Anda di halaman 1dari 31

REFRAT

TRAUMA KIMIA PADA MATA


ICA TRIANJANI S. /20100310010
PERSEPTOR :
D R . M . FA I S A L L U T F I , S P. M

TRAUMA KIMIA PADA MATA


Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun
tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat
mata.
Bentuk-bentuk : trauma tumpul, trauma tembus
bola mata, trauma kimia, dan trauma radiasi.
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang
dapat merusak struktur bola mata tersebut.

EPIDEMOLOGI
Di Amerika Serikat, trauma pada mata
merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja.
Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia.
Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4
Secara international, 80% dari trauma kimiawi
dikarenakan oleh pajanan pada dan atau karena
pekerjaan.
Empedu ikan telah terbukti menyebabkan 14%
dari trauma kimiawi pada mata di Norwegia

Jenis trauma
kimia pada
mata

Trauma Asam

Trauma Basa

TRAUMA ASAM
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma
kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan
mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam
dengan pH < 7.

ETIOLOGI
Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang
tersemprot atau terpercik pada wajah.
Bahan kimia asam
Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam
asetat, asam kromat, dan
asam hidroflorida.
Ledakan
Baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin
merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimiawi pada mata.
Asam
Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat,
pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Industri
(pembersih dinding, glass etching (pengukiran pada kaca dengan
cairan kimia), electropolishing, dan penyamakan kulit., fermentasi
pada pengolahan bir).
Cairan atau gas.

Komponen Aktif

Sumber Utama

Catatan

Asam sulfat (H2SO4)

Pembersih industri, air accu

Percampuran

dengan

menyebabkan

air

cedera

panas,

mata
dapat

disertai dengan adanya benda asing atau


robekan jaringan

Asam sulfit (H2SO3)

Terbentuk

dari

percampuran

sulfur Relatif

Asam hidrofluorik (HF)

Asam klorida (HCL)

Pengawet buah/sayuran

Bahan pemutih

Bahan pendingin

Bahan

pemoles/pemutih

kaca,

mudah

berpenetrasi

dibandingkan asam lainnya

diokida (SO2) dengan air mata


-

lebih

pemisah Mudah berpenetrasi dan menyebabkan

mineral, alkilasi bensin, produksi silicon

trauma yang parah

Digunakan sebagai larutan 31-38%

Kerusakan berat bila konsentrasi pekat


dan pajanan kronis

Asam cuka (CH3COOH)

Cuka 4-10%, cuka biang 80%, asam asetat Trauma ringan bila konsentrasi <10%,
glasial 90%

kerusakan

meningkat

bila

konsentrasi

pekat

Chromik (Cr2O3)

Industri pelapisan krom

Pajanan yang kronis dapat menyebabkan


konjungtivitis
discoloration

kronis

dengan

brown

KLASISIKASI
Gradasi

Kornea

Konjungtiva

Prognosis

Erosi kornea

Iskemia (-)

Baik

II

Keruh, detail iris jelas

Iskemia < limbus

Baik

III

Kerusakan epitel total, stroma keruh, detail iris

Iskemia 1/3 limbus

Kurang baik

Iskemia > limbus

Jelek

kabur

IV

Keruh/putih, detail iris tak tampak

Patofisiologi
Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan


kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.


Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida. Bahan ini

merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat


menembus membran sel .

ANAMNESIS
Tanggal dan waktu terjadinya trauma
Tempat kejadian
Apakah kecelakaan kerja atau bukan
Apakah ada unsur kesengajaan atau akibat orang lain/kelalaian
Bagaimana terjadinya trauma (alat yang mengenai, arah trauma,
kekuatan trauma)
Apakah memakai kacamata pelindung/ada kerusakan kacamata
pengaman
Bagaimana keadaan mata dan visus sebelum trauma
Apakah ada korpus alienum intraokuler
Pertolongan yang telah dilakukan sebelumnya
Apakah trauma mengenai bagian tubuh lainnya
Nama dan alamat saksi mata

DIAGNOSIS BANDING

konjungtivitis,
konjungtivitis hemoragik akut,
keratokonjungtivitis sika,
erosi kornea,
abrasi kornea,
ulkus kornea

PENATALAKSANAAN
Irigasi jaringan yang terkena secepat-

cepatnya, selama mungkin untuk


menghilangkan dan melarutkan bahan yang
mengakibatkan trauma.
Irigasi dapat dilakukan dengan garam fisiologi
atau air bersih lainnya paling sedikit 15-30
menit.
Anestesi topikal (blefarospasme berat)
Penetralisir natrium bikarbonat 3%.
Antibiotik bila perlu
Biasanya trauma akibat asam akan normal
kembali, sehingga tajam penglihatan tidak
banyak terganggu.

Fase kejadian (immediate)

Tujuan tindakan pada fase ini


yaitu menghilangkan material
bahan asam hingga sebersih
mungkin dengan irigasi.

Fase akut (sampai hari ke7)


Tujuan tindakan pada fase ini
adalah mencegah terjadinya
penyulit. Prinsip terapi dengan
medikamentosa dan
pembedahan. Medikamentosa
ditujukan untuk mempercepat
proses reepitelisasi kornea,
mengontrol tingkat
peradangan, mencegah infeksi
sekunder, mencegah
peningkatan tekanan bola
mata, suplemen/antioksidan.
.

Steroid
Bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrophil. diberikan secara inisial dan
di-tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% eye drop dan Prednisolon 0,1% eye
drop diberikan setiap 2 jam. Bila perlu dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg.
Sikloplegik
Untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia anterior. Atropin 1% eye drop atau
Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat (vitamin C)
Mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan
membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblast kornea. Natrium askorbat 10%
topical diberikan setiap 2 jam.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor
Untuk menurunkan tekanan intraocular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma
sekunder. Diberikan secara oral Asetazolamid (Diamox) 500 mg.
Antibiotik
untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat
kolagenase, menghambat aktivitas neutrophil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Asam hyaluronik
Untuk membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan barrier fisiologis.

Penatalaksanaan Fase II
Tindakan

Gradasi I

Gradasi II

Gradasi III

Gradasi IV

Bandage lens

Bandage lens

Bandage lens

AB + steroid tetes 4-6x

Kortikosteroid tetes 6x

Dexamethasone/

Dexamethasone/

Prednisolon tetes/jam

Prednisolon tetes/ 30 menit

Tetrasiklin salep 4x

Tetrasiklin salep 4x

Tetrasiklin salep 4x

Doxysiklin 2x100mg

Doxysiklin 2x100mg

Doxysiklin 2x100mg

Timolol 0,5% tetes 2x

Timolol 0,5% tetes 2x

Timolol 0,5% tetes 2x

Asetazolamide 2x500mg

Asetazolamide 2x500mg

AB + steroid tetes 4-6x

Sulfas atropin 1% tetes 2x

Sulfas atropin 1% tetes 2x

Sulfas atropin 1% tetes 2x

Sulfas atropin 1% tetes 2x

Vitamin C 4x500mg

Vitamin C 2000mg

Vitamin C 2000mg

Vitamin C 2000mg

Nekrotomi

konjungtiva limbus

graft

Nekrotomi

konjungtiva limbus

graft

FASE PEMULIHAN DINI (EARLY REPAIR: HARI


KE-7 SAMPAI DENGAN HARI KE-21)
9

Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi


tingkat penyulit. Penatalaksanaan Fase III
Tindakan

Gradasi I

Gradasi II

Gradasi III

Gradasi IV

Reepitelialisasi sempurna

Reepitelialisasi sempurna

Bandage lens

Bandage lens

Bandage lens diteruskan

Kortikosteroid tetes tapering of

Dexamethasone/

AB + steroid tetes tapering of

AB + steroid tetes tapering of

Prednisolon

tetes

Dexamethasone/

Prednisolon

tetes

tappof/ stop, ganti dengan:

tappof/ stop, ganti dengan:

NSAID tetes (Indometason/ Diclofenax) 6x

NSAID tetes (Indometason/ Diclofenax) 6x

Tetrasiklin salep 2x

Tetrasiklin salep 2x

Tetrasiklin salep 2x

Doxysiklin 2x100mg

Doxysiklin 2x100mg

Doxysiklin 2x100mg

Peningkatan TIO (-) timolol stop

Peningkatan TIO (-) timolol stop

Timolol 0,5% tetes 2x


Asetazolamid + ion K diteruskan

Uveitis (-) : sulfas atropin dihentikan

Uveitis (-) : sulfas atropin dihentikan

Sulfas atropin 1% tetes 3x

Sulfas atropin 1% tetes 3x

Vitamin C 2000 mg

Vitamin C 2000 mg/hari

Vitamin C 2000 mg/hari

Retinoic acid salep 2x

Vitamin A dan E

Jaringan nekrotik (+) : eksisi

Jaringan nekrotik (+) : eksisi

Fungsi kelopak (+) : tarsoaphy

Mukosa

bibir/amnion

limbus / sklera/ facial

(+)

stem

cell

FASE PEMULIHAN AKHIR (LATE REPAIR: SETELAH HARI KE-21)


TUJUAN TINDAKAN PADA FASE INI ADAAH REHABILITASI FUNGSI
PENGLIHATAN
Penatalaksanaan pada Fase IV
Tindakan

Gradasi I

Gradasi II

Gradasi III

Gradasi IV

Solcosery 3x

Epiteliopati (+) : Solcosery 4x

Epiteliopati (+) : Solcosery 4x

Reepitelialisasi (+) : bandage lens

Retinoic acid 1% 1x malam

diteruskan

NSAID tetes 4x

NSAID tetes 4x

Medroxy progesteron 1% 4x

Medroxy progesteron 1% 4x

Tetrasiklin salep 4x

NSAID tetes4x

Doxyiklin 2x100mg
D

Peningkatan TIO (-) : Timolol 0,5%


tappof
Asetazolamid + ion K dihentikan

Uveitis

(-)

sulfas

atropine

dihentikan
Vitamin C 2000 mg/hari
Vitamin A dan E

Graft

konjungtiva

terapetik
keratoprostesis

limbus

keratoplasti,

KOMPLIKASI
Komplikasi segera:
Glaukoma akut dan Ekspose kornea
Komplikasi jangka panjang6:
Simblefaron dan Sindrom mata kering (keratitis
Sicca)
Katarak traumatika, Sikatrik kornea, Glaukoma
sudut tertutup, Entropion

PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia asam tergantung pada:
Luas kerusakan permukaan epitel
Gangguan fungsi kelopak
Defek epitel yang persisten
Pertolongan pertama saat kejadian, semain cepat,
semakin baik prognosisnya
Jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi (pH) bahan
kimia, semakin banyak jumlah dan kepekatannya tinggi
(pH semakin rendah) maka kerusakannya semakin hebat
Lama kontak dengan bahan kimia asam
Toksisitas (kemampuan berpenetrasi) sesuai jenis asam
yang terkena

TRAUMA BASA
Trauma akibat bahan kimia basa akan

memberikan akibat yang sangat gawat pada


mata.
Alkali akan menembus dengan cepat kornea,
bilik mata depan, dan sampai pada jaringan
retina.

ETIOLOGI
Semen
Soda kuat
Amonia
NaOH
CaOH
Cairan pembersih dalam rumah tangga

Patofisiologi

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel
penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung


disertai masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

Klasifikasi
Klasifikasi Huges
1. Ringan :
Prognosis baik

Klasifikasi Thoft
Derajat 1 : hiperemi

konjungtiva disertai dengan


keratitis pungtata.
Pada kornea terdapat kekeruhan yang
Derajat 2 : hiperemi
ringan
konjungtiva disertai dengan
Tidak ada iskemia dan nekrosis kornea
ataupun konjungtiva
hilang epitel kornea.
2. Sedang :
Derajat 3 : hiperemi
Prognosis baik
disertai dengan nekrosis
Kekeruhan kornea sehingga sulit melihat
konjungtiva dan lepasnya
iris & pupil secara jelas
epitel kornea.
Terdapat iskemia & nekrosis ringan
Derajat 4 : konjungtiva
kornea dan konjungtiva
perilimal nekrosis sebanyak
3. Sangat berat :
50%.
Prognosis buruk
Terdapat erosi epitel kornea

Kekeruhan kornea pupil tidak dapat

dilihat
Konjungtiva dan sclera pucat

Penatalaksanaan
1. Irigasi dengan garam fisiologik selama mngkn (2000 ml selama
30 menit)
2. Pemeriksaan kertas lakmus.
3. Bila penyebab CaOH diberi EDTA (bereaksi dengan basa pada jaringan)
4. Antibiotik mencegah infeksi.
5. Siklopegi mengistirahatkan irir, mengatasi iritis.
6. Anti glaukoma mencegah glaukoma sekunder.
7. Steroid (7 hari pertama) anti inflmasi.
8. Kolagenase inhibitor (sistein, 1 minggu) menghilangi efek kolagenase.
9. Vitamin C membentuk jaringan kolagen.
10. Bebat (perban) pada mata, lensa kontak lembek dan tetes air mata buatan.
11. Operasi keratoplasti bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan.

Komplikasi
1. Simblefaron, perlengketan antara konjungtiva
palpebra dan kornea.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Katarak traumatik, merupakan katarak yang
muncul sebagai akibat cedera pada mata yang
dapat merupakan trauma perforasi ataupun
tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun.
Katarak traumatik ini dapat muncul akut,
subakut, atau pun gejala sisa dari trauma
mata.
Trauma basa pada permukaan mata sering
menyebabkan katarak, selain menyebabkan
kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris.
4. Phtisis bulbi, bola mata mengecil.

PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat
ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah
limbus dan konjungtiva merupakan salah satu
indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva
memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling
berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan
gambaran cooked fish eye dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat
terjadi kebutaan

DIAGNOSIS

ANAMNESA
Tersiram cairan atau tersemprot gas.
Penurunan visus? Onset?
Nyeri, lakrimasi, pandangankabur?

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan setelah irigasi atau bisa juga diberikan obat
anestesi.
Kekeruhan kornea, konjungtivalisasi pada kornea,
neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang
menetap dan berulang serta perforasi kornea, tanda
komplikasi ?

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PH bola mata secara berkala.
Tonometri

PENATALAKSANAAN UMUM
TRAUMA KIMIA PADA MATA
4 tujuan utama dalam mengatasi trauma pada
mata :
1. Memperbaiki penglihatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
3. Mempertahankan arsitektur mata.
4. Mencegah sekuele jangka panjang.

PENATALAKSANAAN UMUM TRAUMA


KIMIA PADA MATA
1. Irigasi (30 menit) & periksa PH dengan kertas lakmus.
2. Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengan
osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine)
atau larutan bufer (BSS atau Ringer Laktat) . Larutan
garam isotonis
3. Irigasi sampai 30 menit atau PH normal. Bila bahan
mengandung CaOH berikan EDTA.
4. Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.
5. Cederanya ringan, pasien dapat dipulangkan dengan
diberikan antibiotik tetes mata, analgesic oral, dan perban
mata
6. Luka sedang diberi siklopegi.
7. Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.
8. Vitamin C oral

KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa
biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam,
karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik
dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk
ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan
menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier
pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama
yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei
yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan
pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, Selain itu
dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data
statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu
pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai