah kuning diapit garis ungu. Buah
kapsul bulat agak tertekan, berdiameter 1-1,5 cm, bergaris-garis rapat dan berambut pendek

halus, bermahkota sisa perhiasan bunga. Biji banyak, kecil-kecil, terlindung dalam salut biji
(arilus) berwarna keputihan. Terna yang kuat, menahun, dan berbau aromatis pada berbagai
bagiannya. Tumbuh mencapai tinggi 2 m, dengan rimpang yang tumbuh menjalar di bawah
tanah, agak bulat gilig, gemang 1-2 cm, putih kekuningan, tertutupi sisik-kelopak tak
berambut berwarna coklat kemerahan.
Batang-batang semu muncul agak terpisah-pisah, tumbuh tegak 1,5-2 m, bulat gilig
berdiameter hingga 2,5 cm, hijau gelap. Daun-daun terletak berseling, duduk, bentuk lanset,
7,5-50 cm 3-10 cm, pangkalnya perlahan-lahan menyempit, ujungnya meruncing dengan
runcingan sepanjang 3 cm, hijau mengkilap dengan banyak bintik yang awalnya putih namun
akhirnya merah darah.
Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terpisah dari batang semu, adakalanya
sebagian terbenam tanah; tandan bertangkai panjang hingga 10 cm, ditutupi oleh sisik-sisik
yang rapat, yang tersusun seperti genting dan tidak rontok. Kelopak seperti tabung seperti
seludang, 1,3 cm, berambut. Mahkota berupa tuba, bertaju-3, taju 8 mm panjangnya bentuk
jorong memita, putih atau kekuningan. Labellum bundar telur lebar, 15-18 mm 10-15 mm,
menyempit di pangkalnya, berambut halus di sisi dalam, kuning dengan pita tengah ungu
gelap atau putih (kekuningan) dengan pita tengah kuning diapit garis ungu. Buah kapsul bulat
agak tertekan, berdiameter 1-1,5 cm, bergaris-garis rapat dan berambut pendek halus,
bermahkota sisa perhiasan bunga. Biji banyak, kecil-kecil, terlindung dalam salut biji (arilus)
berwarna keputihan.

Budidaya tanaman :
Semula ditemukan tumbuh alamiah di daerah Pegunungan Malabar, pantai barat
India. Karena laku di pasar dunia, kemudian banyak ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan
Guatemala. Di Indonesia mulai dibudidayakan sejak 1986. Dalam perdagangan kemudian
ditawarkan juga varietas kapulaga lain dari pegunungan tinggi Mysore (India) yang buah
lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan kapulaga
Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak. Dari
Sri Lanka ditawarkan Elettaria cadamomum var. major sebagai Ceylon cardamom. Buahnya
lebih lebar dan pipih daripada kapulaga Malabar, E. cardamomum var. minor. Dari Thailand,

kemudian juga ditawarkan Siamese cardamom yang masih sejenis dengan kapulaga
Indonesia, Amomum cardamomum.
Keanekaragaman / varietas :
Di Indonesia dikenal ada dua spesies kapulaga, yaitu kapulaga lokal dan kapulaga
sabrang. Jenis kapulaga lokal merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak
dibudidayakan di Jawa, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Sementara kapulaga sabrang
datang ke Indonesia diintroduksi dari India sejak pertengahan abad ke-18. Dalam
perdagangan internasional, kapulaga lokal dikenal sebagai false cardamon dan kapulaga
sabrang dikenal sebagai true cardamon. Perbedaan penyebutan ini didasarkan karena
perbedaan kandungan minyak asiri. Kapulaga sabrang mengandung 3,5-7% minyak asiri,
sedangkan kapulaga lokal hanya 2,4%. Dari kedua jenis kapulaga tersebut, kapulaga sabrang
mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi.

Ekologi / penyebaran :
A. Compactum adalah tumbuhan asli dan endemik di wilayah perbukitan di Jawa
bagian barat. Kini ditanam dan mungkin meliar di berbagai tempat, A. compactum terutama
dihasilkan secara komersial dari Jawa Barat dan Sumatra bagian selatan.
Tanaman ini terutama menyenangi wilayah dengan kelembaban yang tinggi, curah
hujan antara 2.500-4.000 mm pertahun, suhu tahunan yang kurang lebih hangat dan stabil
(23-28 C), dan banyak hari hujan (sekurangnya 136 hari dalam setahun). Kapulaga juga
menghendaki tempat yang setengah ternaungi, pada tanah-tanah yang terdrainase dengan
baik, pH 5-6,8, dan memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi.
Tumbuh bergerombol, membentuk banyak anakan. Batang semu yang tersusun oleh
pelepah-pelepah daun, berbentuk silindris, berwarna hijau. Umbi batang agak besar dan
gemuk. Tumbuh liar di hutan primer dan hutan jati, di daerah pegunungan yang rendah dan
tanahnya agak basah, bercurah hujar tinggi, atau di daerah yang selalu berawan, pada
ketinggian 200 1.000 m di atas permukaan laut.
Tumbuh subur di bawah naungan pohon-pohon kayu hutan, di tempat-tempat yang sangat
terlindung. Tumbuhan ini juga banyak dibudidayakan, sebab buahnya dipergunakan sebagai
rempah pada berbagai jenis masakan. Tumbuhan ini tersebar hampir di seluruh Indonesia,

terutama di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Selain di Indonesia, kapulaga banyak
ditemukan di Srilangka, India, Guatemala, Tanzania, Papua Nugini, dan Malabar.

Bagian tanaman yang digunakan :


Buah

Uraian makroskopik + gambar :

Buah kotak sejati, bentuk jorong atau bulat panjang, kadang-kadang hampir bulat,
mengembung atau agak keriput, panjang 1 cm sampai 1,8 cm, lebar 1,5 cm, pada
permukaan terdapat 3 alur membujur yang membagi buah menjadi 3 bagian, permukaan luar
licin atau bergaris-garis membujur, warna kecoklatan atau kuning muda kecoklatan, bauh
beruang 3, dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh septum, dalam ruang terdapat 2 deret
biji yang terletak dalam massa lengket dan menempel pada plasenta sumbu. Biji berwarna
coklat kemerahan muda atau coklat kemerahan tua, panjang 3 mm sampai 5 mm, lebar 2 mm
samapi 3,5 mm, bentuk tidak beraturan, bersudut-sudut, permukaan biji berkerut-kerut. Biji
diselubungi oleh selaput biji yang tipis, warna coklat muda atau tidak berwarna. Pada irisan
melintang terlihat kulit biji berwarna coklat kehitaman, perisperm berwarna putih, endosperm
kekuningan, lembaga berwarna lebih coklat.

Uraiann mikroskopik + gambar :

Selaput biji terdiri dari dari jaringan bersel pipih, dinding tipis, parenkimatik, sangat
mudah terlepas dari kulit biji. Testa dengan epidermis luar berdinding tebal agak berlignin,
warna coklat muda, coklat kekuningan sampai coklat kemerahan, sel berbentuk persegi
empat, pada pengamatan tangensial sel tampak berbentuk memanjang. Dibawah epidermis
berturut-turut terdapat selapis sel parenkim pipih, kecil, dinding tipis, berisi zat berwarna
coklat kekuningan samapi coklat, selapis sel yang besar, bentuk persegi, dinding tipis, berisi
minyak atsiri, sel berwarna jernih, lapisan sel ini pada tempat tulang biji selnya mengecil.
Kemudian terdapat satu jaringan yang terdiri dari beberapa lapis sel kecil, berdinding tipis
dan berwarna coklat. Integumenta dalam terdiri dari 2 lapis sel, lapisan luar berupa
sklerenkim tersusun seperti palisade, selnya berbentuk serupa piala dengan dinding dalam
dan dinding radial sangat tebal, warna coklat kekuningan sampai coklat, lumen terdapat
diujung bagian luar, berbentuk segi tiga atau persegi empat dan berisi sebutir silica, lapisan
dalam berupa sel pipih, terlihat seperti lapisan yang mengkilat.
Perisperm terdiri dari sel yang berbentuk polygonal, parenkimatik, dinding tipis,
penuh berisi butir pati yang sangat kecil dan mempunyai rongga kecil yang berisi satu sampai
beberapa butir hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Endosperm terdiri dari sel yang

lebih kecil, parenkimatik, bentuk polygonal, berdinding tipis, berisi protein. Embrio terdiri
dari sel-sel sangat kecil, berdinding tipis, dan berisi butir aleuron. Sel endosperm dan sel
embrio tidak berisi butir pati. Kulit buah (perikarp): epikarp terdiri dari sel berbentuk pipih,
dinding tipis, warna coklat muda sampai coklat kekuningan, kutikula tipis. Mesokarp terdiri
dari sel-sel besar, parenkimatik ,bentuk polygonal, dinding tipis dan tidak berwarna. Jaringan
mesokarp yang berdekatan dengan lapisan endokarp terdiri dari 1 sampai 2 lapis sel batu
berdinding tebal, dinding bernoktah, berlignin. Di dalam mesokarp terdapat berkas pembuluh
kolateral yang disertai dengan serabut sklerenkim. Endokarp terdiri dari selapis sel berbentuk
persegi empat, dinding tipis tidak berwarna, kutikula tipis.
Serbuk : warna kelabu kekuningan. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar
kulit biji yang berdinding tebal berbentuk memanjang, fragmen lapisan sel yang mengandung
minyak atsiri, fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangensial berbentuk polygonal,
fragmen perisperm yang penuh dengan butir pati kecil, fragmen serabut sklerenkim dari
berkas pembuluh pada mesokarp, fragmen sel batu pada mesokarp, fragmen selaput biji,
fragmen parenkim mesokarp, pembuluh kayu dengan penebalan jala dan tangga, fragmen
kulit biji dan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma.

