Anda di halaman 1dari 86

SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET

SEPARATOR SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10


PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
PALIMANAN, CIREBON

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan pada semester VII di Program Studi D4
Teknik Otomasi Industri Jurusan Teknik Elektro

Oleh :
GUMILAR HARSYA PUTRA
NIM 121364015

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2015
i

SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET


SEPARATOR SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
PALIMANAN, CIREBON

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan pada semester VII di Program Studi D4
Teknik Otomasi Industri Jurusan Teknik Elektro

Oleh :
GUMILAR HARSYA PUTRA
NIM 121364015

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2015
ii

LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET SEPARATOR
SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10 PT. INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
Oleh
Gumilar Harsya Putra
NIM 121364015
Pelaksanaan di perusahaan/industri :
Tanggal
: 04 Agustus 2015 s/d 31 Agustus 2015
Tempat
: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Palimanan, Cirebon, Jawa
Barat
Diseminarkan :
Tanggal
Tim Penguji

: 26 November 2015
: 1. Hasan Surya , Drs.,S.T.,M.T.
2. Dr. Yusuf Sofyan, S.T.,M.T.

(Penguji 1)
(Penguji 2)

Disahkan :
Tanggal ......... ...............
Pembimbing Perusahaan

Dadan Dullah Adhinata

Tanggal .. .......................
Dosen Pembimbing

Ir. Heri Budi Utomo, M.T.


NIP 196302281988031002

Tanggal .............. ..............................


Ketua Program Studi Teknik Otomasi Industri

Sarjono Wahyu J., S.T., M.Eng


NIP 196012191993031002

iii

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET SEPARATOR
SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10 PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Disusun oleh :
Gumilar Harsya Putra
NIM 121364015
Diterima dan disetujui pada tanggal ..............................

Electrical Department Head

Pembimbing

Rudi Setiawan, S.T.

Dadan Dullah Adhinata

Mengetahui :
Human Resources Department Head

Ahmad Jamil

iv

PERNYATAAN
SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNETSEPARATOR
SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10 PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan praktik
kerja lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi dalam laporan praktik kerja lapangan ini tidak/belum pernah
disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas akhir/laporan kerja
praktik lapangan lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan praktik kerja lapangan yang saya kumpulkan ini
dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.

Cirebon, Agustus 2015

Gumilar Harsya Putra

ABSTRAK

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon merupakan salah satu


industri semen terbesar di Indonesia. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon memiliki dua plant yaitu Plant9 dan Plant10 dimana Plant1-Plant8 dan Plant11 berlokasi di Citeureup, Bogor dan juga Plant12 di Tarjun. Industri
ini terus beroperasi selama 7x24 jam untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dalam
proses produksinya, untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang bagus,maka
harus melewati proses yang panjang. Diantaranya pertambangan (mining), pengeringan dan penggilingan awal (raw mill), pembakaran dan pendinginan (Kiln and
great cooler), penggilingan akhir (Cement mill), dan pengemasan (packaging).
Semua proses sudah dilakukan secara otomatis.
Area raw mill merupakan tempat dicampurkannya semua bahan dasar pembuat
semen (batu kapur, pasir besi, tanah liat, dan pasir silika) dengan cara dikeringkan
dan digiling. Area raw mill dibatasi dari storage samapai ke homogenize silo. Di
area P10, mesin mill yang digunakan adalah mesin mill vertikal dengan roller sebagai penggeraknya. Roller yang bergerak dengan kecepatan tinggi akan mudah
rusak apabila terganjal benda-benda logam. Oleh karena itu, maka digunakanlah
magnet separator dan metal detector sebagai pengaman dan pencegah dengan cara
interlock sistem antara metal detektor dan belt conveyor pembawa material. Saat
metal detector mendeteksi keberadaan logam, maka detecting coil akan mengirimkan sinyal ke detecting unit diteruskan ke control unit. Sinyal tersebut akan dikirimkan ke control room. Pengontrolan dan komunikasi dilakukan dengan cara DCS.
Operator di control room akan mengirimkan sinyal balik menuju ke MCC belt
conveyor untuk menghentikan conveyor. Pemindahan logam tersebut dilakukan
oleh pekerja lapangan. Setelah itu, sistem harus direset agar dapat beroperasi
kembali.
Kata kunci : Raw mill, Metal detector, Magnet separator, Sistem Interlock.

