Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medic modern, yang semuannya terikat bersama-sama dalam maksud
yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan (Siregar 2004).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antardisiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan .Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin (Aditama, 2006).
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bentuk layanan yang
memiliki kontribusi yang besar dalam pelayanan kesehatan. Gilies (1994), dan
menyatakan bahwa layanan keperawatan merupakan layanan terbesar dalam
layanan rumah sakit. Tenaga keperawatan di Rumah Sakit merupakan jenis
tenaga kesehatan terbesar (jumlahnya antara 5060%), memiliki jam kerja 24
jam melalui penugasan shift, serta merupakan tenaga kesehatan yang paling
dekat dengan pasien melalui hubungan professional (Wiwiek,2008).
Pelayanan keperawatan di rumah sakit tersebar pada sejumlah area seperti
pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, maupun pada area pelayanan
khusus seperti instalasi intensif, instalansi gawat darurat, maupun instalansi
bedah sentral. Pelayanan keperwatan ini memiliki sifat yang unik yaitu seperti
diberikan secara konstan, kontinu, koordinatif dan advokatif, oleh karena itu
salah satu indicator keberhasilan rumah sakit dalam member pelayanan
kesehatan tersebut ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan oleh
perawat yang berkualitas. Pelayanan dan asuhan keperawatan menjadi salah
satu indikator penilaian dalam akreditasi Rumah Sakit.
Asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya
profesionalisme keperawatan. Pelayanan keperawatan professional di rumah
sakit diberikan oleh perawat yang ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat melalui pendekatan asuhan keperawatan (Depkes,
2002).
1

Pelayanan keperawatan professional ini didapat dengan

adanya mutu

pelayanan prima yang sangat sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan


berkontribusi untuk menentukan kinerja rumah sakit, dengan jumlah
ketenagaan keperawatan yang dominan besar di rumah sakit (Depkes, 2002).
Kemajemukan tenaga kesehatan ini membawa dampak pada tidak
konsistennya sistem pelayanan keperawatan . Sebab pertumbuhan tenaga
keperawatan di Rumah Sakit masih belum optimal, karena kurangnya
komitmen terhadap pertumbuhan profesi, kurangnya keinginan belajar terusmenerus, dan pengembangan diri belum menjadi perhatian utama bagi
individu tenaga keperawatan dan rumah sakit. Hal ini karena tenaga
keperawatan di Rumah Sakit cenderung melakukan tugas rutin dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Digambarkan dengan berbagai kondisi
antara lain: tidak jelasnya uraian tugas dan cenderung melakukan tugas rutin,
selalu mengalami konflik dan frustasi karena berbagai masalah etik dan
disiplin tidak diselesaikan dengan baik, jarang dilakukan pembinaan etika
profesi. Sehingga bedampak pula kepada kinerja perawat yang menurun
karena tidak jelasnya tugas yang dilakukan.
Penurunan kinerja perawatakan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI
bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI
Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan
47,4 % perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 % perawat
tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 % perawat
masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan
sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri,2007). Pada tahun
2005 ditemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %, dan kurang 15,63
%. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat>
75 % (Maryadi, 2006). Hasil survei di RSU Swadana Tarutung, terhadap 152
pasien rawat inap berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana menunjukkan
bahwa sebanyak 65% menyatakan perawat kurang perhatian, 53% mengatakan
perawat sering tidak di ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja tidak
disiplin (Siregar, 2008).

