1. PENDAHULUAN
Tidak semua pasien yang datang di praktek dokter gigi dalam keadaan
sehat dan mempunyai tekanan darah yang normal. Ada beberapa yang mempunyai
riwayat hipertensi dan ada sebagian yang datang dalam kondisi hipertensi.
Kondisi tekanan darah pasien yang berbeda-beda memerlukan pengelolaan dental
yang tidak sama dan kadang-kadang cukup rumit. Bagi sebagian besar pasien
semua prosedur atau tindakan dalam bidang kedokteran gigi sering menyebabkan
stress atau kecemasan tersendiri dan hal tersebut dapat memicu peningkatan
pelepasan cathecolamine yang selanjutnya dapat meningkatkan tekanan darah
pasien saat berobat, selain itu dalam perawatan gigi untuk mengontrol rasa sakit
sering digunakan anestesi lokal. Adanya anestesi lokal merupakan masalah
tersendiri berkaitan dengan tekanan darah pasien.
Klasifikasi Hipertensi
2.3 PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
-
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
2.4 GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala antara
lain sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur.
sebagai
obat
simpatomimetik
atau
adrenergik.
Obat
Ada dua reseptor adrenergik di dalam tubuh manusia yaitu alfa dan beta,
yang dibagi lagi menjadi 1, 2 dan 1, 2. Stimulasi reseptor akan
mengakibatkan vasokonstiktor pada pembuluh darah perifir, 1 adalah pre
sinapsis eksitasi dan 2 adalah post sinapsis inhibitor. Sehingga stimulasi
cenderung meningkatkan tekanan darah tetapi tidak dramatik. Reseptor 1 akan
meningkatkan frekuensi nadi jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga
akan meningkatkan tekanan darah, sedangkan reseptor 2 menyebabkan
vasodilatasi dan bronchodilatasi. Berdasarkan tabel2 dapat diketahui bahwa
epineprin kira-kira empat kali lebih poten terhadap reseptor dibanding
norepineprin. Aksi levonoderfin menyerupai noradrenalin tetapi potensi terhadap
reseptor lebih rendah. Epineprin mempunyai pengaruh terhadap reseptor 1 dan
2 yang hampir sama sehingga cenderung tidak akan meningkatkan tekanan darah
yang dramatis. Selain itu epineprin mempunyai pengaruh terhadap 2 lebih besar
dibandingkan vasokonstriktor lain. Felypressin adalah substansi simpatomimetik
yang
analog
dengan
hormon
vasopressin
yang
dikategorikan
sebagai
mmHg (sistole) dan 1 mmHg (diastole) terjadi pada prosedur yang paling
traumatik (bedah mulut). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa kenaikan darah
yang terjadi selama injeksi anestesi lokal bersifat sesaat dan kembali normal
setelah jarum ditarik. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pasien odontektomi
dengan articaine 4% dengan adrenalin 1:100.000, demikian juga injeksi
intraosseus dengan lidocaine 2% dengan epineprin 1:100000 tidak menunjukkan
perubahan yang bermakna pada perubahan tekanan darah pasien. Pada penelitian
pasien dengan penyakit kardiovaskuler sedang dapat diberi 1,8 ml lidokain 2%
dengan adrenalin 1:80000 tanpa ada perubahan hemodinamik yang signifikan.
Vasokonstriktor dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat tertentu dan
mengakibatkan efek pada tekanan darah. Interaksi vasokonstriktor dengan obat
antidepresi Trisiklik akan menyebabkan krisis hipertensi atau hipertensi darurat,
demikian juga dengan obat Monoamine Oxide Inhibitor (MAOIs) dan dengan
hormon tiroid. Vasokonstriktor dengan obat-obat Nonselective Blocker akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan brakikardi; dengan cocain akan
mengakibatkan takikardi dan hipertensi; dengan obat adrenoceptor Blocker dan
Adrenergik neuron Blocker akan mengakibatkan hipotensi dan dengan anestesi
umum Halotan akan mengakibatkan disritmia.
4. PEMBAHASAN
Dengan semakin tingginya prevalensi pasien yang menderita hipertensi
dan adanya peningkatan terjadinya hipertensi seiring dengan bertambahbya umur,
maka akan sering kemungkinan dokter gigi merwat pasien dengan hipertensi di
klinik. Penggunaan bahan vasokonstriktor sebagai tambahan dalam anestesi lokal
pada pasien hipertensi masih merupakan perdebatan, meskipun sudah ada buktibukti penelitian bahwa penggunaan bahan anestesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang dianjurkan (dosis
maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali kunjungan dan 0.04 mg
direkomendasikan
untuk
pasien
dengan
penyakit
kardiovaskuler
tidak
mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang signifikan dan bila ada perubahan
hanya bersifat sesaat.
Pengelolaan pasien dengan hipertensi memerlukan suatu strategi tertentu
yang menguntungkan untuk menjaga kestabilan tekanan darah selam periode
perawatan, khususnya apabila saat perawatan memerlukan intervensi anestesi
lokal yang mengandung vasokonstriktor. Oleh karena itu seleksi vasokonstriktor
berdasarkan durasi yang dibutuhkan, keprluan hemostasis dan kondisi sistemik
penyerta pada pasien. Penggunaan vasokonstriktor merupakan kontra indikasi
pada kondisi : angina yang tidak stabil, infark jantung dan stroke (< 6 bulan),
operasi by pass arteri koroner (<3 bulan), hipertensi yang tidak terkontrol, gagal
jantung parah, sensitif sulfitem dan phaechromocytoma. Ada beberapa pasien
tertentu meskipun dalam kondisi tekanan darah normal namun sensitif terhadap
vasokonstriktor dan akan memberikan respon yang berkepanjangan terhadap