Penatalaksanaan Epilepsi
Penatalaksanaan Epilepsi
Pengobatan Epilepsi
Oleh
Ramdhan Gautama
06.55351.00294.09
Pembimbing
dr. Yetti O. Hutahaean, Sp. S
DAFTAR ISI
Pendahuluan ................................................................................................
....................................
Isi
Monitoring terapi
OAE .................................................................................................
4
Memulai terapi
OAE .....................................................................................................
4
Kombinasi
OAE ..............................................................................................................
.
5
Pembagian
OAE ..............................................................................................................
5
Withdrawl
OAE ..............................................................................................................
.
10
Tapering
OAE ..............................................................................................................
.....
10
Daftar
Pustaka ........................................................................................................
........................
13
BAB I
PENDAHULUAN
Pengobatan epilepsi bertujuan untuk mengendalikan serangan
epilepsi, dengan cara pemberian obat anti-epilepsi (OAE) yang tepat,
dalam dosis yang memadai, tanpa menimbulkan efek samping atau
gejala-gejala toksik serta tanpa mengurangi prestasi penderita. Namun
demikian perlu diketahui, bahwa penanganan epilepsi tidak mudah dan
sering tidak member hasil yang memusakan. Bahkan pengobatan epilepsi
dengan obat-obat antiepilepsi termasuk salah satu yang paling sukar di
bidang kedokteran ( Maher, 2002 cit Lahdjie, 2010).
Tujuan optimal pengobatan adalah menyembuhkan atau paling tidak
membatasi gejala-gejala dan mengurangi efek samping pengobatan. Pada
sindrom
epileptik
atau
penyakit
epilepsi,
bila
kelainan
struktural,
BAB II
ISI
Obat anti epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu OAE generasi
lama dan generasi baru. OAE diperkirakan dapat mengontrol kejang pada
75% penderita. Prinsip terapi OAE adalah untuk mendapatkan efek
pengendalian kejang yang semaksimal mungkin dengan efek samping
yang minimal atau bahkan tanpa munculnya efek samping (WHO, 2006 cit
Lahdjie, 2010).
Pengobatan untuk epilepsi bersifat jangka panjang, didasarkan atas
pemberian OAE yang sebenarnya memiliki potensial toksik. Dengan
demikian, setiap kali memutuskan untuk memberikan OAE kepada
penderita epilepsi, hal-hal berikut ini harus diperhatikan ialah risk-benefit
ratio yang harus selalu dievaluasi terus-menerus, penggunaan OAE harus
sehemat mungkin dan sedapat mungkin dalam jangka waktu yang lebih
pendek, dan
dikarenakan
fasilitas
laboratorium,
dan
mahalnya
biaya
diteruskan, sementara obat yang lain diganti dengan obat dari kelompok
lini kedua. Apabila obat lini kedua tersebut efektif, dipertimbangkan untuk
menarik obat pertama. Sebaliknya, obat lini kedua tersebut harus
dihentikan apabila ternyata tidak juga efektif. Apabila upaya tersebut di
atas gagal, kasus tersebut mungkin tergolong dalam epilepsi refrakter,
kasus epilepsi yang sulit disembuhkan. Berbagai obat OAE dapat terus
dicoba pada kasus itu, atau dipertimbangkan untuk tindakan bedah.
Penggantian OAE pertama dilakukan jika serangan terjadi kembali
meskipun OAE pertama sudah diberikan dengan dosis maksimal yang
dapat ditoleransi, maka obat antiepilepsi kedua harus segera dipilih dan
jika terjadi reaksi obat pertama baik efek samping, reaksi alergi ataupun
efek merugikan lainnya yang tidak dapat ditoleransi pasien.
Terapi dengan obat yang kedua harus dimulai dengan gambaran
sebagai berikut: pertama, dosis dari obat kedua harus dititrasi sampai
pada rentang dosis yang direkomendasikan. Obat yang pertama harus
diturunkan secara bertahap selama 1-3 minggu. Setelah obat yang
pertama diturunkan, dosis obat kedua (monoterapi) harus dinaikkan
sampai serangan terkontrol atau dengan efek samping yang minimal.
Proses ini harus dilanjutkan sampai monoterapi dengan dua atau tiga obat
primer
gagal.
Setelah
proses
tersebut
dilakukan
baru
politerapi
kulit
dan
muka
menjadi
kasar,osteomalasia,
Samping
paradoks,
sedasi,
(pada
anak)
terjadi
nistagmus,ataxia,
aktivitas
hiperkinetik
megaloblastik
anemia
pemeliharaan
adalah
sebagai
berikut:
500-2500
mg/hari
anak
adalah
15-30
mg/kg/hari.
Dosis
pemeliharaan
Samping
Kulit
kemerahan
(bila
kombinasi
dengan
100-200
mg,
baik
sebagai
obat
tunggal
maupun
1-5
mg/kg/hari.
Bila
dikombinasikan
dengan
rasa
lelah,
parastesia
ekstremitas,
mengantuk,
(dewasa), 0,5-1
setiap 2 mingggu.
Dilakukan selama 1 bulan dengan penurunan dosis OAE 25%
setiap 10 hari.
2. Slow tapering
- Dilakukan selama 9 bulan dengan penurunan dosis OAE 25%
-
setiap 3 bulan.
Dilakukan selama 6 bulan dengan penurunan dosis OAE 25%
setiap 2 bulan (Mathew, 2008).
Lebih baik dilakukan pada saat liburan sekolah agar orang tua
bulan dengan probabilitas 66-96% pada tahun pertama dan 61-91% pada
dua
tahun.
Sehingga
tetap
direkomendasikan
untuk
melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Britton, Jeffrey W. 2002. Antiepileptic drug withdrawl : literatur review.
Mayo Clin Proc 77: 1378-1338.
Camfield, Peter R. Et al,. 2005. Antiepileptic drugs in chilhood epilepsy in
Current Management in Child Neurology, Third Edition . Bernard L.
Maria, BC Decker Inc : 148150
Lahdjie, Nur Azizah. 2010. Hubungan kepatuhan pengobatan terhadap
kegagalan pengobatan epilepsi setelah 2 tahun pada pasien
epilepsi di poli saraf RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Samarinda.
Mathew, Joseph L. 2008. Tapering of anticonvulsant therapy in children.
EVIDENCE THAT IS UNDERSTANDABLE, RELEVANT, EXTENDIBLE,
CURRENT, AND APPRAISED (under IAP- RCPCH Collaboration).
Indian Pediatrics volume 45 : 845-848