Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL BLOK 1.

MODUL 2

Kelompok 14B
Ketua
Rizky Dwi Utami
Sekretaris Meja
Indah Lisfi
Sekretaris Papan
Hadli Oktavioreta Fransisca
Anggota
Ilyan Nasti Januari
Isnainia Azarine K.
Vegi K. Putri
Annelia Tiara Suci
Endang Mutiwara
Inayah Afrilia
Rizky Dwi Utami

PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

Modul 2
Skenario 2 : Pengalaman Tak Terlupakan
Murni, mahasiswa kedokteran sedang bertugas di ruangan bayi menunggu
kelahiran bayi yang lahir pervaginam. Sebelum menolong bayi tersebut Murni
sudah mendapat bimbingan dari preseptornya tentang cara resusitasi pada bayi

baru lahir dan harus mampu kejadian hipotermia. Murni sudah mengerti bahwa
hipotermia dapat menyebabkan komplikasi yang berdampak buruk terhadap
tumbuh kembang nantinya.
Ketika bayi sudah lahir, Murni melakukan resusitasi dan melakukan penilaian dan
pemeriksaan fisik bayi tersebut, apakah terdapat anomali kongenital. Setelah
bayi dikeringkan segera dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan juga
menjelaskan kepentingan ASU terhadap tumbu h kembang anak.
Setelah selesai menolong dan merawat bayi tersebut, Murni kembali berdiskusi
dengan preseptornya tentang kelainan yang mungkin terjadi pada bayi tersebut
apabila tidak ditatalaksana dengan tepat seperti hipoglikemia,
hiperbilirubinemia,kejang, sepsis neonatorum, sindrom gawat nafas dan lainnya
serta kaitannya dengan BBLR.
Selesai melakukan tugasnya dan berdiskusi, Murni pergi beristirahat dengan
senyum bangga dna bahagia atas pengalaman dan pelajaran yang tak
terlupakan. Sambil beristirahat Murni membaca berita tentang penemuan mayat
bayi di tempat sampah, dan dikirim ke RS untuk pemeriksaan. Bagaimana Anda
menjelaskan pengalaman Murni dan berita tentang penemuan mayat bayi
dalam skenario di atas ?

Step 1 : Terminologi
1. Pervaginam
Persalinan melalui vagina atau persalinan spontan

2. Resusitasi
Suatu aplikasi pada neonatus yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur
3. Hipotermia
Penuruna suhu tubuh < 36,5 C
4. IMD (inisiasi menyusu dini )
Proses menyusu setelah melahirkan dimana bayi mencari puting susu ibu
sendiri dakam waktu 1 jam pertama
5. Sepsis neonatorum
Suatu infeksi bakteri berat pada bayi baru lahir
6. Hiperbilirubinemia
Tingginya kadar bilirubin di dalam darah karena perombakan Hb
meningkat
7. Sindrom gawat nafas
Istilah untuk disfungsi pernafasan

Step 2 : Defining Problem


1. Kapan diperlukan resusitasi pada bayi ?
2. Bagaimana proses kelahiran pervaginam ?
3. Apa akibat hipotermia pada bayi ?
4. Kapan terjadi hipotermia ?
5. Bagaimana kondisi yang memungkinkan bayi untuk lahir pervaginam ?
6. Apa saja penilaian dan pemeriksaan fisik pada neonatus ?
7. Bagaimana kepentingan ASI terhadap tumbuh kembang anak ?
8. Bagiamana hipotermia berdampak buruk terhadap tumbuh kembang
anak ?
9. Apakah manfaat IMD bagi bayi baru lahir ?
10.Apa saja tindakan resusitasi ?

11.Apa hubungan hiperbilirubinemia, sepsis, sindrom gawat nafas,


hipoglikemia dan kejang dengan BBLR ?
12.Apa akibat hipoglikemia ?
13.Bagaimana perbedaan mayat lahir hidup dan lahir mati ?
14.Apa penyebab sepsis neonatorum ?
15.Apa saja yang dilakukan pada mayat bayi untuk menentukan penyebab
kematian ?
16.Apa saja bentuk anomali kongenital pada bayi ?

Step 3: Menganalisis masalah dengan Brainstroming


1. Resusitasi dilakukan karena adanya gagal nafas secara spontan. Terdapat
pertanyaan untuk identifikasi melakukan resusitasi :

Apakah bersih dari mekonium ?


Apakah bernafas atau menangis ?
Apakah tonus otot baik ?
Apakah warna kulit kemerahan ?
Apakah cukup bulan ?
Jika salah satu jawaban tidak maka resusitasi dilakukan.

2. Kala I : uterus berkontraksi dilatasi serviks 10 cm


Kala II

: serviks membuka lengkap

Kala III

: janin, plasenta dan selaput ketuban sudah keluar

3. Akibat hipotermia dingin pada bayi, penyempitan pembuluh darah,


peningkatan kebutuhan oksigen, hipoksemia, pupil dilatasi, hipoglikemia
dan asidosis metabolik.
4. Penyebab hipotermia :
Kehilangan panas yang berlebihan
Ketidaksanggupan bayi menahan nafas
Kurangnya metabolisme
Lemak subkutan yang sedikit
Keterlambatan mengeringkan cairan pada tubuh bayi
5. Inidikasi lahir pervaginam
Panggul ibu normal
Letak janin normal

Plasenta normal
Tali pusat normal
Tidak ada kelainan jalan lahir, spt : mioma, kista
Tidak ada penyakit berat, spt : jantung, asma
Riwayat sesar 1x

6. Tanda vital, pengukuran ( BB, PB, LK, LL ), alat-alat tubuh ( jika terjadi
malformasi, traum kelahiran), penilaian APGAR Score
7. ASI dapat menjadikan koordinasi saraf lebih sempurna, mengandung asam
amino yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Pada colostrum
mengandung antibodi, nutrien utama serta dapat mendekatkan psikologis
ibu dan anak
8. Hipotermia :

Penurunan detak jantung, respirasi sulit mengganggu

metabolisme
Hipoksia kematian jaringan
Metabolisme rendah suhu rendah

9. Manfaat IMD :

Meunurunkan resiko hipotermia


Meningkatkan denyut jantung
Mendapat colostrum
Pernafasan stabil
Koordinasi saraf jadi sempurna

10.Tahap awal : bayi dijaga tetap hangat, lendir dibuang dengan cara diisap
menggunakan alat Delly, perangsangan taktil. Jika tahap ini belum baik,
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tahap ventilasi
ABC

: alat ventilasi nutk mengembangkan alveoli.

: Airway, Breathing, Circulation.

11.Sepsis pembuluh darah belum optimal, leukosit menurun


Hiperbilirubinemia fungsi hati belum optimal
Sindrom gawat nafas membran hilain belum terbentuk sempurna
Hipoglikemia cadangan glikogen tidak ada karena BBLR
Kejang kurangnya distribusi oksigen ke otak
12.Prematuritas, pelepasan insulin berlebihan kelainan kelenjar hipofisis

Kesalahan metabolisme
13.Hidup :
Paru sudah mengembang
Sudah ada perawatan
Mati :
Paru belum berkembang
Belum ada perawatan
14.Sepsis infeksi bakteri karena KPD ( ketuban pecah dini, perdarahan saat
melahirkan).
15.Tanda-tanda fisik kesehatan
16.Bibir sumbing, polidaktili, anus impeforata, caput susedeneum, atresia
esofagus.