Tenaga keperawatan juga memiliki motivasi yang rendah serta kesempatan


yang terbatas untuk meningkatkan kemampuan profesinya melalui kegiatankegiatan audit keperawatan serta kegiatan pendidikan berkelanjutan.
Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi tenaga keperawatan dapat
berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan sistem pengorganisasian
yang terencana yang diatur oleh suatu wadah keprofesian yang sarat dengan
aturan dan tata norma profesi sehingga dapat menjamin bahwa sistem
pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien,
diberikan oleh tenaga keperawatan dari berbagai jenjang kemampuan atau
kompetensi dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh
etika profesi keperawatan. Mekanisme dan sistem pengorganisasian tersebut
adalah Komite Keperawatan. (Permenkes, 49 2013)
Kedudukan komite keperawatan berada dalam struktur terapi menjalankan
peran fungsional rumah sakit yang tujuannya menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide atau gagasan-gagasan perawat
sehingga memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan keterampilan
dan ide dari staf professional keperawatan (Swansburg, 1999).
Komite keperawatan berada dalam struktur rumah sakit, tertuang jelas
dalam kepmendagri no 1 tahun 2002 tentang pedoman penyusunan organisasi
dan tata kerja rumah sakit daerah bahwa organisasi rumah sakit sekurangkurangnya harus memiliki direktur, komite medic, staf medic fungsional,
komite keperawatan, kepala instalansi dan Satuan Pengawasan Internal (SPI).
Komite Keperawatan bertugas membantu kepala/direktur Rumah Sakit
dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi
keperawatan dan kebidanan serta pengembangan profesional berkelanjutan
termasuk memberi masukan guna pengembangan standar pelayanan dan
standar asuhan keperawatan. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya,
diperlukan dukungan, kebijakan internal staf keperawatan, serta dukungan
sumber daya dari rumah sakit.
Pada sebagian besar Rumah Sakit merasakan perlu adanya Komite
Keperawatan, sehingga dibentuklah komite dengan peraturan masing-masing
dan mekanisme pelaksanaan yang bervariasi. Pemahaman tentang Komite
Keperawatan juga berbeda-beda, fungsi, tugas dan kewenangan komite

terkadang duplikasi dengan direktur atau bidang keperawatan. Ataupun


struktur dalam manajemenrial komite keperawatan yang seperti tidak sesuai
dengan fungsi keperawatan atau bisa menjadi faktor penghambat berjalannya
sistem keperawatan, misalnya saja pada RSUD Seodarso Pontianak terjadi
dari struktur organisasi seksi keperawatan berada di bawah kepala bidang
pelayanan yang dipimpin oleh seorang dokter gigi, seharusnya kepala seksi
keperawatan berada di bawah bidang keperawatan sehingga dalam melakukan
fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan akan lebih efektif, karena bidang keperawatan sangat
memahami tugas dan pengawasan kana lebih efektif pula karena bidang
keperawatan sangat memahami tugas dan fungsi kasi dan atau kebutuhan
masing-masing ruangan atau unit rawat inap khususnya (Ernawati, 2010).
Akhirnya Komite Keperawatan yang ada belum mampu meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawata kepada pasien dan keluarganya.
Berdasarkan
kondisi
tersebut,
diperlukan

adanya

Pedoman

Penyelenggaraan Komite Keperawatan Rumah Sakit yang diatur dengan


peraturan menteri kesehatan, sehingga dapat diimplementasikan, berkontribusi
meningkatkan kinerja pengelolaan klinik bagi tenaga keperawatan yang
akhirnya dapat menjamin pasien dan masyarakat menerima pelayanan
berkualitas dan aman.
Ketenagakerjaan keperawatan yang kompeten, mampu berpikir kritis,
maka seharusnya selalu berkembang serta memilki etika profesi sehingga
pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik, berkualitas dan aman
bagi pasien dan keluarganya dan untuk itu kita perlu mengetahui mengenai
komite keperawatan di rumah sakit, struktur yang sudah diberlakukan oleh
pemerintah dan bagaimana peran keperawatan sendiri dalam komite
keperawatan di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Rumah Sakit merasakan diperluka adanya Komite Keperawatan
untuk menunjang peningkatan kinerja perawat, sehingga dibentuklah
keperawatan namun beberapa rumah sakit membentuk dengan peraturan

masing-masing dan mekanisme pelaksanaan yang bervariasi. Pemahaman


tentang Komite Keperawatan juga berbeda-beda, fungsi, tugas dan
kewenangan komite terkadang duplikasi dengan direktur atau bidang
keperawatan. Sehingga beberapa kejadian di beberapa rumah sakit komite
keperawatanya tidak sesuai dengan tugas dan fungsi keperawatanya
sendiri maka dapat menjadi faktor pemicu semakin menurunnya kinerja
perawat di rumah

sakit.

