PARTAI POLITIK
Moza Nafisah
041411231191
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
Tahun 2015/2016
BAB II
PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi
yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi
untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan
akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan
kelompok
dilakukan
dengan
menentukan
kedudukan
Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota
kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad
baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
Tahap 2 - Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugastugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah
yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada
beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang
mandenk pada tahap ini.
Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan
dan
tanggung
jawab
telah
jelas.
Anggota
kelompok
mulai
dapat
yang
kemudian
dikembangkan
menjadi
Komite
Nasional
1945,
Sidang
Paripurna
KNIP
yang
diketuai
Mr.
Kasman
dan
menjamin
keamanan
masyarakat.
Isi
maklumat
tersebut adalah:
Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dengan
adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala
aliran paham yang ada dalam masyarakat. Diharapkan bahwa partaipartai telah tersusun sebelum pemilihan umum pada bulan Januari 1946
Pengumuman ini lalu disambut gembira oleh masyarakat karena selama
3,5 tahun penjajahan Jepang, setiap kegiatan politik adalah terlarang.
Berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu yang rencananya akan digelar pada
bulan Januari tahun 1946, maka rencana tersebut terpaksa ditunda karena
kondisi dalam negeri yang tidak memungkinkan karena serangan sekutu
yang ingin kembali melakukan penjajahan di Indonesia.
c. Presiden Soekarno pada tanggal 14 November 1945 menyetujui
usul Badan Pekerja KNIP agar para menteri bertanggungjawab kepada
KNIP yang telah diberi kekuasaan legislatif lewat Maklumat Pemerintah,
yang selanjutnya disetujui oleh KNIP dalam sidang yang digelar pada 2527
November
1945.
Maklumat
tersebut
memulai
era
Demokrasi
[2]
Pasca dikeluarkannya Maklumat Pemerintah pada tanggal 3 November
1945, partai politik mulai banyak dibentuk. Sejumlah partai politik yang
telah ada sejak era Pergerakan Nasional, tumbuh dengan kemasan yang
baru. Partai-partai tersebut telah memiliki massa dan basis pendukungnya
sendiri-sendiri. Di antaranya adalah:
Dari partai-partai di atas, Masyumi dan PNI tumbuh sebagai dua
kekuatan yang seimbang. Hal ini berkaitan dengan Masyumi merupakan
satu-satunya partai yang pada masa pendudukan Jepang masih diizinkan
partai-partai
memegang
peranan
penting
berkaitan
dengan
BAB III
Otoritas
Otoritas melibatkan hak , prerogatif, keewajiban dan tugas yang
dan
Tiga hasil yang dimaksud and alah komitmen, kepatuhan dan perlawanan.
Komitmen, Istilah komitmen menjelaskan hasil dimana seorang target
secara internal menyetujui keputusan atau permintaan agen dan
memberikan dukungan penuh untuk melaksanakan apa yang menjadi
permintaan atau mengimplementasikan keputusan secara efektif. Untuk
positif
dibutuhkan
perhatian
Memulai janji.
Kekuasaan Berdasarkan Keahlian (Expert Power)
laporan dan dokumen secara selektif, membiaskan inter prestasi data dan
menyampaikan informasi yang salah. Beberapa manajer menggunakn
kendali mereka atas distribusi informasi sebagai sebuah cara memperkuat
kekuasaan mereka berdasrkan keahlian dan menigkatkan ketergantungan.
Jika pemimpin merupakan satu-satunya orang yang mengetahui apa
yang sedang terji. Bawan akan kekurangan bukti untuk membantah hak
pimpinannya bahwa sebuah keputusan yang tidak populer itu dibenarkan
karena alasan tertentu. Selain itu, kendali atas informasi akan
memudahkan pemimpin untuk menutupi kekeliruan dan kesalahan yang
sebaliknya akan merendahkan citra keahlian yang decara hati-hati telah
diperihara. (Pfeffer, 1977a)
sentralitas dari subunit dalam alur pekerjaan, dan (3) tingkat dimana
keahlian dari subunit tersebut adalah unik, tidak dapat digantikan dengan
yang lainnya.
Seluruh organisasi harus menanggulangi kontingensi dan kritis, khususnya
maslah dalam proses penggunaan teknologi yang dipakai dalam
oprasional organisasi dan masalah beradap tasi dengan pristiwa dalam
lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah penting dalam sumber kekuasaan berdasarkan
keahlian dalam subunit, sama seperti untuk individu. Kesempatan untuk
memperlihatkan keahlian dan memperoleh kekuasaan darinya lebih besar
bagi sebuah subunit yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah yang kritis. Masalah dianggap kritisbika esensinya jelas berkaitan
dengan kelangsungan hidup dan kekayaan organisasi. Tipe utama
masalah dianggap penting bila terdapat tingkat ketergantungan yang
tinggi antara subunit, dan subunit lainnya tidak dapat menjalankan
fungisinya kecuali masalah tersebut ditangani dengan efektif. Yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kritis yang dihadapi, maka
semakin besar kepuasan yang diperoleh karena memilki keahlian
tersebut.
Meningkatnya kekuasaan berdasarkan keahlian akan
menghasilkan peningkatan legitimasi keuangan. Setiap orang yang
memiliki keahlian yang berharga akan lebih mungkin diangkat atau
terpillih menduduki posisi wewenang dalam organisasi. Subunit yang
memiliki keahlian yang penting akan memiliki wakil dalam organisasi.
Dukungan terhadap teori ini akan dijumpai pada beberapa studi (Brass,
1984, 1985, Hambrick, 1981; Hills dan Mahoney, 1978; Hinings, Hickson,
Pennings dan Schneck, 1974; Peffer & Salancik, 1974). Akan tetapi, teori
gagal untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa subunit atau koalisi
yang memiliki kekusaan dapat menggunakan kekuasaannya untuk
melindungi posisi dominannya dalam organisasi dengan meningkatkan
keahlian dan meniadakan saingan potensial yang dapat membuktikan
dari
eksperimen
yang
dilakuakan
oleh
Kipnis
(1972).
Dia
dimanipulasi,
menghubungkan
memandang
dukungan
bawahan
bawahan
dengan
dengan
kekuasaan
rendah,
pemimpin,
bawahan tetapi
mereka
juga
menerima
pengaruh
dari
sebagaimana
suatu
pekerjaan
harus
dikerjakan,
seorang
kebutuhan
pengikutnya
adalah
dengan
memberikan
curang
dapat
dijadikan
patokan
untuk
menentukan
apakah
mengembangkan
para
bawahan
serta
melakukan
inofasi
pemberian penghargaan.
2.6 Tipe Perilaku Mempengaruhi
Pada beberapa tahun terakhir, peneliti mulai menguji tipe spesifik
perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi, bukannya memfokuskan
diri secara eksklusif pada kekuasaan sebagai sumber potensial untuk
mempengaruhi. Bentuk perilaku mempengaruhi yang paling umum dalam
organisasi adalah permintaan yang sederhana yang didasarkan pada
kekuasaan yang memiliki legitimasi. Kepatuhan untuk pekerjaan, dan
sesuatu dimana seorang target tahu bagaimana cara untuk
mengerjakannya. Akan tetapi, jika tindakannya yang diminta tersebut
tidak menyenangkan, menyulitkan, tidak relevan, atau sulit untuk
dikerjakan, reaksi target akan berupa perlawanan. Komitmen target akan
menjadi hasil yang tidak diinginkan untuk permintaan yang sederhana,
kecuali dalam kondisi yang menguntukan. Uuntuk memperbaiki tipe
upaya mempengaruhi perlu menggunakan bentuk lain perilaku
mempengaruhi yang disebut tidak mempengaruhi proaktif.
bahwa
usulan
perubahan
itu
dinginkan
dan
memungkinkan .
Memberi Penilaian
Dengan taktik ini agen menjelaskan mengapa permintaan atau
proposal akan memberikan keuntungan kepada target secara individual.
Salah satu tipe keuntungan yang di tawarkan adalah karir target, yang
membantu memberikan kesempatan mempelajari keterampilan baru,
bertemu dengan orang penting, atau meningkatkan kemampuan dan
reputasi yang lebih tinggi.
Memberi Inspirasi
Taktik ini melibatkan emosi atau nilai yang didasarkan daya tarik,
berbeda dengan argumen logis yang digunakan dalam persuasi rasional.
Memberi inspirasi adalah upaya untuk membangun antusiasme dan
komitmen dengan membentuk emosi yang kuat dan menghubungkan
sebuah permintaan atau proposal dengan kebutuhan, nilai, harapan, dan
idealisme bagi seseorang.
Memberi inspirasi sangatlah kompleks, dari penjelasan singkat
tentang keuntungan ideologis pada proposal proyek atau perubahan,
hingga menyampaikan pidato yang berisi tentang apa yang dapat dicapai
dalam organisasi atau menjadi sesuatu. Tingkat kompleksitas yamg tepat
tergantung pada besarnya tugas yang dijalani, besarnya upaya dan resiko
yang teerllibat, serta batas dimana orang diminta untuk menyimpang dari
cara yang telah dibuat dan tradisional dalam melaksanakan sesuatu.
Untuk memformulasi pemberian inspirasi yang efektif, agen harus
memiliki wawasan terhadap nilai, harapan, dan ketakutan dari seseorang
atau kelompok yang akan dipengaruhi.
Konsultasi
Konsultasi terjadi ketika target diajak berpartisipasi dalam merencanakan
bagaimana melaksanaan permintaan atau menerapkan perubahan yang
dusulkan. Ada beberapa alasan menggunakan konsultasi sebagai prosedur
pengambilan
mempengaruhi
keputusan.
proaktif,
Tetapi
tujuan
ketika
utama
digunakan
konsultan
sebagai
adalah
titik
untuk
baik
terhadap
agen.
Contohnya
adalah
memberikan
pujian,
memperlihatkan
diharapkan
dan
konsistensi
memperlihatkan
bahwa
peran
profesionalisme
permintaan
disetujui
yang
oleh
tekanan
terkadang
dapat
berhasil
memenuhi
Taktik
permintaan,
Perilaku
manajerial
masih
mempengaruhi
perilaku
target
Kapoor
dan
Ansari
1988)
atau
peristiwa
sebagai
fariabel
penengah
untuk
menungkatkan
atau
relevan
dengan
taktik
yang
digunakan
dalam
usaha
kekuasaan
kepatuhan
atau
mengubah
perilaku
target
secara
menawarkan
janji-janji
dan
dilakukan
program-programnya
selama
waktu
yang
pada
telah
suara dilakukan,
proses
penghitungan
dimulai. Pemenang
Pemilu
Suara
Kur
.
1.
8.434.65
22,3
si
57
(PNI)
Masyumi
3
7.903.88
2
20,9
57
6
6.955.14
2
18,4
45
4.
1
6.179.91
1
16,3
39
5.
(PKI)
Partai Syarikat Islam
4
1.091.16
6
2,89
6.
Indonesia (PSII)
Partai Kristen Indonesia
0
1.003.32
2,66
7.
8.
(Parkindo)
Partai Katolik
Partai Sosialis Indonesia
6
770.740
753.191
2,04
1,99
6
5
9.
(PSI)
Ikatan Pendukung
541.306
1,43
(IPKI)
10 Pergerakan Tarbiyah
483.014
1,28
.
Islamiyah (Perti)
11 Partai Rakyat Nasional
242.125
0,64
.
(PRN)
12 Partai Buruh
224.167
0,59
.
13 Gerakan Pembela Panca
219.985
0,58
.
Sila (GPPS)
14 Partai Rakyat Indonesia
206.161
0,55
.
(PRI)
15 Persatuan Pegawai Polisi RI
200.419
0,53
.
(P3RI)
16 Murba
199.588
0,53
.
17 Baperki
178.887
0,47
.
18 Persatuan Indoenesia Raya
178.481
0,47
.
(PIR) Wongsonegoro
19 Grinda
154.792
0,41
.
20 Persatuan Rakyat Marhaen
149.287
0,40
2.
3.
Kemerdekaan Indonesia
Indonesia (Permai)
146.054
0,39
.
22 PIR Hazairin
114.644
0,30
.
23 Partai Politik Tarikat Islam
85.131
0,22
.
(PPTI)
24 AKUI
81.454
0,21
.
25 Persatuan Rakyat Desa
77.919
0,21
.
(PRD)
26 Partai Republik Indonesis
72.523
0,19
.
Merdeka (PRIM)
27 Angkatan Comunis Muda
64.514
0,17
.
(Acoma)
28 R.Soedjono
53.306
0,14
.
Prawirisoedarso
29 Lain-lain
1.022.43
2,71
.
Jumlah
3
37.785.2
100,
257
99
00
Sangat disayangkan, kisah sukses Pemilu 1955 akhirnya tidak bisa
dilanjutkan dan hanya menjadi catatan emas sejarah. Pemilu pertama itu
tidak berlanjut dengan pemilu kedua lima tahun beri-kutnya, meskipun
tahun 1958 Pejabat Presiden Sukarno sudah melantik Panitia Pemilihan
Indonesia II. Yang terjadi kemudian adalah berubahnya format politik
dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebuah keputusan presiden
untuk membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945
PEMILIHAN UMUM TAHUN 1971
Setelah pemilu pertama tahun 1955, Indonesia baru melakukan pemilu
kembali pada tanggal 5 Juli 1971, pertama di jaman Orde Baru dibawah
pemerintahan Presiden Kedua Indonesia, Bpk (alm) Soeharto. Pada pemilu
kali ini, terdapat 9 partai politik dan 1 organisasi masyarakat yang
berpartisipasi.