Step 4 : Skema

Bayi

Lahir

Penemua
n mayat

Pemeriksa
an

Penyebab
kematian

Nafas

Penilaian

Resusitas
i

BBLR

Hipoglikemia,
hiperbilirubinemia,
kejang, spsis

Pemeriksa
an

Perawata
n

Tanda
vital

IMD

Anomali
kongenit
al

Tumbuh
kembang

hipotermia

Step 5: Learning objective

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1. Pemeriksaan dan penilaian BBL
2. Bayi berat lahir rendah ( BBLR )
3. Kelainan yang sering ditemukan pada neonatus
4. Anomali kongenital pada BBL
5. ASI dan manajemen laktasi
6. Kematian bayi dan pembunuhan anak sendiri
7. Resusitasi neonatus
8. Tumbuh kembang neonatus
9. Perawatan pada BBL

Step 6: Mengumpulkan Informasi


Step 7: Pembahasan Learning Objective
1. Pemeriksaan dan penilaian BBL

Manajeme
n laktasi

Pemeriksaan pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji
penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya
penyimpangan
1. Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi :

APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ?


APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS?
APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?
APGAR SCORE
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)
Dilakukan pada :

1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan

Menit ke-5
Menit ke-10
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR
TANDA
Appearance

0
Biru,pucat

1
Badan
pucat,tungkai

Pulse
Grimace
Activity

Tidak teraba
Tidak ada
Lemas/lumpuh

biru
< 100
Lambat
Gerakan
sedikit/fleksi

Respiratory

Tidak ada

tungkai
Lambat, tidak

2
Semuanya

merah

muda
> 100
Menangis kuat
Aktif/fleksi tungkai
baik/reaksi
melawan
Baik, menangis kuat

teratur
Preosedur penilaian APGAR
Pastikan pencahayaan baik
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.

Jumlahkan hasilnya
Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10

Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik


Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
Nilai 0 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi
2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah

kelahiran.
Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit
bantuan/gangguan
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin
a. Membersihkan jalan nafas
1).
2).
3).
4).

Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
Periksa ulang pernafasan
Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :


1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat
2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus
kassa steril

4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Gb. Posisi ekstensi


Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH
Menepuk pantat bayi
Menekan dada

ALASAN TIDAK DIANJURKAN


Trauma/cedera
Patah, pneumothorax, gawat nafas,

Menekan kaki bayi ke bagian perutnya

kematian
Merusak pembuluh darah dan kelenjar

pada hati/limpa, perdarahan


Membuka sphincter anusnya
Merusak /melukai sphincter ani
Menggunakan bungkusan panas/dingin
Membakar/hipotermi
Meniupkan oksigen/udara dingin padaHipotermi
tubuh/wajah bayi
Memberi minuman air bawang

Membuang

waktu,

karena

tindakan

resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis


Penghisapan lendir
Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga
tabung oksigen & selangnya
Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan
b. Perawatan tali pusat
setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk
membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
bilas tangan dengan air matang /DTT
keringkan tangan (bersarung tangan)
letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat

ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
& lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup
INGAT !
JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT
c. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara :

Keringkan bayi secara seksama


Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingk yg hangat
d. Pencegahan infeksi

Memberikan obat tetes mata/salep


diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan
pd mata bayi segera stl bayi lahir
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam

perawatannya.
Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi
Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika
menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm
keadaan bersih
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan
bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)
2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran
Tujuan :

Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg


memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan
Pemantauan 2 jam pertama meliputi :

Kemampuan menghisap (kuat/lemah)


Bayi tampak aktif/lunglai
Bayi kemerahan /biru
Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian
ada tdknya masalah kesehatan terutama pada :

By kecil masa kehamilan/KB


Gangguan pernafasan
Hipotermia
Infeksi
Cacat bawaan/trauma lahir
Jika tidak ada masalah,
a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :

hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C


bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup
c. Lakukan pemeriksaan fisik

gunakan tempat yg hangat & bersih


cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak

lembut
LIHAT, DENGAR, & RASAkan
Rekam /catat hasil pengamatan
jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut
d. Pemberian vitamin K

untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K


Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM
e. Identifikasi BBL

Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia

Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan

tdk mudah lepas


Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu
Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor
identifikasi
a. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi

Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu

penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum
memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran

mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C


Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol
berisi air panas)
3). Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk

BAK/BAB

Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah
tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan
segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak

merah atau bau busuk.


Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun
setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang
yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Suhu > 38 C atau < 36,5 C

Warna kulit biru/pucat


Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering
warna hijau tua, ada lendir darah
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B
Daftar pustaka
1.

Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition.

2.

Churchill Livingstone, Edinburgh


JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma

3.
4.

III kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta


Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal.YBP_SP.Jakarta

PEMERIKSAAN FISIK LAINNYA


Memeriksa Kepala dan Muka sangat penting karena menjadi perhatian utama :

Tanda trauma kaput sesudaneum, moulding,


laserasi, sefal hematom
Adakah tanda parese syaraf ke 7
Telinga adakah low set ear
Mulut adakah gigi, gusi, ukuran dan besar lidah
palatum apakah normal
Mata

Sembab kelopak mata sering didapat, mata sulit dibuka


Adakah tanda perdarahan konjungtiva, ukuran bola mata
Adakah sekret mata, kemungkinan saluran nasolakrimalis
belum terbuka sempurna
Bila sekret berlebihan ingat infeksi gonokokus
Sistem Pernafasan
Pemeriksaan terbaik adalah melakukan observasi
Frekwensi nafas (normal 30-50 kali/menit), iramanya, tipe nafas utama pada bayi baru
lahir abdominal
Obsrvasi warna kulit sekitar mulut dan mukosa
Tanda tanda adanya gangguan nafas:
Frekwensi nafas cepat 60 per menit
Tampak sianosis
Perhatikan bentuk dada
Bernafas mempergunakan otot otot dada (retraksi interkostal, dada)
Pemeriksaan Kardiovaskuler

Pemeriksaan kardiovaskuler juga harus diperhatikan bentuk dada, apek (lokasi di ICS ke 4 &
ke 5)
Palpasi pulsasi arteri brakhialis dan femoralis
Memeriksa suara jantung S1,S2, kadang terdengar S3
Frekwensi jantung biasanya 100 140/ menit (normal)
Adakah murmur, biasanya dilakukan pemeriksaan di
sepanjang batas sternal kiri. Dianjurkan pemeriksaan diulang setelah penderita berumur 3 6
minggu
ABDOMEN
Observasi bentuk abdomen apakah distended. Pernafasan abdominal adalah normal
Perhatikan umbilikus, apakah ada tanda inflamasi, bau Yakinkan ibu bahwa umbilikus akan
lepas (hari ke 4 5)
Meraba Hepar
Mempergunaka jari jari tangan diletakkan antara SIAS (spina iliaka anterior superior kanan)
dan umbilikus, selanjutnya meraba keatas sampai batas kosta
Meraba Lien
Meraba dengan jari jari dari SIAS kearah umbikus
Meraba Ginjal
Tidak mudah, memerlukan latihan
Letakkan satu tangan dibawah pinggang dan diangkat keatas, sedang tangan lain melakukan
palpasi disisi yang sama
Meraba Buli Buli
Mempergunakan jari ke 2 dan ke 3
Palpasi dimulai dari umbilikus kearah bawah
Buli buli teraba penuh 15 menit setelah bayi diberi minum
GENITALIA
Wanita
Labia warna kemerahan. Pada preterm labia mayor tidak menutup labia minor
Perdarahan vagina dapat terjadi (newborn period)
Memar dapat terjadi pada persalinan letak bokong
Laki laki
Apakah bentuk dan ukuran penis normal
Adakah hipospadia dan epispadi
Apakah testis teraba, bila tidak teraba biasanya di inguinal
Adakah hidrocele, pemeriksaan dengan transiluminasi
Memeriksa Sendi Panggul
Bayi posisi terlentang. Posisi panggul dan lutut 90 derajat
Pegang kedua lutut dan gerakkan keatas dan kebawah bergantian
Ventral Suspensi
Bayi dipegang dengan kedua tangan dan ditengkurapkan
Respon bayi : punggung ekstensi, lengan, kaki fleksi dan kepala akan terangkat

Bayi posisi terlentang biasanya panggul fleksi dan sedikit Abduksi. Bila abduksi total berarti
terdapat hipotoni otot
Pemeriksaan harus diulang 24 jam kemudian
REFLEK PRIMITIF
TANDA KARDINAL
Merangsang pipi dan kulit sekitar mulut, maka akan respon mulut bayi terbuka dan kepala
menoleh kearah lateral
Grasp dan traction response (reflek menggegam)
Tangan bayi diberi jari tangan atau pensil, maka jari akan menggegam dan bahu akan
terangkat lebih kurang 2- 3 cm
MORO REFLEK
Bayi diletakkan terlentang dengan satu tangan menahan badan bayi, tangan lain
menyangga kepala. Bila kepala bayi diturunkan beberapa cm, lengan atas
abduksi,ekstensi dan fleksi bergantian bila bergerak.

2. Bayi berat lahir rendah ( BBLR )


Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negaranegara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan
90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya di masa depan.
Penyebab BBLR
Ada 2 tipe BBLR:

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37
minggu).
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
memiliki berat badan kurang.
BBLR tipe prematur disebabkan oleh:

Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar

Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya


Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim)

Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

Ibu hamil yang sedang sakit

Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

BBLR tipe KMK disebabkan oleh:

Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia

Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

Malaria kronik, penyakit kronik

Ibu hamil merokok

Perawatan BBLR

Prinsip

penting

dalam

perawatan

BBLR

setelah

lahir

adalah

mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan


pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya
hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih

belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus
selalu dijaga kehangatan tubuhnya.

Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering


memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode
kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu
atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau
pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi
jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi
selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu
penghangat atau alat pemancar panas.

Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada
cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama
dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi
keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya
sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok
untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat
elektrolit

minimal.

Namun,

refleks

menghisap

dan

menelan

BBLR

biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras
yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa
lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat
diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan
mengakibatkan ikterus (bayi kuning)

BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu,
tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera
membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan
menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman
mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari
bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat
digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi.
Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam
bulan pertama

3. Kelainan yang sering ditemukan pada neonatus

Hipotermia :

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35Celsius.
PENYEBAB
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang
melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh
cairan ketuban.
GEJALA
Gejalanya bisa berupa:
- bayi tampak mengantuk
- kulitnya pucat dan dingin
- lemah, lesu
- menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan
lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran
suhu tubuh.
PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus
dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi
ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
PENCEGAHAN

Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam
keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya
panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.

Hipoglikemia

Hipoglikemi : keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6
mmol/L).
PATOFISIOLOGI

Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon

insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer
glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.

Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes

melitus.

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama

proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena

meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,


hipertermi, gangguan pernapasan.
DIAGNOSIS
Anamnesis

Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan

Riwayat bayi prematur

Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

Bayi dari ibu diabetes (IDM)

Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

Bayi prematur dan lewat bulan

Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

Bayi puasa

Bayi dengan polisitemia

Bayi dengan eritroblastosis

Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta

blocker

GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik


Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas

Jitteriness

Sianosis

Kejang atau tremor

Letargi dan menyusui yang buruk

Apnea

Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

Hipotermia

RDS

DIAGNOSIS BANDING
insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia,
abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia,
defisiensi piridoksin).
Hipoksia otak
Kerusakan sistem saraf pusat.

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3
hari pertama :
o

Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2

kali pemeriksaan
o

Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia

selesai.

HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi

kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir
dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% 50% pada bayi
yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya
akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan
saluran empedu, dan lain-lain.
Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan
Hemoglobin (zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses
konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke
usus.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak
mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang
patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
dianggap hiperbilirubinemia bila:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada
inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim
G-6-PD, dan sepsis)

5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai berikut:


Berat lahir kurang dari 2 kg
Masa kehamilan kurang dari 36 minggu
Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom gangguan pernafasan
Infeksi
Trauma lahir pada kepala
Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)
Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut Kernikterus.
Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau
menghisap, ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut,
bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan
bicara dan keterbelakangan mental.
MELIHAT IKTERUS PADA BAYI
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling
baik pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang
akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap
kuning, berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi.
Ikterus pada bayi baru lahir baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan
di RSCM menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.
PENYEBAB IKTERUS?
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang
berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver).
PENATALAKSANAAN IKTERUS

1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita
masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter
akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang
memadai.
3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian
albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

PROBLEM PERNAPASAN
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan gejala
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir denngan asidosis. Menurut Towell (1966),
penyebab kegagalan pernafasan pada BBL adalah sebagai berikut.
Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetika atau anestesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan, yaitu:

Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus

akibat penyakit atau obat.

Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan.

Hipertensi pada penyakit eklampsia, dan lain-lain.


Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, pendarahan plasenta, dan lain-lain.
Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan tergangguanya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, tali pusat terlilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
dan lain-lain.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal,
yaitu:
Pemakaian obat analgetika atau anestesia yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial.
Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
Berdasarkan skor apgar, asfiksia neonatorum terbagi atas:
Asfiksia sedang : skor apgar 4-6.
Asfiksia berat : skor apgar 0-3.
Manifestasi klinis asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.

Distress pernafasan (apneu / megap-megap).


Detak jantung < 100 X / menit.
Refleks atau respon bayi lemah.
Tonus otot menurun.
Warna kulit biru atau pucat.

Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.


Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum terbagi atas 2, yaitu:
Tindakan Umum, terdiri dari:
Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi
metabolisme sel jaringan, sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Cara
pencegahannya yaitu dengan memperhatikan lingkungan yang baik untuk bayi
yang akan lahir, dan mencegah kehilangan panas yang besar pada bayi tersebut.
Pembersihan jalan nafas
Saluran jalan nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion. Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa
atau kasar. Bila terdapat lendir kental yang sulit dikeluarkan dengan pengisapan
biasa

dapat digunakan laringoskop neonatal, sehingga pengisapan dapat

dilakukan dengan melihat semak simalnya, terutama pada bayi dengan


kemungkinan infeksi.

Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan


Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20 detik setelah lahir,
dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernafasan. Cara cara
yang dapat dilakukan untuk merangsang pernafasan bayi yaitu:
Pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring.
Pengaliran oksigen yang cepat kedalam mukosa hidung dapat merangsang
refleks pernafasan yang sensitif didalam mukosa hidung dan faring.
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua
telapak kaki bayi, menekan tendon Achilles, atau memberikan suntikan
vitamin K terhadap bayi tertentu.
Tindakan Khusus, terdiri dari:
Asfiksia berat (skor apgar 0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan. Langkah utamanya ialah dengan
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang
intermitten. Cara terbaiknya ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Untuk
mencegah timbulnya infeksi terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat
diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai
asidosis yang membutuhkan koreksi segera, yaitu dengan memebrikan bikarbonas
natrikus dengan dosis 2-4 mEq/ kgbb, dan glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4
mL/kgbb. Pemberian kedua obat ini dilakukan secara intravena dengan perlahanlahan melalui vena umbilikalis. Pada asfiksia berat yang disertai henti jantung
penanganannya yaitu dengan pemasangan pipa endotrakeal dan masase jantung
eksternal.
Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)
Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks
pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan,
ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat
dilakukan

secara

frog

breathing.

Tindakan

ini

dikakukan

dengan

memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila tindakan ini tidak
berhasil, mka dapat dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke
mulut atau ventilasi kantong ke masker. Bila tindakan ini juga tidak berhasil yang
ditandai dengan penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, maka

intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai


penderita asfiksia berat.
Serangan Apneu
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi prematur. Dikatakan abnormal jika
lebih dari 20 detik dan disertai dengan adanya sianosis dan bradikardia. Bayi dengan
berat badan kecil dari 1250 gram tiga kali lebih sering mendapat serangan ini daripada
bayi dengan berat badan lebih dari 1500 gram.
Etiologi dari serangan apneu yaitu:
Imaturitas pusat pernafasan.
Obstruksi jalan nafas oleh lendir atau susu.
Serangan apneu yang menyertai beberapa kelainan paru yang berat, misalnya
penyakit membran hialin, pneumonia, dan pendarahan paru.
Gangguan SSP, misalnya pendarahan intrakranial (kernicterus).
Gangguan metabolik, misalnya hipoglikemia, perubahan keseimbangan asambasa, cairan, dan elektrolit tubuh.
Tindakan dan sikap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
Melakukan rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah letak bayi atau
memukul telapak kaki bayi.
Membersihkan saluran nafas.
Memberikan oksigen intranasal dengan sedikit tekanan atau melakukan frog
breathing.
Menyelidiki dasar etiologi serangan apneu, dan sikap selanjutnya disesuaikan
dengan etiologinya.
Pernafasan Periodik
Bentuk pernafasan ini paling sering ditemukan pada bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram atau masa gestasi kurang dari 36 minggu. Pernafasan periodik
ini jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran, dan dapat berlangsung sampai kirakira 6 minggu. Bentuk pernafasan ini mirip dengan pernafasan Cheyne-Stokes, yaitu
tampak ventilasi yang diikuti oleh periode apneu yang tidak berlangsung lebih dari 10
detik. Etiologi pernafasan ini adalah karena maturitas susunan saraf pusat yang belum
sempurna.
Tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penyakit ini yaitu:
Pemberian oksigen dengan konsentrasi tertentu dapat mengurangi periode apneu,
memperbaiki ventilasi paru dan merangsang timbulnya pernafasan yang teratur.

Dapat diberikan aminofilin 2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk
merangsang pusat pernafasan yang belum matur tersebut.
Penyakit Membran Hialin (Sindrom Gangguan Pernafasan Idiopatik)
Penyakit ini terjadi karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru
belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya ibu menderita
diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan pndarahan
antepartum.
Patogenesisnya, yaitu:
Defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang.
Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru, yaitu merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi.
Surfaktan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, terutama lesitin. Surfaktan mulai
dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mulai berjumlah cukup untuk berfungsi
normal setelah minggu ke-35. Kurangnya lesitin pada cairan amnion juga dapat
menyebabkan penyakit membran hialin.
Manifestasi klinisnya, yaitu:

Bayi dispnea dan hipernea dengan frekuensi lebih besar dari 60 X / menit.
Terjadinya sianiosis karena saturasi oksigen kurang.
Rintihan saat ekspirasi (grunting), dan mendengkur jelas.
Retraksi epigastrium, suprasternal, interkostal saat inspirasi.
Pada auskultasi akan melemahnya udara nafas yang masuk paru.
Kadang terjadi bising jantung.
Terjadinya bradikardia pada penyakit membran hialin berat.
Terjadinya hipotensi, hipotermia, tonus otot menurun, edema dorsal tangan dan
kaki, serta pelebaran dan kehitaman pada cuping hdung.
Penatalaksanaannya, yaitu:

Mempertahankan suhu bayi (normal 36,5-37o C) dengan meletakkan dalam

inkubator.
Mempertahankan kelembapan udara 70-80 %.
Memberikan oksigen untuk mempertahankan tekanan oksigen 80-100 mmHg.
Memberi cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori 40 kkal/kgBB/hari

yaitu: glukosa / dextrose 10 % dengan jumlah 100 ml/kgBB/hari.


Memberi natrium bikarbonat campur dengan glukosa kalau asidosis.
Hindari faktor resiko.

Memberi dekametason / betametason pada perempuan 48-72 jam jam sebelum

persalinan 32 minggu kurang.


Pemberian 1 dosis surfaktan kedalam trakea bayi prematur sesudah lahir / 24 jam.
Perawatan BBLR
Lakukan pemeriksaan elektrolit.

INFEKSI DAN KEJANG

Infeksi dan Kejang pada Bayi Baru Lahir(BBL)


Kejang adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik seperti prilaku, sensorik,
motorik, dan fungsi otonom sistem syaraf pada bayi sampai berumur 28 hari.
Etiologi
Masalah yang terdapat dalam kejang:

Berhubungan dengan penyakit yang berat


Memerlukan intervensi khusus
Dapat mengakibatkan kelainan pada otak
Kejang yang terus menerus dapat mengakibatkan hipoksia serebral progresif, edema
serebral, dll

Penyebab : - kelainan SSP primer karena proses intrakranial


-kelainan SSP sekunder karena masalah sistemik metabolik
Penggolongan etiologi Kejang :
a) Ensefalopati iskemik hipoksik ( 60 65% yaitu terjadi pada 24 jam I dan pada 12
jam I )
Pada BCB ( Bayi Cukup Bulan) dan BKB (Bayi Kurang Bulan) terutama dengan
asfiksia
Bentuk : kejang subtel / multifokal serta fokal klonik
- Iskemik hipoksik : persentase 20% dengan infark serebral, terdiri dari stadium
ringan, sedang, dan berat.
b) Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan matriks germinal dan intraventrikel ( GMHIVH ) biasanya pada bayi preterm (45 %)
Berhubungan juga dengan penyebab lain :
- Perdarahan subarachnoid (prevalensi tersering)
Penyebab : robekan vena superfisial akibat partus lama
darah di fisura interhemisfer dan resessus supra dan infratentorial
Tanda tanda :
Ubun ubun besar dan tegang
Muntah
Tangisan melengking

Kejang
- Perdarahan subdural
Penyebab : - robekan tentorium di dekat falks serebri
Molase kepala berlebihan di verteks
Partus lama
Darah menumpuk di fossa posterior dan menekan batang otak
Tanda tanda :
Nafas tidak teratur
Kesadaran menurun
Tangis melengking
Ubun ubun besar dan menonjol
Kejang
c) Hipokalsemia atau hipomagnesia
Terjadi pada hari ke I dan II
Biasanya pada BBLR( Bayi Berat Lahir Rendah)
Asfiksia bayi dari ibu DM
Hipokalsemia yaitu kadar Ca menurun < 7,5 mg/dL (< 1,87 mmol/L)
Sedangkan kadar fosfat > 3 mg/dL(> 0,95 mmol/ L)
Hiponatremiadan hipernatremia
Contoh : SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Duretic Hormone)
Penyebab :
- Kehilangan garam berlebihan, asupan cairan menurun dengan kadar Na
- Infus intravena meningkat
- Pengeluaran Na yang berlebihan
Hiponatremia disebabkan dehidrasi berat dan asupan Na meningkat
d) Infeksi
menjadi 5 10% penyebab kejang pada BBL
1. Infeksi Akut yang diakibatkan bakteri atau virus pada SSP
Contoh :Kuman gram negatif yang menginfeksi intrakranial dan sistemik
Contoh bakteri : Streptococcus, E. coli, Listeria sp, staphylococcus,
Pseudomonas sp
2. Infeksi Kronik yaitu infeksi pada intrauterine yang lama
Contoh :
Patofisiologi
Kejang terjadi akibat loncatan muatan listrik berlebihan atau depolarisasi otak berlebihan
yang menimbulkan gerakan berulang.
Akibat depolarisasi berlebihan :
adanya gangguan produksi energi yang terdapat pada gangguan pompa Na-K
kecepatan depolarisasi berlebihan bisa terjadi akibat peningkatan eksitasi yang
sebanding dengan inhibisi neurotransmitter ataupun penurunan inhibisi yang
sebanding dengan eksitasi neurotransmitter
Dampak fisiologis dari kejang :

penurunan kadar glukosa otak dengan kadar glukosa darah normal atau meningkat

dan peningkatan asam laktat dalam darah


peningkatan kebutuhan oksigen dan aliran darah otak
penurunan pH arteri karena adanya akumulasi laktat
peningkatan tekanan darah sistemik dan aliran darah ke otak

Kemungkinan Penyebab

Kelainan

Kegagalan mekanisme Pompa Na-K akibat Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia


penurunan ATP
Eksitasi neurotransmitter berlebihan

Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia

Penurunan inhibisi neurotransmitter

Ketergantungan piridoksin

Kelainan membran sel berupa peningkatan Hipokalsemia dan hipomagnesia


permeabilitas Na

4. Anomali Kongenital pada BBL


1. Hidrosefalus kongenital
Hidrosefalus kongenital adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal.
Etiologi.
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :
1. Kelainan bawaan
o Stenosis akuaduktus sylvii

o Spina bifida dan kranium bifida


o Sindrom Dandy Walker
o Kista Araknoid
o Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Neoplasme
4. Perdarahan
Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Pada bayi
biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi
sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa

muntah, nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf.
Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh.

2. Omphalokel
Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis.
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari
umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus
oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga
membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa
teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan
lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya
the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang

h.Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROSKISIS / OMPHALOKEL
1. Data Fokus Pengkajian
Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.
3. Kaji Sirkulasi : kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.

3. Spina Bifida
Spina Bifida adalah suatu kelainan yang terjadi pada perkembangan tulang
belakang.Hal ini terjadi 24-26 hari usia kehamilan
Pada umumnya,serabut-serabut saraf(spinal cord) yang berada didalam ruas-ruas
tulang belakang tertutup sempurna oleh tulang belakang tersebut. Sedangkan pada
spina bifida hal tersebut tidak terjadi.Sehingga serabut-serabut saraf tersebut tumbuh
secara tidak normal atau menjadi rusak. Sebagai konsekuensinya,perintah-perintah
dari otak untuk melakukan gerakan-gerakan seperti untuk tangan atau kaki menjadi
terganggu.Sering terjadi pula anak-anak dengan spina bifida mengalami gangguan
pada perabaannya.
Penyebab :
Penelitian yang telah dilakukan ,menyatakan bahwa kekurangan Folic Acid dan
vitamin B12 merupakan salah satu penyebab terjadinya Spina Bifida. Folic acid
dipercaya berperan dalam pembentukan tulang belakang yang sempurna. Ada
pendapat lain juga yang menyatakan bahwa faktor genetik juga berperan disini.
Yang utama untuk diingat adalah setiap orang tua yang memiliki putra/putri dengan
spina bifida bukan pihak yang harus dipersalahkan.

Untuk pencegahannya dapat dilakukan seperti:


menambahkan folic acid dan vitamin B12 dalam asupan makanan bagi ibu-ibu
hamil. Folic acid bisa diperoleh melalui sayuran berwarna hijau. Mengkonsumsi

folic acid sangat penting dilakukan sebelum dan selama kehamilan.


tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan.
mengkonsumsi makan yang sehat sebelum dan selama kehamilan

5. ASI dan manajemen laktasi


Cara menyusui bayi yang benar
1. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu IBU mencuci kedua tangan dengan sabun
sampai

bersih.

2. Sebelum menyusui bayi, kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah
direndam terlebih dahulu dengan air hangat .
3. Waktu menyusui bayi, sebaiknya IBU harus duduk

4. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai
bayi

merasa

kenyang.

5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas
yang telah direndam dengan air hangat.
6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap
bisa

keluar.

7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa
susu.
Praktek menyusui

Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu
pada masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu
saat air susu dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui
yang lamanya sangat tergantung pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk
menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat
ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya. Diawali
dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting susu ibu untuk
pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang
keberhasilannya menyusui

a. reflek prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu
terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu
keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar
payudara

untuk

memproduksi

ASI.

b.Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")


Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian
lain dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin akan memacu selsel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi,
sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola,
untuk

kemudian

menuju

puting

susu.

Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan,
dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan
diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah

menyusui dengan benar maka akan

memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut .

1. Bayi tampak tenang.


2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
masuk .
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.


9. Kepala bayi agak menengadah.
6. Kematian bayi dan pembunuhan anak sendiri

Pembunuhan anak sendiri atau infanticide adalah :


Di Indonesia pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya
sendiri segera atau beberapa saat setelah dilahirkan, karena takut

diketahui ia telah melahirkan anak.


Di Jerman Barat pembunuhan anak hanya berlaku apabila anak yang lahir

akibat hubungan yang tidak sah


Di Amerika dan Eropa Barat lain, tidak mempersoalkan apakah dari
hubungan sah atau tidak

PASAL-PASAL dalam KUHP yg mengancam kejahatan ini :


pasal 341 KUHP : pembunuhan anak sendiri tanpa rencana ( maksimum 7 tahun
penjara )
pasal 342 KUHP : pembunuhan anak sendiri dengan rencana ( maksimum 9
tahun penjara)
pasal 307 KUHP : bila pelaku pada pasal 305 KUHP adalah ayah / ibu ditambah
sepertiganya
pasal 308 KUHP : ibu membuang anaknya yang baru lahir ( seperdua dari pasal
305 & 306 KUHP )
pasal 181 KUHP : menyembunyikan kelahiran / kematian ( 9 bulan )
Beberapa pengertian dalam unsur PAS

Pengertian PEMBUNUHAN harus membuktikan :


a. Lahir hidup
b. Kekerasan
c. Sebab kematian akibat
Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :
a. Cukup bulan atau belum, dan berapa usia

kehamilan

b. Berapa usia pasca lahir


c. Laik hidup (viable) atau belum (non-viable)
Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan :
a. Belum timbul kasih sayang di ibu kepada anak
b. Belum tampak tanda-tanda perawatan
anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukan telah
timbul kasih sayang ibu kepada anaknya sehingga dapat diartikan rasa takut
diketahui telah melahirkan hilang
Pengertian SI-IBU MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI mengharuskan kita dapat
membuktikan apakah mayat anak yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu
yang diajukan
CIRI BAYI SUDAH PERNAH BERNAFAS
Dada telah mengembang
Diafragma telah turun ke sela iga 4 5 atau 5 6
Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat padatnya vaskularisasi paru
(paru lahir mati 1/70 berat badan )
Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak homogen pada dasar merah
tua)
Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
Uji apung paru positif

Uji apung usus (Berslaus second life test) positif


Uji Apung Paru
Hasil baik, bila belum ada pembusukan
Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam leher (diikat dulu) dan alat
dalam dada
Berturut - turut diuji apung : kedua paru dipisahkan dari trakea, tiap lobus paru,
dan kemudian dipotong kecil - tipis jaringan perifer paru
Bila potongan kecil tipis mengapung diletakan dalam karton lalu diinjak tanpa
diputar dan dimasukan kedalam air lagi.
Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas selain residu udara.
Volume residu hanya keluar bila alveoli rusak.
Tetap terapung berarti terdapat udara volume residu atau dikatakan sebagai uji
apung paru positif
Positip berarti

: pernah bernafas = lahir hidup

Negatip berarti :
Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati
sudah bernapas: resorbsi pd asfiksia / apnoe lama
pneumonia lobaris
segera tenggelam pd kelahiran
pembusukan lanjut
Uji Lambung Usus
BILA BAYI TELAH BERNAFAS LAMBUNG DAN USUS BERISI UDARA YANG
TERTELAN
CARA MELAKUKAN :
Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah valvula Bauhini dan Usus besar
di daerah rekto sigmoid diikat dengan tali rami

Seluruh alat pencernaan dimasukan kedalam air


Alat pencernaan terapung

POSITIF

Alat pencernaan tidak terapung

NEGATIF

NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan mana yang tidak terapung, di
uji sendiri sendiri dg cara sama dengan diatas
Usia Pasca Lahir
Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :
di Lambung berati Baru Lahir, tapi blm tentu lahir hidup.
di Doudenum lebih dari 2 jam.
di Usus Halus 6 12 jam.
di Usus Besar 12 24 jam.
Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam atau lebih.
Kekerasan dan Sebab Kematian
Di DKI Jakarta paling banyak 90 95 persen dari sekitar 30 40 kasus,
membuat keadaan ASFIKSIA MEKANIS yaitu pencekikan, penjeratan,
pembekapan dan penyumbatan
Pemeriksaan penting alat leher lapis demi lapis
5 10 persen KEKERASAN TUMPUL pada KEPALA
1 Kasus dalam 6 7 tahun KEKERASAN TAJAM pada LEHER & DADA
Tanda-tanda Perawata
Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan verban (bisa
hilang sblm diperiksa).
Jalan nafas bebas.
Vernix kaseosa tidak ada lagi.
Berpakaian.

Air susu di dalam saluran cerna.


Ditemukan tanda no 1 saja diatas sudah cukup membuktikan adanya tanda
perawatan, melihat ciri mediknya bila hal tersebut ada, maka bukan lagi
termasuk pembunuhan anak sendiri
Hubungan Ibu Anak
UPAYA PEMBUKTIAN SEORANG TERSANGKA IBU SEBAGAI IBU DARI ANAK YANG
KITA PERIKSA ADALAH SUATU HAL YANG PALING SUKAR
Ada beberapa cara dapat kita gunakan
o
o
o
o

Mencocokan waktu partus ibu dan waktu lahir anak


Mencari data antrophologi yang khas pada ibu dan anak
Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Sidik jari DNA

7. Resusitasi neonatus
Merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Indikasi : misalnya pada problempernapasan asfiksia perinatal dengan karakteristik sbb :
- Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) dengan pH<7 pada
-

sampel darah yang diambil dari arteri umbilical.


Nilai apgar 0-3 pada menit ke-5
Kejang, hipotonia,koma,atau ensefalopati hipoksik iskemik
Disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

Selain itu, indikasi lainnya :


-

Bayi salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab tidak
Bayi lahir kurang bulan.
Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar
(ditandaidengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit,
dan tonus otot buruk)

Tujuan resusitasi BBL : untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak
bernapas

DIAGRAM ALUR RESUSITASI BBL

LAHI
R

30 DETIK

CUKUP BULAN?
AIR KETUBAN
JERNIH
BERNAPAS ATAU
MENANGIS ?
TIDAK
TONUS
OTOT
BAIK?

YA

BERIKAN
KEHANGATAN
POSISIKAN,
BERSIHKAN JALAN
NAPAS (BILA PERLU)
KERINGKAN,
RANGSANG,

PERAWATAN RUTIN :

BERIKAN KEHANGATAN
BERSIHKAN JALAN
NAPAS
KERINGKAN
NILAI WARNA KULIT

BERNAPAS
FJ>100
KEMERAHAN

30 DETIK EVALUASI
APNEA PERNAPASAN,
SIANOSIS
FJ,
PERAWATA
ATAU
DAN WARNA KULIT
N
FJ<100
OBSERVASI
SIANOSIS
BERI TAMBAHAN
MENETAP
O2
VENTILASI EFEKTIF
FJ>100
PERAWATAN
BERIKAN VTP
KEMERAHAN
PASCA
RESUSITASI
FJ<60 FJ>60
30 DETIK

BERIKAN VTP
LAKUKAN
KOMPRESI DADA

FJ<60

BERIKAN

SUMBER : AMERICAN
EPINEFRINHEARTH ASSOCIATION AND AMERICAN ACADEMIC
OF PEDIATRICS
Teknik atau cara melakukan resusitasi BBL
1. Persiapan dan antisipasi sebelum tindakan
Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi.
2.Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi
Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi lainnya misalnya
kacamata, celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan.
3. Persiapan peralatan dan obat-obatan

4. Persiapan keluarga
5.Persetujuan tindakan medic
6.Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat.
8. Tumbuh kembang neonatus
Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel yang bersifat kuantitatif. Perkembangan (development) berkaitan bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh menyangkut diferensiasi sehingga memenuhi
fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya tumbuh
kembang tergantung potensi biologiknya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor,
yakni faktor genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Tujuan ilmu tumbuh kembang mempelajari segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social, juga untuk menegakkan diagnosis
kelainan dan penanganannya.
Faktor faktor yang memperngaruhi tumbuh kembang
5. Faktor genetik
Merupakan modal dasar karena melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan ditandai intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin,
suku bangsa atau bangsa.
6. Faktor Lingkungan
Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
dinamakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang secara besar dibagi dua :
5. Faktor prenatal (lingkungan saat anak masih dalam kandungan)

Gizi ibu pada waktu hamil


Gizi ibu yang buruk sebelum maupun saat sedang hamil lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, lalu menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak janin, anemia, bayi mudah terkena infeksi, abortus, dan
sebagainya.
Anak juga akan kurang gizi dan selanjutnya menghasilkan manusia yang berat
dan tinggi badannya kurang pula, keadaan ini merupakan lingkaran setan yang
akan berulang.

Mekanis
Trauma dan oligohidramnion menyebabkan kelainan bawaan, posisi janin
dapat menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, kranio
tabes, dan lain-lain.

Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang peka akan zat-zat teratogen, misalnya
obat seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan lain-lain.
Ibu hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan
bayi BBLH, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam
misalnya merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.

Endokrin
Somatotropin disekresi kelenjar hipofisis sekitar minggu ke-9 yang terus
meningkat hingga minggu ke-20, kemudian menetap sampai lahir yang
fungsinya belum jelas.
Hormon plasenta (human

placental

lactogen

hormon

chorionic

somatromammotropic) disekresi plasenta yang fungsinya mungkin dalam


nutrisi plasenta.
Hormon tiroid seperti TRH, TSH, T3, T4 sudah diproduksi sejak minggu ke12 yang makin meningkat hingga minggu ke-24, lalu konstan. Jika terdapat
defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan susnan saraf pusat yang dapat
mengakibatkan retardasi mental.
Insulin mulai diproduksi minggu ke-11, meningkat hingga bulan ke-6, dan
kemudian konstan yang berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui
pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan
pembesaran sel sesudah minggu ke-30.
IGFs (insulin-like growth factors) belum jelas fungsinya pada janin.
Sering terjadi cacat bawaan pada ibu diabetes yang tidak mendapat
pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang 18 atau lebih dari 35
tahun, defisiensi iodium, phenylketonuria, dll.

Radiasi

Radiasi sebelum umur kehamilan 18 minggu menyebabkan kematian janin,


kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.

Infeksi
Menyebabkan cacat bawaan, seperti TORCH, varisela, coxsackie, echovirus,
malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
influenza dan hepatitis.

Stress ibu
Dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.

Imunitas
Rhesus ayau ABO inkompabilitas menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
ikterus, bahkan lahir mati.

Anoksia embrio
Dapat menyebabkan bayi BBLR.

6. Faktor postnatal (lingkungan setelah lahir)


Masa perinatal adalah masa 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan adalah masa rawan, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala
akibat persalinan bisa meninggalkan cacat permanen, cerebral palsy beresiko
tinggi pada bayi BBLR disertai asfiksi, hiperbilirubinemia disertai kern ikterus,
respiratory distress, asidosis, meningitis/ensefalitis.
Peran ibu dalam pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh
psikobiologisnya

terhadap

pertumbuhan

post

natal

dan

perkembangan

kepribadian. Interaksi dini ibu-anak juga penting yang dimulai dari IMD yang
memberikan keuntungan timbal balik, yakni untuk bayi memberikan zat anti yang
melindungi bayi terhadap infeksi, bayi merasakan sentuhan, kata-kata, tatapan
kasih saying, kehangatan, dan bagi ibu menimbulkan rasa percaya diri, sekresi
oksitosin mempercepat berhentinya perdarahan, dan prolaktin untuk mencegah
ovulasi.
Digolongkan :
Lingkungan biologis

Ras/ suku bangsa

Jenis kelamin

Umur

Gizi

Perawatan kesehatan,
penimbangan setiap bulan

meliputi

pemeriksaan

kesehatan

dan

Kepekaan terhadap penyakit dengan imunisasi dan nutrisi


Penyakit kronis
Fungsi metabolism
Hormon

Growth Hormon (somatotropin)


Pengatur utama pertumbuhan somatic yakni penambahan tinggi
badan yang merangsang terbentuknya somatomedin yang
berefek pada tulang rawan, dimana aktivitasnya meningkat
pada malam hari, sesudah makan, latihan fisik, perubahan
kadar gula, dsb.

Hormon tiroid
Berfungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Maturasi tulang, pertumbuhan dan fungsi otak, defisiensi tiroid
menyebabkan
hipertiroidisme

retardasi

fisik

mengakibatkan

dan

mental,

gangguan

sebaliknya

kardiovaskular,

metabolisme, otak, mata, seksual, dll

Glukokortikoid
Memberikan

efek

anti-anabolik

yang

jika

berlebihan

mengakibatkan pertmbuhan terhambat/terhenti.

Hormon seks
Berperan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada awal masa
pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan tetapi
sesudah itu menghambat pertumbuhan.

Insulin-like growth factors


Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH
dan kerjanya mirip insulin yang perannya growth promoting
factor berperan dalam pertumbuhan, sebagai mediator GH,
aktivitas mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit,
osteoblas, dan jaringan lainnya yang diproduksi oleh berbagai
jaringan tubuh terutama hepar.

Faktor fisik

Cuaca, musim, keadaan geografis


Sanitasi
Keadaan rumah
Radiasi

Faktor psikososial
Stimulasi
Motivasi belajar
Hadiah atau hukuman yang wajar
Kelompok sebaya
Stress
Sekolah
Cinta dan kasih saying
Kualitas interaksi anak-orang tua
Faktor keluarga dan adat istiadat
Pekerjaan/pendapatan orang tua
Pendidikan ayah/ibu
Jumlah saudara
Jenis kelamin dalam keluarga : wanita mempunya status yang lebih

rendah dibanding laki-laki dalam pandangan masyarakat tradisional


Stabilitas rumah tangga
Kepribadian ayah/ibu
Adat-istiadat, norma, dan tabu-tabu
Agama
Urbanisasi : meningkatkan kemiskinan
Kehidupan politik

Kebutuhan dasar anak


ASUH (kebutuhan fisik-biomedis)
Meliputi :

Pangan/gizi
Perawatan kesehatan dasar; imunisasi, ASI, penimbangan teratur
Pemukiman yang layak
Hiegine, sanitasi lingkungan
Sandang
Kesegaran jasmani, rekreasi

ASIH (kebutuhan emosi/kasih sayang)


Hubungan yang erat antara ibu dan anak menjamin tumbuh kembang baik fisik,
mental, maupun psikososial, yang penting dilakukan sedini mungkin meliputi IMD,
kontak fisik (kulit dan mata), psikis. Dampak negative dari kurangnya ASIH ialah
sindrom deprivasi maternal.
ASAH (kebutuhan akan stimulasi mental)
Stimulasi mental adalah proses belajar sehingga mengembangkan perkembangan
mental psikososial (kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas).
Ciri-ciri tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak konsepsi sampai dewasa yang
dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.
Ada periode tertenti adanya masa percepatan (masa janin, bayi 0-1 tahun, masa
pubertas) atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang organ-organ (mengkuti

pola umum, limfoid, neural, dan reproduksi).