Pemerintah mengatur pedoman dalam

pembentukan komite keperawatan di rumah sakit ini dalam permenkes 49


tahun 2013.
Perumusan masalah yang dapat diambil dari uraian di atas sebagai
berikut, Apa Komite Keperawatan Rumah Sakit itu dan bagaimana
bentuk peranan komite keperawatan menurut peraturan mentri kesehatan
no 49 tahun 2013 mengenai Komite Keperawatan Rumah Sakit.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan membuat makalah ini adalah untuk mengetahui secara
umum komite keperawatan yang berada di rumah sakit dan
bagaimana keberjalanannya seharusnya di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui pengertian dari komite keperawatan di rumah sakit.
b. Mengetahui tugas dan dan peran Komite keperawatan di rumah
sakit.
c. Mengetahui

tentang

struktur

pemerintahan

dalam

komite

keperawtan.
d. Mengetahui pentingnya komite keperawatan di rumah sakit seperti
peraturan pemerintah yang sudah ditetapkan dalam permenkes 49
tahun 2013 dengan terjadi di Indonesia.
D. Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang di dapat dari makalah ini adalah :

1. Agar mengetahui pentingnya mengetahui apa dan bagaimana komite


keperawatan.
2. Sebagai bahan meningkatkan keprofesionalisme dalam manajemenrial
di rumah sakit mengenai organisasi keperawatan di rumah sakit.
3. Agar dapat mengerti mengenai hubungan komite keperawatan dengan
rumah sakit.
4. Dapat menambah wawasan penulis naskah dan pembaca mengenai
komite keperawatan rumah sakit di Indonesia.

BAB II
Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas mengenai beberapa materi yang mencangkup komite
keperawatan di rumah sakit seperti : sejarah perkembangan,
A. Sejarah perkembangan Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Dimulai pada tahun 1996 ,sebutan SPF (Staf Perawat Fungsional).
Dipimpin oleh seorang ketua dan memilki tiga tim yaitu Etik dan
Kridensial,

Pengembangan

dan

Mutu.

Tugas

membantu

Bidang

Keperawatan. Tahun 2000 jabatan utama adalah ketua dan tiga tim masih
merangkap jabatan setiap tim mempunyai program kerja ketua tim sebagai
coordinator standar akreditasi. Dan pada tahun 2003 dibentuk komite
sebagai jabatan utama untuk ketua komite dan ketua sub komite. Memiliki

supervisor sbg jabatan Utama dan di BKO kan kepala Instalasi mulai
tahun 2006 supervisor sepenuhnya dibawah kendali komite keperawatan.
(Sugih Asih, 2010)
B. Pengertian Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit
yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi. (UU
49, 2013).
Komite Keperawatan merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wadah
tanga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan
tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan
(Swansburg, 1999). Rumah sakit membentuk komite guna memfasilitasi
pencapaian tujuan pelaksanaan gara lebih berkualitas (Nurachmah, 2000).
Komite dibentuk untuk membahas pengembangan mutu sumber daya
manusia, pembinaan etik profesi penyusunan standar pelayanan dan
penelitian (wulandari 2000).
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang memiliki fungsi sebagai
tempat bagi tenaga keperawatan untuk dapat ikut berpartisipasi dalam
memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan
teknis keperawatan dan keberjalanan keperawatan di rumah sakit.

C. Prinsip kegiatan Komite Keperawatan


1. Prinsip sinergisme yang memberlihatkan thinking power kelompok
terpilih untuk bersama-sama berupaya memperoleh keluaran yang
lebih efektif. Sehingga sebagai ketua komite keperawatan apabila salah
satu permasalahan yang ada, maka harus menggunaka kekuatan
berfikir yang lebih rasional.

2. Tenaga keperawatan profesional diberdayakan untuk berkontribusi


secara kolektif terhadap proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan. Untuk menjalankan
fungsi komite keperawatan di rumah sakit sebagai kelompok
keperawatan bertanggung jawab yaitu terlaksananya peran dan
kegiatan perawat dirumah sakit sebagai kelompok keperwatan
bertanggung jawab yaitu telaksananya peran dan kegiatan perawat di
rumah sakit, merupakan media utama mengkoordinasikan dan
memfasilitasi tumbuhnya komunitas profesi keperawatan melalui
sistem pengampu keilmuan yang dapat mempertahankan pfesionalisme
keperawatan yang diberikan (Mari, 2007).
D. Tujuan pembentukan Komite Keperawatan
Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan ada beberapa
tujuan yang terkandung diantaranya adalah :
1. Pertama mengorganisasi kegiatan pelayanan keperawatan melalui
penggabungan

pengetahuan,

keterampilan

dan

ide-ide.