NO PARTAI
JUMLAH
PERSENT
JUMLAH
SUARA
ASE
KURSI
1.
2.
Partai Katolik
Partai Syarikat Islam
603.740
1.308.237
1,10
2,39
3.
4.
Indonesia (PSII)
Partai Nahdlatul Ulama
Partai Muslimin
10.213.650 18,68
2.930.746
5,36
58
24
5.
6.
7.
Indonesia (Parmusi)
Golongan Karya (Golkar)
Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Partai Musyawarah Rakyat
34.348.673 62,82
733.359
1,34
48.126
0,08
236
7
0
8.
9.
10
Banyak (Murba)
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Partai Islam (PERTI)
Partai Ikatan Pendukung
3.793.266
381.309
338.403
20
2
0
6,93
0,69
0,61
.
Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
JUMLAH
54.669.509 100,00
PEMILIHAN UMUM TAHUN 1977-1997
3
10
360
Pemilu pada periode ini, dilakukan setiap 5 tahun sekali, mulai tahun
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 dengan 3 peserta yaitu Golongan
Karya (GolKar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Pembangunan
Persatuan (PPP). Peserta pemilu kali ini lebih sedikit dibanding pemilu
sebelumnya. Ini terjadi setelah sebelumnya pemerintah bersama-sama
dengan DPR berusaha menyederhanakan jumlah partai dengan membuat
UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Kedua partai itu
adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi
Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau Golkar. Dalam setiap
kali digelar pemilu, partai golkar selalu menduduki peringkat pertama
perolehan kursi di DPR dengan meraih lebih dari 62% suara dalam setiap
gelaran pemilu, diikuti oleh PPP dan terakhir PDI. Tabel di
Pemilu 1977
No. Partai
Suara
Kurs
Keteranga
(1971)
62,80
n
0,69
1.
Golka
39.750.09
62,11
i
232
2.
r
PPP
6
18.743.49
29,29
99
27,12
+ 2,17
PDI
1
5.504.757
8,60
29
10,08
1,48
3.
Jumlah
63.998.34
4
Pemilu 1982
No. Parta
Suara
100,0
360
100,00
Kurs
Keteranga
(1977)
62,11
n
+ 2,23
1.
i
Golkar
DPR
48.334.72
64,34
i
242
2.
PPP
4
20.871.88
27,78
94
29,29
1,51
3.
PDI
Jumlah
0
5.919.702
75.126.30
7,88
100,0
24
364
8,60
100,00
0,72
Suara
Kurs
Keteranga
(1982)
68,34
n
+ 8,82
Pemilu 1987
No. Parta
i
Golkar
62.783.68
73,16
i
299
PPP
0
13.701.42
15,97
61
27,78
11,81
3.
PDI
Jumlah
8
9.384.708
85.869.81
10,87
100,0
40
400
7,88
+ 2,99
Suara
Kurs
Keteranga
(1987)
73,16
n
5,06
1.
2.
Pemilu 1992
No. Parta
1.
2.
3.
i
Golkar
66.599.33
68,10
i
282
PPP
1
16.624.64
17,01
62
15,97
+ 1,04
PDI
7
14.565.55
14,89
56
10,87
+ 4.02
6
97.789.53
100,0
400
100,00
Jumlah
Pemilu 1997
No
Parta
Suara
.
1.
i
Golkar 84.187.907
Kurs %
Keterang
74,51
i
325
an
+ 6,41
(1992)
68,10
2.
PPP
3.
PDI
Jumlah
25.340.028
3.463.225
112.991.15
22,43
3,06
100,0
89
11
425
17,00
14,90
100,00
+ 5,43
11,84
0
0
PEMILIHAN UMUM TAHUN 1999
Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal
21 Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin
Jusuf Habibie. Atas desakan publik, Pemilu yang baru atau dipercepat
segera dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti.
Kemudian ternyata bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999, atau 13
bulan masa kekuasaan Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan
diadakannya Pemilu adalah untuk memperoleh pengakuan atau
kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional, karena
pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan produk Pemilu
1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian dilanjutkan
dengan penyelenggaraan Sidang Umum MPR untuk memilih presiden dan
wakil presiden yang baru. Pemilu ini dilakukan untuk memilih anggota
DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD Tingkat II.
NO PARTAI
JUMLAH
PERSENT
JUMLAH
PERSENT
.
1.
Partai Indonesia
SUARA
192.712
ASE
0,18%
KURSI
0
ASE
0,00%
2.
Baru
Partai Kristen
369.719
0,35%
0,00%
3.
Nasional Indonesia
Partai Nasional
377.137
0,36%
0,00%
4.
Indonesia
Partai Aliansi
85.838
0,08%
0,00%
5.
Demokrat Indonesia
Partai Kebangkitan
289.489
0,27%
0,00%
6.
7.
Muslim Indonesia
Partai Ummat Islam
Partai Kebangkitan
269.309
300.064
0,25%
0,28%
0
1
0,00%
0,22%
8.
9.
Ummat
Partai Masyumi Baru
Partai Persatuan
152.589
11.329.90
0,14%
10,71%
0
58
0,00%
12,55%
Pembangunan
10
375.920
0,36%
0,22%
.
11
Indonesia
Partai Demokrasi
35.689.07
33,74%
153
33,12%
Indonesia
12
Perjuangan
Partai Abul Yatama
213.979
0,20%
0,00%
.
13
Partai Kebangsaan
104.385
0,10%
0,00%
.
14
Merdeka
Partai Demokrasi
550.846
0,52%
1,08%
.
15
Kasih Bangsa
Partai Amanat
7.528.956
7,12%
34
7,36%
.
16
Nasional
Partai Rakyat
78.730
0,07%
0,00%
.
17
Demokratik
Partai Syarikat Islam
152.820
0,14%
0,00%
.
18
Indonesia 1905
Partai Katolik
216.675
0,20%
0,00%
.
19
Demokrat
Partai Pilihan Rakyat
40.517
0,04%
0,00%
.
20
Partai Rakyat
54.790
0,05%
0,00%
.
21
Indonesia
Partai Politik Islam
456.718
0,43%
0,22%
.
22
Indonesia Masyumi
Partai Bulan Bintang
2.049.708
1,94%
13
2,81%
.
23
Partai Solidaritas
61.105
0,06%
0,00%
Pekerja Seluruh
24
Indonesia
Partai Keadilan
1.436.565
1,36%
1,51%
.
25
Partai Nahdlatul
679.179
0,64%
1,08%
.
26
Ummat
Partai Nasional
365.176
0,35%
0,22%
Indonesia Front
27
Marhaenis
Partai Ikatan
328.654
0,31%
0,22%
Pendukung
Kemerdekaan
28
Indonesia
Partai Republik
328.564
0,31%
0,00%
.
29
Partai Islam
62.901
0,06%
0,00%
.
30
Demokrat
Partai Nasional
345.629
0,33%
0,22%
Indonesia Massa
31
Marhaen
Partai Musyawarah
62.006
0,06%
0,00%
.
32
Rakyat Banyak
Partai Demokrasi
345.720
0,33%
0,43%
.
33
Indonesia
Partai Golongan
23.741.74
22,44%
120
25,97%
.
34
Karya
Partai Persatuan
9
655.052
0,62%
0,22%
.
35
Partai Kebangkitan
13.336.98
12,61%
51
11,03%
.
36
Bangsa
Partai Uni
2
140.980
0,13%
0,00%
Demokrasi
37
Indonesia
Partai Buruh
140.980
0,13%
0,00%
.
38
Nasional
Partai Musyawarah
204.204
0,19%
0,00%
Kekeluargaan
39
Gotong Royong
Partai Daulat Rakyat
427.854
0,40%
0,43%
.
40
168.087
0,16%
0,00%
.
41
1.065.686
1,01%
0,87%
.
42
Persatuan
Partai Solidaritas
49.807
0,05%
0,00%
.
43
Pekerja
Partai Nasional
149.136
0,14%
0,00%
Bangsa Indonesia
44
Partai Bhinneka
364.291
0,34%
0,22%
Tunggal Ika
45
Indonesia
Partai Solidaritas Uni 180.167
0,17%
0,00%
.
46
Nasional Indonesia
Partai Nasional
96.984
0,09%
0,00%
.
47
Demokrat
Partai Ummat
49.839
0,05%
0,00%
.
48
Muslimin Indonesia
Partai Pekerja
63.934
0,06%
0,00%
105.786.
100,00%
462
100,00%
.
Indonesia
JUMLAH
661
Pemilu tahun 1999 merupakan pemilu pertama sejak zaman orde baru
runtuh dan dimulailah era reformasi di Indonesia. Setelah tahun 1999,
Indonesia pun kembali melakukan pemilu setiap lima tahun sekali secara
langsung. Bahkan pemilu 2004 merupakan pemilu pertama kali di
Indonesia dimana setiap warga negara Indonesia yang mempunyai hak
pilih, dapat memilih langsung presiden dan wakilnya selain pemilu untuk
memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD tingkat II. Selain itu,
sejak pemilu 2004, juga dilakukan pemilihan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Pada pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan parliamentary
threshold (PT) sebesar 2.5%. Apabila partai politik yang memperoleh
suara dengan persentase kurang dari 2,50% tidak berhak memperoleh
kursi di DPR.
Pemilu 2004
NO PARTAI
JUMLAH
PERSENTA
JUMLA
PERSEN
KETERANGA
SUARA
SE
TASE
Partai
24.480.7
21,58%
KURSI
128
23,27%
Lolos
Golongan
57
Karya
Partai
21.026.6
18,53%
109
19,82%
Lolos
Demokrasi
29
1.
2.
Indonesia
3.
4.
Perjuangan
Partai
11.989.5
Kebangkita
64
n Bangsa
Partai
9.248.76
Persatuan
10,57%
52
9,45%
Lolos
8,15%
58
10,55%
Lolos
Pembangu
5.
nan
Partai
8.455.22
7,45%
55*
10,00%
Lolos
6.
Demokrat
Partai
5
8.325.02
7,34%
45
8,18%
Lolos
Keadilan
Sejahtera
Partai
7.303.32
6,44%
53*
9,64%
Lolos
Amanat
Nasional
Partai
2.970.48
2,62%
11
2,00%
Lolos
Bulan
Bintang
Partai
2.764.99
2,44%
14*
2,55%
Lolos
Bintang
10
Reformasi
Partai
2.414.25
2,13%
13*
2,36%
Lolos
Damai
11
Sejahtera
Partai
2.399.29
2,11%
0,36%
Lolos
Karya
1,26%
0,18%
Lolos
1,16%
4*
0,73%
Lolos
7.
8.
9.
Peduli
12
Bangsa
Partai
1.424.24
Keadilan
dan
Persatuan
13
Indonesia
Partai
1.313.65
Persatuan
Demokrasi
Kebangsaa
14
n
Partai
1.230.45
Nasional
1,08%
0*
0,00%
Tidak lolos
0,95%
0,00%
Tidak lolos
Banteng
Kemerdeka
15
an
Partai
1.073.13
Patriot
16
Pancasila
Partai
923.159
0,81%
0,18%
Lolos
Nasional
895.610
0,79%
0,00%
Tidak lolos
18
Indonesia
Partai
878.932
0,77%
3*
0,55%
Lolos
.
19
Pelopor
Partai
855.811
0,75%
0,18%
Lolos
Penegak
20
Indonesia
Partai
842.541
0,74%
0,00%
Tidak lolos
.
21
Merdeka
Partai
679.296
0,60%
0,00%
Tidak lolos
Sarikat
22
Indonesia
Partai
672.952
0,59%
0,00%
Tidak lolos
Perhimpun
Indonesia
Marhaenis
17
me
Partai
Persatuan
Nahdlatul
Ummah
Demokrasi
an
Indonesia
23
Baru
Partai
Persatuan
24
Daerah
Partai
Buruh
657.916
0,58%
0,00%
Tidak lolos
636.397
0,56%
0,00%
Tidak lolos
550
100,00
Sosial
Demokrat
JUMLAH
113.462. 100,00%
414
Pemilu 2009
NO PARTAI
JUMLAH
PERSENTA
JUMLA
PERSENTA
STATU
SUARA
SE SUARA
SE KURSI
S PT*
3.922.870
3,77%
KURSI
18
3,21%
Lolos
1.461.182
1,40%
0,00%
Tidak
Partai Hati
Nurani
Rakyat
Partai Karya
Peduli
Bangsa
Partai
lolos
745.625
0,72%
0,00%
Pengusaha
Tidak
lolos
dan Pekerja
4
Indonesia
Partai Peduli
1.260.794
1,21%
0,00%
Rakyat
5
Nasional
Partai
Tidak
lolos
4.646.406
4,46%
26
4,64%
Lolos
761.086
0,73%
0,00%
Tidak
Gerakan
Indonesia
6
Raya
Partai
Barisan
Nasional
Partai
Keadilan dan
lolos
934.892
0,90%
0,00%
Tidak
lolos
Persatuan
8
Indonesia
Partai
8.206.955
7,88%
57
10,18%
Lolos
6.254.580
6,01%
43
7,68%
Lolos
197.371
0,19%
0,00%
Tidak
Keadilan
9
Sejahtera
Partai
Amanat
10
Nasional
Partai
Perjuangan
lolos
Indonesia
11
Baru
Partai
12
Kedaulatan
Partai
437.121
550.581
0,42%
0,53%
0
0
0,00%
Tidak
0,00%
lolos
Tidak
Persatuan
13
Daerah
Partai
lolos
5.146.122
4,94%
27
4,82%
Lolos
414.043
0,40%
0,00%
Tidak
Kebangkitan
14
Bangsa
Partai
Pemuda
15
Indonesia
Partai
lolos
316.752
0,30%
0,00%
Nasional
Tidak
lolos
Indonesia
16
Marhaenisme
Partai
896.660
0,86%
0,00%
Demokrasi
17
Pembaruan
Partai Karya
18
Perjuangan
Partai
lolos
351.440
414.750
0,34%
0,40%
0
0
0,00%
Tidak
0,00%
lolos
Tidak
Matahari
19
Bangsa
Partai
Penegak
Tidak
lolos
137.727
0,13%
0,00%
Tidak
lolos
Demokrasi
20
Indonesia
Partai
671.244
0,64%
0,00%
Demokrasi
21
Kebangsaan
Partai
Tidak
lolos
630.780
0,61%
0,00%
Republika
Tidak
lolos
22
Nusantara
Partai
342.914
0,33%
0,00%
Tidak
23
Pelopor
Partai
15.037.75
14,45%
107
19,11%
lolos
Lolos
Golongan
Karya
Partai
5.533.214
5,32%
37
6,61%
Lolos
1.541.592
1,48%
0,00%
Tidak
0,00%
lolos
Tidak
24
Persatuan
Pembanguna
25
n
Partai Damai
26
Sejahtera
Partai
468.696
0,45%
Nasional
lolos
Benteng
Kerakyatan
27
Indonesia
Partai Bulan
1.864.752
1,79%
0,00%
Tidak
28
Bintang
Partai
14.600.09
14,03%
95
16,96%
lolos
Lolos
Demokrasi
1,21%
0,00%
Tidak
Indonesia
29
Perjuangan
Partai
1.264.333
Bintang
30
31
Reformasi
Partai Patriot
lolos
547.351
Partai
21.703.13
Demokrat
0,53%
20,85%
0
150
0,00%
Tidak
26,79%
lolos
Lolos
32
Partai Kasih
324.553
0,31%
0,00%
Demokrasi
33
Indonesia
Partai
lolos
320.665
0,31%
0,00%
Indonesia
34
Sejahtera
Partai
Tidak
Tidak
lolos
1.527.593
1,47%
0,00%
Kebangkitan
Tidak
lolos
Nasional
41
Ulama
Partai
42
Merdeka
Partai
111.623
146.779
0,11%
0,14%
0
0
0,00%
Tidak
0,00%
lolos
Tidak
Persatuan
lolos
Nahdlatul
Ummah
43
Indonesia
Partai Sarikat
140.551
0,14%
0,00%
Tidak
44
Indonesia
Partai Buruh
265.203
0,25%
0,00%
lolos
Tidak
104.099.
100,00%
560
100,00%
lolos
JUMLAH
785
PEMILIHAN UMUM 2014 (INDONESIA ELECTION 2014)
Pada tahun 2014, seluruh rakyat Indonesia kembali akan melakukan
pesta demokrasi terbesar yaitu pemilihan umum untuk menentukan tidak
hanya anggota DPR, DPRD Tingkat 1, DPRD Tingkat 2, dan DPD, tetapi
juga memilih presiden dan wakil presiden negeri ini. Pemilu legislatif akan
dilakukan pada tanggal 09 April 2014 dan pemilu presiden akan dilakukan
pada tanggal 09 Juli 2014.
Pemilu Legislatif
Dalam pelaksanaan pemilu legislatif, terdapat 12 partai politik skala
nasional dan 3 partai lokal (khusus untuk Provinsi Nangroe Aceh
Darrusalam). Berikut ini merupakan nama-nama peserta pemilu 2014
UR
UT
1
Partai NasDem
Partai Kebangkitan
Bangsa
Partai Keadilan
Sejahtera
Partai Demokrasi
Indonesia
Perjuangan
Partai Golongan
Karya
Partai Gerakan
Indonesia Raya
Partai Demokrat
Partai Amanat
Nasional
Partai Persatuan
10
Pembangunan
Partai Hati Nurani
14
Rakyat
Partai Bulan
15
Bintang
Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia
Partai Politik Lokal Aceh
NOMOR URUT
11
12
LAMBANG
NAMA PARTAI
Partai Damai Aceh
Partai Nasional Aceh
13
Partai Aceh
(GOLKAR)
Joko
Widodo
2017
(PDIP)
Prabowo
Subianto
(Gerindra)
Wiranto
Hary
Pengusah
(Hanura)
Tanoesoedi
bjo
Indonesia
Aburizal Bakrie
Jusuf Kalla
Anis Matta
Megawati Sukarnoputri
Dahlan Iskan
Prabowo Subianto
Gita Wirjawan
Hary Tanoesoedibjo
Rhoma Irama
Hatta Rajasa
Suryadharma Ali
Hayono Isman
Sutiyoso
Wiranto
Note : Untuk melihat latar belakang dari setiap kandidat, dapat klik
pada setiap nama kandidat calon presiden yang ada
1. Joko Widodo
Panggilan : Jokowi
Agama : Islam
Zodiac : Gemini
Jokowi maju sebagai capres yang diusung oleh PDI Perjuangan dan
didukung oleh Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
serta Partai Hanura. Jokowi akan berpasangan dengan Jusuf
Kalla sebagai cawapresnya pada Pilpres 2014.
Pendidikan
Pengusaha Meubel
2. Prabowo Subianto
Agama : Islam
Zodiac : Libra
Hobby : Membaca
Pendidikan
BAB I
PARTAI POLITIK
A.Partai Politik
1. Pengertian
a. Secara Umum
Carl. J. Friedrich
secara
mempertahankan
stabil
dengan
penguasaan
tujuan
terhadap
merebut
atau
pemerintahan
bagi
R.H. Soltau
Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik
dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih
bertujuan
menguasai
pemerintahan
Sigmund Neumann
dan
melaksanakan
Maurice Duverger
Partai politik adalah sekelompok manusia yang mempunyai
doktrin politik yang sama.
Edmund Burke
Partai politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan
keinginan-keinginan
bersamanya,
yaitu
kepentingan
nasional
c. Menurut Undang-Undang
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008.
Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk
oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Fungsi
pendapat
sedemikian
rupa
dan
aspirasi
sehingga
masyarakat
kesimpangsiuran
masyarakat berkurang.
dan
mengaturnya
pendapat
dalam
seseorang
sejumlah
atau
peranan
sekelompok
dalam
sisem
orang
politik
untuk
pada
partai
mayoritas
dalam
badan
perwakilan
rakyat
dan
membela
kepentingan
politik
anggota,
organisasi
buruh.
Sedangkan
di
luar
volksraad
ada
usaha
untuk
mengadakan
peranan
melalui
yang
sangat
penting
sistem parlementer.
dalam
Sistem
kehidupan
banyak
partai
sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan NASAKOM
(Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI.
Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI
memainkan peranan bertambah kuat, terutama melalui G 30 S/PKI
(akhir September 1965).
Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partaipartai dapat bergerak lebih leluasa dibanding dengan masa
Demokrasi
terpimpin.
Suatu
catatan
pada
masa
ini
adalah
Islam
dan
Perti
bergabung
menjadi
Partai
Persatu
2.
3.
4.
Golongan Karya.
5.
8.
B.Pemilu
1. Pengertian
untuk
mengisi
jabatan-jabatan
politik
tertentu.
ketua
sering
2. Fungsi
adalah :
legislatif serta
tertib
perwakilan,
yaitu
DPR,
DPRD
Provonsi,
dan
DPRD
berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
22
Tahun
2007,
sebagai
bagian
dari
rezim
pemilu.
Di
tengah
Sejarah
Pemilihan umum diadakan sebanyak 10 kali yaitu tahun 1955,
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009.
C. Demokrasi
1.
Pengertian
a.
Secara Etimologi
b.
Secara Terminologi
Demokrasi adalah rakyat sebagai pemegang kekuasaan,
Negara
dan
pemerintahan
serta
pengontrol
c.
Josefh A. Schmeter
mencapai
memperoleh
keputusan
kekuasaan
politik
untuk
dimana
memutuskan
individu-individu
dengan
cara
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusankeputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
Henry B. Mayo
2.
Fungsi
Demokrasi
dapat
juga
mengakui
dan
menganggap
adanya
3.
Demokrasi di Indonesia
a.
Asia
lain.
Persatuan
yang
dapat
digalang
selama
kekuatan
konstruktif
sesudah
kemerdekaan.
Karena
Undang-undang
dasar
1950
menetapkan
berlakunya
sistem
konstitusionil
(constitutional
head)
beserta
menteri-
seorang
rubberstamp
presiden
president
yang
tidak
(presiden
mau
yang
bertindak
sebagai
membubuhi
capnya)
keluar
dari
kemacetan
politik
melalui
pembentukan
bagi
seorang
presiden
untuk
bertahan
selama
hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun. (UndangUndang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk dipilih
kembali) yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar.
b.
meluruskan
kembali
penyelewengan
terhadap
Undang-
Dewan
Perwakilan
Rakyat-Gotong
Royong
diberi
memberi
kebebasan
lebih
luas
kepada
pers
untuk
politik
dari
golongan-golongan
dalam
masyarakat.