vi

ABSTRACT

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon, is one of the biggest


cement industry in Indonesia. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan,
Cirebon, have two plants. They are Plant9 and Plant10 where Plant1-Plant8 and
Plant11 are located in Citeureup, Bogor while Plant12 in Tarjun. This industry
keep on run for 7x24 hours to meet a market demand. In time of production
process, to get top quality products, it should through the long way processes. The
processes are mining, drying and first mill (raw mill), burning and cooling (kiln
and great cooler), last mill(cement mill), and packaging. All of these process run
automatically.
Raw mill area is a place for mixing all of the base-material of cement (limestone,
iron sand, clay, and silica sand) with dried and mill. The raw mill area only from
storage to homogenize silo. The mill machine at P10 area is vertical mill machine
with rollers as the main mover. The rollers that rotate with high speed will be damaged easily if it against metal materials. Thats the reason why magnet separator
and metal detector areinstalled there as the protector and preventive with interlocking system between metal detector and belt conveyor who carried the base-material of cement. When the metal detector detect the metal, detecting coil will transmitt the signal to detecting unit and then to control unit. That signal then will be
sent to control room. This way is called DCS. Next, the operator in control room
will sent it back to MCC belt conveyor to stop the conveyor.After that, a worker
should find and remove the metal material manually. Last, press the reset button ,
so the system will run back normally.
Keyword : Raw mill, Metal detector, Magnet separator, Interlock system.

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat kepada
kita semua, khusunya kepada penulis, sehingga laporan Praktik Kerja Lapangan
dengan judul SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET SEPARATOR SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL PLANT 10 PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk . dapat terselesaikan dengan baik.
Didalam penyelesaiannya, penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan YME karena dengan izinnya penulis dapat melaksanakan program
praktik kerja lapangan (PKL) dari awal hingga selesai.
2. Kedua orangtua atas limpahan doa, dukungan, dan semangat yang tidak
pernah ada batasnya.
3. Bapak Drs. Baisrum, S.S.T., M.Eng., selaku ketua pelaksana program
praktik kerja lapangan (PKL) D-IV Teknik Otomasi Industri.
4. Bapak Sarjono Wahyu Jadmiko,S.T.,M.Eng., selaku Ketua Program Studi
Teknik Otomasi Industri Politeknik Negeri Bandung.
5. Bapak Ir. Heri Budi Utomo, M.T. , selaku Pembimbing I dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Rudi Setiawan, S.T., selaku Kepala Department Electric PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon.

viii

7. Bapak Dadan D. Adhinata selaku Kepala Bagian Instrumen PTIndocement


Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon.
8. Bapak Sujai dan Bapak Wildan selaku Foremen Plant10 yang selalu memberi bimbingan dan memberikan banyak ilmu dalam kegiatan Praktik
Kerja Lapangan.
9. Bapak Yana, Bapak Endun, Mas Abdul, Mas Wildi, dan Pegawai lainnya
di

Bagian

Instrumen

PT

Indocement

Tunggal

Prakarsa

Tbk.

Palimanan,Cirebon.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan pelaksanaan dan laporan kerja praktik ini.
Penulis yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada laporan
ini baik dari segi penulisan maupun penyajiannya. Oleh karenanya saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan penulis. Sehingga semua masukan tersebut dapat membantu penulis dalam penyusunan berikutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Cirebon, Agustus 2015

Gumilar Harsya Putra

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................

ii

Halaman Pengesahan .....................................................................................

iii

Halaman Pernyataan.......................................................................................

Abstrak ...........................................................................................................

vi

Kata Pengantar ...............................................................................................

viii

Daftar Isi.........................................................................................................

Daftar Tabel ...................................................................................................

xii

Daftar Gambar ................................................................................................

xiii

Bab I. Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

Latar Belakang ........................................................................................


Ruang Lingkup ........................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Manfaat ...................................................................................................
Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................
Metode Penulisan ....................................................................................
Sistematika Penulisan .............................................................................

1
2
3
4
5
6
6

Bab II. Tinjauan Umum Perusahaan


2.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. .....................................
2.2 Visi, Misi, dan Motto Perusahaan ...........................................................
2.2.1 Visi .......................................................................................................
2.2.2 Misi .....................................................................................................
2.2.3 Motto ..................................................................................................
2.3 Sejarah Peerseroan ..................................................................................
2.4 Produk Indocement .................................................................................
2.5 Kapasitas Produksi ..................................................................................
2.6 Proses Produksi .......................................................................................
2.7 Struktur Organisasi .................................................................................

8
10
10
11
11
11
16
18
20
23

Bab III. Tinjauan Pustaka Umum


3.1 Metal Detector ........................................................................................
3.1.1 Pengertian Metal Detector ....................................................................
3.1.2 Manfaat Metal Detector ........................................................................
3.1.3 Jenis Metal Detector .............................................................................

24
24
24
25

3.1.4 Komponen Metal Detector ...................................................................


3.1.5 Cara Kerja Metal Detector\...................................................................
3.2 Magnet Separator ....................................................................................
3.3 Gelombang Elektromagnetik ..................................................................
3.4 Sistem Kendali ........................................................................................
3.5 Sistem Komunikasi .................................................................................

27
27
28
29
30
34

Bab IV. Pembahasan


4.1 Metal Detector MD-703B .......................................................................
4.1.1 Deskripsi MD-703 B.............................................................................
4.1.2 Rangkaian MD-703B ............................................................................
4.1.3 Spesifikasi MD-703 B ..........................................................................
4.1.4 Pengaturan MD-703 B ..........................................................................
4.1.5 Pengaturan Sensitivitas MD-703B .......................................................
4.1.6 Maintenance MD-703B ........................................................................
4.2 Magnet Separator ....................................................................................
4.3 Interlocking Sistem .................................................................................
4.4 Data Pengecekan Metal Detector MD-703B ..........................................
4.5 Analisa ....................................................................................................
4.6 Simulasi Pengontrolan Metal Detector MD-703B ..................................

40
40
43
44
45
45
46
47
48
51
53
56

Bab V. Penutup
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................

63

5.2 Saran.........................................................................................................

64

Daftar Pustaka ..............................................................................................

65

Lampiran ......................................................................................................

66

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kapasitas Produksi ........................................................................

18

Tabel 4.1 Kapasistas Pendeteksi Logam ........................................................

44

Tabel 4.2 Hasil Benda Metal yang Terdeteksi ...............................................

54

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi .....................................................................

23

Gambar 3.1 Fixed MD Jenis Pintu dan Belt Conveyor ..................................

26

Gambar 3.2 Handheld MD .............................................................................

26

Gambar 3.3 Prinsip Kerja Metal Detector......................................................

27

Gambar 3.4 Cara Kerja Magnet Separator .....................................................

28

Gambar 3.5 Sistem Kendali Loop Terbuka....................................................

31

Gambar 3.6 Sistem Kendali Loop Tertutup ...................................................

31

Gambar 3.7 Elemen Sistem Kendali Loop Tertutup ......................................

32

Gambar 3.8 DCS P10 .....................................................................................

35

Gambar 3.9 PLC ............................................................................................

39

Gambar 4.1 Metal Detector MD-703B ..........................................................

40

Gambar 4.2 Detecting Coil ............................................................................

41

Gambar 4.3 Detecting Panel ..........................................................................

42

Gambar 4.4 Control Panel ..............................................................................

42

Gambar 4.5 Rangkaian Panel Control ............................................................

43

Gambar 4.6 Rangkaian Detecting Panel ........................................................

43

Gambar 4.7 Magnet Separator .......................................................................

47

Gambar 4.8 Skema Pemasangan MD-703B dan Magnet Separator ..............

48

Gambar 4.9 Flow Chart Komunikasi Interlocking .........................................

51

Gambar 4.10Hasil Pengujian Metal Detector MD-703B ...............................

51

Gambar 4.11 HMI DCS Siemens P10 ...........................................................

56

Gambar 4.12Program kendali metal detector.................................................

57

Gambar 4.13Program Kontrol MD-703B dengan Ladder Diagram ..............

61

Gambar 4.14HMI MD-703B Program kendali metal detector .....................

61

Gambar 4.15MD-703B Ready dan BC Ready ...............................................

62

Gambar 4.16Metal Terdeteksi, Sistem Interlock (BC Stop, Alarm ON) .......

62

Gambar 4.17 MD-703B Kembali Normal (Benda Metal removed) ..............

62

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan bagi mahasiswa untuk
mencicipi dunia kerja dalam rentang waktu yang singkat baik di perusahaan
swasta, BUMN, lembaga pemerintah, dan tempat lainnya yang berhubungan
dengan kompetensi yang ditekuni. PKL merupakan mata kuliah yang wajib untuk
ditempuh oleh seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.
Salah satu upaya peningkatan SDM dalam perguruan tinggi adalah melalui program PKL yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kesiapan diri dalam dunia kerja yang nyata. Jadi kegiatan PKL ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan mahasiswa untuk mempersiapkan
diri sebaik baiknya sebelum memasuki dunia kerja.
Selain itu, dengan langsung berkecimpungnya mahasiswa pada kegiatan
kerja agar mahasiswa bisa belajar bekerja dan mengaplikasikan teori-teori yang
sudah diajarkan pada bangku kuliah. Penulis memilih PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.,Palimanan, Cirebon sebagai tempat praktik kerja lapangan karena
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang cukup besar dan memiliki
banyak kegiatan yang sesuai dengan bidang otomasi industri.

Di laporan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) sekarang, penulis mengambil topik Sistem Kontrol Metal Detector dan Magnet Separator Sebagai
Pengaman Area Raw Mill Plant 10 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
Topik ini dipilih penulis sebab peran vital dari metal detector yang berperan
sebagai salah satu penentu proses produksi semen dapat berjalan dengan
seharusnya pada area raw mill dimana area ini merupakan titik awal penggilingan
bahan dasar pembuatan semen.