Kedua

Menggabungkan sekelompok orang yang menyadari pentingnya


sinergi dan kekuatan berpikir agar dapat memperoleh output yang
paling efektif. Ketiga Meningkatkan otonomi tenaga keperawatan
dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di RS.
2. Dibentuknya komite keperawatan di harapkan dapat menghubungkan,
menyampaikan dan memudah hubungan serta mengkoordinasi
kelompok keperawatan. Dapat mengembangkan pengetahuan, keahlian
serta memberikan kesempatan kepada perawat untuk dipromosikan
keposisi yang tanggung jawabnya lebih besar atau dengan kata lain
meningkatkan taraf perawat misalnya di rumah sakit. (Gilies, 1994,
hlm 146).
E. Peran Komite Keperawatan.
1. Peran pertama keperawatan membentuk panitia atau kelompok kerja
untuk menuliskan standar ( Standar askep, standard praktek dan
standard ketenagaan). Penyususnan standar ini diperlukan masukan
tentang falsafah, tujuan bidang keperawatan, teori keperawatan dan

sistem pelayanan guna mempermudah pengambilan keputusan dan


mengidentifikasi aktivasi dalam standar. Anggota panitia sepakat
menentukan penulisan standard operasional prosedur (SOP) apakah
dalam bentuk normative atau empirical, kemudian menentukan topik
standar yang akan disusun dan dikembangkan. Standard selesai
disusun dan diuji serta dietrapan di lapangan, bila cocok dengan
kondisi dan situasi dapat mengingkatkan mutu pelayanan keperawatan
selanjutnya standar tersebut diproses untuk disetujui dan disahkan
oleh direktur. Penyusunan standar bersifat interdisiplin, komite
keperawatan bekerja sama dengan komite medic dan panitia yang ada
di rumah sakit (Swansburg, 1999).
2. Peran kedua adalah memantau pelaksanaan tugas dan panitia komite
keperawatan yang ada di unit perawatan, standard tersebut akan
disosialisasikan, bila terjadi penyimpangan karena tidak dapat
diterapkan, tidak jelas, atau tidak dapat dicapai maka akan
disampaikan pada direktur untuk dievaluasi hasilnya disampaikan
pada ketua komite untuk pengujian dan analisa sebelum dilakukan
perbaikan dan pengembangan. Setiap standard bersifat dinamis
mengikuti perkembangan maka perlu diperbaharui agar dapat
digunakan untuk menjamin kinerja yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan kepuasan dari perawat itu sendiri.
Berdasarkan peran komite keperawatan diatas

maka

dapat

disimpulkan pean komite keperawatan adalah sabagai :


a. Fasilitator pertumbuhan dan perkembangan profesi melalui
kegiatan yang terkoordinasi.
b. Tim kendali mutu untuk mempertahankan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan aman.
c. Problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang
terkait dengan etik dan sikap moral perawatan.

d. Investigator, kelompok peneliti yang mengkaji berbagai aspek


keperawatan untuk meningkatkan pelayanan.
e. Implementator,vmenjamin diterapkannya

standar praktek,

asuhan, dan prosedur.


f. Human relation team, menjamin hubungan kerja dengan staff.
g. Designer/implementator/pemantau dan evaluator ide baru.
h. Komunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi
terhadap hasil kerja staff. (Swansburg, 1999).

F. Fungsi Komite Keperawatan.


Dalam kaitan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit :
1. Menjamin tersedianya norma-norma: standar praktek/asuhan/prosedur
keperawatan sesuai lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting
asuhan di seluruh area keperawan
2. Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu
keperawatan tingkat rumah sakit: menetapkan alat-alat pemantauan,
besar sampel, nilai batas, metodologi pengumpulan data, tabulasi, serta
analisis data.
3. Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi
keperawatan : jenis kegiatan, jadwal pemantauan dan evaluasi, serta
penanggung jawaban pelaksana.
4. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan
rencana rumah sakit untuk menemukan kecenderungan dan pola kinerja
yang berdampak pada lebih dari satu departemen atau pelayanan.
5. Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada
semua yang terkait, misalnya komite mutu rumah sakit.
6. Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait
dengan keprofesionalan tenaga dan asuhan dalam sistem pemberian
asuhan, misalnya sistem pelaporan pasien, penugasan staf.
7. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu

asuhan

keperawatan.
8. Berpartisipasi dalam komite mutu tingkat rumah sakit..

10

Dalam kaitan dengan anggota :


a. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan
fungsional tenaga keperawatan.
b. Merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku.
c. Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
d. Memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan
kinerja anggota.
e. Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika
profesi keperawatan.
f. Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
g. Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staff.
G. Tugas Komite Keperawatan
Tugas komite keperawatan di rumah sakit secara umum
1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di RS
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Menyusun model Praktek Keperawatan Profesional
4. Memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga
keperawata
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang
6.

terintegrasi dengan perilaku yang baik.


Bekerja-sama dengan Direktur/bidang

keperawatan

dalam

merencanakan program untuk mengatur kewenangan profesi tenaga


keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan sejalan dengan
rencana strategi RS.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi
bagi tenaga keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan
keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan
laporan kegiatan Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali)
kepada seluruh tenaga keperawatan RS.

11

H. Struktur organisasi Komite Keperawatan


Adapun beberapa susunan organisai komite kerawatan di rumah sakit
sesuai gambar 1.1 berikut
Ketua Komite Keperawatan
Sekertaris Komite Keperawatan

Subkomite Praktek
Keperawatan/
Kredensialing
1. Ketua Komite

Subkomite Etika
dan disiplin
Gambar 1.1

Subkomite Mutu
Keperawatan/
Mutu Profesi

Tujuan : Memberi kepemimpinan dan arah kepada sub komite


Lingkup tugas :
a. Mereview berbagai isu yang disajikan dan merujuk ke sub
komite yang sesuai.
b. Menjaga dan merekomendasi perbaikan-perbaikan yang
diperlukan.
c. Memberi bimbingan dan dukungan kepada sub komite.
d. Memfasilitasi proses penetapan tujuan tahunan sub komite
e. Mereview jadwal operasional tahunan
2. Subkomite Kredensial
Tujuan : Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan, melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa
tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan
kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas dan
pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang berada
di semua level pelayanan.
Lingkup tugas :
a. menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;

12

b. menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen


persyaratan terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis
pelayanan

keperawatan

dan

kebidanan

sesuai

dengan

standar

kompetensinya. Buku putih disusun oleh Komite Keperawatan dengan


melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari berbagai unsur organisasi
profesi keperawatan dan kebidanan, kolegium keperawatan, unsur
pendidikan tinggi keperawatan dan kebidanan;
c. menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM
meliputi:
1. ijazah;
2. Surat Tanda Registrasi (STR);
3. sertifikat kompetensi;
4. logbook yang berisi uraian capaian kinerja;
5. surat penyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah
Sakit atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga keperawatan baru;
6. surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
d. merekomendasikan tahapan proses Kredensial:
1. perawat dan/atau bidan mengajukan permohonan untuk
memperoleh Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite
Keperawatan;
2. ketua Komite Keperawatan menugaskan Subkomite Kredensial
untuk melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara
individu atau kelompok);
3. sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review,
verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode: porto folio,
asesmen kompetensi;

13

4. sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan


rapat menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
e. merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
f. melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan.
g. sub komite membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan ke kepala/direktur Rumah Sakit. 3.
3. Sub Komite Pengembangan Profesi/ Etik dan Disiplin Profesi
Tujuan : Menetapkan, mengimplementasikan, dan menjaga standar
kependidikan yang meningkatkan pertumbuhan keprofesian dan
kompetensi klinik tanpa henti.
Lingkup tugas :
a. Menetapkan dan mengevaluasi kebutuhan pendidikan
keperawatan dan menetapkan proses-proses untuk memenuhi
kebutuhan kependidikan staf bersamaan dengan pengembangan
staf.
b. Meningkatkan akontabilitas individual para perawat untuk
pendidikanyang diwajibkan dan memfasilitasi proses
kredensial/sertifikasi ulang.
c. Menetapkan peran dan tanggung jawab preseptor.
d. Memelihara lingkungan yang kondusif untuk peningkatan dan
pemanfaatan riset keperawatan.
e. Berpartisipasi dalam program rekruitmen, pengakuan, dan
retensi melalui kolaborasi dengan bagian SDM/HRD.
4. Sub Komite Mutu Keperawatan
Tujuan : Memantau ketepatan dan efektifitas asuhan yang diberikan

14

oleh staf keperawatan sekaligus mengkaji dan memastikan kepatuhan


dengan standar dan praktek yang ditetapkan.
Lingkup tugas :
a. Menyusun, merevisi dan menyetujui rencana peningkatan mutu
keperawatan.
b. Mengintegrasikan peningkatan mutu keperawatan dengan
rencana RS.
c. Memantau dan memastikan kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan.
d. Memastikan kepatuhan terhadap jadwal pelaporan untuk
perbaikan kinerja komite.
e. Mensahkan dan memantau rencana peningkatan mutu unit.

BAB III
PEMBAHASAN

Pentingnya Komite Keperawatan di Rumah Sakit.

15

Komite Keperawatan sudah ada sejak tahun 1996 dengan sebutan SPP ( Staf
Perawatan Fungsional). Tahun 2000 struktur komite keperawatan dalam hal ini
adalah jabatan utama untuk ketua sebagai penanggung jawaba standard akreditasi
dan beberapa tim lainnya seperti : Tim pengembangan bertugas merancang
pelatihan, peatihan, Tim Mutu bertugas menetapkan dan melakukan pemantauan
indicator mutu dan Tim Etik bertugas menyusun buku pedoman etik keperawatan.
Pada peraturan mentri kesehatan RI no 1678/ MENKES/PER/2005 tentang
organisasi dan data kerja rumah sakit pada pasal 59 komite keperawatan
merupakan wadah kelompok professional keperawatan yang mengkoordinasikan
penegakan etika dan mutu keperawatan di rumah sakit.
Komite keperawatab adalah wadah non stuktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjaga mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi menurut UU no 49 tahun 2013 tentang
komite keperawatan rumah sakit.
Tujuan pemebentukan komite keperawatan ini adalah mengorganisasikan kegiatan
pelayanan

keperawatan

melalui

penggabungan

pengetahuan,meningkatkan

otonomi tenaga keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di rumah


sakit dan pebentukan komite keperawatan ini juga diharapkan dapat
menghubungkan,

menyampaikan

dan

memudahkan

hubungan

serta

mengkoordinasi kelompok keperawatan.


Peran komite keperawatan di rumah sakit adalah membentuk kelompok kerja
untuk menulis asuhan keperawatan bagi pasien, memantau pelaksanaan tugas
anggota keperawatan yang ada di unit keperawatan dan setiap standar asuhan
tersebut akan dievaluasi bersama mengenai keberjalanannya dalam keperawatan.
Seorang kepala komite keperawatan diperlukan yang komunikator, educator,
negosiator, pemeberi rekomendasi terhadap hasil kerja staff, kepala komite juga
harus mampu memberikan problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan
yang ditemukan nantinya.

16

Sehingga dalam pelaksaan proses keperawatan anntinya tercapailah asuhan


keperawatan yang bermutu berdasarkan standard profesi, perilaku yang sesuai
dalam asuhan keperawatan misalnya saja caring, tercapainya patient safety atau
keamanan pasien, peningkatkan pada kepatuhan perwat dalam pelaksana standard
asuhan keprawatan serta penurunan terjadinya indikatot mutu keperawatan.
Komite keperawtan memiliku strutrur organisasi sebagai berikut : pertama
seorang komite keperawatan yang bertugas mereview berbagai standard tindakan
asuhan keperawatan yang telah diberikan, bertanggung jawab terhadap direktur
utama, menjaga dan merekomendasikan perbaikan-perbaikan yang diperlukan,
member bimbingan dan dukungan terhadap subkomite serta mereview jadwal
operasi tahuan, kedua ada sekertaris komite keperawatan yang bertugas untuk
mengatur jadwal ketua komite agar sesuai dan menghubungkan pihak luar
ataupun dalam komite keperawatan sendiri dengan komite keperawatan, serta
membantu ketua komite dalam hal pendokumentasian berkas. Setelah ketua
komite keperawatan terdapat tiga subkomite diantaranya : subkomite praktik
keperawatan yang bertugas menyusun dan memperbaiki uaraian tugas dari staf
klinik, mereview, menyetujui dan memperbaiki standard asuhan klinik dimana
asuhan keperawatan diberikan, melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan. Kredensial adalah proses untuk mendapatkan, memeriksa
dan menilai kecakapan kualifikasi praktisi pelayanan kesehatan untuk
memberikan pelayana keperawatan di rumah sakit. Hal ini dilakukan berupa uji
kompetensi untuk meningkatkan jenjang karir perawat di rumah sakit, sub komite
mutu profesi bertugas menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area
praktik, memfasilitasi proses pendampingan sesuai, dan subkomite pengembangan
profesi menetapkan dan mengevaluasi kebutuhan pendidikan keperawatan dan
menetapkan proses-proses untuk memenuhi kebutuhan pendidikan staf bersama
dengan pengembangan staf.
Pelayanan keperawatan membutuhkan seorang manajer keperawatan atau ketua
keperawatan yang mampu untuk menjalankan fungsi manajemen dan tupoksi
yang sudah ditetapkan oleh direktur.

17

BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Komite Keperawatan sudah ada sejak tahun 1996 dengan sebutan SPP
( Staf Perawatan Fungsional). Tahun 2000 struktur komite keperawatan

18

dalam hal ini adalah jabatan utama untuk ketua sebagai penanggung
jawaba standard akreditasi dan beberapa tim lainnya seperti : Tim
pengembangan bertugas merancang pelatihan, peatihan, Tim Mutu
bertugas menetapkan dan melakukan pemantauan indicator mutu dan Tim
Etik bertugas menyusun buku pedoman etik keperawatan.
Komite keperawatab adalah wadah non stuktural rumah sakit yang
mempunyai

fungsi

utama

mempertahankan

dan

meningkatkan

profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,


penjaga mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi menurut
UU no 49 tahun 2013 tentang komite keperawatan rumah sakit.
Tugas dan fungsi komite keperawatan secara umum adalah meningkatkan
keprofesionalisme tenaga kerja perawat di rumah sakit. Struktrur
organisasi dari komite keperawatan sendiri adalah diketuai oleh seorang
kepala atau ketua komite keperawatan yang bertanggung jawab langsung
kepada dirktur rumah sakit terhadap tindakan keperawatan, dan terdapat
sekertaris yang membantu pengarsipan, serta tiga subkomite yaitu
subkomite kredensial, subkomite mutu profesi,dan subkomite etik dan
disiplin profesi.
B. Saran
Sebagai wadah keperawatan komite keperawatan seharusnya mampu
menjadi sarana penghubung atau pun pedoman bagi seluruh perawat di rumah
sakit dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan yang bisa mendukung
peningkatan mutu dalam pemberian asuhan keperawatannya. Serta komite
keperawatan sebaiknya mampu memfasilitasi serta mengarahkan seluruh tenaga
kerja keperawatan untuk meningkatakan dalam pemberian pelayanan keperawatan
di rumah sakit.

19

Daftar Pustaka
Siregar, Chales .2004.Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta: EGC
Aditama, TY. 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI Press.
Wiwik. 2008.

Skripsi Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja asuhan

keperawatan dalam pengkajian danimplementasi perawat pelaksana di Rumah


Sakit Bhayangkara.

20

Depkes RI, Standar Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat JenderalPelayanan


Medik, Cetakan ke-3, Jakarta, 1997.
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju
Indonesia Sehat 2010 ,Jakarta, 2001.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pedoman


Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 49 tahun 2013 tentang
komite keperawatan rumah sakit
Swansburg RC., Swansburg RJ. Introductory Manajement and Leadership for
Nurse.2 nd edition.Toronto : Jonash and BurtletPublisher,1999.
Nurachmah,

(2000).

Pengorganisasian

komite

keperawatan

dalam

pengembangan profesi. Manajemen dan administrasi rumah sakit Indonesia, 2, 1013.


Wulandari Y. 2002. Studi kasus pengorganisasian komite keperawatan di
pelayanan kesehatan saint carolus Jakarta. Tesis. Depok : FKM Universitas
Indonesia.
(Gilies,

1994,

hlm

146).

Gilles:

Nursing

Management

System

Approach.Sounders Company.Philadelpia,1994

Ernawati. 2010. Tesis Hubungan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kepala Seksi
dan Komite Keperawatan dengan Efektifitas pelayanan Keperawatan di RSUD Dr.
Soedarso Pontianak. Fakultas ilmu keperarawatan Universitas Indonesia.
Bessie, Maquis. 2013. Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan. Jakarta :
EGC.

21

Lampiran

22

KEPALA/DIREKTUR RUMAH
SAKIT

Komite Medik

Komite Keperawatan

Direktur

Direktur
Direktur

23

Subkomite Kredensial

Subkomite Mutu Profesi

Subkomite Etik dan


Disiplin

24

Anda mungkin juga menyukai