Anda di halaman 1dari 6

Agregat Sebagai Bahan Bangunan

Pengertian Agregat
Menurut silvia Sukirman (2003), agregat
merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,
atau mineral lain, baik yang berasal dari alam
maupun buatan yang berbentuk mineral padat dan
berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmenfragmen.

lolos saringan no.4 (<4,75 mm)


c. Filler : bagian dari agregat halus yang lolos
saringan n0. 200 (0,075 mm)
Gradasi Agregat
Maksud dari istilah gradasi agregat adalah susunan
dari beberapa agregat yang membentuk suatu
campuran agregat dari berbagai ukuran.

Gradasi agregat terbagi


menjadi 2:
1. Agregat bergradasi baik (gradasi rapat)
merupakan agregat dengan komposisi
campurannya yang merata (seperti dalam gambar),
campurannya menerus dan tidak ada bagian
terputus.

Agregat berfungsi sebagai pengisi, selain itu


agregat mempunyai peranan penting dalam
pembuatan beton, struktur perkerasan jalan, dsb.
Sedangkan berdasarkan proses pembentukannya
dibedakan menjadi:
1. Agregat Alami --> agregat yang tebentuk secara
alami dan tidak memerlukan proses lain seperti
batu kali.
2. Agregat yang terbentuk melalui proses -->
agregat yang sudah tersedia dialam, akan tetapi
dalam ukuran yang besar, sehingga diperlukan
proses lain seperti pemecahan. adapun contohnya
adalah batu pecah.
3. Agregat Buatan --> agregat yang berfungsi
sebagai pengisi (filler) yang didapat dari proses
sampingan seperti pada pabrk semen dan pemecah
batu.
Klasifikasi ukuran agregat berdasarkan Bina
Marga (2002) adalah sebagai berikut:
a. Agregat kasar : merupakan jenis agregat yang
tertahan pada saringan no. 4 (>4,75 mm)
b. Agregat halus : merupakan jenis agregat yang

2. Gradasi Buruk merupakan campuran agregat


yang mempunyai komposisi tidak merata dalam
arti terdiri dari satu jenis agregat dengan ukuran
yang hampir sama, terdapat pori-pori yang
diakibatkan tidak terisinya pori-pori tersebut oleh
ukuran yang lebih halus, dsb.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
agregat yang digunakan untuk campuran beton,
diantaranya:
1. Volume udara
2. Volume Padat
3. Berat Jenis Agregat
4. Penyerapan
5. Kadar air permukaan agregat

Pengukuran kadar air pada agregat dan


beton segar dengan metode konvensional
memerlukan waktu yang cukup lama, maka
dilakukan penelitian penggunaan
microwave oven sebagai metode
alternatifnya. Microwave oven yang

digunakan mempunyai daya 900 watt dan


dilengkapi dengan piring putar. Dilakukan
penelitian terhadap 9 tipe agregat (5 jenis
agregat halus dan 4 jenis agregat kasar)
dengan berbagai nilai absorpsi. Sedangkan
untuk beton segar dibuat 4 macam
campuran dengan berbagai nilai absorpsi
agregat. Faktor air-semen yang digunakan
adalah 0.3, 0.5 dan 0.7. Hasil pengukuran
kadar airnya dengan microwave oven
dibandingkan terhadap oven standard. Hasil
tes yang diperoleh menunjukkan bahwa
metode ini dapat digunakan untuk
mengukur kadar air agregat halus dan
kasar dengan tidak tergantung pada nilai
absorpsinya. Untuk agregat halus
dibutuhkan waktu pengeringan selama 9
menit dengan ketelitian 100%, untuk
agregat kasar selama 11 menit dengan
ketelitian 96%. Untuk beton segar dengan
agregat yang nilai absorpsinya di bawah 5%
selama 18 menit dengan ketelitian 98%.
Untuk beton segar dengan agregat yang
nilai absorpsinya 40% dibutuhkan waktu 35
menit dan hasil yang dicapai hanya
sanggup mengukur kadar air total, rata-rata
sebesar 80% dari total kandungan air dari
beton segar yang diukur.

Kelecakan Adukan Beton (Nilai Slump)


Kelecakan Adukan Beton
Kelecakan (sifat plastis, consistency, yaitu sifat
kekentalan beton segar, antara cair dan padat),
pada beton segar penting dipelajari karena

merupakan ukuran kemudahan beton segar


(adukan beton) untuk diaduk dalam bejana
pengaduk, diangkut dari tempat pengadukan ke
lokasi penuangan, dituang dari bejana pengaduk
ke cetakan beton, dan dipadatkan setelah beton
segar berada dalam cetakan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin
encer beton segar maka semakin mudah beton
segar tersebut dikerjakan. Dalam praktek sering
ukuran keenceran beton segar dan ukuran
kemudahan pengerjaan dicampur-adukkan. Hal
ini wajar saja, karena biasanya semakin encer
beton segar maka semakin mudah dikerjakan,
kecuali pada beton khusus.
Kelecakan betton segar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran
adukan beton. Makin banyak air dipakai maka
makin encer beton segar.
2) Jumlah pasta (semen dan air) dalam campuran
adukan. Makin banyak pasta maka makin encer
beton segar. Penambahan jumlah pasta tidak
mengubah nilai faktor air semen (fas) dari
campuarn adukan beton segar.
3) Gradasi agregat (campuran agregat halus dan
agregat kasar). Bila gradasi campuran agregat
halus dan agregat kasar mengikuti gradasi agregat
campuran yang telah disarankanoleh standar
(Perencanaan Campuran dan Pengendalian Mutu
Beton, 1994) maka adukan beton akan mempunyai
kelecakan yang baik sehingga relatif mudah untuk
dikerjakan.
4) Bentuk butiran agregat. Pemakaian butir-butir
batuan yang bulat (kerikil) tampak lebih encer
sehingga lebih mudah dikerjakan daripada butir
agregat yang bersudut (batu pecah/split).
5) Besar butir agregat maksimum agregat.
Pemakaian butir maksimum agregat yang lebih
besar tampak lebih encer sehingga lebih mudah
dikerjakan daripada butir maksimum yang lebih
kecil.

Sebagai pedoman awal, besarnya nilai kelecakan


beton segar (nilai slump) untuk berbagai macam
pekerjaan pembetonan, disarankan menggunakan
Tabel 14.1. seperti di bawah ini. Nilai slump
tersebut boleh diubah jika dalam pelaksanaan
ternyata hasilnya kurang memuaskan.

5.Ratakan permukaan adukan beton pada kerucut


slump dan biarkan selama 30 detik.
6.Bersihkan sisa adukan yang tercecer di cetakan
dan di plat landasannya.
7.Angkat kerucut slump secara perlahan-lahan
dengan arah tegak lurus dan usahakan jangan
sampai goyang.
8.Ukur penurunan adukan beton (slump) yang
terjadi di empat titik yang berbeda, nilai slump
diambil rata-rata dari penurunan yang terjadi.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji
slump antara lain adalah sebagai berikut :
1.Adukan beton yang telah diambil di ember,
sebelum dimasukkan ke dalam kerucut slump
harus diaduk terlebih dahulu.

Pengujian Kelecakan
Adukan Beton (Nilai
Slump)
Untuk mengetahui nilai kelecakan adukan beton
(nilai slump beton) dilakukan dengan
menggunakan alat uji slump. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.Ambil adukan beton segar sebanyak 2 x 20 liter
(kira-kira 4 ember) dari dua titik pengambilan
yang berbeda. Pengambilan dilakukan dengan cara
mengaduk adukan betonnya terlebih dahulu.

2.Penentuan nilai slump untuk satu adukan beton


segar minimal dilakukan dua kali dan hasilnya
dirata-rata sebagai nilai slumpnya.
3.Setiap uji slump, nilai penurunannya harus
diukur di empat titik penurunan yang berbeda, dan
nilai slumpnya merupakan nilai rata-rata dari
keempat penurunan yang terjadi.
4.Nilai slump dinyatakan dalam satuan cm.
5.Jika terjadi penurunan beton segar seperti bentuk
gambar di bawah ini (shear slump), maka
pemeriksaan harus diulang kembali.

2.Basahi alat slump test dan plat landasannya


dengan lap basah.
Pemadatan

3.Letakkan alat slump test di atas plat


landasannya.
4.Masukkan adukan beton segar ke dalam kerucut
slump dalam 3 lapisan yang tebalnya kira-kira
sama, setiap lapisan dipadatkan dengan cara
menusuk-nusuk dengan tongkat pemadat sebanyak
25 kali setiap lapisannya.

dilakukan sesaat setelah beton dituang dg


tujuan untuk meminimalkan jumlah rongga
yang terbentuk dlm beton sehingga beton
mempunyai kekuatan yang tinggi dan
menambah kekedapan air.
Perawatan

disarankan sbelum beton mencapai umur


dari setelah beton agak mengering
sebaiknya ditutupi dg karung/zak yang
basah digenangi aiar 2 minggu beton akan
mencapai kekuatan maksimal diumur 21

hari.bila dikehendaki umur beton lebih


cepat dapat menggunakan bahan
campuran yang dikususkan untuk
mempercepat umur beton.

VIBRATOR

Penggetar sering dipakai secara salah


atau tidak efisien. Masukkan ke dalam
beton secara vertikal, dengan jarak
pemasukan yang seragam dan biarkan
turun sendiri selama 5-15 detik.

Biarkan masuk sedikitnya 15mm ke


lapisan pengecoran di bawahnya (supaya
tidak ada bidang lemah berupa sambungan
dingin / (cold joint).

Vibrator dimasukan ke dalam beton


secara vertikal hingga sedikit menyentuh
lapisan sebelumnya ke dalam beton secara
vertikal hingga sedikit menyentuh lapisan
sebelumnya (yang seharusnya seharusnya
masih belum mengeras)

Bila vibrator dimasukkan secara


sembarangan dan dengan sudut miring
tanpa menyentuh lapisan sebelumnya,
tidak akan dihasilkan sambungan yang baik
antar kedua lapisan.
Pada plat yang tipis mungkin harus
dimiringkan agar kepala penggetar
terbenam seluruhnya.

LAMA PERAWATAN

Tergantung pada jenis semen,


kekuatan, cuaca, rasio permukaan
terekspose pervolume, dan kondisi
terekspose.
Lama perawatan bisa selam 3
minggu untuk beton kurus (lean) yang
mengandung bahan pozzolanic, misalnya
bangunan masif seperti bendungan.
Sebaliknya, perawatan hanya
perlu untuk beberapa hari hari saja untuk
beton yang kaya (rich), khususnya jika
memakai semen jenis III.
Steam curing
juga lebih pendek waktunya
Perawatan dengan penguapan
berguna pada daerah yang
mempunyai musim singin. Perawatan
ini harus diikuti dengan perawatan
dengan pembahasan setelah lebih
dari 24 jam, minimal selama umur 7
hari, agar kekuatan tekan dapat
tercapai sesuai dengan rencana pada
umur 28 hari.

AIR CAMPURAN BETON


4.1. Umum
Air pada beton mempunyai fungsi sebagai
pengencer. Agar cairan beton dapat padat dan
mengisi ruang-ruang sehingga membentuk
cetakan. Ciri-ciri air yang baik untuk campuran
beton adalah tidak berwarna , tidak berbau dan
tidak berasa.

Gambar 4.1. Butuh Air


Kita banyak butuh air untuk pekerjaan
sehari-hari antara lain adalah untuk
kebutuhan campuran beton, air yang
bagaimana dapat digunakan untuk

campuran beton, apa syarat-sayarat yang


harus diperhatikan dalam penggunaannya ,
karakteristiknya bagaimana ?
Air mempunyai peranan yang cukup
penting dalam pembuatan beton, karena
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton,
sifat-sifat yang berpengaruh adalah
kemudahan pengerjaan (workability) dan
penyusutan. Selain itu tujuan utama
pemakaian air adalah untuk proses hidrasi,
yaitu rekasi antara semen dan air yang
mengahasilkan campuran keras setelah
bebrapa waktu tertentu. Setelah
pengecoran air juga berguna untuk
perawatan (curing) guna menjamin proses
pengerasan yang sempurna.

Gambar 4.2 Prosen Penjernihan Air


6.2 Peran Air
Semen tidak bias menjadi pasta tampa ada
air. Air harus selalu ada dalam beton cair,
tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga
untuk mengubahnya menjadi suatu pasta
sehingga betonnya lecak (workable).
Jumlah air yang terikat dalam beton dengan
factor air semen 0.65 adalah sekitar 20 %
dari berat semen pada umur 4 minggu.
Dihitung dari komposisi mineral semen.
Jumlah air yang diperlukan untuk hidrasi
secara teoritis adalah 35- 37 5 dari berat
semen.
Dalam praktik, estimasi air terikat secara
kimia didapat dengan mengeringkan contoh
sampai 100 oC, menghilangkan air bebas
yang bias menguap didalam pori kapiler.
Kehilangan berat akibat dekomposisi contoh
kering pada 1000 oC dianggap sebagai
jumlah non evaporable. Hidrasi penuh
dicapai dengan terjadinya hidrasi slurry
semen (dengan rasio air/semen diatas 1.00)
terjadi didalam ball mill. Proses ini
mengambil lapisan terhidrasi dari
permukaan butir semen. Seluruh proses
bias memakan waktu beberapa bulan hinga
mencapai hidrasi penuh.

a. Air yang diambil oleh pori gel. Air gel ini


tertahan dalam struktur gel dengan
tegangan permukaan . sering disebut air
yang diserap. Perilaku sebenarnya masih
diselidiki. Diambilnya air ini menyebabkan
perubahan volume yang besar, misalnya
selama susut pengeringan.
b. Air di dalam pori-pori kapiler relative
mudah untuk di ambil. Jumlahnya
ditentukan oleh factor air semen (w/c) awal
dan dikurangi oleh hidrasi yang menerus.
Diambilnya air ini selama proses
pengeringan tidak akan menyebabkan
penyusustan. Pori-pori ini terus jenuh jika
perawatan dilakukan dengan
penggenangan atau dengan lingkungan
yang jenuh. Waktu air secara bertahap
keluar dari kapiler, tekanan uap akan
berkurang. Ruang di isi oleh udara yang
difusi kedalam pori. Bila kelengasan relative
turun dibawah 80% kecepatan difusi
sempat dikurangi.
c. Pergerakan air keluar masuk struktur gel
menyebabkan perubahan volume. Ini bias
disebabkan oleh :
1. Regangan akibat lingkungan yaitu susut
pengeringan atau pengembangan
selama perawatan.
2. Regangan akibat beban, yaitu rangkak
(creep).
d. Kehilangan air sebelum setting karena
hidrasi dan evaporasi dan permukaan
terekspose yang menyebabkan hilangnya
kelecakan . Bila kecepatan evaporasi
melampaui kecepatan pengeluaran air
sebelum setting maka akan bias terjadi
susut plastis.
6.3 Jumlah Air.
Air adalah merupakan zat cair sebagai alat
media untuk mendapatkan kelecakan
(mudah untuk dikerjakan) yang diperlukan
untuk penuangan beton pada beton segar.
Jumlah air yang diperlukan untuk kelecakan
tertentu tergantung pada sifat material
penyusun (agregat, semen) yang digunakan

. Hukum kadar air konstan mengatakan


bahwa kadar air yang diperlukan untuk
kelecakan tertentu hampir konstan tanpa
tergantung pada jumlah semen untuk
kombinasi agregat halus dan kasar
tertentu . Hukum ini tidak sepenuhnya
berlaku untuk seluruh kisaran (range),
namun cukup praktis untuk penyesuaian
perencanaan dan koreksi.
Air yang diperlukan untuk beton
dipengaruhi oleh :
a. Ukuran agregat maksimum, diameter
membesar maka kebutuhan air menurun,
begitu juga jumlah mortar yang dibutuhkan
menjadi lebih sedikit.

b. Bentuk butir, bentuk bulat akan


menyebabkan kebutuhan air menurun
misalkan untuk batu pecah (split) perlu
lebih banyak air.
c. Gradasi agregat, gradasi baik akan
menyebabkan kebutuhan air menurun
untuk kelecakan yang sama.
d. Kotoran dalam agregat, Makin banyak
silt, tanah liat dan lumpur maka akan
meningkatkan kebutuhan air meningkat.
e. Jumlah agregat halus ( dibandingkan
agregat kasar,) Jika agregat halus lebih
sedikit maka kebutuhan air menurun.

Anda mungkin juga menyukai