Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

GAF dan AGITASI


NEUROTRANMITTER

Oleh :
Benediktus Bayu Anggoro Putro, S.Ked
FAA 110 042

Pembimbing :
dr. Yulinar Nuryagus Siringo, M.Sc, Sp.KJ

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
/ Psikiatri

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF PSIKIATRI


RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI
PALANGKARAYA
2015

I. Penilaian GAF (Global Assesment of Function)


AKSIS V
Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
Pada aksis V ini para ahli mengelompokkan fungsi adaptif seseorang kepada levellevel tertentu dalam sebuah Global Assesment of Functioning (GAF) scale. Skala ini
digunakan agar dapat melihat bagaimana hubungan sosial seseorang, fungsi pekerjaannya,
serta bagaimana seseoarng menggunakan waktu luangnya. . Aksis V ini yang nanti akan
banyak terjadi perubahannya pada DSM V.
Aksis V adalah skala penilaian secara global mencakup assessment menyeluruh
tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien.
Adalah skala penilaian global terhadap fungsi-sering. Fungsional diartikan sebagai kesatuan
dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis. Fungsi berupa
skala dengan 100 poin. 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang.
Pasien yang memiliki tingkat fungsional tertinggi sebelum suatu episodepenyakit biasanya
mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai tingkat
fungsioal rendah. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang
mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya.
DSM-IV menjelaskan penggunaan GAF Skor dengan cara berikut:
"Axis V digunakan untuk melaporkan penilaian klinisi dari keseluruhan tingkat fungsi
individu. Informasi ini berguna dalam merencanakan pengobatan dan mengukur dampaknya,
dan dalam memprediksi hasil. Pelaporan fungsi keseluruhan pada Axis V dilakukan dengan
menggunakan Global Assessment of Function Scale (GAF). GAF mungkin sangat berguna
dalam melacak kemajuan klinis individu menggunakan ukuran tunggal. GAF dapat
dihubungkan untuk psikologis, sosial, dan fungsi kerja. Instruksi menentukan, "Tidak
termasuk penurunan berfungsi karena fisik (atau lingkungan) keterbatasan. "Dalam
kebanyakan kasus, peringkat pada Skala GAF harus untuk periode berjalan (yaitu, tingkat
fungsi pada saat evaluasi) karena penilaian dari saat ini fungsi umumnya akan mencerminkan
kebutuhan untuk pengobatan atau perawatan. Dalam beberapa pengaturan, mungkin berguna
untuk dicatat rating Skala GAF baik pada saat masuk dan pada saat dikeluarkan. "
I. Michele A. PACKARD, Ph.D., adalah seorang psikolog klinis yang menyajikan lokakarya
pelatihan pada DSM-IV untuk Amerika Asosiasi Konseling. Berdasarkan pengalamannya
dengan perusahaan perawatan yang dikelola, Dr. Packard menyarankan berikut tentang
"Kebutuhan Medis" (ketajaman) dan "Intensitas Service" (Level of Care):
1

A. GAF Skor 1-30 pasien ini merupakan kandidat untuk rawat inap
B. GAF Skor 31-69 Pasien ini adalah kandidat untuk perawatan rawat jalan - konseling.
C. GAF Skor 70 -> Dalam kebanyakan kasus, kebutuhan medis tidak diindikasikan karena
pasien berfungsi amat baik untuk diterapi.
II. Mengidentifikasi Skor GAF: Empat Langkah untuk memperoleh Penilaian GAF:
Langkah 1: Mulai di tingkat atas skala, tanyakan pada diri sendiri ". . . apakah keparahan
gejala klien atau tingkat fungsi lebih buruk dari apa yang ditunjukkan dalam kisaran? "
Langkah 2: Pindahkan ke bawah skala sampai Anda menemukan berbagai yang cocok
keparahan gejala klien atau tingkat berfungsi mana yang terburuk.
Langkah 3: Periksa pilihan Anda dari berbagai dengan menggunakan berikut: kisaran segera
lihat ke BAWAH dimana Anda telah memiliki contoh yang terlalu parah pada gejala dan
tingkat fungsi. Jika tidak dua-duanya maka terus turun dari skala tersebut.
Langkah 4: Tentukan jumlah tertentu dalam kisaran yang dipilih
Berikut adalah skala GAF :
91-100 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
81-90 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
71-80 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
61-70 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
baik
51-60 : gejala dan disabilitas sedang
41-50 : gejala dan disabilitas berat
31-40 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
21-30 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam
hampir semua bidang
11-20 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
01-10 : persisten dan lebih serius
0
: informasi tidak adekuat

II. Agitasi
Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan yang menunjukkan
aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan
keadaan tegang dan ansietas. Pada beberapa literatur dikatakan bahwa agitasi adalah
gangguan psikomotor yang memiliki karakterisasi peningkatan aktivitas motor dan psikologi
pada pasien (adanya irritabilitas). Adanya gerakan berjalan bolak-balik dalam satu ruang
tanpa alasan, gerakan memeras-meras tangan, melepas baju dan memakainya lagi dalam
kondisi terbalik, dan tindakan motorik dan tak beralasan lainnya. Pada keadaan yang parah,
gerakan yang ditimbulkan bisa membahayakan orang lain, seperti merobek-robek, menggigit
kuku jari dan menggigit bibir sendiri yang menimbulkan potensi pendarahan akibat trauma.