Identifikasi :

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat
kehitaman.

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v;


terjadi warna kuning.

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna kuning.

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna kuning.

Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi
warna hijau.

Kandungan zat aktif : Minyak atsiri; Minyak lemak; Zat pati; Gula; Protein

Kegunaan, cara pengobatan, data klinis (bila ada) :


Kegunaan: Biji, yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar, dapat dimanfaatkan
sebagai obat. Dalam dunia obat-obatan biji yang telah dikeringkan dinamakan semen
cardamomi. Selain bijinya, yang digunakan untuk obat adalah bagian akar, buah, dan
batangnya.
Kegunaan Masing- Masing Bagian Tumbuhan:
1. Kejang perut dan rematik : Semua bagian tumbuhan ini termasuk akarnya direbus
2.

selama lebih kurang lebih seperempat jam dengan disaring, airnya diminum.
Demam dan panas : Batang direbus selama lebih kurang seperempat jam kemudian

3.
4.
5.
6.

disaring. airnya diminum.


Batuk : Buah dikunyah.
Mual : buah direbus dan dimakan.
Bau Badan : rimpang direbus secukupnya dan diminum airnya.
Radang amandel, gangguan haid, obat kumur, influeza, radang lambung, sesak nafas,
badan lemah (sebagai tonikum) : Buah direbus, makan dan masih banyak yang
lainnya.

Aromatika, karminatif.
Cara pengobatan: Air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat bagi orang
yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian. Juga berguna bagi orang yang berpenyakit
encok

atau

rematik.

Kadang-kadang

juga

digunakan

sebagai

afrodisiaka

(untuk meningkatkan libido). Air rebusan batang digunakan sebagai obat menurunkan panas
(demam). Buahnya dipergunakan untuk bahan penyedap dan penyegar makanan dan
minuman.
Buah juga berkhasiat menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan, sebagai obat batuk, dan
obat sakit perut.
Rimpang sering

digunakan

untuk

menghilangkan

bau

mulut,

untuk

obat

batuk,

dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang dikeringkan, digiling, 1alu
direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi orang yang kedinginan, terutama bagi yang
tinggal di pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab.
Minuman ini sekaligus dapat mengobati sakit panas dalam.

Cara pengolahan simplisia :

Obat batuk : a) Dipakai 6 gram buah Amomum cardamomum, dicuci dan direbus dengan 1
gelas air selama 15 menit. Hasil rebusan diminum sekaligus.; b) Biji kapulaga dicuci,
dikunyak-kunyah. Cairannya ditelan.
Batuk pada anak-anak : 15 butir buah kapulaga, 2 cabai jawa, 10 iris lempuyang, 5 cm kayu
manis dicuci. Dua bawang merah dikupas, dicuci, diparut. Diseduh dengan liter air, tutup
tempatnya. Diminum setiap 2 jam sampai sembuh.
Perut kembung : 5 biji kapulaga dicuci, 5 iris jahe dicuci sebelum diiris. Rebus dengan
segelas air sampai airnya tinggal setengah. Setelah dingin diminum satu kali sehari.
Mual : 5 biji kapulaga, sepotong kencur 3 cm, cuci, lumatkan. Seduh dengan segelas
air Sesudah dingin disaring dan airnya diminum.
Radang tenggorokan : 10 buah kapulaga, sepotong kunyit 5 cm dicuci, dimemarkan,
diseduh dengan segelas air. Setelah dingin disaring, airnya separuh diminum pagi, separuh
lagi malam. Diulangi selama beberapa hari.
Bau mulut : 8 buah kapulaga, 1 cangkir daun pegagan dicuci lalu diseduh dengan gelas air,
tutupi. Setelah dingin, disaring dan diminum pagi-pagi pada saat perut masih kosong.
Perut mulas karena kedinginan : 4 buah kapulaga dicuci, direbus dengan segelas air sampai
airnya tinggal setengah. Saring, minum hangat-hangat.

BAB III
KESEIMPULAN

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai