: Ny. N
: 59 Tahun
: Perempuan
: Islam
: Guru SD
: D3
: Banyuwangi
: 20 Desember 2015
: 01.75.xx.xx
ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien (tanggal 20 Desember 2015)
KELUHAN UTAMA
Nyeri punggung bawah menjalar hingga pantat kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Satu tahun SMRS pasien merasakan nyeri pada punggung bawah. Nyeri terasa
kemeng dan pegal dengan intensitas ringan-sedang. Durasi nyeri sekitar beberapa jam.
Nyeri dirasakan hilang timbul dengan frekuensi 1-2 kali dalam sehari. Nyeri dirasakan
memberat setelah pasien melakukan aktifitas dan membaik setelah pasien beristirahat.
Pasien masih bisa beraktifitas seperti biasa. Disangkal adanya nyeri menjalar, rasa
panas seperti terbakar, tertusuk, kesetrum, maupun tebal-tebal, nyeri memberat
dengan batuk, bersin dan mengejan, kelemahan anggota gerak, gangguan BAK dan
BAB. Pasien belum berobat ke dokter.
Enam Bulan SMRS pasien merasakan nyeri punggung bawah dirasakan
memberat dengan intensitas sedang. Nyeri dirasakan mulai menjalar hingga ke pantat
kiri. Pasien kesulitan berjalan karena merasakan nyeri setelah pasien berjalan
beberapa meter. Nyeri masih dirasakan hilang timbul namun dengan durasi yang lebih
lama dan frekuensi yang lebih sering dibandingkan sebelumnya. Nyeri terutama
dirasakan pada saat pasien setelah melakukan aktivitas berat, dan berkurang setelah
pasien beristirahat. Aktivitas pasien sudah mulai terganggu sehingga pasien berobat ke
dokter. Pasien tidak tahu diagnosis maupun obat yang diberikan oleh dokter. Keluhan
sedikit membaik setelah pasien minum obat. Disangkal adanya rasa panas seperti
1
terbakar, kesetrum, tertusuk maupun tebal-tebal, nyeri memberat dengan batuk, bersin
dan mengejan, kelemahan anggota gerak, gangguan BAK dan BAB.
Tiga bulan SMRS pasien merasakan nyeri punggung bawah memberat dengan
nyeri intensitas sedang-berat. Selain merasakan kemeng dan pegal, pasien mulai
merasakan nyeri seperti kesetrum, rasa panas seperti terbakar dan tertusuk di
punggung bawah. Durasi nyeri menjadi hampir sepanjang hari. Nyeri dirasakan
bertambah berat bila pasien beraktivitas dan hanya sedikit lebih ringan bila pasien
beristirahat. Pasien mulai mengeluhkan kedua tungkainya terasa lebih berat yang
menyebabkan pasien semakin kesulitan dalam berjalan. Disangkal adanya gangguan
BAK dan BAB. Pasien kembali berobat ke dokter tetapi keluhan belum membaik .
Satu bulan SMRS keluhan nyeri punggung bawah dirasakan memberat dengan
tipe nyeri yang sama dengan sebelumnya. Keluhan kelemahan anggota gerak
menetap. Disangkal adanya gangguan BAK dan BAB. Pasien kemudian berobat ke
RS Banyuwangi, dirawat selama 12 hari, lalu dirujuk ke RS Soebadi Jember untuk
dilakukan MRI. Pasien tidak mengetahui diagnosis dan obat yang diberikan saat itu.
Pasien disarankan operasi, namun pasien menolak karena ingin dioperasi di RSUP.
Sardjito. Pasien pulang ke rumah dan dirawat di rumah selama 3 minggu. Keluhan
nyeri belum membaik.
Hari SMRS pasien mengeluhkan intensitas nyeri memberat terutama saat
perubahan posisi, batuk, bersin, dan mengejan serta memberat pada saat malam hari.
Keluhan nyeri menjalar sampai pantat kiri, seperti kesetrum, panas terbakar dan
seperti ditusuk-tusuk menetap. Pasien dibawa ke RSUP Sardjito dan disarankan
mondok.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Didapatkan
DM (+) sejak 12 tahun yang lalu, gula terakhir 147. Pasien menjalani
pengobatan rutin dengan insulin.
Disangkal :
Riwayat trauma jatuh terduduk, sering angkat junjung
Riwayat hipertensi, dislipidemia, merokok, alkohol, penyakit jantung, stroke
Riwayat benjolan, pengobatan penyinaran, dan KB hormonal.
Riwayat batuk lama, batuk berdarah, keringat malam hari, penurunan BB
yang signifikan
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat Hipertensi (+) (ibu pasien)
Riwayat diabetes mellitus (+) (tante pasien)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat stroke (-)
Riwayat TB (-)
Riwayat tumor (-)
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien berasal dari Banyuwangi. Pasien bekerja sebagai guru SD dan merupakan
lulusan S1 sejarah. Pasien tinggal bersama suami dan seorang cucu berusia 7 tahun. Pasien
merupakan anak pertama dari 9 bersaudara. Pasien mempunyai 5 anak, yaitu 4 putra dan 1
putri. Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik. Pasien menggunakan pembiayaan
RS dengan Askes.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem serebrospinal
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
Sistem muskuloskeletal
Sistem integumentum
Sistem urogenital
:
:
:
:
:
:
RESUME ANAMNESIS
Wanita 59 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung intensitas sedang-berat yang
menjalar hingga pantat kiri kronis progresif. Nyeri seperti tertusuk, panas terbakar dan
tersetrum, memberat dengan perubahan posisi, saat batuk, bersin dan dan mengejan serta
memberat malam hari. Keluhan disertai dengan kelemahan anggota gerak bawah.
Diskusi 1
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan
sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari
daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari
daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain) (Sadeli et al., 2001).
Nyeri punggung bawah umumnya dikategorikan ke dalam akut, subakut, dan
kronik. Nyeri punggung bawah akut biasanya didefenisikan suatu periode nyeri kurang
dari 6 minggu, nyeri punggung bawah subakut adalah suatu periode nyeri antara 6-12
minggu dan nyeri punggung bawah kronik merupakan suatu periode nyeri lebih dari 12
minggu (van Tulder et al., 2006).
Nyeri punggung bawah terjadi karena bangunan peka nyeri yang mengandung
reseptor nosiseptif (nyeri) terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang
akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan
untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk
proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. 9
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
Sumber Nyeri
Nyeri
muskuloskeleta
l
Nyeri diskus
Distribusi
Sifat Nyeri
lokal
Tumpul
Sklerotomal
Dalam
Faktor yang
Memperberat
Pergerakan
Peningkatan
tekanan
intradiskus
seperti
membungkuk,
duduk dan
maneuver
valsava
Perubahan
Neurologis
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri radiks
Radikular
Multiple
lumbal stenosis
Radikular,
Sklerotomal
Parestesia,
baal
Pola
klaudikasio
Nyeri alih
Dermatomal
Dalam
Red Flags
menggigil
Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra
Diagnosis Sementara
Diagnosis klinik
:
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
Pemeriksaan
Dilakukan pada tanggal 20 Desember 2015
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sedang, gizi cukup (BB = 50 kg, TB = 155 cm, IMT =
20,22)
Kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
: T : 130/80 mmHg
N : 88 x/mnt, reguler, isi dan tekanan cukup
RR : 20 x/mnt
t
: 36,50C
NPS : 5
ID pain : 3
Kepala
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor diameter 3/3 mm
Leher
: Limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat
Dada
: Paru: sonor, irama vesikuler diseluruh lap paru, suara
tambahan (-)
Jantung: Konfigurasi kesan dalam batas normal, SI-II
reguler, bising (-)
Abdomen
: Supel, tympani, peristaltik (+) normal, hepar dan lien tak
teraba, massa tak teraba
Ekstremitas
: Edema (-), rash (-), petekie (-)
Status Psikiatrik:
Tingkah Laku
Perasaan Hati
:
:
Normoaktif
Normotimik
6
Orientasi
Kecerdasan
Daya Ingat
:
:
:
Baik
Baik
Baik
Status Neurologis:
Sikap Tubuh
Gerakan Abnormal
Kepala
:
:
:
Nervi Cranialis
NERVI KRANIALES
NI
Daya penghiduan
N II
Daya penglihatan
Medan penglihatan
Pengenalan warna
N III
Ptosis
Gerakan mata
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung
Refleks akomodasi
N IV
Strabismus divergen
Gerakan mata ke lateral bawah
Strabismus konvergen
NV
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Refleks kornea
Trismus
N VI
Gerakan mata ke lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
N VII
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
Daya kecap lidah 2/3 depan
Tik fasialis
Lakrimasi
reflek visio-palpebra
reflek glabella
reflek aurikulo-palpebra
KANAN KIRI
N
N
N
N
N
N
N
N
(-)
(-)
N
N
3 mm
3 mm
bulat
bulat
(+)
(+)
(+)
(+)
N
N
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
N
N
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
N
N
simetris
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
simetris
(+)
(+)
N
N
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
tanda myerson
tanda chovstek
Bersiul
Mendengar suara berbisik
Mendengar detik arloji
Test Rinne
Test Weber
Tes Schwabach
Arkus faring
Daya kecap lidah 1/3 belakang
Refleks muntah
Sengau
Tersedak
Denyut nadi
N VIII
N IX
NX
(-)
(-)
simetris
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
lateralisasi (-)
N
N
simetris
N
N
+
+
(-)
(-)
(-)
(-)
63x/meni 63x/meni
t
t
simetris
disfonia (-)
(+)
(+)
(+)
(+)
N
N
N
N
eutrofi
eutrofi
simetris
N
(-)
(-)
simetris
eutrofi
eutrofi
(-)
(-)
Arkus faring
Bersuara
Menelan
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
N XI
N XII
Leher
Ekstremitas :
G
(-)
(-)
4+
4+
RF
+2
+1
+2
+1
RP
Tn
N
hipo
N
hipo
Tr
E
hipo
E
hipo
Sensibilitas:
Fungsi Vegetatif
Pemeriksaan LBP
Lasegue
:
:
Cl
-/-
Dbn
Bragad
O Connell
Sicard
Patrick
Kontra-patrick
Valsalva
(-)
Nafsiger
(-)
(+) VL II
Gibus
(-)
Hasil laboratorium
AL
11,2
AE
2,89
AT
304
Hct
24,7
Hb
BUN
42,3
Kreatini
n
1,3
GDS
132
SGOT
12
SGPT
19
Neutrofil
60,4
Limfosit
90,2
Monosit
7,1
Eosinofil
2,1
Basofil
0,2
Na
139
4,07
Cl
104
KED
34
10
AFP
CEA
Ca 125
Ca 15-3
Ca 19-9
1,65 ng/ml
1,37 ng/ml
6,70 U/ml
67,40 U/ml (marker breast cancer)
4,10 U/ml
Ro thorax
Kesan:
Bronchitis
Ro vertebre thoraco lumbal
Kesan
Axial Kompresi Vertebrae L2
Skoliosis Thoracalis
MRI lumbal
Kesan:
Spondilosis lumbalis dengan rigiditas aligment lordotik dan deformitas
aligment setinggi VL I dengan asial kompresi/ kolaps vertebre
Disertai burst fraktur yang memberikan indentasi dan stenosis canalis setinggi
lesi, perluasan ke struktur sekitar tidak tampak prominen, susp fraktur
patologis
Tampak hipointens SE dan hiperintens inhomogen pada segmen FSE
Tak tampak protusi material diskus yang prominen
DISKUSI II
Berbagai modalitas radiologik dapat digunakan dalam mengevaluasi herniasi
diskus intervertebralis seperti foto polos, myelografi, CT Scan, dan MRI. Dalam
beberapa penelitian dilaporkan MRI memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih
tinggi dibanding modalitas radiologik lainnya dalam mengevaluasi lesi spinal.
(Karppinen 2001).
American College of Physicians and the American Pain Society
mempublikasikan a joint clinical practice guideline untuk diagnosis dan manajemen
LBP. Tiga rekomendasi yang berhubungan dengan imajing adalah
1. Klinisi tidak melakukan pemeriksaan rutin imajing atau alat tes diagnostic lain
pada pasien dengan non spesifik LBP (grade: strong recommendation,
moderate-quality evidence).
2. Klinisi dapat melakukan pemeriksaan imajing pada pasien dengan LBP berat
dan terdapat defisit neurologis yang progresif atau ketika terdapat kondisi
serius yang dicurigai sebagai dasar dari LBP (grade: strong recommendation,
moderate-quality evidence).
3. Klinisi dapat melakukan evaluasi pada pasien LBP persisten, terdapat tanda
dan gejala radikulopati atai spinal stenosis dengan MRI atau computed
tomography, hanya jika pasien ini potensial untuk dilakukan tindakan operasi
atau injeksi epidural dengan steroid (grade: strong recommendation,
moderate-quality evidence).
Dibawah ini adalah rekomendasi pemeriksaan imajing dan pemeriksaan lain
pada pasien dengan LBP
2. Spondilitis TB
Membedakan spondilitis TB dengan diagnosis banding yang lain seperti
spinal metastase cukup sulit jika hanya menggunakan temuan klinis dan hasil
radiologi. Riwayat TB, mantoux test positif, peningkatan jumalh KED dapat
berguna untuk mendukung diagnosis spondilitis TB. Biopsi jaringan memiliki
peranan penting dalam mendiagnosis spondilitis TB. Pemeriksaan DNA dengan
menggunakan PCR dapat dengan cepat dan akuran untuk mendukung diagnosis
dibandingkan dengan kultur organism yang relatif lambat dan kurang akurat
dimana pada beberapa kasus dengan klinis spondilitis TB akan tetapi hasil
kulturnya negatif.
Pemeriksaan CT scan akan memberikan gambaran tulang yang lebih detail,
dengan MRI dapat mengevaluasi keterlibatan dari jaringan lunak dan abses.
Keterlibatan diskus intervertebralis, penipisan corpus vertebra, wedging anterior,
abses paravertebra dengan perluasan sampai subligamentum dan ruang epidural,
kolaps korpus vertebra, peningkatan opasitas korpus vertebra pada foto rongten,
dan keterlibatan vertebra yang multiple dapat dipertimbangkan untuk diagnosis
spondilitis TB.Kerusakan tulang yang signifikan dapat terlihat pada foto rontgen
atau CT scan, meskipun granuloma epidural atau spinal tuberkuloma tidak terlihat
pada pemeriksaan tersebut.
spondilitis TB, dengan spesifitas dan sensitivitas cukup tinggi. Pemeriksaan
MRI memiliki kemampuan untuk mendiagnosis penyakit ini lebih akurat.
Meskipun tidak spesifik untuk spondilitis TB, penurunan intensitas sinyal pada
tulang vertebra yang terlibat dan jaringan lunak pada T2WI dan peningkatan
intensitas yang seragam dengan thin rim enhancement adalah gambaran yang
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis klinik
:
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien :
Farmakologik :
Inj. Tramadol 100 mg/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
Gabapentin 100 mg/12 jam
;;
Non farmakologik :
Edukasi terkait diagnosis, terapi, prognosis serta edukasi faktor pencetus nyeri
punggung bawah
Fisioterapi dan korset LSO
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien dengan spinal metastase bergantung pada beberapa
faktor. Usia, ukuran tumor, status reseptor estrogen, jumlah vertebra yang terlibat,
respon terhadap bisosfonat.
Prognosis pada penderita ini adalah:
Death
: Dubia ad bonam
Disease
: Dubia ad malam
Dissability
: Dubia ad bonam
Discomfort
Dissatisfaction
Distitution
:
:
:
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad bonam
Follow up Pemeriksaan
Tanggal 28/12/15
S: nyeri boyok membaik, nyeri tertusuk (+), panas terbakar (+), kelemahan anggota
gerak bawah menetap
O
: KU: sedang, CM, E4V5M6
TD
: 120/78 mmHg
N
: 63x/mnt, reguler, isi dan tekanan cukup
RR
: 20x/mnt
t
: 36,50C
NPS : 4
ID pain: 2
Ekstremitas :
G
4+
4+
RF
+2
+2
+2
+2
RP
Tn
N
N
N
N
Tr
E
E
E
E
Sensibilitas:
Fungsi Vegetatif
Planing:
dbn
dbn
Cl
-/-
Follow up Pemeriksaan
Tanggal 29/12/15
S: nyeri punggung bawah mwmbaik
O
: KU: sedang, CM, E4V5M6
TD
: 110/70 mmHg
N
: 60x/mnt, reguler, isi dan tekanan cukup
RR
: 20x/mnt
t
: 36,70C
NPS : 2
ID pain: 2
Ekstremitas :
G
4+
4+
RF
+2
+2
+2
+2
RP
Tn
N
N
N
N
Tr
E
E
E
E
Sensibilitas:
Fungsi Vegetatif
Planing:
dbn
dbn
Cl
-/-
DAFTAR PUSTAKA
Browndyke JN. 2002. Mild Head Injury and Posttraumatic Headache.
www.neuropsychologycentral.com p: 1-7.
Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., Simon, R.P., 2012. Clinical Neurology, Eight edition.
ed. The McGraw-Hill Companies, New Yotk.
International Headache Society. 2004. Cephalgia The International Classification of
Headache Disorder. 2nd Edition.An International Journal of Headache Volume
24 Supplement 1 2004.
Jensen, R., Stovner, L.J., 2008. Epidemiology and comorbidity of headache. Lancet
Neurol. 7, 354361. doi:10.1016/S1474-4422(08)70062-0
Kamper, S.J, Rebbeck, T. J et al. 2008. Course and prognostic factors of whiplash: A
systematic review and meta-analysis. Pain 138 617-28
Lindsay, K.W., Bone, I., Fuller, G., 2010. Neurology And Neurosurgery Illustrated,
Fifth edition. ed. Churchill Livingstone Elsevier, Edinburg.
Parker RS. 2001. Physical Principles and Neurotrauma In: Concussive Brain Trauma
Neurobehavioral Impairment and Maladaption. CRC Press.New York
Washington DC. P: 71-97.
PERDOSSI. 2013. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP) Airlangga: Surabaya.