MODUL 2
Kelompok 14B
Ketua
Rizky Dwi Utami
Sekretaris Meja
Indah Lisfi
Sekretaris Papan
Hadli Oktavioreta Fransisca
Anggota
Ilyan Nasti Januari
Isnainia Azarine K.
Vegi K. Putri
Annelia Tiara Suci
Endang Mutiwara
Inayah Afrilia
Rizky Dwi Utami
Modul 2
Skenario 2 : Pengalaman Tak Terlupakan
Murni, mahasiswa kedokteran sedang bertugas di ruangan bayi menunggu
kelahiran bayi yang lahir pervaginam. Sebelum menolong bayi tersebut Murni
sudah mendapat bimbingan dari preseptornya tentang cara resusitasi pada bayi
baru lahir dan harus mampu kejadian hipotermia. Murni sudah mengerti bahwa
hipotermia dapat menyebabkan komplikasi yang berdampak buruk terhadap
tumbuh kembang nantinya.
Ketika bayi sudah lahir, Murni melakukan resusitasi dan melakukan penilaian dan
pemeriksaan fisik bayi tersebut, apakah terdapat anomali kongenital. Setelah
bayi dikeringkan segera dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan juga
menjelaskan kepentingan ASU terhadap tumbu h kembang anak.
Setelah selesai menolong dan merawat bayi tersebut, Murni kembali berdiskusi
dengan preseptornya tentang kelainan yang mungkin terjadi pada bayi tersebut
apabila tidak ditatalaksana dengan tepat seperti hipoglikemia,
hiperbilirubinemia,kejang, sepsis neonatorum, sindrom gawat nafas dan lainnya
serta kaitannya dengan BBLR.
Selesai melakukan tugasnya dan berdiskusi, Murni pergi beristirahat dengan
senyum bangga dna bahagia atas pengalaman dan pelajaran yang tak
terlupakan. Sambil beristirahat Murni membaca berita tentang penemuan mayat
bayi di tempat sampah, dan dikirim ke RS untuk pemeriksaan. Bagaimana Anda
menjelaskan pengalaman Murni dan berita tentang penemuan mayat bayi
dalam skenario di atas ?
Step 1 : Terminologi
1. Pervaginam
Persalinan melalui vagina atau persalinan spontan
2. Resusitasi
Suatu aplikasi pada neonatus yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur
3. Hipotermia
Penuruna suhu tubuh < 36,5 C
4. IMD (inisiasi menyusu dini )
Proses menyusu setelah melahirkan dimana bayi mencari puting susu ibu
sendiri dakam waktu 1 jam pertama
5. Sepsis neonatorum
Suatu infeksi bakteri berat pada bayi baru lahir
6. Hiperbilirubinemia
Tingginya kadar bilirubin di dalam darah karena perombakan Hb
meningkat
7. Sindrom gawat nafas
Istilah untuk disfungsi pernafasan
Kala III
Plasenta normal
Tali pusat normal
Tidak ada kelainan jalan lahir, spt : mioma, kista
Tidak ada penyakit berat, spt : jantung, asma
Riwayat sesar 1x
6. Tanda vital, pengukuran ( BB, PB, LK, LL ), alat-alat tubuh ( jika terjadi
malformasi, traum kelahiran), penilaian APGAR Score
7. ASI dapat menjadikan koordinasi saraf lebih sempurna, mengandung asam
amino yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Pada colostrum
mengandung antibodi, nutrien utama serta dapat mendekatkan psikologis
ibu dan anak
8. Hipotermia :
metabolisme
Hipoksia kematian jaringan
Metabolisme rendah suhu rendah
9. Manfaat IMD :
10.Tahap awal : bayi dijaga tetap hangat, lendir dibuang dengan cara diisap
menggunakan alat Delly, perangsangan taktil. Jika tahap ini belum baik,
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tahap ventilasi
ABC
Kesalahan metabolisme
13.Hidup :
Paru sudah mengembang
Sudah ada perawatan
Mati :
Paru belum berkembang
Belum ada perawatan
14.Sepsis infeksi bakteri karena KPD ( ketuban pecah dini, perdarahan saat
melahirkan).
15.Tanda-tanda fisik kesehatan
16.Bibir sumbing, polidaktili, anus impeforata, caput susedeneum, atresia
esofagus.
Step 4 : Skema
Bayi
Lahir
Penemua
n mayat
Pemeriksa
an
Penyebab
kematian
Nafas
Penilaian
Resusitas
i
BBLR
Hipoglikemia,
hiperbilirubinemia,
kejang, spsis
Pemeriksa
an
Perawata
n
Tanda
vital
IMD
Anomali
kongenit
al
Tumbuh
kembang
hipotermia
Manajeme
n laktasi
Pemeriksaan pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji
penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya
penyimpangan
1. Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi :
1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
Menit ke-5
Menit ke-10
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR
TANDA
Appearance
0
Biru,pucat
1
Badan
pucat,tungkai
Pulse
Grimace
Activity
Tidak teraba
Tidak ada
Lemas/lumpuh
biru
< 100
Lambat
Gerakan
sedikit/fleksi
Respiratory
Tidak ada
tungkai
Lambat, tidak
2
Semuanya
merah
muda
> 100
Menangis kuat
Aktif/fleksi tungkai
baik/reaksi
melawan
Baik, menangis kuat
teratur
Preosedur penilaian APGAR
Pastikan pencahayaan baik
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya
Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran.
Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit
bantuan/gangguan
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin
a. Membersihkan jalan nafas
1).
2).
3).
4).
Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
Periksa ulang pernafasan
Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir
4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar
LANGKAH-LANGKAH
Menepuk pantat bayi
Menekan dada
kematian
Merusak pembuluh darah dan kelenjar
Membuang
waktu,
karena
tindakan
ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
& lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup
INGAT !
JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT
c. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara :
perawatannya.
Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi
Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika
menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm
keadaan bersih
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan
bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)
2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran
Tujuan :
lembut
LIHAT, DENGAR, & RASAkan
Rekam /catat hasil pengamatan
jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut
d. Pemberian vitamin K
Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan
lengkap ibu
Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor
identifikasi
a. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu
penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum
memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran
mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah
tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan
segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak
Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition.
2.
3.
4.
Pemeriksaan kardiovaskuler juga harus diperhatikan bentuk dada, apek (lokasi di ICS ke 4 &
ke 5)
Palpasi pulsasi arteri brakhialis dan femoralis
Memeriksa suara jantung S1,S2, kadang terdengar S3
Frekwensi jantung biasanya 100 140/ menit (normal)
Adakah murmur, biasanya dilakukan pemeriksaan di
sepanjang batas sternal kiri. Dianjurkan pemeriksaan diulang setelah penderita berumur 3 6
minggu
ABDOMEN
Observasi bentuk abdomen apakah distended. Pernafasan abdominal adalah normal
Perhatikan umbilikus, apakah ada tanda inflamasi, bau Yakinkan ibu bahwa umbilikus akan
lepas (hari ke 4 5)
Meraba Hepar
Mempergunaka jari jari tangan diletakkan antara SIAS (spina iliaka anterior superior kanan)
dan umbilikus, selanjutnya meraba keatas sampai batas kosta
Meraba Lien
Meraba dengan jari jari dari SIAS kearah umbikus
Meraba Ginjal
Tidak mudah, memerlukan latihan
Letakkan satu tangan dibawah pinggang dan diangkat keatas, sedang tangan lain melakukan
palpasi disisi yang sama
Meraba Buli Buli
Mempergunakan jari ke 2 dan ke 3
Palpasi dimulai dari umbilikus kearah bawah
Buli buli teraba penuh 15 menit setelah bayi diberi minum
GENITALIA
Wanita
Labia warna kemerahan. Pada preterm labia mayor tidak menutup labia minor
Perdarahan vagina dapat terjadi (newborn period)
Memar dapat terjadi pada persalinan letak bokong
Laki laki
Apakah bentuk dan ukuran penis normal
Adakah hipospadia dan epispadi
Apakah testis teraba, bila tidak teraba biasanya di inguinal
Adakah hidrocele, pemeriksaan dengan transiluminasi
Memeriksa Sendi Panggul
Bayi posisi terlentang. Posisi panggul dan lutut 90 derajat
Pegang kedua lutut dan gerakkan keatas dan kebawah bergantian
Ventral Suspensi
Bayi dipegang dengan kedua tangan dan ditengkurapkan
Respon bayi : punggung ekstensi, lengan, kaki fleksi dan kepala akan terangkat
Bayi posisi terlentang biasanya panggul fleksi dan sedikit Abduksi. Bila abduksi total berarti
terdapat hipotoni otot
Pemeriksaan harus diulang 24 jam kemudian
REFLEK PRIMITIF
TANDA KARDINAL
Merangsang pipi dan kulit sekitar mulut, maka akan respon mulut bayi terbuka dan kepala
menoleh kearah lateral
Grasp dan traction response (reflek menggegam)
Tangan bayi diberi jari tangan atau pensil, maka jari akan menggegam dan bahu akan
terangkat lebih kurang 2- 3 cm
MORO REFLEK
Bayi diletakkan terlentang dengan satu tangan menahan badan bayi, tangan lain
menyangga kepala. Bila kepala bayi diturunkan beberapa cm, lengan atas
abduksi,ekstensi dan fleksi bergantian bila bergerak.
1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37
minggu).
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
memiliki berat badan kurang.
BBLR tipe prematur disebabkan oleh:
Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar
Perawatan BBLR
Prinsip
penting
dalam
perawatan
BBLR
setelah
lahir
adalah
belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus
selalu dijaga kehangatan tubuhnya.
Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada
cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama
dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi
keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya
sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok
untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat
elektrolit
minimal.
Namun,
refleks
menghisap
dan
menelan
BBLR
biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras
yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa
lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat
diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan
mengakibatkan ikterus (bayi kuning)
BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu,
tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera
membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan
menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman
mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari
bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat
digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi.
Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam
bulan pertama
Hipotermia :
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35Celsius.
PENYEBAB
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang
melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh
cairan ketuban.
GEJALA
Gejalanya bisa berupa:
- bayi tampak mengantuk
- kulitnya pucat dan dingin
- lemah, lesu
- menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan
lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran
suhu tubuh.
PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus
dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi
ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam
keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya
panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
Hipoglikemia
Hipoglikemi : keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6
mmol/L).
PATOFISIOLOGI
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon
insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer
glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
melitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
Bayi puasa
blocker
Jitteriness
Sianosis
Apnea
Hipotermia
RDS
DIAGNOSIS BANDING
insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia,
abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia,
defisiensi piridoksin).
Hipoksia otak
Kerusakan sistem saraf pusat.
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3
hari pertama :
o
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2
kali pemeriksaan
o
selesai.
HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi
kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir
dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% 50% pada bayi
yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya
akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan
saluran empedu, dan lain-lain.
Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan
Hemoglobin (zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses
konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke
usus.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak
mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang
patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
dianggap hiperbilirubinemia bila:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada
inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim
G-6-PD, dan sepsis)
1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita
masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter
akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang
memadai.
3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian
albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.
PROBLEM PERNAPASAN
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan gejala
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir denngan asidosis. Menurut Towell (1966),
penyebab kegagalan pernafasan pada BBL adalah sebagai berikut.
Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetika atau anestesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan, yaitu:
menumbung, tali pusat terlilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
dan lain-lain.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal,
yaitu:
Pemakaian obat analgetika atau anestesia yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial.
Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
Berdasarkan skor apgar, asfiksia neonatorum terbagi atas:
Asfiksia sedang : skor apgar 4-6.
Asfiksia berat : skor apgar 0-3.
Manifestasi klinis asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.
secara
frog
breathing.
Tindakan
ini
dikakukan
dengan
memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila tindakan ini tidak
berhasil, mka dapat dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke
mulut atau ventilasi kantong ke masker. Bila tindakan ini juga tidak berhasil yang
ditandai dengan penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, maka
Dapat diberikan aminofilin 2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk
merangsang pusat pernafasan yang belum matur tersebut.
Penyakit Membran Hialin (Sindrom Gangguan Pernafasan Idiopatik)
Penyakit ini terjadi karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru
belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya ibu menderita
diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan pndarahan
antepartum.
Patogenesisnya, yaitu:
Defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang.
Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru, yaitu merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi.
Surfaktan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, terutama lesitin. Surfaktan mulai
dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mulai berjumlah cukup untuk berfungsi
normal setelah minggu ke-35. Kurangnya lesitin pada cairan amnion juga dapat
menyebabkan penyakit membran hialin.
Manifestasi klinisnya, yaitu:
Bayi dispnea dan hipernea dengan frekuensi lebih besar dari 60 X / menit.
Terjadinya sianiosis karena saturasi oksigen kurang.
Rintihan saat ekspirasi (grunting), dan mendengkur jelas.
Retraksi epigastrium, suprasternal, interkostal saat inspirasi.
Pada auskultasi akan melemahnya udara nafas yang masuk paru.
Kadang terjadi bising jantung.
Terjadinya bradikardia pada penyakit membran hialin berat.
Terjadinya hipotensi, hipotermia, tonus otot menurun, edema dorsal tangan dan
kaki, serta pelebaran dan kehitaman pada cuping hdung.
Penatalaksanaannya, yaitu:
inkubator.
Mempertahankan kelembapan udara 70-80 %.
Memberikan oksigen untuk mempertahankan tekanan oksigen 80-100 mmHg.
Memberi cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori 40 kkal/kgBB/hari
Kejang
- Perdarahan subdural
Penyebab : - robekan tentorium di dekat falks serebri
Molase kepala berlebihan di verteks
Partus lama
Darah menumpuk di fossa posterior dan menekan batang otak
Tanda tanda :
Nafas tidak teratur
Kesadaran menurun
Tangis melengking
Ubun ubun besar dan menonjol
Kejang
c) Hipokalsemia atau hipomagnesia
Terjadi pada hari ke I dan II
Biasanya pada BBLR( Bayi Berat Lahir Rendah)
Asfiksia bayi dari ibu DM
Hipokalsemia yaitu kadar Ca menurun < 7,5 mg/dL (< 1,87 mmol/L)
Sedangkan kadar fosfat > 3 mg/dL(> 0,95 mmol/ L)
Hiponatremiadan hipernatremia
Contoh : SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Duretic Hormone)
Penyebab :
- Kehilangan garam berlebihan, asupan cairan menurun dengan kadar Na
- Infus intravena meningkat
- Pengeluaran Na yang berlebihan
Hiponatremia disebabkan dehidrasi berat dan asupan Na meningkat
d) Infeksi
menjadi 5 10% penyebab kejang pada BBL
1. Infeksi Akut yang diakibatkan bakteri atau virus pada SSP
Contoh :Kuman gram negatif yang menginfeksi intrakranial dan sistemik
Contoh bakteri : Streptococcus, E. coli, Listeria sp, staphylococcus,
Pseudomonas sp
2. Infeksi Kronik yaitu infeksi pada intrauterine yang lama
Contoh :
Patofisiologi
Kejang terjadi akibat loncatan muatan listrik berlebihan atau depolarisasi otak berlebihan
yang menimbulkan gerakan berulang.
Akibat depolarisasi berlebihan :
adanya gangguan produksi energi yang terdapat pada gangguan pompa Na-K
kecepatan depolarisasi berlebihan bisa terjadi akibat peningkatan eksitasi yang
sebanding dengan inhibisi neurotransmitter ataupun penurunan inhibisi yang
sebanding dengan eksitasi neurotransmitter
Dampak fisiologis dari kejang :
penurunan kadar glukosa otak dengan kadar glukosa darah normal atau meningkat
Kemungkinan Penyebab
Kelainan
Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia
Ketergantungan piridoksin
Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Pada bayi
biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi
sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa
muntah, nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf.
Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh.
2. Omphalokel
Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis.
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari
umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus
oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga
membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa
teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan
lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya
the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h.Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROSKISIS / OMPHALOKEL
1. Data Fokus Pengkajian
Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.
3. Kaji Sirkulasi : kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.
3. Spina Bifida
Spina Bifida adalah suatu kelainan yang terjadi pada perkembangan tulang
belakang.Hal ini terjadi 24-26 hari usia kehamilan
Pada umumnya,serabut-serabut saraf(spinal cord) yang berada didalam ruas-ruas
tulang belakang tertutup sempurna oleh tulang belakang tersebut. Sedangkan pada
spina bifida hal tersebut tidak terjadi.Sehingga serabut-serabut saraf tersebut tumbuh
secara tidak normal atau menjadi rusak. Sebagai konsekuensinya,perintah-perintah
dari otak untuk melakukan gerakan-gerakan seperti untuk tangan atau kaki menjadi
terganggu.Sering terjadi pula anak-anak dengan spina bifida mengalami gangguan
pada perabaannya.
Penyebab :
Penelitian yang telah dilakukan ,menyatakan bahwa kekurangan Folic Acid dan
vitamin B12 merupakan salah satu penyebab terjadinya Spina Bifida. Folic acid
dipercaya berperan dalam pembentukan tulang belakang yang sempurna. Ada
pendapat lain juga yang menyatakan bahwa faktor genetik juga berperan disini.
Yang utama untuk diingat adalah setiap orang tua yang memiliki putra/putri dengan
spina bifida bukan pihak yang harus dipersalahkan.
bersih.
2. Sebelum menyusui bayi, kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah
direndam terlebih dahulu dengan air hangat .
3. Waktu menyusui bayi, sebaiknya IBU harus duduk
4. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai
bayi
merasa
kenyang.
5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas
yang telah direndam dengan air hangat.
6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap
bisa
keluar.
7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa
susu.
Praktek menyusui
Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu
pada masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu
saat air susu dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui
yang lamanya sangat tergantung pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk
menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat
ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya. Diawali
dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting susu ibu untuk
pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang
keberhasilannya menyusui
a. reflek prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu
terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu
keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar
payudara
untuk
memproduksi
ASI.
kemudian
menuju
puting
susu.
kehamilan
Negatip berarti :
Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati
sudah bernapas: resorbsi pd asfiksia / apnoe lama
pneumonia lobaris
segera tenggelam pd kelahiran
pembusukan lanjut
Uji Lambung Usus
BILA BAYI TELAH BERNAFAS LAMBUNG DAN USUS BERISI UDARA YANG
TERTELAN
CARA MELAKUKAN :
Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah valvula Bauhini dan Usus besar
di daerah rekto sigmoid diikat dengan tali rami
POSITIF
NEGATIF
NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan mana yang tidak terapung, di
uji sendiri sendiri dg cara sama dengan diatas
Usia Pasca Lahir
Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :
di Lambung berati Baru Lahir, tapi blm tentu lahir hidup.
di Doudenum lebih dari 2 jam.
di Usus Halus 6 12 jam.
di Usus Besar 12 24 jam.
Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam atau lebih.
Kekerasan dan Sebab Kematian
Di DKI Jakarta paling banyak 90 95 persen dari sekitar 30 40 kasus,
membuat keadaan ASFIKSIA MEKANIS yaitu pencekikan, penjeratan,
pembekapan dan penyumbatan
Pemeriksaan penting alat leher lapis demi lapis
5 10 persen KEKERASAN TUMPUL pada KEPALA
1 Kasus dalam 6 7 tahun KEKERASAN TAJAM pada LEHER & DADA
Tanda-tanda Perawata
Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan verban (bisa
hilang sblm diperiksa).
Jalan nafas bebas.
Vernix kaseosa tidak ada lagi.
Berpakaian.
7. Resusitasi neonatus
Merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Indikasi : misalnya pada problempernapasan asfiksia perinatal dengan karakteristik sbb :
- Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) dengan pH<7 pada
-
Bayi salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab tidak
Bayi lahir kurang bulan.
Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar
(ditandaidengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit,
dan tonus otot buruk)
Tujuan resusitasi BBL : untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak
bernapas
LAHI
R
30 DETIK
CUKUP BULAN?
AIR KETUBAN
JERNIH
BERNAPAS ATAU
MENANGIS ?
TIDAK
TONUS
OTOT
BAIK?
YA
BERIKAN
KEHANGATAN
POSISIKAN,
BERSIHKAN JALAN
NAPAS (BILA PERLU)
KERINGKAN,
RANGSANG,
PERAWATAN RUTIN :
BERIKAN KEHANGATAN
BERSIHKAN JALAN
NAPAS
KERINGKAN
NILAI WARNA KULIT
BERNAPAS
FJ>100
KEMERAHAN
30 DETIK EVALUASI
APNEA PERNAPASAN,
SIANOSIS
FJ,
PERAWATA
ATAU
DAN WARNA KULIT
N
FJ<100
OBSERVASI
SIANOSIS
BERI TAMBAHAN
MENETAP
O2
VENTILASI EFEKTIF
FJ>100
PERAWATAN
BERIKAN VTP
KEMERAHAN
PASCA
RESUSITASI
FJ<60 FJ>60
30 DETIK
BERIKAN VTP
LAKUKAN
KOMPRESI DADA
FJ<60
BERIKAN
SUMBER : AMERICAN
EPINEFRINHEARTH ASSOCIATION AND AMERICAN ACADEMIC
OF PEDIATRICS
Teknik atau cara melakukan resusitasi BBL
1. Persiapan dan antisipasi sebelum tindakan
Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi.
2.Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi
Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi lainnya misalnya
kacamata, celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan.
3. Persiapan peralatan dan obat-obatan
4. Persiapan keluarga
5.Persetujuan tindakan medic
6.Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat.
8. Tumbuh kembang neonatus
Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel yang bersifat kuantitatif. Perkembangan (development) berkaitan bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh menyangkut diferensiasi sehingga memenuhi
fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya tumbuh
kembang tergantung potensi biologiknya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor,
yakni faktor genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Tujuan ilmu tumbuh kembang mempelajari segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social, juga untuk menegakkan diagnosis
kelainan dan penanganannya.
Faktor faktor yang memperngaruhi tumbuh kembang
5. Faktor genetik
Merupakan modal dasar karena melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan ditandai intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin,
suku bangsa atau bangsa.
6. Faktor Lingkungan
Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
dinamakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang secara besar dibagi dua :
5. Faktor prenatal (lingkungan saat anak masih dalam kandungan)
pertumbuhan otak janin, anemia, bayi mudah terkena infeksi, abortus, dan
sebagainya.
Anak juga akan kurang gizi dan selanjutnya menghasilkan manusia yang berat
dan tinggi badannya kurang pula, keadaan ini merupakan lingkaran setan yang
akan berulang.
Mekanis
Trauma dan oligohidramnion menyebabkan kelainan bawaan, posisi janin
dapat menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, kranio
tabes, dan lain-lain.
Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang peka akan zat-zat teratogen, misalnya
obat seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan lain-lain.
Ibu hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan
bayi BBLH, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam
misalnya merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.
Endokrin
Somatotropin disekresi kelenjar hipofisis sekitar minggu ke-9 yang terus
meningkat hingga minggu ke-20, kemudian menetap sampai lahir yang
fungsinya belum jelas.
Hormon plasenta (human
placental
lactogen
hormon
chorionic
Radiasi
Infeksi
Menyebabkan cacat bawaan, seperti TORCH, varisela, coxsackie, echovirus,
malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
influenza dan hepatitis.
Stress ibu
Dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
Imunitas
Rhesus ayau ABO inkompabilitas menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
ikterus, bahkan lahir mati.
Anoksia embrio
Dapat menyebabkan bayi BBLR.
terhadap
pertumbuhan
post
natal
dan
perkembangan
kepribadian. Interaksi dini ibu-anak juga penting yang dimulai dari IMD yang
memberikan keuntungan timbal balik, yakni untuk bayi memberikan zat anti yang
melindungi bayi terhadap infeksi, bayi merasakan sentuhan, kata-kata, tatapan
kasih saying, kehangatan, dan bagi ibu menimbulkan rasa percaya diri, sekresi
oksitosin mempercepat berhentinya perdarahan, dan prolaktin untuk mencegah
ovulasi.
Digolongkan :
Lingkungan biologis
Jenis kelamin
Umur
Gizi
Perawatan kesehatan,
penimbangan setiap bulan
meliputi
pemeriksaan
kesehatan
dan
Hormon tiroid
Berfungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Maturasi tulang, pertumbuhan dan fungsi otak, defisiensi tiroid
menyebabkan
hipertiroidisme
retardasi
fisik
mengakibatkan
dan
mental,
gangguan
sebaliknya
kardiovaskular,
Glukokortikoid
Memberikan
efek
anti-anabolik
yang
jika
berlebihan
Hormon seks
Berperan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada awal masa
pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan tetapi
sesudah itu menghambat pertumbuhan.
Faktor fisik
Faktor psikososial
Stimulasi
Motivasi belajar
Hadiah atau hukuman yang wajar
Kelompok sebaya
Stress
Sekolah
Cinta dan kasih saying
Kualitas interaksi anak-orang tua
Faktor keluarga dan adat istiadat
Pekerjaan/pendapatan orang tua
Pendidikan ayah/ibu
Jumlah saudara
Jenis kelamin dalam keluarga : wanita mempunya status yang lebih
Pangan/gizi
Perawatan kesehatan dasar; imunisasi, ASI, penimbangan teratur
Pemukiman yang layak
Hiegine, sanitasi lingkungan
Sandang
Kesegaran jasmani, rekreasi
Setiap anak memiliki pertumbuhan dan kemampuan perkembangan yang berbeda namun
menuruti patokan umum, sehingga diperlukan kriteria apakah masih dalam batas normal
atau tidak. Ada dua :
Normal dalam arti medis : pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun intelek
dan kepribadian berlangsung harmonis.
Normal dalam arti statistic : kurva anak terdapat dalam batas normal dalam statistic
yang telah ditentukan.
Sehingga mungkin anak tersebut abnormal dalam arti statistic namun masih normal dalam
arti medis, misalnya karena anak dari keluarga yang bertubuh kecil.
Anamnesis tumbuh kembang anak
Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Menyangkut faktor risiko untuk gangguan perkembangan fisik dan mental anak, juga
penyakit keturunan, dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
Kelahiran premature
Harus dibedakan anatara bayi premature (SMK=Sesuai masa kehamilan) dan bayi
dismatur (KMK=kecil masa kehamilan) karena retardasi pertumbuhan intrauterine.
Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang dnegan
ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah tungkai
bawah.
Pada waktu lahir, kepala relative besar, muka bulat, ukuran antero-posterior
dada masih besar, perut membuncit dan anggota gerak relative lenih pendek
dengan titik tengah umbilicus.
Kepala
Lingkar kepala waktu lahir ~34 cm, besarnya lebih besar dari lingkar dada yang akan
mengalami pertambahan dengan cepat selama 6 bulan pertama kehidupan yakni
menjadi 44 cm sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala lahir sampai dewasa.
Pertumbuhan otak mengikuti pertumbuhan tulang kepala, dan sebaliknya.
Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan
pertama setelah lahir, terjadi pembelahan dnegan cepat pada masa-masa ini lalu
kemudian melambat dan hanya terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Saat lahir berat
otak bayi berat otak dewasa, tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak
orang dewasa.
Gigi
Saat lahir gigi tidak langsung tumbuh, gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan.
Jaringan lemak
Bersama otot menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang dengan peningkatan
jumlah sel lemak pada trimester sampai pertengahan masa bayi, setelah itu tidak
banyak bertambah sampai awal menjelang masa pubertas.
Organ tubuh
Pertumbuhan organ tubuh mengikuti 4 pola pertumbuhan organ :
Pola umum : tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, sistem pernafasan,
infeksi mata. Mata yang terinfeksi akan banyak kotoran, putih mata biasanya merah dan
kelopak mata membengkak. Apabila ada tanda-tanda tersebut konsultasikan dengan
tenaga medis atau bidan terdekat.
2. Perawatan Wajah
Agar bayi terhindar dari infeksi kulit maka kulit wajahpun harus dijaga kebersihannya
dengan cara kulit wajah di seka dengan air matang.
3. Perawatan Mulut
Bila pada mulut, bibir, atau lidah bayi tampak seperti bekas susu yang tebal dan sulit
dibersihkan, maka bayi tersebut kena jamur mulut. Apabila ada tanda-tanda tersebut
konsultasikan dengan tenaga medis atau bidan terdekat.
4. Perawatan kulit Bayi.
Pada lipatan-lipatan kulit harus senantiasa di jaga agar senantiasa kering, kulit yang
lemab mudah terkena infeksi. Apabila bayi BAK atau BAB bersihkan dengan air hangat,
kemudian dilap sampe kering dengan kain yang halus.
5. Perawatan Tali Pusat
Bungkus tali pusat dengan kasa steril hingga membungkus pangkal dan tali pusat,
gantilah kasa 2x sehari sehabis mandi dan jika basah oleh air kencing, tali pusat harus
senantiasa kering dan tidak berbahu, Apabila tali pusat terinfeksi akan basah berbau dan
merah meradang, bayi akan menangis bila tali pusatnya tersentuh, Perawatan tali pusat
yang baik dan benar akan menghindarkan bayi dari penyakit tetanus dan radang selaput
otak. Tali pusat yang sehat akan terlepas / puput setelah bayi berumur 6-7 hari.
6. Pemakaian Popok.
Ganti popok bayi setiap kali basah oleh air kencing dan tinja. Bersihkan bagian bokong
bayi dengan air bersih dan keringkan. Perawatan ini dilakukan untuk mencegah infeksi
kulit atau kulit lecet.
7. Memandikan Bayi.
Mandikan bayi di ruangan yang cukup hangat dan tak banyak angin. Mandikan bayi 2x
sehari dengan mengunakan air bersih dan sabun bayi. Sabun mandi orang dewasa tak
boleh dipakai oleh kulit bayi.