Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.
Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorps.
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang benang yang disebut hifa, yang
saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan
atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan
miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi.
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa
benang tunggal atau bercabang cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua
golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau
mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak
berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi mempunyai
beberapa perbedaan yaitu :
- Tidak mempunyai kolorofil
- Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda
- Berkembang biak dengan spora
- Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun
- Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman
- Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing - masing bagian
seperti pada tanaman.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila
dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang
ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati
dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan
mengambil sumber karbon dari karbohidrat ( misalnya glukosa,sukrosa,atau maltose ),
sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada
juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin vitamin yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan biakan sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga
harus mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan biotin.

Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme anggota Kingdom


Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi,
sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota,
Ascomycota, dan Basidiomycota.
Jumlah spesies fungi yang telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000
spesies, dengan perkiraan penambahan 600 spesies setiap tahun. Dari jumlah tersebut,
sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Sebagian besar spesies fungi terdapat di daerah
tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang
mendukung pertumbuhannya. Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya
kapang dapat tumbuh pada substrat yang mengandung sumber karbon organik.
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang
terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan
lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora
aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 m) dan ringan, sehingga
penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora tersebut
terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang terutama akan menyerang
saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan gangguan kesehatan
yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun tubuh yang menyerang spora
yang terhirup. Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran pernapasan atau disebut
mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis, yaitu tumbuhnya
kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan.Selain genus Aspergillus,
beberapa spesies dari genus Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran
pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosis.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian : miselium dan
spora (sel resisten.istirahat atau doormen). Miselium merupakan kumpulan beberapa
filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 samapi 10 m, dibandingkan dengan
sel bakteri yang biasanya berdiameter 1m. Di sepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma
bersama. Ada tiga macam morfologi hifa :
1. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.
2. Septat dengan sel-sel uninukleat. Sekatb membagi hifa menjadi ruang-ruang atau selsel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang
memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang yang

lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu
membran sebagaimana pada sel, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan
lebih dari satu nucleus dalam setiap ruang.
Miselium dapat vegetatif (somatik) atau reproduktif. Beberapa hifa dari miselium
somatik menembus kedalam medium untuk mendapat zat makanan. Miselium reproduksi
bertanggung jawab untuk pembentukan spora dan biasanya tumbuh meluas ke udara dari
medium. Miselium suatu kapang dapat merupakan jaringan yang terjalin lepas atau dapat
merupakan struktur padat yang terorganisir seperti pada jamur.

1.2 Rumusan Masalah


a. Rumusan masalah Aspergilus sp.
a.2.1 Apa pengertian dari Aspergilus sp ?
a.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Aspergilus sp ?
a.2.3 Bagaimana morfologi dari Aspergilus sp ?
a.2.4 Bagaimana reproduksi dari Aspergilus sp ?
a.2.5 Bagaimana identifikasi dari Aspergilus sp ?
a.2.6 Bagaimana pathogenesis Aspergilus sp ?
a.2.7 Apa saja penyakit yang ditimbulkan dari Aspergilus sp?
a.2.8 Bagaimana gejala klinis dari Aspergilus sp?
a.2.9 Bagaimana pencegahan dari Aspergilus sp ?
b. Rumusan masalah Penicilium sp
1.2.1 Apa pengertian dari Penicilium sp ?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Penicilium sp ?
1.2.3 Bagaimana morfologi dari Penicilium sp ?
1.2.4 Bagaimana reproduksi dari Penicilium sp ?
1.2.5 Bagaimana peran mikroba dari Penicilium sp ?
1.2.6 Bagaimana epidemiologi dari Penicilium sp ?

c. Rumusan masalah Rhizopus sp


1.2.1 Apa pengertian dari Rhizopus sp ?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Rhizopus sp?
1.2.3 Bagaiamana morfologi dan stuktur tubuh dari Rhizopus sp ?
1.2.4 Bagaimana habitat dari Rhizopus sp ?
1.2.5 Apa saja jenis Rhizopus dan bagaimana peranannya ?
1.2.6 Bagaimana epidemiologi dari Rhizopus sp ?
1.2.7 Bagaimana gejala klinis dari Rhizopus sp ?
1.2.8 Bagaimana diagnosa dari Rhizopus sp ?
1.2.9 Bagaimana pengobatan dari Rhizopus sp?
1.2.10 Bagaimana pencegahan dari Rhizopus sp ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Aspergilus sp
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Aspergilus sp
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari Aspergilus sp
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana morfologi dari Aspergilus sp
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana reproduksi dari Aspergilus sp
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana identifikasi dari Aspergilus sp
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana pathogenesis Aspergilus sp
1.3.7 Untuk mengetahui apa saja penyakit yang ditimbulkan dari Aspergilus sp
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis dari Aspergilus sp
1.3.9 Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari Aspergilus sp
b. Tujuan dari Penicilium sp
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Penicilium sp
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari Penicilium sp
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana morfologi dari Penicilium sp
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana reproduksi dari Penicilium sp
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana peran mikroba dari Penicilium sp
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari Penicilium sp
c. Tujuan dari Rhizopus sp
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Rhizopus sp
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari Rhizopus sp
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana morfologi dan stuktur tubuh dari Rhizopus sp
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana habitat dari Rhizopus sp
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja jenis Rhizopus dan bagaimana peranannya
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari Rhizopus sp
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis dari Rhizopus sp
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana diagnosa dari Rhizopus sp
1.3.9 Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari Rhizopus sp
1.3.10 Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari Rhizopus sp

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspergilus sp
Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,
dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Aspergilus sp secara mikroskopis
dicirikan sebagai hifa bersepta dan bercabang, konidiofora muncul dari foot cell
(miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa stigmata dan akan tumbuh
konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam. Aspergillus sp
bersifat patogen karena aflatoxin yang dihasilkan menimbulkan karsinogen di dalam
makanan.
2.1.1

Klasifikasi Aspergilus sp

Divisio

: Eumycetes

Classis

: Deuteramycetes

Ordo

: Moniliales

Familia

: Moniliaceae

Genus

: Aspergillus

Spesies

: Aspergillus sp

2.1.2 Morfologi Aspergillus sp


a. Makroskopis Aspergillus sp
Pada media SGA + antibiotik, Aspergillus sp dapat tumbuh cepat pada suhu
ruang membentuk koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna
sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau,
Aspergillus niger berwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni berwarna putih
atau kuning .
b. Gambaran Mikroskopis
Aspergillus sp mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung
hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan konidiofornya.
Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi visikel. Pada visikel
terdapat batang pendek yang disebut sterigmata (Djarir Makfoeld, 1993).
Stegmata atau fialida berwarna atau tidak berwarna dan tumbuh konidia yang
membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam. Untuk membedakan
spesies berdasarkan perbedaan warna dari konida. Morfologis Aspergillus sp

secara mikroskopis .

2.1.3

Reproduksi
Aspergillus sp
Jamur Aspergillus sp
melakukan
reproduksi

secara

seksual dan aseksual

1. Reproduksi secara aseksual.


Reproduksi secara aseksual dihasilkan tunas pada jamur bersel satu/uniseluler,
dan konidiospora/konidia pada jamur bersel banyak/multiseluler. Konidiospora
dibentuk didalam ujung hifa khusus yang disebut konidiofor.
2. Reproduksi secara seksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan di dalam askus. Askus merupakan
kantong spora yang menghasilkan askospora. Askospora akan mengumpul
membentuk tubuh buah yang disebut askokarp/askoma. Adapun tahapan dalam
reproduksi seksual jamur ini sebagai berikut:
a. Spora askus/askospora tumbuh menjadi benang hifa yang bercabangcabang.
b. Satu/beberapa sel pada ujung hifa berdeferensiasi menjadi alat kelamin
betina (askogonium), sedangkan ujung hifa lainnya membentuk alat

kelamin jantan ( anteridium). Anteridium dan askogonium terletak


berdekatan dan keduanya memiliki sejumlah inti haploid.
c. Pada askogonium tumbuh semacam saluran (trikogen)

yang

menghubungkan askogonium dengan anteridium.


d. Melalui trikogen, inti anteridium bergerak menuju inti askogonium
sehingga terbentuk inti yang berpasangan di dalam askogonium.
e. Pada saat bersamaan askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa yang
disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap
berpasangan.
f. Hifa askogonium tumbuh dan membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti dua.
Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
g. Hifa askogonium berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif
yang kompak membentuk tubuh buah.
h. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian
membelah secara meiosis untuk menghasilkan delapan askospora.
Askospora yang jatuh pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh
membentuk hifa (miselium baru).

2.1.4

Identifikasi Aspergillus sp
Aspergillus sp dapat kelompokkan dalam beberapa golongan untuk
memudahkan dalam identifikasi. Beberapa golongan tersebut antara lain:
a. Aspergillus flavus
Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan makanan.
Konidia grup ini bewarna kuning sampai hijau dan mungkin membentuk
skerotia. Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada
manusia. Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atas agak bulat sampai
kolumner, vesikel agak bulat sampai berbentuk batang pada kepala yang
kecil, sedangkan pada kepala yang besar bentuk globusa. Konidia kasar
dengan bermacam macam warna.
b. Aspergillus fumigatus
Konidia atas berbentuk kolumner ( memanjang ) berwarna hijau
sampai hijau kotor. Vesikel berbentuk piala, konidiofora berdinding halus
umumnya berwarna hijau, Konidia glubusa, ekinulat berwarna hijau. A.
fumigatus merupakan fungi yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada
paru-paru burung.
8

c. Aspergillus niger
Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, atau coklat violet.
Bagian atas membesar dan membentuk globusa. Konidiofora halus, tidak
berwarna atas tegak berwarna coklat kuning. Vesikel berbentuk globusa
dengan bagian atas membesar, bagian ujung seperti batang kecil, Konidia
kasar menunjukkan lembaran atau pita bahkan berwarna hitam coklat. Jenis
ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat
menjernihkannya. Fungi tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa
oksidase dan pektinase.
d. Aspergilus terreus
Bagian atas kolumner, kelabu pucat atau berbayang bayang agak
terang. Konidiofora halus tidak berwarna, vesikel agak bulat dengan bagian
atas tertutup sterigmata. Konidia kecil halus, berbentuk globusa sampai agak
elips.
e.

Aspergillus oryzae
Fungi ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan fungi
tersebut dapat menghasilkan enzim protease.

2.1.5

Patogenitas Aspergillus sp
Spesies dari Aspergillus sp diketahui terdapat dimana-mana dan hampir
tumbuh pada semua subtrat . Beberapa jenis spesies ini termasuk jamur patogen,
misalnya yang disebabkan Aspergillus sp disebut Aspergillosis, beberapa
diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan.
Toxin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah
senyawa hasil sekunder metabolisme jamur. Mikotoksin yang dihasilkan oleh
Aspergillus sp lebih dikenal dengan aflatoxin, dapat menyerang sistem saraf pusat,
beberapa diantaranya bersifat karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal
dan perut.
Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoxin tergantung pada faktor dan
keadaan lingkungan secara makroskopis (subtrat, kelembaban, suhu, pH) dan
lamanya kontak antara jamur dengan subtat. Subtrat dengan kadar karbohidrat
tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoxin dengan kadar glukosa 30%.

2.1.6

Penyakit yang ditimbulkan Aspergillus sp

Aspergillosis adalah sebuah spectrum dari penyakit manusia dan binatang


yang disebabkan oleh anggota dari genus Aspergillus. Ini termasuk mikotoksikosis
karena menelan makanan yang terkontaminasi, alergi dan sekuele terhadap
keberadaan konidia atau pertumbuhan sementara dari organisme pada lubanglubang tubuh , kolonisasi tanpa perluasan pada akvitas yang belum terbentuk dan
jaringan

yang

rusak,

(invasive),

peradangan,

granulomatosa,

penyakit

narcotizing pada paru, dan organ-organ lain; dan jarang sekali, sistemik dan
penyakit diseminata yang mematikan. Jenis penyakit dan beratnya bergantung
pada status fisiologi dari hospes dan spesies Aspergillus yang terlibat. Agen
penyebab bersifat kosmopolitan dan diantaranya Aspergillus fumigatus, A. flavus,
A. niger, A. nidulans dan A. terreus.
Aspergillosis merupakan infeksi opurtunistik, paling sering terjadi pada paruparu, dan disebabkan oleh spesies Aspergillus yaitu A. Fumigatus, jamur yang
terutama ditemukan pada pupuk kandang dan humus. Spora spesies ini dapat
diisap masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan infeksi kronik atau
aspergillosis diseminata, jika terjadi infeksi paru invasif oleh Aspergillus.
Bronkopulmonari aspergillus alergik dapt terjadi pada orang yang alergi terhadap
Aspergillus. Pasien yang mengalami bronkopulmonari aspergillosis alergik
mengalami asma dan diobati dengan prednisolon untuk mengobati bunyi nafas
mengi, dan antijamur (mis, itrakonazol dan amfoterizin) untuk mengobati infeksi.
Bentuk yang paling umum adalah alergi bronchopulmonary aspergillosis,
pulmonary aspergilloma dan invasif aspergillosis. Kebanyakan manusia
menghirup spora Aspergillus setiap hari, namun aspergillosis umumnya hanya
berkembang pada individu yang immunocompromised (imun rendah), kebanyakan
jenis jamur Aspergillus yang paling umum menyerang adalah Aspergillus
fumigatus.
2.1.7

Gejala Klinis Aspergillosis


Berbagai jenis aspergillosis dapat menyebabkan gejala yang berbeda. Gejala
lain bisa berkembang jika infeksi menyebar di luar paru-paru. Ketika aspergillosis
invasif menyebar di luar paru-paru, dapat menyebabkan gejala di hampir setiap
organ. Jika Anda memiliki gejala yang menurut Anda terkait dengan aspergillosis,
hubungi dokter Anda.
Sebagian pasien asma alergi terhadap Aspergillus spp. Serangan asma timbul
bila spora jamur terhirup. Hasil test kulit positif, namun reaksi positif ini tidak
10

berhubungan dengan makin buruknya penyakit, kecuali bila disertai oleh


aspergilosis bronkopumonarl alergika (allergic bronchopulmonary aspergillosis.

Gambar: Aspergillosis
Manifestasi klinis dan keparahan dari aspergillosis mencerminkan status imunologi
pasien. Perlindungan terbaik adalah sistem kekebalan tubuh yang kuat. Penyebaran
Aspergillus dalam tubuh menunjukkan istirahat, atau kekurangan dalam, pertahanan tuan
rumah. Agen imunosupresif dan perkembangan medis lainnya telah menciptakan ceruk
ekologi baru untuk aspergilli tumbuh pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu, di
mana mereka dapat menyebabkan infeksi serius dan sering fatal. Aspergilosis invasif, dengan
tingkat kematian yang tinggi petugas, telah menjadi semakin umum sebagai jumlah host
rentan meningkat. Penerima sumsum tulang merupakan populasi rentan. Sayangnya,
resistensi obat terhadap obat antijamur dikenal menjadi lebih umum. Sebagai penyakit telah
menjadi lebih umum, ada kebutuhan besar untuk memperluas jumlah obat anti jamur yang
aman dan lebih dapat diandalkan.
2.1.8 Pencegahan Aspergilus sp
a. Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal spora Aspergillus. Bagi
orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit paru-paru
parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengurangi
eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau di lingkungan berdebu seperti lokasi konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu, seperti
pekerjaan halaman atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara seperti filter HEPA.
11

4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap perlu oleh penyedia layanan
kesehatan Anda.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air, terutama jika cedera telah terkena tanah
atau debu
.

12

2.2

Penicillium sp
Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang
disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki
selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan
spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang
yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari
phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut
sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang
digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk
membuat keju biru.

2.2.1

Klasifikasi Penicillium sp

Kerajaan

: Fungi

Filum

:Ascomycota

Class

: Euascomycetes

Ordo

: Eurotiales

Famili

2.2.2

:Trichocomaceae

Genus

: Penicillium

Spesies

: Penicillium sp

Morfologi Penicillium sp
13

Penicillium sp adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota.


Penicillium sp memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang
disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki
selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan
spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang
yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari
phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut
sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang
digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk
membuat keju biru.

2.2.3 Reproduksi Penicillium sp


a. Perkembangbiakan Aseksual (Vegetatif)
Pada jamur bersel banyak berlangsung dengan membentuk Konida atau
Konidiospora yang merupakan spora vegetatif. Konidia terbentuk pada ujung hifa
yang tegak, bersekat dan berjumlah empat butir, misalnya Fusarium. Pada
beberapa Fusarium ada juga yang membentuk tak beraturan. Pada jamur bersel
satu berlangsung dengan cara membentuk Tunas (blastospora). Pada waktu masih
muda, tunas menempel pada sel induk dan setelah dewasa, tunas melepaskan diri
dari sel induk, misalnya Saccharomyces.
b. Perkembangbiakan Seksual (Generatif)
14

Pada jamur bersel satu (misalnya Saccharomyces) berlangsung dengan cara


Konjugasi dan menghasilkan zigot diploid (2n). Zigot kemudian tumbuh menjadi
askus (berbentuk kantong panjang berisi askospora). Di dalam askus terjadi
pembelahan meiosis yang menghasilkan empat sel askospora haploid (n) yang
merupakan spora generatif.
Pada jamur bersel banyak konidiospora/askospora tumbuh menjadi benang
hifa. Hifa bercabang membentuk miselium dan ujung miselium yang vegetatif
berubah fungsi membentuk askogonium (oogonium) dan ujung lain dari miselium
membentuk anteridium. Askogonium membentuk tonjolan (trikogen) yang
menghubungkan askogonium dan anteridium. Plasma dan inti anteridium
berpindah ke askogonium. Inti-inti askogonium berpasangan dengan inti-inti
anteridium. Askogonium yang memiliki pasangan inti membelah secara mitosis
membentuk hifa dikarion yang diploid (2n). Hifa dikarion memanjang dan
membelah menjadi miselium yang akan membentuk badan buah. Ujung-ujung
hifa dikarion membentuk askus, dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid
(2n) dan membelah secara meiosis) menghasilkan 8 spora askus (askospora) yang
haploid (n).
2.2.4 Peran mikroba Penicillium sp
a. Produksi Antibiotik
Sekarang ini, jenis kapang yang digunakan dalam produksi penicillin secara
industrial adalah P. chrysogenum. Penicillin aktif (sebagai agen bacteriostatic)
terhadap bakteri gram positif dan juga terhadap beberapa virus dan rickettsia (Gilman,
1957). Penicillin sekarang merupakan istilah umum yang dipakai untuk seluruh grup
antibiotik. Antibiotik griseofulvin diproduksi dari P. griseofulvum. Obat ini digunakan
dalam perawatan penyakit dermatophylic (kulit, kuku, rambut, dan bulu) seperti
kurap, kaki atlit, dan epidermophytics. Obat ini bersifat fungistatic bukan fungicidal
yang artinya tidak membunuh jamur. Obat ini hanya aktif terhadap jamur yang
mempunyai dinding kitin namun tidak aktif terhadap Oomycetes, yeast, dan bakteri.
b. Industri Keju
P. roqueforti dan P. camemberti digunakan dalam produksi keju. Kedua jenis
Penicillium ini menghasilkan keju yang memiliki rasa khusus yang disebut keju
Roquefort dan Camembert.
c. Parasit Tanaman

15

Mold biru pada tanaman jeruk (P. italicum), mold hijau pada tanaman jeruk (P.
digitatum), dan kebusukan pada apel (P. expansum) merupakan beberapa penyakit
yang disebabkan oleh Penicillium. Beberapa spesies Penicillium dapat mengakibatkan
produksi cacat pada makanan, produk kulit, dan pakaian.
d. Mycotoxicoses
Beberapa spesies Penicillium memproduksi racun pada makanan/pakan ternak
yang menyebabkan keracunan pada manusia dan binatang. Konidia Penicillium
menyerupai manik-manik kaca jika dilihat dengan mikroskop. Banyaknya konidia
yang berwarna hijau, biru, atau kuning sangat berpengaruh pada warna dari berbagai
spesies Penicillium.
2.2.5

Epidemiologi penicilium sp
Secara umum Penicillium dapat tumbuh di mana-mana di alam, beberapa
diantaranya dapat menyebabkan pembusukan atau kerusakan lain pada buahbuahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan rumput-rumputan. Jamur ini berbeda
dengan Aspergillus terutama pada pendukung konidianya.Pada Penicillium
terdapat pendukung konidia yang bercabang-cabang, tersusun sedemikian rupa
sehingga bentuknya seperti susunan sapu lidi.Cabang-cabang kecil dari
pendukung konidia disebut sterigma. Ditinjau dari segi ekonomi, Penicillium juga
penting artinya bagi kehidupan manusia karena banyak digunakan dalam praktek,
misalnya Penicillium regouforti dan Penicillium camemberti merupakan odonan
yang dapat meningkatkan mutu keju. Penicillium banyak terdapat pada bahan
bahan organic dan sebagai sapporofit , misalnya sebagai berikut:
a. Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum penghasil zat antibiotic.
b. Penicillium camneberti dan Penicillium reguefort, dimafaatkan untuk
meningkatkan kualitas keju.
c. Penicillium itanicum dan Penicillium digitatum perusak buah jeruk.
d. Penicillium ekspansum menyebabkan buah apel membusuk ditempat
penyimpanan.
e. Penicillium islandicum merusak beras sehingga berubah warna sehingga
menjadi kuning
Selain dalam industri makanan, mikroba juga berperan dalam industri
farmasi atau obat-obatan, seperti pembuatan antibiotik. Antibiotik penisilin yang
berasal dari jamur Penicilium notatum yang ditemukan oleh Alexander Fleming
telah membuka mata dunia tentang manfaat mikroba.

16

17

2.3 Rhizopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum zygomycota
ordo mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang
membentuk rhizoid untuk menempel ke subtract. Ciri lainnya adalah memiliki hifa
coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang
juga disebut stolon menyebar di atas subtratnya karena dari hifa vegetative. Rhizopus
sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangifor yang
bertangkai. Sporangifor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainya oleh sebuah dinding
seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stolonifer yang
biasanya tumbuh pada roti basi.

2.3.1

Klasifikasi Rhizopus sp

Kingdom

: Fungi

Divisio

: Zygomycota

Class

: Zygomycetes

Ordo

: Mucorales

Familia

: Mucoraceae

Genus

: Rhizopus

Species

: Rhizopus sp.
18

2.3.2

Ciri morfologi dan struktur tubuh Rhizopus sp

Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium
Hifa tak bersekat (bersifat senositik)
Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk
Dinding selnya tersusun dari kitin
Rhizopus sp. mempunyai tiga tipe hifa
Stolon merupakan hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya

roti)
Rhizoid merupakan hifa yang menembus subtrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk

menyerap makanan.
Sporangiopor merupakan hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan

memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat) diujungnya


Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu.
Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan.
Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam

kelompok (hingga 5 sporangiofora).


Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan

sporangiofora.
Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.
Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar.
Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.

19

2.3.3

Habitat Rhizopus sp
Habitat Rhizopus sp. yaitu di tempat lembab, hidup sebagai saprofit pada
organisme mati misalnya pada bahan makanan seperti kedelai, roti, buah-buahan
(anggur, stroberi dan tomat)
1.
Rhizopus oryzae Spesies ini tersebar terutama di daerah tropis dan sub
tropis. Spesies ini dapat di isolasi dari tanah, biji-bijian, kacang tanah,
2.

air terpolusi, sayur-sayuran dan buah yang membusuk.


Rhizopus stolonifer Spesies ini terdapat pada daerah yang lebih hangat,
dapat di isolasi dari tanah, roti, biji-bijian, sayuran, buah, kacang-

3.

kacangan, dan juga dari udara.


Rhizopus oligosporus Spesies ini telah di isolasi dari tempe, dan

4.

diketahui dari Negara Jepang, China dan Indonesia.


Rhizopus nigrican Spesies ini dapat merusak makanan, roti, sayursayuran dan buah-buahan

2.3.4

Reproduksi Rhizopus sp
Jamur Rhizopus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual.
Reproduksi aseksualnya dengan fragmentasi miseliumnya atau dengan spora
aseksual. Reproduksi seksualnya dengan perkawinan atara hifa berbeda jenis,
yaitu hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora. Zigospora merupakan spora
seksual (spora generatif), yaitu spora yang dihasilkan oleh reproduksi seksual.

20

a. Tahap proses reproduksi aseksual (spora vegetatif)


Pada fase aseksual, sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada ujung hifa

yang tegak.
Di dalam masing-masing sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan tersebar

melalui udara.
Spora yang jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh menjadi
miselia baru. Jika kondisi lingkungan semakin memburuk, misalnya makanan sudah
habis dan terdapat kehadiran miselia dari tipe perjodohan yang berlawanan (dengan

nukleus yang secara genetik berbeda), spesies Rhizopus bereproduksi seksual.


b. Tahap proses reproduksi seksual (perkawinan antara dua hifa)
Miselia dengan tipe perjodohan (mating tipe) yang berlawanan yaitu hifa (+) dan hifa

(-) berdekatan.
Hifa (+) dan hifa (-) membentuk cabang hifa atau perluasan hifa yang disebut
gametangia. Kedua gametangia tersebut

mengandung banyak inti haploid yang

dibatasi oleh suatu septum.


Dinding kedua gametangia tersebut pecah dan terjadi penyatuan sitoplasma
(plasmogami). Inti haploid hifa (+) dan hifa (-) bergabung membentuk
zigosporangium (2n) yang dikariotik. Sel ini membentuk suatulapisan berdinding
kasar dan tebalyang dapat menahan kondisi kering dan lingkungan yang tidak
menguntungkan lainnya selama beberapa bulan.

21

Ketika kondisi menjadi lebih baik kariogami terjadi, nukleus yang berpasangan
tersebut menyatu dan secara cepat diikuti dengan pembelahan meiosis.
Zigospora ini kemudian mengakhiri dormansinya, bekecambah sebagai suatu
sporangium pendek yang menyebarkan spora haploid yang secara genetik beraneka
ragam. Spora tersebut berkecambah dan tumbuh menjadi miselia baru.

2.3.5

Jenis Rhizopus sp dan perannya


Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus azygosporus berperan pada
membuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi
karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur
Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino.

Rhizopus nigricans hidup pada tomat dan strawberry/buah-buahan (pengurai


produk organisme)

Rhizopus stolonifer tumbuh pada roti basi

22

2.3.6

Epidemiologi Rhizopus sp
Habitat alamiah jamur penyebab zigomikosis ditemukan diberbagai bagian di
dunia. Penyebab utama zigomikosis Rhizopus sp yang dapat ditemukan didaerah
tropis.

Etiologi

Yang

biasanya

menjadi

penyebab

zigomikosis

adalah

sporangiospora yang terhirup kedalam saluran hidung dan invasi hifa kedalam
pembuluh darah, yang menyebabkan thrombosis.

2.3.7

Gejala klinis Rhizopus sp


Spora yang terhirup juga dapat menyebabkan Rhizopus yang merupkan bentuk
klinis yang paling banyak ditemukan. Spora juga dapat tertelan masuk ke alat
pencernaan dan menyebabkan zigokomikosis saluran cerna selain itu juga dapat
terjadi zigomikisis kulit akibat trauma yang disebabkan jarum suntik.

2.3.8

Diagnosa Diagnosis
Rhizopus hampir selalu melibatkan biopsi jaringan. Jamur dalam jaringan
tampak seperti hifa lebar, senositik, bercabang, dan kadang-kadang terlihat invasi
jamur ke dalam pembuluh darah. Jamur banyak ditemukan dalam jaringan
nekrotis. Bila bahan dibiakan dalam media agar sabouraud, tumbuh koloni filamen
sesui dengan spesies jamur penyebabnya. Namun biakan darah sangat sering
negatif meskipun ada invasi jamur ke dalam darah.

2.3.9

Pengobatan dan Pencegahan


Terapi pengobatan Rhizopus sp ialah dengan melakukan tindakan operasi bila
mungkin, memberikan antifungial dan tatalaksana penyakit dasar yang merupakan
23

faktor resiko. Bila tindakan di atas dilakukan bersamaan biasanya angka


kesembuhan cukup baik.
2.3.10 Pencegahan
Cucilah tangan setelah menangani tanaman, tanah dan binatang. Menjaga
kebersihan badan. Serbuk atau semprotan antijamur dapat digunakan sekali sehari
untuk mencegah infeksi.

24

BAB. III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data dari Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang
termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Aspergilus sp
secara mikroskopis dicirikan sebagai hifa bersepta dan bercabang, konidiofora
muncul dari foot cell (miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa
stigmata dan akan tumbuh konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat
atau hitam.
2. Berdasarkan data dari Penicillium spdengan struktur yang terdiri konidiofor,
stigma dan konidia.konidiofor pada ujungnya bercabang dan membentuk
stigma.pada ujung stigma terdapat cabang-cabang lagi yang dipenuhi oleh
konidia.
3. Berdasarkan data dari Rhizopus sp dengan struktur yang terdiri dari rhizoid,
sporangium, sporangifor dimana dalam suatu rhizoid terdapat lebih dari satu.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk data tersebut adalah:
1. Di harapkan bagi masyarakat lebih mengetahui dan mempelajari secara
luas tentang bahaya infeksinya jamur.
2. Diharapkan agar lebih berhati-hati terhadap bahaya jamur yang rentan
membahayakan manusia.

25

DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai