Referat Askariasis
Referat Askariasis
PENDAHULUAN
Askariasis adalah suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis
cacing besar, Ascaris lumbricoides. Seseorang dapat terinfeksi penyakit ini setelah
secara tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing..1
Anak-anak lebih sering terinfeksi cacing ini daripada orang dewasa,
kelompok usia yang paling umum terjadi adalah 3-8 tahun. Infeksi ini cenderung
terjadi lebih serius jika anak mengalami gizi buruk. Anak sering terinfeksi akibat
tidak mencuci tangan setelah bermain di tanah yang terkontaminasi. Tanda
pertama dari keadaan ini mungkin dengan mendapatkan cacing hidup, biasanya di
dalam tinja. Pada infeksi yang berat, penyumbatan usus dapat menyebabkan sakit
perut, terutama pada anak. Penderita penyakit ini juga mungkin mengalami batuk,
mengi dan sesak, atau demam.1
Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak
menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Infeksi cacing usus meningkat
pada tempat tinggal yang tidak bersih dan cara hidup tidak bersih yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat, di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan di
Indonesia. Tinggi rendahnya fekuensi kecacingan berhubungan
erat dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Askariasis adalah suatu infeksi pada usus kecil yang
disebabkan oleh suatu jenis cacing besar, Ascaris lumbricoides.1
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang
biasanya bersarang dalam usus halus. Adanya cacing didalam usus
penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang
normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga
mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.5
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu
tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah
beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat
infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih
banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 10 tahun sebagai
host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih
tinggi. Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus
karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan
dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan
pergerakan peristaltik normal.5
2.2 Epidemologi
Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia.
Infeksi terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan
subtropis, dan di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak
memadai. Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia
yang paling umum. Sampai dengan 10% dari penduduk negara
berkembang
terinfeksi
cacing
dengan
persentase
besar
dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran manusia atau hewan yang mengandung
telur, maka siklus tersebut dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi
infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.1
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides,
jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan
pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam
vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung
kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa
migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva tumbuh dan
berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus
dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke
faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui
epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus
halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing
dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan.4
Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua
bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu
mengeluarkan 200.000 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang
diperlukan adalah 3 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut
penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar
bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I
sampai stadium III yang bersifat infektif.4
Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup
bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak
terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang
lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar
dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar
dimanamana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila
makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam
tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi
cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan
yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.4
seperti
ditunjukkan
oleh
penelitian
albumin
dan
harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja atau muntahan penderita dan telur
cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai dalam tinja atau didalam cairan
empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.5,6
2.5 Penatalaksanaan
Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah
orang yang terinfeksi penyakit askariasis:1
-
umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi
migrasi ektopik.
2. Pirantel Pamoat.
Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk
menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan
dan obat ini biasanya dapat diterima (welltolerated). Obat ini mempunyai
keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat
berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai
cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.
3. Levamisol Hidroklorida.
Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang
menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis
tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat
badan <10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan
mebendazol.
4. Garam Piperazin.
Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk
Enterobius vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat
diberikan dalam dosis tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750
mg piperazin). Reaksi sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan
mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan
tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.
5. Albendazole
Albendazole mempunyai aktivitas anthelmintik yang besar. Selain bekerja
terhadap cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas larvisidal
dan ovisidal obat ini secara selektip bekerja menghambat pengambilan glukosa
oleh usus cacing dan jaringan dimana larva bertempat tinggal. Akibatnya terjadi
pengosongan cadangan glikogen dalam tubuh parasit yang mana menyebabkan
berkurangnya pembentukan adenosine triphosphate (ATP). ATP ini penting untuk
reproduksi dan mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.7
: An.II
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
No. CM
: 89-66-63
No. Register
: 0082757
Tanggal Masuk
: 29 April 2012
Tanggal Pemeriksaan
: 4 Mei 2012
II.Identitas Keluarga
a. Ayah
Nama
: Yusmiadi
Umur
: 27 tahun
b. Ibu
Nama
: Yanti
Umur
: 39 tahun
10
III. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
: BAB(-), demam
anak 4 bulan
2 bulan yang lalu dari BAB pasien juga keluar cacing sebesar
selang infus sebanyak 1 ekor
11
Makanan
Perkembangan
Mengangkat kepala
Menelungkup
merangkak
duduk
Berdiri dengan berpegangan
0-3 bulan
ASI
3-6 bulan
ASI + bubur susu
6-9 bulan
ASI+ nasi tim
9-12 bulan
ASI+ nasi lunak
>12 bulan
SF+ nasi biasa
IV. PEMERIKSAAN FISIK
o Status Present
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Heart rate
: 115 x / menit
Respiratory rate
: 25 x / menit
Temperatur
: 37.7 C
BBS
: 8 kg
PB
: 76cm
Status gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan
: gizi kurang
12
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan cairan
mikro
Kebutuhan protein
o Status General
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterus
: (-)
Pucat
: (-)
Kepala
Wajah
: mongoloid face
Rambut
: Pirang
Mata
pupil
Hidung
Mulut
: Bibir
Lidah
Beslag
(+),
lidah
lebar
dan
cenderung menjulur.
Geligi
: Karies (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
13
Thorax
Thorax anterior
Inspeksi
Kanan
Kiri
Simetris, Retraksi (-), bentuk Simetris, Retraksi (-), bentuk
dada
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
normal,
pernafasan dada
thorakoabdominal
Fremitus (N)
Sonor
Vesikuler (N),Ronkhi
normal,
pernafasan
thorakoabdominal
Fremitus (N)
Sonor
(+), Vesikuler
(N),Ronkhi
Wheezing (-)
(-),
Wheezing (-)
Thorax posterior
Kanan
Simetris, Retraksi (-)
Fremitus (N)
Sonor
Vesikuler (N),Ronkhi
Kiri
Simetris, Retraksi (-)
Fremitus (N)
Sonor
(-), Vesikuler
(N),Ronkhi
Wheezing (-)
(-),
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: ICS III
Kiri
14
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Simetris, distensi(+)
Palpasi
: sulit dinilai
Auskultasi
Genetalia
Anus
Kelenjar Limfe
: Pembesaran (-)
Ekstrimitas
Superior
Ekstremitas
Sianosis
Hematom
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Normotonus
Otot
Atrofi
Reflek
fisiologis
Reflek
: Peristaltik menurun
Inferior
Kanan
5
Normotonus
N
-
5
N
-
Kiri
-
Aktif
aktif
5
Normotonus
N
5
Normotonus
N
Patologis
15
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah 29 April 2012 (H-1 rawat)
Hemoglobin
: 3, 9 gr/dl
Leukosit
: 49.300/uL
Trombosit
: 39.000/uL
Hematokrit
: 9%
GDS
: 88 mg/dl
Creatinin
: 1.8 mg/dl
Ureum
: 32 mg/dl
Klorida
:102 meq/L
Kalium
Natrium
: 4,6 meq/L
: 130 meq/L
: 6,5 gr/dl
Hematokrit
: 18 %
Leukosit
: 15.500/uL
Trombosit
: 32.000/uL
: coklat
Konsistensi
: lunak
Bau
: khas
Eritrosit
: negatif
Leukosit
: negatif
Darah
: negatif
Lendir
: negatif
Telur cacing
: Ascariasis Lumbricoides
16
d. Darah dan Morfologi darah tepi 30 april 2012 (H-2 rawat post transfusi)
Hemoglobin
: 7,6 gr/dl
Leukosit
: 16.000/uL
LED
: 95 mm/jam
Eritrosit
: 26.000/uL
Trombosit
: 34.000/uL
Hematokrit
: 22 %
MCV
: 82 ft
MCH
: 28 pg
MCHC
: 34 gr/dl
SGOT
: 4 u/L
SGPT
: 7 u/L
Protein total
: 5,3 u/L
Albumin
: 3,2 gr/dl
Globulin
: 2,1 gr/dl
Kreatinin
: 0,7mg/dl
Ureum
: 40 mg/dl
GDS
: 99 mg/dl
:0
Basofil
:2
Netrofil Batang
:2
Netrofil Segmen : 10
Limfosit
: 84
Monosit
:2
: 29 %
17
Hemoglobin
: 10,2 gr/dl
Leukosit
: 11.300/uL
Trombosit
: 40.000/uL
: 1,005
pH
:6
Leukosit
: negatif
Nitrit:
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: negatif
Keton
: negatif
Urobilinogen
: negatif
Bilirubin
: negatif
Blood
: negatif
Sedimen urin
Leukosit
: 5-7/LPB
Eritrosit
: 1-2/LPB
Epitel
: 5-6/ LPB
: 9,5 gr/dl
Leukosit
: 6.600/uL
Trombosit
: 29.000/uL
Hematokrit
: 28 %
SGOT
: 19 u/L
SGPT
: 11 u/L
Kreatinin
: 0,4 mg/dl
Ureum
: 26 mg/dl
18
Total kolesterol
: 162 mg/dl
GDS
: 112 mg/dl
:2
Basofil
:0
Netrofil Batang
:2
Netrofil Segmen : 12
Limfosit
: 82l
Monosit
:2
19
20
c. Echocardiography
Kesan : PDA sedang
VII. RESUME
a.
Anamnesa
Pasien dibawa ke RSUZA pada tanggal 21Maret 2011 23.29 WIB
dengan keluhan :
-
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada perut sejak 7 hari SMRS.
berkurang.
Ibu pasien mengatakan bahwa pernah keluar cacing dari mulut pasien
sebesar tauge pada umur anak 4 bulan, dan 2 bulan yang lalu dari BAB
pasien juga keluar cacing sebesar selang infus sebanyak 1 ekor.
b.
Pemeriksaan Fisik
o Status Present
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
21
Heart rate
: 115 x / menit
Respiratory rate
: 25 x / menit
Temperatur
: 37.7 C
o Status General
Kulit
Kepala
Wajah
: mongoloid face
Mata
Leher
Thorax
Jantung
Abdomen
Genetalia
Anus
Kelenjar Limfe
: Pembesaran (-)
Ekstrimitas
22
o Laboratorium
Darah 29 April 2012 (H-1 rawat)
Hemoglobin
: 3, 9 gr/dl
Leukosit
: 49.300/uL
Trombosit
: 39.000/uL
Hematokrit
: 9%
GDS
: 88 mg/dl
Creatinin
: 1.8 mg/dl
Ureum
: 32 mg/dl
Klorida
:102 meq/L
Kalium
: 4,6 meq/L
Natrium
: 130 meq/L
: 6,5 gr/dl
Hematokrit
: 18 %
Leukosit
: 15.500/uL
Trombosit
: 32.000/uL
: coklat
Konsistensi
: lunak
Bau
: khas
Eritrosit
: negatif
Leukosit
: negatif
Darah
: negatif
Lendir
: negatif
Telur cacing
: Ascariasis Lumbricoides
23
Darah dan Morfologi darah tepi 30 april 2012 (H-2 rawat post
transfusi)
Hemoglobin
: 7,6 gr/dl
Leukosit
: 16.000/uL
LED
: 95 mm/jam
Eritrosit
: 26.000/uL
Trombosit
: 34.000/uL
Hematokrit: 22 %
MCV
: 82 ft
MCH
: 28 pg
MCHC
: 34 gr/dl
SGOT
: 4 u/L
SGPT
: 7 u/L
Protein total
: 5,3 u/L
Albumin
: 3,2 gr/dl
Globulin
: 2,1 gr/dl
Kreatinin
: 0,7mg/dl
Ureum
: 40 mg/dl
GDS
: 99 mg/dl
:0
Basofil
Netrofil Batang
:2
:2
Netrofil Segmen : 10
Limfosit
: 84
Monosit
:2
: 29 %
24
Hemoglobin
: 10,2 gr/dl
Leukosit
: 11.300/uL
Trombosit
: 40.000/uL
: 1,005
pH
:6
Leukosit
: negatif
Nitrit:
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: negatif
Keton
: negatif
Urobilinogen
: negatif
Bilirubin
: negatif
Blood
: negatif
Sedimen urin
Leukosit
: 5-7/LPB
Eritrosit
: 1-2/LPB
Epitel
: 5-6/ LPB
: 9,5 gr/dl
Leukosit
: 6.600/uL
Trombosit
: 29.000/uL
Hematokrit
: 28 %
SGOT
: 19 u/L
SGPT
: 11 u/L
Kreatinin
: 0,4 mg/dl
Ureum
: 26 mg/dl
25
Total kolesterol
: 162 mg/dl
GDS
: 112 mg/dl
:2
Basofil
:0
Netrofil Batang
:2
Netrofil Segmen
: 12
Limfosit
: 82l
Monosit
:2
2. Medikamentosa
a. IVFD 4:1 (Dex 5% + NaCl 0,225%) 30 gtt/i (mikro)
b. Inj. Cefotaxime 300 mg/ 8 jam
c. Inj. Novalgin 100 mg/ 8 jam (k/p)
d. Mikrolac supp
e. Inj. Kloramfenikol 150 mg/ 6 jam
f. Albendazole 200 mg single dose
g. Furosemid 2x 4 mg
h. Spironolakton 2x 6,5 mg
26
3. Planning
Planning diagnostik
a. Klisma 1x/hari
b. Kurva suhu per 6 jam
Planning terapi
a. Transfusi PRC s/d Hb 10 gr/dl
4. Edukasi
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien kepada orangtua
pasien
b. Edukasi terhadap pengobatan dan kesembuhan pasien
c. Makan makanan bergizi
d. Edukasi terhadap keluarga pasien agar menjaga kebersihan diri dan
keluarga serta lingkungan.
XI. PROGNOSIS
Qou ad vitam
: dubia ad bonam
Qou ad functionam
: dubia ad bonam
Teori
Fakta
Prevalensi ascariasis paling tinggi di Pasien berumur 2 tahun dan
anak-anak umur 2-10 tahun, dengan
intensitas tertinggi infeksi ini terdapat
pada umur 5-15 tahun
Di pedesan kasus ini lebih tinggi
masih
anak
Pasien
digolongkan
tinggal
di
anakdaerah
pedesaan
Pasien
berasal dari keluarga
prevalensinya, hal ini terjadi karena
yang tingkat ekonominya
buruknya sistem sanitasi lingkungan di
pedesaan,
tidak
adanya
jamban
rendah
27
yang
memiliki
tingkat
akan
menimbulkan
kekurangan gizi
Gangguan yang disebabkan oleh cacing
Kesan
tampak
: gizi kurang
Pasien
datang
dengan
keluhan:
benjolan pada perut
Perut
juga
dirasakan
membesar
infiltrat.
serta
disertai
nyeri.
Ibu pasien juga mengaku
bahwa pasien sudah tidak
Mual
(+),
Muntah(-).
Pasien kurang mau minum
dan
nafsu
makan
juga
berkurang.
Foto thorax pasien ini: tampak
infiltrat di daerah paracardial
28
Pemeriksaan
penunjang
selang
infus
sebanyak 1 ekor
Dari pemeriksaan feses juga
ditemukan
telur
cacing
feses pasien
Pada pasien ini diberikan
1. Mebendazol
dose
29
diberikan
tablet
albendazole
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Water related diseases: Ascariasis.
Communicable Diseases (CDS) and Water, Sanitation and Health unit (WSH)
Available
at
URL:
http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/
30
Available at URL:
Yohandromeda.
Ascariasis,
Respons
IgE
dan
Upaya
31