Pola perkembangan sama pada semua anak, namun dengan kecepatan yang berbeda.
Perkembangan erat hubbungan nya dengan maturasi susunan saraf.
Aktivitas tubuh diganti respons yang khas.
Arah perkembangan sefalokaudal.
Refleks primirif masa bayi akan menghhilang setelah gerakan volunteer tercapai.

Setiap anak memiliki pertumbuhan dan kemampuan perkembangan yang berbeda namun
menuruti patokan umum, sehingga diperlukan kriteria apakah masih dalam batas normal
atau tidak. Ada dua :
Normal dalam arti medis : pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun intelek
dan kepribadian berlangsung harmonis.
Normal dalam arti statistic : kurva anak terdapat dalam batas normal dalam statistic
yang telah ditentukan.
Sehingga mungkin anak tersebut abnormal dalam arti statistic namun masih normal dalam
arti medis, misalnya karena anak dari keluarga yang bertubuh kecil.
Anamnesis tumbuh kembang anak
Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Menyangkut faktor risiko untuk gangguan perkembangan fisik dan mental anak, juga
penyakit keturunan, dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
Kelahiran premature

Harus dibedakan anatara bayi premature (SMK=Sesuai masa kehamilan) dan bayi
dismatur (KMK=kecil masa kehamilan) karena retardasi pertumbuhan intrauterine.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak


Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan nutrisi
Kecepatan pertumbuhan anak
Pola perkembangan anak dalam keluarga (dilihat perkembangan anggota keluarga
lainnya).

Tahap-tahap tumbuh kembang anak


Masa neonatal : usia 0-28 haru
Masa neonatal dini : 0-7 hari
Masa neonatal lanjut : 8-28 hari
Pertumbuhan fisik hasil bperubahan bentuk dan fungsi organ
Berat badan
Berat badan lahir normal ialah >2500 gram. Berat badan menjadi 2 kali berat badan
waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, 4 kali
berat badan lahir pada umur 2 tahun.
Kenaikan pada tahun pertama kehidupan jika mendapat gizi yang baik, berkisar :
700-1000 gr/bln pada triwulan I
500-600 gr/bln pada triwulan II
350-450 gr/bln pada triwulan III
250-350 gr/bln pada triwulan IV
Tinggi badan
Pada waktu lahir tinggi badan ~50 cm. Dai kurva yang dibuat Count Philibert de
Montbeillard, laju pertumbuhan berkurang sejak lahir sampai selesainya proses
pertumbuhan. Sejak umur 4-5 tahun laju pertumbuhan deselerasi, kemudian
meningkat perlahan hingga umur 5-6 tahun, lalu konstan, dan kenaikan kecil pada 6-8
tahun, lalu terjadi percepatan pada masa puberitas umur 13-15 tahun yang disebut
pacu tumbuh adolesen.
Jika dilihat proporsi antara kepala, badan, serta anggota gerak maka :

Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang dnegan
ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah tungkai

bawah.
Pada waktu lahir, kepala relative besar, muka bulat, ukuran antero-posterior
dada masih besar, perut membuncit dan anggota gerak relative lenih pendek
dengan titik tengah umbilicus.

Kepala
Lingkar kepala waktu lahir ~34 cm, besarnya lebih besar dari lingkar dada yang akan
mengalami pertambahan dengan cepat selama 6 bulan pertama kehidupan yakni
menjadi 44 cm sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala lahir sampai dewasa.
Pertumbuhan otak mengikuti pertumbuhan tulang kepala, dan sebaliknya.
Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan
pertama setelah lahir, terjadi pembelahan dnegan cepat pada masa-masa ini lalu
kemudian melambat dan hanya terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Saat lahir berat
otak bayi berat otak dewasa, tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak
orang dewasa.
Gigi
Saat lahir gigi tidak langsung tumbuh, gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan.
Jaringan lemak
Bersama otot menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang dengan peningkatan
jumlah sel lemak pada trimester sampai pertengahan masa bayi, setelah itu tidak
banyak bertambah sampai awal menjelang masa pubertas.
Organ tubuh
Pertumbuhan organ tubuh mengikuti 4 pola pertumbuhan organ :

Pola umum : tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, sistem pernafasan,

peredaran darah, dan volume darah


Pola neural : otak bersama tulang tengkorak
Pola limfoid : mencapai maksimum sebelum adolesensi lalu menurun
Pola genital : pada masa pubertas dengan pacu tumbuh adolesen yang pesat
Pertumbuhan organ sesuai bentuk tubuh, sehingga pada orang pendek akan
mempunyai organ yang lebih kecil dari orang yang tinggi, dan berhenti sampai
mencapai besar sesuai dengan organ tubuh yang dilayani seolah sudah diatur
memenuhi harmony of growth.
9. Perawatan pada BBL
1. Perawatan Mata
Kedua mata di bersihkan dengan kapas bersih yang sudah dibasahi dengan air matang.
Jangan lupa perhatikan di kedua mata bayi yang baru lahir, apakah ada tanda-tanda

infeksi mata. Mata yang terinfeksi akan banyak kotoran, putih mata biasanya merah dan
kelopak mata membengkak. Apabila ada tanda-tanda tersebut konsultasikan dengan
tenaga medis atau bidan terdekat.
2. Perawatan Wajah
Agar bayi terhindar dari infeksi kulit maka kulit wajahpun harus dijaga kebersihannya
dengan cara kulit wajah di seka dengan air matang.
3. Perawatan Mulut
Bila pada mulut, bibir, atau lidah bayi tampak seperti bekas susu yang tebal dan sulit
dibersihkan, maka bayi tersebut kena jamur mulut. Apabila ada tanda-tanda tersebut
konsultasikan dengan tenaga medis atau bidan terdekat.
4. Perawatan kulit Bayi.
Pada lipatan-lipatan kulit harus senantiasa di jaga agar senantiasa kering, kulit yang
lemab mudah terkena infeksi. Apabila bayi BAK atau BAB bersihkan dengan air hangat,
kemudian dilap sampe kering dengan kain yang halus.
5. Perawatan Tali Pusat
Bungkus tali pusat dengan kasa steril hingga membungkus pangkal dan tali pusat,
gantilah kasa 2x sehari sehabis mandi dan jika basah oleh air kencing, tali pusat harus
senantiasa kering dan tidak berbahu, Apabila tali pusat terinfeksi akan basah berbau dan
merah meradang, bayi akan menangis bila tali pusatnya tersentuh, Perawatan tali pusat
yang baik dan benar akan menghindarkan bayi dari penyakit tetanus dan radang selaput
otak. Tali pusat yang sehat akan terlepas / puput setelah bayi berumur 6-7 hari.
6. Pemakaian Popok.
Ganti popok bayi setiap kali basah oleh air kencing dan tinja. Bersihkan bagian bokong
bayi dengan air bersih dan keringkan. Perawatan ini dilakukan untuk mencegah infeksi
kulit atau kulit lecet.
7. Memandikan Bayi.
Mandikan bayi di ruangan yang cukup hangat dan tak banyak angin. Mandikan bayi 2x
sehari dengan mengunakan air bersih dan sabun bayi. Sabun mandi orang dewasa tak
boleh dipakai oleh kulit bayi.

Anda mungkin juga menyukai