1.2 Ruang Lingkup


Kegiatan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. , Palimanan, Cirebon sendiri memiliki
2 plant yang terdiri dari plant 9 dan plant 10.
Selama mengikuti praktik kerja lapangan kurang lebih 4 minggu di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. , Palimanan, Cirebon. Penulis ditempatkan di
Electrical Department yang terdiri dari 3 section (bagian) yaitu section plan and
maintenance, electrical section, dan instrumentasi section. Berdasarkan background pendidikan (program studi) penulis yaitu teknik otomasi industri,penulis diberi
kebebasan oleh pembimbing untuk memilih bagian electrical atau bagian instrumentasi. Oleh karena itu, penulis lebih memilih untuk fokus ke

bagian

instrumentasi. Dalam satu bagian tersebut terdapat karyawan yang bertugas


menangani masalah instrumentasi yang terpasang di setiap proses produksi.

Penulisan Laporan
Pada penulisan laporan, ruang lingkup atau batasan yang akan dibahas dari

topik Sistem Kontrol Metal Detector dan Magnet Separator Sebagai Pengaman Area Raw Mill Plant 10 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
adalah pengontrolan metal detector dan magnet separator serta kontrol interlocking antara metal detector dan belt conveyor di area raw mill. Pada laporan ini,
tidak akan dibahas pengendalian kecepatan motor belt conveyor juga rollers mill.

1.3 Tujuan
Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan terdapat beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :

Secara umum :
o Sebagai salah satu syarat pendidikan yang ditempuh di Politeknik
Negeri Bandung.
o Mengetahui keadaan lingkungan kerja sesungguhnya.
o Melatih kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalahmasalah yang ada di lingkungan kerja pada bidang kompetensinya
secara profesional.
o

Meningkatkan dan mempersiapkan diri serta kualitas bagi calon


tenaga kerja yang mandiri dan profesional.

Secara khusus :
o Memahami cara kerja dari peralatan metal detector dan magnet
separator.
o Memahami cara pengaturan (setting) awal dari peralatan metal
detector.
o Memahami berjalannya proses pengiriman data dari peralatan lokal
ke ruang kendali pusat.
o Dapat membuat simuasi program pengendalian metal detector.

1.4 Manfaat

Bagi Mahasiswa :
o Mendapat pengalaman baru yang belum pernah didapat di bangku
kuliah.
o Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan di tempat kerja
praktik.
o Menyiapkan diri dalam menghadapi lingkungan kerja setelah menyelesaikan studi.
o Mengetahui atau melihat secara langsung teknologi yang diterapkan dan peranannya dilingkungan tempat praktik kerja.
o Belajar beradaptasi & berkomunikasi dengan sekelompok orang
yang telah berpengalaman di dunia kerja.

Bagi Perguruan Tinggi


o Menjalin kerja sama yang baik dalam perkembangan dan
penerapan teknologi dalam hal ini Politeknik Negeri Bandung
dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan,
Cirebon.
o Mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran selama
di bangku kuliah dengan aplikasi yang nyata di industri.
o Memperoleh gambaran tentang perusahaan yang dapat dijadikan
sebagai bahan tambahan untuk mengembangkan pendidikan.

Bagi Perusahaan
o Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerja
sama antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
o Merupakan perwujudan nyata peruahaan dalam pengembangan
pendidikan.
o Dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan SDM yang lebih
berkualitas dan kompeten.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis akan bekerja
dengan periode satu bulan (kurang lebih 4 minggu) yaitu dari tanggal 4 Agustus
2015 sampai dengan 31 Agustus 2015. Dengan rincian waktu kerja, hari SeninJumat pukul 08.00 WIB-17.00 WIB.

Untuk tempat pelaksanaan kegiatan PKL, yaitu di PT Indocement Tunggal


Prakarsa Tbk. ,Palimanan, Cirebon di Electrical Department pada Plant9dan Plant
10.

1.6 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam pelaksanaan kerja
praktik ini adalah sebagai berikut:

Metode observasi dan praktik langsung


Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan melalui pengamatan dan
praktik secara langsung.

Metode wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interaksi tanya jawab
secara langsung dengan petugas dan pembimbing yang ada di lapangan.

Metode literatur
Pengumpulan data dengan metode literatur dilakukan dengan mempelajari
buku-buku, informasi dari internet, serta catatan-catatan yang ada pada
saat melakukan kerja praktik.

1.7 Sistematika Penulisan


Bab I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
manfaat, waktu dan tempat, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
dari laporan prakitk kerja lapangan dan kegiatan praktik kerja lapangan.

Bab II. Tinjauan Umum Perusahaan, berisi tentang profil perusahaan.


Bab III. Tinjauan Pustaka Umum, menjelaskan secara umum prinsip kerja
metal detector dan magnet separator serta cara komunikasi data umum.
Bab IV. Pembahasan.
Bab V. Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


PT

Indocement

Tunggal

Prakarsa

Tbk.

(Indocement

atau

Perseroan) didirikan pada tanggal 16 Januari 1985, sebagai hasil


penggabungan enam perusahaan semen yang pada saat itu memiliki delapan
pabrik. Indocement memroduksi semen dan saat ini memiliki beberapa anak
perusahaan yang memroduksi beton siap-pakai (ready-mix concrete/RMC)
serta mengelola tambang agregat dan trass.
Selama 40 tahun beroperasi, Indocement terus menambah jumlah
pabriknya, hingga saat ini mencapai 12 pabrik. Indocement juga terus
meningkatkan kapasitas produksinya dan saat ini merupakan salah satu
produsen semen terbesar di Indonesia. Sebagian besar pabrik Indocement
berada di Jawa. Sembilan pabrik berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat,
dan saat ini merupakan salah satu kompleks pabrik semen terbesar di dunia.
Dua pabrik berlokasi di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, serta satu pabrik
berlokasi di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada 9 Oktober 2013,
Indocement memulai pembangunan Pabrik ke-14 di Citeureup, Bogor.
Pada 31 Desember 2013, Indocement memiliki kapasitas produksi
terpasang per tahun sebesar 18,6 juta ton semen, 4,4 juta meter kubik RMC,

dengan 40 batching plant dan 648 truk mixer, serta 2,5 juta ton cadangan
agregat.
Indocement mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 5 Desember 1989 dengan kode saham INTP. Sejak 2001, mayoritas
saham Perseroan dimiliki oleh perusahaan dalam Heidelberg Cement Group,
Jerman.Heidelberg Cement merupakan pemimpin pasar global agregat dan
pelaku bisnis terkemuka di bidang semen, RMC dan aktivitas hilir
lainnya,menjadikannya salah satu produsen bahan bangunan terbesar di
dunia.Group mempekerjakan sekitar 52.600 personil di 2.500 lokasi di lebih
dari 40 negara.
Dengan merek Tiga Roda, Indocement telah menjual 18,2 juta ton
semen pada tahun 2013, yang merupakan penjualan semen terbesar oleh
sebuah entitas tunggal di Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland
Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I, Tipe II
dan Tipe V, Oil Well Cement (OWC), Semen Putih dan TR-30 Acian Putih.
Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Selain itu, penjualan RMC yang diproduksi oleh entitas anak
Indocement, PT Pionirbeton Industri, meningkat sekitar 41,6% dibandingkan
tahun sebelumnya, menjadikan Indocement pemimpin pasar bisnis RMC di
Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, Indocement berkomitmen untuk
fokus pada pengembangan yang berkelanjutan melalui komitmen terus
menerus untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari proses produksi semen
yang dihasilkannya. Indocement adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara

yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission


Reduction/CER) untuk proyek bahan bakar alternatif dalam kerangka
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM).
Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16
Januari 1985 oleh Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan anggaran dasar
Perseroan, aktivitas usaha Perseroan adalah sebagai berikut:
a. Menjalankan usaha dalam bidang industri pada umumnya, termasuk tetapi
tidak terbatas untuk mendirikan pabrik semen dan bahan bangunan.
b. Menjalankan usaha dalam bidang penambangan pada umumnya.
c. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya.
d. Menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan darat dan laut untuk
pengangkutan hasil industri tersebut di atas.
e. Menjalankan usaha dalam bidang penyediaan sarana dan prasarana listrik,
termasuk mendirikan pembangkit tenaga listrik, dan penjualan energi
listrik.

2.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan


2.2.1 Visi
Pemain utama dalam bisnis semen dan beton siap pakai, pemimpin
pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir
untuk bisnis beton siap-pakai secara mandiri.

10

2.2.2 Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
berkualitas

dengan

harga

kompetitif

dan

tetap

memperhatikan

pembangunan berkelanjutan.

2.2.3 Motto
Turut membangun kehidupan bermutu.

2.3 Sejarah Perseroan


1985
PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan melalui penggabungan usahaenam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen.

1989
Indocement menjadi perusahaan public dan mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia.

1991
Penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya.
Memulai usaha beton siap-pakai.

11

1996
Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai dibangun dengan
kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per tahun.

1997
Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai dibangun dengan
kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton semen per tahun.

1998
Pengambilalihan PT Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) melalui
penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton semen
per tahun.

1999
Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat,
dengan kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per tahun.

2001
Heidelberg Cement Group menjadi pemegang saham mayoritas melalui anak
perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd.

12

2003
Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan sahamnya di
Indocement kepada HC Indocement GmbH.
2005
Indocement meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia.
Penggabungan

usaha

antara

HC

Indocement

GmbH

dengan

HeidelbergCement South-East Asia GmbH, dimana yang disebutkan terakhir


menjadi pemegang saham mayoritas langsung Indocement.

2006
HeidelbergCement South-East Asia Gmbh. melakukan penggabungan usaha
dengan HeidelbergCement AG. Dengan demikian HeidelbergCement AG.
menguasai 65,14% saham Indocement.
2007
Indocement membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah
perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
Indocement memodifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup untuk menambah
kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun.

2008
Indocement menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission
Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka Mekanisme
Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan bakar alternatif.

13

Indocement menerima Peringkat Hijau Program Penilaian Peringkat Kinerja


Perusahaan (PROPER) untuk periode 2007-2008, untuk Pabrik Citeureup dan
Peringkat Biru untuk Pabrik Palimanan.
Dalam rangka restrukturisasi internal, HeidelbergCement AG pemegang
saham utama Indocement mengalihkan seluruh sahamnya di Indocement
kepada Birchwood Omnia Limited (Inggris), yang dimiliki 100% oleh
HeidelbergCement Group.

2009
Birchwood Omnia Limited (HeidelbergCement Group), pemegang saham
utama Indocement, menjual 14,1% sahamnya kepada publik.
Indocement meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada program
PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh Pabrik Citeureup, Bogor.
Indocement merupakan perusahaan kedua di Indonesia yang meraih Peringkat
Emas sejak program PROPER dimulai tahun 2002. Pabrik Palimanan,
Cirebon, memperoleh Peringkat Hijau pada program PROPER 2008-2009.
Anak perusahaan Indocement, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS),
meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% atas tambang agregat di
Purwakarta, Jawa Barat, dengan estimasi cadangan sekitar 95 juta ton.
Akuisisi ini memampukan Indocement menjadi pemimpin pasar untuk
pasokan agregat dengan total cadangan sebesar 115 juta ton.

14

Melalui anak perusahaannya, PT Dian Abadi Perkasa dan PT Indomix


Perkasa, Indocement menguasai 100% saham PT Bahana Indonor, sebuah
perusahaan di bidang transportasi laut.

2010

Dua unit penggilingan-semen baru mulai beroperasi di Pabrik Palimanan,


meningkatkan total kapasitas terpasang sebesar 1,5 juta ton semen menjadi
18,6 juta ton semen per tahun.

Tambahan empat batching plant dan lebih dari 100 truk mixer baru
memperkuat bidang usaha beton siap-pakai guna mengantisipasi
peningkatan permintaan pasar.

2011

Dimulainya pembangunan penggilingan semen di Pabrik Citeureup untuk


meningkatkan kapasitas produksi PCC sebesar 1,9 juta ton semen.
Diharapkan akan selesai pada tahun 2013.

Beroperasinya fasilitas bongkar-muat semen kantong dengan peti kemas di


dermaga Pabrik Tarjun.

Dimulainya pembangunan terminal semen untuk menyediakan fasilitas


bongkar-muat semen kantong dan curah di Samarinda, Kalimantan Timur,
guna memenuhi permintaan serta meningkatkan pangsa pasar di wilayah
Kalimantan.

15

2012

Mulai digunakannya kereta api sebagai moda transportasi untuk


pengiriman semen kantong dari Palimanan ke Purwokerto.

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)


menerbitkan CER untuk Indocement atas keberhasilannya mengurangi
emisi dari proyek blended cement untuk periode 2006-2007.

Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Banyuwangi, Jawa Timur


guna memfasilitasi bongkar muat semen kantong dan curah.

Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Samarinda, Kalimantan


Timur guna memfasilitasi bongkar muat semen kantong dan curah.

2.4 Produk Indocement


Portland Composite Cement (PCC)
PCC dibuat untuk penggunaan umum seperti rumah, bangunan
tinggi, jembatan, jalan beton, beton pre-cast dan beton prestress. PCC mempunyai kekuatan yang sama dengan Portland
Cement Tipe I.
Ordinary Portland Cement (OPC)
OPC juga dikenal sebagai semen abu-abu, terdiri dari lima tipe
semen standar. Indocement memproduksi OPC Tipe I, II dan V.
OPC Tipe I merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk
berbagai penggunaan, seperti konstruksi rumah, gedung tinggi,

16

jembatan, dan jalan. OPC Tipe II dan V memberikan


perlindungan tambahan terhadap kandungan sulfat di air dan
tanah.
Oil Well Cement (OWC)
OWC adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak dan
gas baik di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi
suatu adukan semen dan dimasukkan antara pipa bor dan
cetakan sumur bor dimana semen tersebut dapat mengeras dan
kemudian mengikat pipa pada cetakannya.
White Cement
Semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior
gedung. Sebagai satu-satunya produsen semen putih di
Indonesia, saat ini Indocement dapat mencukupi kebutuhan
semen putih pasar domestik.
Acian Putih TR30
Acian Putih TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat.
Komposisi Acian Putih TR30 antara lain Semen Putih Tiga
Roda, kapur (Kalsium Karbonat) dan bahan aditif khusus
lainnya. Keuntungan menggunakan Acian TR30 antara lain,
permukaan

acian

lebih

halus,

mengurangi

retak

dan

terkelupasnya permukaan, karena mempunyai sifat plastis

17

dengan daya rekat tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan,


hemat karena acian lebih tipis, serta dapat digunakan pada
permukaan beton dengan menambahkan lem putih.
Ready-Mix Concrete (diproduksi anak perusahaan)
Beton Siap-Pakai diproduksi dengan mencampur OPC dengan
bahan campuran yang tepat (pasir dan batu) serta air dan
kemudian dikirimkan ke tempat pelanggan menggunakan truk
semen untuk dicurahkan. Sebagai nilai tambah produk, Beton
Siap-Pakai mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi dari
produk semen lainnya. Mayoritas yang signifikan dari Beton
Siap-Pakai Indocement adalah dijual di daerah Jakarta dimana
industri pembangunannya sangat baik.
Agregat (diproduksi anak perusahaan)
Tambang aggregates (batu andesit) di Rumpin dan Purwakarta,
Jawa Barat dengan total cadangan 130 juta ton andesit, melalui
anak

perusahaan

Indocement

akan

memperkuat

posisi

Indocement sebagai pemasok bahan bangunan.

18

2.5 Kapasitas Produksi


Tabel 2.1 Kapasitas Produksi
Kapasitas
Tahun

Pabrik

Lokasi

Produk

Produksi Semen
(Juta Ton/Tahun)

1975

Pabrik ke-1

Citeureup, Jawa Barat

PCC / OPC Tipe


0,7
II

1976

Pabrik ke-2

Citeureup, Jawa Barat

PCC / OPC Tipe


0,6
II

1979

Pabrik ke-3

Citeureup, Jawa Barat

PCC

1,1

1980

Pabrik ke-4

Citeureup, Jawa Barat

OPC

1,1

1981

Pabrik ke-5

Citeureup, Jawa Barat

OWC / WC /
0,2
OPC Tipe V

1983

Pabrik ke-6

Citeureup, Jawa Barat

PCC

1,6

1984

Pabrik ke-7

Citeureup, Jawa Barat

PCC

1,9

1986

Pabrik ke-8

Citeureup, Jawa Barat

PCC

1,9

1991

Pabrik ke-9 *)

Cirebon, Jawa Barat

PCC

2,05

1996

Pabrik ke-10

Cirebon, Jawa Barat

PCC

2,05

1999

Pabrik ke-11

Citeureup, Jawa Barat

PCC

2,6

2000

Pabrik ke-12 **)

Tarjun, Kotabaru,
PCC

2,6

Kalimantan Selatan
Jumlah Seluruhnya

18,6

*) Melalui Akuisisi tahun 1999

19

**) Melalui merger dengan PT Indo Kodeco Cement ( IKC ) pada tanggal 29
Desember 2000
OPC

: Ordinary Portland Cement

OWC

: Oil Well Cement

WC

: White Cement

PCC

: Portland Composite Cement

2.6 Proses Produksi


Produksi semen membutuhkan bahan baku yang bersifat kering,
proporsional, dan homogen sebelum ditransfer ke dalam tanur pembakaran. Hasil
pencampuran ini dikenal dengan nama klinker, yang kemudian dihaluskan dengan
campuran gipsum di dalam penggilingan semen untuk menghasilkan OPC atau
dicampur dengan bahan aditif lainnya untuk menghasilkan tipe semen yang lain.
Rata-rata, sekitar 960 kg klinker menghasilkan satu ton OPC.

Penambangan
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah
batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat
dan pasir silika di tambang dengan cara pengeboran dan peledakan dan kemudian
dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak jauh dari tambang. Bahan yang
telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan atau dengan menggunakan
truk.

20

Dalam sistem proses basah, bahan baku dimasukkan ke dalam tanur


dengan wujud aslinya yang masih basah, sehingga membutuhkan konsumsi panas
yang relatif tinggi. Dalam sistem proses kering, bahan baku telah dikeringkan dan
dimasukkan ke tanur dalam bentuk bubuk. Ini memberikan keuntungan sehingga
digunakan oleh produsen semen saat ini. Indocement menggunakan proses tanur
kering, yang mengkonsumsi panas lebih sedikit dan lebih efisien dibandingkan
proses tanur basah.

Pengeringan dan Penggilingan


Semua bahan yang sudah dihancurkan dikeringkan di dalam pengering
yang berputar untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material tersebut
menjadi turun sesuai dengan kontrol kualitas yang telah ditentukan sesuai standar
yang telah ditetapkan.Setelah disimpan di Raw Mill Feed Bins, campuran material
yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam penggilingan. Dalam proses
penggilingan ini, pengambilan contoh dilakukan setiap satu jam untuk diperiksa
agar komposisi masing-masing material tetap konstan dan sesuai dengan standar.
Setelah itu tepung yang telah bercampur itu dikirimkan ke tempat penyimpanan.