Perilaku Fisik Non-agresif

Perilaku Verbal Non-agresif

Kegelisahan umum
Mannerism berulang
Mencoba mencapai tempat yang berbeda
Menangani sesuatu secara tidak sesuai
Menyembunyikan barang
Berpakaian tidak seusai atau tidak

Negativism
Tidak menyukai apapun
Meminta perhatian
Berkata-kata seperti seseorang yang

berpakaian
Menghukum berulang

berkuasa
Mengeluh
Interupsi yang relevan
Interupsi yang irelevan

Perilaku Fisik Agresif

Perilaku Verbal Agresif

Memukul
Mendorong
Merebut barang
Berperilau kejam terhadap manusia
Menendang dan menggigit

Menjerit
Mengutuk
Membuat suara aneh

PATOFISIOLOGI AGITASI
Beberapa literatur menyebutkan tentang mekanisme biologis yang mendasari agitasi
sebagai sindrom terpisah dan spesifik. Gangguan pada neurotransmiter tertentu terlibat dalam
patofisiologi agitasi

A. Depresi dan Agitasi


Paofisiologi pada depresi dan agitasi melibatkan dua mekanisme yaitu terjadi aktivitas
berlebihan pada aksis hipotalamus-piuitari-adrenal (HPA axis) dan peningkatan
respon terhadap serotonin. Peningkatan terhadap aktivitas transmisi serotonin dapat
menjadi pencetus ansietas dan agitasi pada individu yang rentan. Kelainan regulasi
neurotransmitter lain yang dapat menyebabkan agitasi pada depresi yaitu penurunan
fungsi dari asam -aminobutirat (GABA) dan peningkatan aktivitas noradrenergik.
Pada keadaan ini, Diperlukan obat yang dapat meningkatkan fungsi GABA-ergik dan
menurunkan transmisi nonadrenergik. Obat yang digunakan berfungsi sebagai agonis
GABA-ergik (contoh asam valproate, benzodiazepine).
B. Dimensia dan Agitasi
Terdapat tiga sistem yang berhubungan dengan agitasi pada dimensia, yaitu
penurunan GABA-ergik, peningkatan sensitivitas terhadap norepinefrin dan
penurunan fungsi serotonin. Asam valproate, agonis GABA-ergik dilaporkan efektif
berfungsi sebagai antiagitasi pada pasien dimensia dengan agitasi. Antagonis
dopamine digunakan pada pasien dengan peningkatan sensitifitas terhadap
norepinefrin. Antagonis dopamine diindikasikan sebagai antipisikotik dengan dampak
minimal EPS (ekstrapiramidal sindrom).
C. Psikosis dan Agitasi
Agitasi sering terjadi pada episode akut psikosis dan terkai dengan gejala positif. Jalur
dopaminergik merupakan jalur utama pada patofisiologi dari gejala positif dan diikuti
oleh gangguan fungsi pada serotonergik, GABA-ergik dan glutamatergik. Pada
psikotik akut menggambarkan sindrom gangguan mesokortikal yang disebabkan oleh
aktivitas dopaminergik yang berlebihan dan gangguan glutamatergik pada
neurotansmisi dopaminergic dan penurunan inhibisi GABA-ergik. Hal tersebut
4

mengakibatkan penurunan aktivitas pada cortical prefrontal dan menimbulkan gejala


negatif, positif dan kognitif. Gangguan fungsi pada jalur serotonergic juga dapat
menjadi patofisiologi psikosis. Jalur serotonin

2A

(5-HT2A) berhubungan dengan

aktivitas dopaminergik. Antagonis 5-HT2A meningkatkan neurotransmitter dopamine.

DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, Michael H. Emergency Psychiatry.American Psychiatry Publishing. Washington.
2005. p: 199-122
2. Moore DP, Jefferson JW. Handbook of Medical Psychiatry. 2nd ed. Philadelphia, Pa:
Mosby; 2004:chap 155.
3. National Institute for Clinical Excellence. Quick Reference Guide : Violence The
Short-term Management of Disturbed/Violent Behaviour in Psychiatric in-patient Settings
and Emergency Department. United Kingdom. 2005. p: 6-7
4. V. Fernndez Gallego et al. Management of the agitated patient in the emergency
department. Emergencias 2009; 21: p.121-123
5. Wilson et al. The Psychopharmacology of Agitation: Consensus Statement of the
American Association for Emergency Psychiatry Project BETA Psychopharmacology
Workgroup in Western Journal of Emergency Medicine. Volume 26 XIII, NO. 1 :
February 2012. p:27-32

Anda mungkin juga menyukai