1.
enzim pada membran plasma dari kepala sperma dan berikatan dengan reseptor ZP3
pada zona pelusida. ZP3 merupakan reseptor sperma di zona pelusida berupa
glokoprotein. Struktur reseptor ini bervariasi anntar spesies, yang mungkin membantu
mencegah pembuahan oosit oleh sperma dari spesies yang berbeda. Walaupun
terdapat pengenalan telur sperma spesifik-spesies, sperma beberapa spesies mamalia
dapat berinteraksi dengan reseptor ZP3 spesies lain walaupun tidak diikuti oleh
pembuahan.
2.
enzim hidrolitik yang keluar ke zona pelusida namun, hal ini juga dapat dipicu oleh
cairan folikel dan progesteron
3.
Enzim dari akrosom tersebut mencerna zona pelusida, dan
membuat jalur pada membran plasma ovum. Reaksi akrosom memicu perubahan pada
membran sperma yang memungkinkan terjadinya fusi. Molekul perekat yang terdapat
di membaran sperma dan oosit penting dalam fusi sperma-ovum. Kepala sperma
tertarik ke dalam mikrovili oosit dipermukaan selubung oosit. Membran plasma
sperma kemudian menyatu ke dalam membran oosit. Ketika sperma mencapai ovum,
membran plasma kedua sel berdifusi.
4.
Fusi membran sperma dan membaran vitelina oosit
berlangsung sekitar 10-20 menit.
5.
Nukleus dari sperma memasuki sitoplasma ovum
6.
Sperma tersebut merangsang pelepasan Ca2+ yang
disimpan di granul ovum yang menyebabkan inaktifasi ZP3 reseptor sebagai
pencegahan polyspermia. Isi granula korteks (berbagai enzim, protease dan
peroksidase serta poloseakridase) disebarkan kedalam ruang periviterina dan berdifusi
menembus zona pelusida untuk mencerna reseptor sperma ZP3. Zona pelusida
kehilangan kemampuannya mengikat sperma dan memicu reaksi akrosom. Perubahan
tekstur zona pelusida disebut sebagai pengerasan zona. Reaksi ini dikenal sebagai
reaksi zona. Komposisi membaran plasma oosit juga berubah.