Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Terdahulu
Pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa adalah persoalan yang menarik untuk
dikaji mengingat begitu besar pengaruh motivasi

terhadap

minat belajar atau semangat belajar siswa. Namun sejauh


bacaan dan pengamatan penulis perbahasan tersebut belum ada
kajian secara khusus.
Adapun buku-buku yang relevan dengan pembahasan ini,
diantaranya; seperti Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan baru, dalam bukunya dikatakan bahwa Proses
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang sangat penting
dalam

pentransferan

suatu

ilmu

baik

yang

dimulai

dari

pendidikan tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Oleh sebab itu,


dalam proses pembelajaran tersebut, seorang pendidik yang
berkompetensi. Skripsi Seriwati, 2012 yang menjelaskan tentang:
Implikasi Motivasi Balajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi
Kasus di SMP Negeri 6 Samalanga). Dalam skripsinya dijelaskan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran agama Islam di
SMP Negeri 6 Samalanga, dan bagaimana hubungan antara

10

motivasi dan hasil belajar siswa serta kendala-kendala yang


dihadapi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
Dari beberapa kajian yang penulis tinjau ada kaitannya
dengan pembahasan skripsi penulis, namun semua kajian diatas
terlihat bahwa aspek pembahasan mareka tidak dalam kajian
yang sempit, akan tetapi tinjauan mareka lebih bersifat umum.
Maka sisi perbedaan kajian penulis dengan kajian diatas adalah
pembahasan penulis lebih dikhususkan pada Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa MTsS Baitul Aidah Keude
Tambue.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Motivasi
Para ahli banyak yang mendefinisikan tentang motivasi,
dari berbagai definisi-definisi itu kita akan lebih memahami apa
yang dimaksud dengan motivasi.
a. Menurut Padil dan Triyo Supriyatno dalam bukunya
Sosiologi Pendidikan , menjelaskan bahwa:
Motivasi adalah kekuatan diri dalam individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi dibedakan
antara dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah keadaan
ketidakseimbangan dalam diri individu karena pengaruh
dari dalam dan dari luar individu yang mengerahkan
perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan
kembali atau adaptasi. Sedangkan kebutuhan adalah
dorongan yang telah ditentukan secara personal sosial

11

kultur. Kebutuhan manusia yang terpenting adalah


kebutuhan untuk bersama orang lain, kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan bebas dari rasa takut, kebutuhan
bebas dari rasa bersalah, kebutuhan untuk turut serta
dalam mengambil keputusan mengenai persoalanpersoalan yang menyangkut dirinya, kebutuhan akan
kepastian ekonomi dan kebutuhan akan terintegrasinya
sikap, keyakinan dan nilai-nilai.5
b. Menurut Masnur, Basennang Saliwangi dan Nur Hasan
dalam bukunya Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar
Bahasa Indonesia , bahwa:
Secara harfiah motivasi berarti sesuatu yang
menggerakkan seorang individu untuk melakukan suatu
tingkah laku atau tindakan. Motivasi menunjukkan kepada
kekuatan atau daya pendorongnya. Sedangkan tingkah
laku atau tindakan adalah sebagai akibat atau operasional
dari adanya motivasi. Motivasi mendorong seorang individu
untuk bertindak atau berbuat sesuatu.6
c. Menurut

Ngalim

Purwanto

dalam

bukunya

Psikologi

Pendidikan menyebutkan bahwa:


Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu
proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap
bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.
Kemudian
John
P.
Campbell
dan
kawan-kawan
menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan
mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya
arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons dan
kegigihan tingkah laku.disamping itu, istilah itu pun
mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive),
5 Moh Padil dan Triyo Supriyatno, Sosiologi Pendidikan,
(Malang: UIN Malang Press, 2007), h 83-84.

6 Drs. Masnur. M, Drs. Basennang Saliwangi dan Dra. Nur


Hasan, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia,
(Bandung: Jemmars, 1987), h. 41.

12

kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran


(reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan
(goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.7
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga
komponen pokok, yaitu

menggerakkan, mengarahkan,

dan

menopang tingkah laku manusia.


1. Menggerakkan

berarti

menimbulkan

kekuatan

pada

individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan


cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan,
respons-respons efektif dan kecenderungan mendapat
kesenangan.
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah
laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi
tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan
sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah
dorongandorongan dan kekuatan-kekuatan individu.8
Pada

intinya

dapat

disederhanakan

bahwa

motivasi

merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk


melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
7 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 72.

8 Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,


M.Pd, op.cit,h.19.

13

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri


siswa

yang

menimbulkan,

menjamin

kelangsungan

dan

memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan


yang ada dapat tercapai.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua :
1.

Motivasi Intrinsik, mengacu pada faktor-faktor dari


dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada
diri

siswa.

Kebanyakan

teori

pendidikan

modern

mengambil motivasi intrinsic sebagai pendorong bagi


aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal.
Ini

tidak

mengherankan,

karena

keinginan

untuk

menambah pengetahuan dan untuk melacak merupakan


2.

factor intrinsic pada semua orang.


Motivasi Ekstrinsik, mengacu kepada faktor-faktor dari
luar, dan diterapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru
atau

orang

lain.Motivasi

ekstrinsik

biasa

berupa

penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.9


2. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga

9 Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar,


(Rajawali Pers, Jakarta : 1991), h.215-216.

14

dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi


seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di
dalam kurikulum sekolah.
Tindakan

memotivasi

akan

lebih

dapat

berhasil

jika

tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai


dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap
orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan
memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan
dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.10
Jadi

tujuan

menggerakkan

motivasi

dan

adalah

memacu

sesuatu

seseorang

yang

untuk

mampu

melakukan

sesuatu agar tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil sesuai


dengan apa yang dicita-citakan
3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar baik motivasi intrinsik
dan ekstrinsik diperlukan siswa agar terjadi aktifitas belajar. Ada
beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar siswa
di sekolah antara lain:
a. Memberi angka
10 Ngalim Purwanto, op.cit., h. 73-74.

15

Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari kegiatan


belajar siswa. Angka merupakan alat motivasi yang cukup
memberikan stimulus-stimulus (rangsangan-rangsangan)
kepada

siswa

untuk

mempertahankan

atau

lebih

meningkatkan prestasi belajar siswa.


Murid yang memperoleh angka atau nilainya baik,
akan mendorong motivasi belajamya menjadi lebih besar,
sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin
menimbulkan frustrasi atau dapat juga menjadi pendorong
agar belajar lebih baik.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang
lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Hadiah
yang diberikan kepada orang lain dapat berupa apa saja
sesuai dengan keinginan pemberi. Biasanya disesuikan
prestasi yang dicapai oleh seseorang. Hadiah dapat
dijadikan sebagai alat motivasi dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Saingan/kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat
motivasi agar siswa terdorong untuk belajar. Kondisi ini
dapat dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi
belajar mengajar yang kondusif. Hal ini yang memegang

16

peranan penting yaitu metode mengajar. Jika kondisi


tersebut terbentuk maka setiap siswa telah terlihat dalam
kompetisi untuk menguasai bahan ajar yang diberikan.
d. Ego-involvement
Penumbuhan kesadaran pada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri
merupakan sebuah bentuk motivasi yang cukup penting.
Para siswa akan belajar dengan keras dan giat boleh jadi
karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Ulangan

dapat

dijadikan

sebagai

alat

motivasi.

Karena siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar


ketiaka menghadapi ulangan. Ulangan merupakan strategi
yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih rajin
belajar. Oleh karena itu ulangan akan menjadi alat motivasi
yang dapat dilakukan secara akurat dengan teknik dan
strategi yang sistematis dan terencana.
f. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar dapat dijadikan sebagai alat
motivasi bagi siswa. Dengan mengetahui hasil belajar,
siswa akan terdorong untuk lebih rajin belajar.
g. Pujian

17

Pujian dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian


yaitu

bentuk

penguatan

yang

positif

dan

sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Guru dapat memberikan


pujian

kepada

mengerjakan

siswa

suatu

karena

pekerjaan.

keberhasilannya
Namun,

dalam

pujian

yang

diberikan harus tepat dan jangan berlebihan.


h. Hukuman
Hukuman sebagai penguatan yang negative, tetapi
jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan menjadi alat
motivasi yang baik. Hukuman akan menjadi alat motivasi
jika dilakukan dengan pendekatan edukatif dan bertujuan
untuk memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang
dianggap salah.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan,
ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti
pada diri siswa/anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar sehingga hasilnya akan lebih baik. Guru harus
dapat

memanfaatkan

hasil

belajar

siswa

dengan

menyediakan kondisi yang mendukungnya.


j.

Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktifitas. Minat besar pengaruhnya terhadap suatu aktivitas

18

belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran
yang diberikan dengan mudah dapat difahami siswa.
k. Tujuan yang ingin diakui
Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Karena dengan memahami tujuan yang harus dicapai akan
sangat berguna dan menguntungkan, maka timbul semangat untuk selalu
belajar.11
Segala bentuk motivasi ini jika guru tepat dan benar menggunakannya maka
siswa akan termotivasi belajar. Sehubungan dengan pernyataan tersebut maka dapat
difahami bahwa motivasi merupakan dasar dari kegiatan siswa untuk belajar. Oleh
karena itu, baik guru maupun siswa motivasi belajar amatlah diperlukan untuk
perkembangan pendidikan.

4. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan
bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru,
yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh
siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Komponen tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu:
Tingkah laku terminal, kondisi-kondisi tes, standar perilaku.
11 Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 41-49.

19

a. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar


yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.
tingkah

laku

itu

merupakan

bagian

tujuan

yang

menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.


b. Kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi
dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah
laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan
oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang
diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran
yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku
saat tes yaitu:
1. Alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa
dalam

upaya

mempersiapkan

diri

untuk

menempuh suatu tes, misalnya buku sumber.


2. Tantangan yang disediakan terhadap siswa,
misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan
tes.
3. Cara

menyajikan

informasi,

misalnya

dengan

tulisan atau dengan rekaman dan lain-lain. tujuantujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat
kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.
c. Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu
pernyataan

tentang

ukuran

yang

digunakan

untuk

membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu


ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat

20

diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai


tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu
masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku
tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang
harus

dikerjakan

sebagai

lambang

tertentu,

atau

ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau


kedapatan

melakukan

tindakan,

atau

kesesuainya

dengan teori tertentu.


5. Upaya Untuk Membangkitkan Motivasi
Motivasi mempunyai peran yang sangat penting dalam
kegiatan individu. Agar kegiatan individu memberikan hasil yang
efektif, maka perlu adanya motivasi yang kuat dan untuk itu
perlu adanya usaha-usaha untuk membangkitkan motivasi
Banyak guru yang merasa bahwa tugasnya hanyalah
mengajar, tidak memotivasi anak. Ketika di dalam kelas guru
semata-mata menyampaikan isi pelajaran kepada anak, pada hal
menyampaikan pelajaran dimana anak tidak merasa tertarik
dengan pelajaran yang kurang menguntungkan. Anak perlu
memperoleh motivasi. Seorang anak yang memiliki motivasi
akan dapat belajar lebih banyak dan cepat daripada mereka
yang kurang memiliki motivasi.12
12 Dra. Ny. Siti Partini Suardiman, SU,
Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Studing, h. 95.

21

Setiap guru di sekolah menghadapi murid-murid yang


beraneka ragam motivasi belajar. Guru amat berperan amat
banyak dalam meningkatkan belajar. Berikut ini upaya yang
dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar
antara lain:13
a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum.
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar.
Guru yang professional akan tertarik perhatiannya pada
membelajarkan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru
berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Dalam upaya
membelajarkan
dipersyaratkan

atau
(1)

mengajarkan
guru

telah

bahan

pelajaran

mempelajari

bahan

pelajaran, (2) guru telah memahami bagian-bagian yang


mudah, sedang, dan sulit, (3) guru telah menguasai caracara mempelajari bahan, (4) guru telah memahami sifat
bahan ajar tersebut.
b) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Guru
pembimbing.

selain
Guru

sebagai
dapat

pendidik

juga

mengupayakan

sebagai

optimalisasi

unsure dinamis yang ada pada diri siswa dan lingkungan


13 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 101.

22

siswa. Upaya optimalisasi tersebut yaitu: (1)pemberian


kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan
belajar yang dialaminya. (2) memelihara minat, kemauan,
dan semangat belajar agar terwjud kegiatan belajar. (3)
memimta kesempatan kepada orang tua atau wali, agar
memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi
diri

dalam

belajar.

(4)

memanfaatkan

unsur-unsur

lingkungan yang mendorong belajar. (5) menggunakan


waktu secara tetib, penguat dan suasana gembira yang
terpusat pada perilaku belajar. (6) guru merangsang siswa
dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa dia
dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
c) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
siswa
Guru sebagai penggerak juga sebagai fasilitator
belajar. Sebagai penggerak dan fasilitator belajar guru
perlu memahami, mencatat kesulitan-kesulitan siswa serta
diharapkan

memantau

tingakat

kesulitan

pengalaman

belajar dan segera membantu membantu kesulitan belajar.


Guru harus menggunakan pengalaman-pengalaman belajar
dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.
Upaya

optimalisasi

pemanfaatan

pengalaman

siswa

tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: (1) siswa ditugasi

23

membaca bahan belajar sebelumnya kemudian mencatat


hal-hal yang sulit tersebut diserahkan kepada guru; (2)
guru mempelajari hal-hal yang sulit bagi siswa; (3) guru
memecahkan hal-hal yang sulit, dengan cara memecahkan;
(4) guru mengajarkan cara memecahkan dan mengajarkan
keberanian mengatasi kesulitan; (5) guru mengajak siswa
agar megalami dan mengatasi kesulitan; (6) guru memberi
kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan
maslah

untuk

membantu

teman-temannya

yang

mengalami kesulitan; (7) guru memberi penguatan kepada


siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri;
(8) guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa
agar belajar secara mandiri.
d) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Guru

merupakan

pendidik

anak

bangsa

yang

berpeluang mendidikkan cita-cita bangsa dalam upaya


memberantas kebodohan masyarakat. Upaya mendidikkan
dan

mengembangkan

dilakukan

dengan

cita-cita

berbagai

belajar

cara

yang

yaitu:

(1)

dapat
guru

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; (2)


guru mengikutsertakan siswa untuk memelihara fasilitas
belajar; (3) guru mengajak siswa untuk membuat lomba
unjuk belajar; (4) guru mengajak orang tua siswa untuk

24

memperlengkap fasilitas belajar; (5) guru memberanikan


siswa untuk mencatat keinginan yang tercapai dan tidak
tercapai sebagai pemicu semangat agar keinginannya
dapat tercapai; (6) guru bekerja sama dengan pendidik lain
untuk mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar
sepanjang hayat.14
Guru sebagai motivator sangat berperan dalam mendorong
siswa agar giat belajar. Upaya tersebut dapat dilakukan guru
agar dapat membangkitkan minat belajar siswa.
Dalam upaya membangkitkan semangat serta minat belajar
siswa ada enam hal yang dapat dilakukan guru antara lain:
1) Membangkitkan dorongan kepada siswa agar belajar.
2) Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang
dapat dilakukan guru pada akhir pengajaran.
3) Memberikan penghargaan terhadap prestasi
dicapai

siswa

agar

dapat

merangsang

yang
untuk

memperoleh prestasi di kemudian hari.


4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5) Membantu kesulitan belajar siswa baik secara individual
maupun kelompok.
6) Menggunakan metode yang bervariasi atau berbedabeda.15
14

Dimyati

dan

Mudjiono,

Belajar

Dan

Pembelajaran..,h. 108

15 Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan


Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 38.

25

Dalam dunia pendidikan, motivasi dapat dilihat sebagai


suatu proses yang:
1) Membawa anak kepada pengalaman belajar yang
terjadi
2) Menimbulkan tenaga dan aktivitas anak
3) Memusatkan perhatian mereka pada satu arah pada
suatu waktu.
Memberi motivasi kepada anak berarti meningkatkan
belajarnya. Motivasi akan mempengaruhi tidak hanya belajar
anak

saja

tetapi

menerapkan

juga

tingkah

prinsip-prinsip

lakunya.

motivasi

Guru

dalam

diharapkan

mengajarnya,

merangsang belajarnya, menjaga anak tetap memiliki motivasi


sehingga

anak

akan

mengejar

ilmu

meskipun

sudah

meninggalkan kelas. tugas guru adalah memotivasi anak untuk


belajar yang terus-menerus. Guru diharapkan menciptakan
motivasi di dalam kelas dan berupaya menemukan berbagai cara
untuk dapat memotivasi anak.16
6. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Jika

kita

simpulkan

pandangan

definisi

belajar,

kita

menemukan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai


berikut :

16 Dra. Ny. Siti Partini Suardiman.., h. 95.

26

Pertama, belajar menunjukkan sesuatu aktivitas pada


seseorang

yang

disadari

atau

disengaja.

Oleh

sebab

itu

pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa


kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau
direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk aktivitas
tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam
melakukan semua kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek
jasmaniah

maupun

aspek

mental

yang

memungkinkan

terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat


dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik,
bilamana

intensitas

keaktifan

jasmaniah

maupun

mental

seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskinpun mental rendah


berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif.
Dari aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas seseorang
yang merupakan cerminan dari

kegiatan belajar, walapun diri

individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya


melakukan kegiatan belajar.
Kedua,

belajar

merupakan

interaksi

individu

dengan

lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia


atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh
pengalaman-pengalaman

atau

pengetahuan

baru

maupun

sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan


tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut

27

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi


individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih
intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya
guru lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. Sebagai
contoh, ketika seseorang anak meperhatikan bagaimana seorang
pemanjat tebing melakukan aktifitasnya. Semakin kuat interaksi
individu tersebut dengan obyek (berupa kegiatan tersebut),
maka akan semakin besar pula perhatian dan dorongan individu
untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
pemanjat tebing tersebut. Oleh sebab itu, di dalam proses
pembelajaran bilamana guru berhasil menumbuhkan hubungan
yang intensif dengan siswa dalam proses pembelajaran, maka
akan terjadi interaksi yang semakin kokoh dan pada giliranya
memungkinkan siswa semakin terdorong untuk memahami atau
mengetahui lebih mendalam sesuatu yang dipelajari. Sebaliknya
ketika interaksi indivisu dengan lingkungan semakin lemah,
maka dorongan mental untuk mendalami sesuatu menjadi
sumber belajar juga akan semakin lemah. Dalam keadaan ini
akan semakin sulit bagi individu untuk mendapatkan dorongan
guna

memperoleh

pengalaman

atau

pengetahuan

yang

diharapkan.
Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah
laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan

28

hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai


perubahan

tingkah

laku.

Perubahan

tingkah

laku

pada

kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat


diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan
tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut
dapat di amati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati
kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Siswa
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yakni :
1)

Faktor Internal

2)

Faktor Eksternal

3)

Faktor Pendekatan Belajar

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling


berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa
yang bersikaf conserving terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif ekstrinsik (factor eksternal) umpamanya, biasanya
cenderung mengabil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa berintelijensi tinggi

29

(factor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang


tuanya (factor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.
1.

Faktor Internal siswa


Factor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2

aspek, yakni : aspek fisiologis (jasmani), psikologis (rohaniah).


a.

Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehinga
materi yan di pelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
b.

Aspek Psikologis
Adapun yang dimaksud dengan faktor spikologis yaitu:

Bakat, minat, intelegensi dan kemampuan dasar.


1). Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan seseorang sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud. Bakat akan dapat menentukan proses belajar
seseorang. Siswa yang berbakat suatu bidang sudah tentu
mencapai prestasi

yang tinggi dalam bidang tersebut. Jadi

prestasi belajar perwujudan dan dari bakat dan kemampuan

30

yang dimiliki oleh seseorang.17 Ketidak mampuan seseorang


anak berbakat untuk berprestasi sesuai dengan potensinya
disebabkan oleh potensi lingkunganya yang kurang sesuai
untuk

mengembangkan

bakat

yang

dimilikinya.

Kondisi

lingkungan tersebut antara lain taraf sosial ekonomi yang


rendah,

tempat

tinggal

terpencil

yang

tidak

dapat

menyediakan fasilitas pendidikan dan kebudayaan.


2). Minat
Faktor minat juga sangat dipengaruhi keberhasilan
siswa dalam mengikuti belajar. Minat merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dengan prestasi belajar siswa. Hal ini
dikemukakan Hudodyo bahwa Minat adalah suatu gejala
tingkah

laku,

ingin

sesuatu

yang

lebih

banyak

dan

selanjudnya akan mencerminkan suatu tujuan. 18 Untuk


mencapai prestasi belajar yang baik

dengan gemilang

terhadap pelajaran tertentu, maka siswa harus benar-benar


berminat

tinggi

pada

pelajaran

tersebut.

Siswa

yang

mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran agama dan


merasa senang juga berhasrat dan giat dalam belajar agama
17 Munandar, Mengembangkan Bakat dan
Kreatifitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Guru dan
Orang Tua, (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 18.

18Munandar,
dan., h. 19.

Mengembangkan

Bakat

31

sehingga siswa tersebut akan mencapai prestasi atau hasil


belajar yang tinggi dalam bidang pendidikan agama.
3). Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu dengan
cara tertentu. Intelegensi juga sering dapat didefinisikan
sebagai

kemampuan

lingkungan

atau

dalam

belajar

menyesuaikan

dari

pengalaman.

diri

dengan

Sehubungan

dengan itu, Agus Sujanto menjelaskan bahwa: Intelegensi


merupakan kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan
dirinya dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi dan
kondisi yang baru.19
4). Kemampuan dasar
Pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang telah
diperoleh anak pada sekolah sebelumnya. Seorang anak yang
telah

melanjutkan

studinya

menentukan keberhasilan di

ke

Sekolah

Lanjutan,

sekolah selanjutnya

akan
dalam

proses belajar. Hal ini tentu membawa pengaruh bagi anak


dalam menerima pelajaran keselanjutnya, karena anak yang
sudah
2.

mempunyai

kemampuan

dasar

memahami pelajaran lanjutan.


Faktor Eksternal Siswa

19

Agus

Sujanto,

Psikologi

(Jakarta: Bina Aksara Baru, 1996), h. 73.

Umum,

dengan

mudah

32

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga


terdiri atas dua macam, yakni : faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan nonsosial.
a.

Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

administrasi,

dan

teman-teman

sekelas

dapat

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru


yang selalu menunjukkan sikaf dan perilaku yang simpatik
dan meperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin
khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan

belajar

siswa.

Selanjutnya,

yang

termasuk

lingkungan sosial siswa adalah masyarakat an tetangga juga


teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa
tersebut.
b.

Lingkngan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk

lingkungan nonsosial

adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal


keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktorfaktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
3.

Faktor Pendekatan Belajar

33

Pendekatan belajar, seperti faktor materi pelajaran yang


diajarkan kepada siswa, hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Faktor
materi

pelajaran

yang

diajarkan kepada

siswa

hendaknya

disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga


dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagai
mana yang telah di paparkan dimuka, faktor pendekatan belajar
juga

berpengaruh

terhadap

taraf

keberhasilan

proses

pembelajaran siswa tersebut.20


C. Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga ada pengaruh antara lingkungan dengan minat belajar
siswa.
2. Diduga ada pengaruh antara minat dengan motivasi belajar
siswa.

20 Muhibbin Syah, Psioklogi Belajar, Raja


Grafindo Persada, Jakarta : 2004, h.144-155.

Anda mungkin juga menyukai