Pembakaran dan Pendinginan


Dari tempat penyimpanan hasil campuran yang telah digiling, material
yang telah halus itu dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan
bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi klinker. Setelah klinker ini
didinginkan, dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini berlangsung,

21

peralatan yang canggih digunakan untuk memantau proses pembakaran yang


diawasi secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang
dipergunakan adalah batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement
digunakan gas alam.

Penggilingan Akhir
Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips yang masih
diimpor, kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan
dengan sistem close circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi.
Semen yang telah siap untuk dipasarkan ini kemudian dipompa ke dalam tangki
penyimpanan.

Pengantongan
Dari silo tempat penampungan, semen dipindahkan ke tempat pengantongan
untuk kantong maupun curah. Pengepakan menjadi efisien dengan menggunakan
mesin pembungkus dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi
dengan otomatis ditimbang dan dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui
ban berjalan. Sedangkan semen curah dimuat ke lori khusus untuk diangkut ke
tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke Tanjung Priok untuk
disimpan atau langsung dikapalkan.

22

2.7 Struktur Organisasi


CIREBON OPERATION
GENERAL MANAGER
PPC GROUP
ASSISTANT TO GMO
SR. ADMIN OFFICER
ADMINISTRATION OFFICER

PLANT 9 / 10
PLANT MANAGER
TECHNICAL SERVICE

MINING DEPT.

PLANT ACC. DEPT.

DEPT.

PRODUCTION DEPT.

SUPPLY DEPT.

AUDIT

MECHANICAL DEPT.

HUMAN RESOURCES

MIS

DEPT.

ELECTRICAL DEPT.

GENERAL AFFAIRS

DELIVERY

DEPT.
QUALITY CONTROL

PAPER BAG

DEPT.
PACKING HOUSE
SECTION

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


Palimanan, Cirebon

23

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA UMUM

3.1 Metal Detector


3.1.1 Pengertian Metal Detector
Metal detector atau pendeteksi metal adalah sebuah perangkat atau alat
yang digunakan pada suatu tempat dengan tujuan untuk mendeteksi keberadaan
logam pada area tersebut.
3.1.2 Manfaat Metal detector
Di kehidupan sehari-hari, penggunaan metal detector digunakan dengan
berbagai tujuan. Dua diantaranya adalah untuk pengamanan dan pencarian
benda logam. Berikut merupakan kegunaan dari metal detector yang umum
ditemukan dalam kehidupan masyarakat:

Metal detector untuk prospeksi emas.

Metal detector untuk berburu barang-barang peninggalan sejarah.

Inspeksi keamanan (Security Inspection).

Scanning benda yang mengandung metal di mall ataupum barang bawaan


penumpang.

Mendeteksi jalur pipa dan kabel bawah tanah.

Eksplorasi bahan mineral.

24

Selain itu, metal detector juga digunakan pada industri-industri dengan


produk makanan, minuman, bahan bakar, semen, dan lain-lain. Tujuannya
adalah memastikan proses produksi dan hasil produknya terbebas dari bahan
logam yang bisa membahayakan konsumen.

3.1.3 Jenis-jenis Metal Detector


Ada dua jenis dari metal detector, yaitu:

Fixed metal detector

Handheld metal detector

Fixed metal detector adalah peralatan pendeteksi metal atau logam yang
terpasang permanen. Artinya pendeteksi metal ini hanya terpasang di satu
tempat dan tidak bisa dibawa kemana-mana. Contohnya seperti pendeteksi
metal jenis pintu dan pendeteksi metal yang terpasang di belt conveyor.
Biasanya pendeteksi metal jenis ini digunakan pada tempat-tempat yang
membutuhkan keamanan tinggi. Misalnya pintu masuk utama hotel, pintu
masuk utama bandar udara, area pemeriksaan mutu makanan dan minuman di
industri makanan dan minuman, area raw mill pada industri semen, dan lainlain.
Sedangkan handheld metal detector merupakan sebuah alat pendeteksi
metal yang dapat dibawa kemana-mana. Pengguna pendeteksi metal jenis ini
biasanya adalah para petugas keamanan (security), pencari benda-benda
peninggalan sejarah, dll.
25

Gambar 3.1 Fixed MD jenis pintu dan belt conveyor

Gambar 3.2 Handheld MD

26

3.1.4 Komponen-komponen Metal Detector


Pada umumnya, metal detector terdiri dari :

Kotak elektronik

Transmitter

Receiver

Baterai/Power supply

3.1.5 Cara Kerja Metal Detector


Dengan diberinya pasokan dari sumber listrik, pemancar menghasilkan
medan magnet. Jika sebuah objek logam melewati detektor, akan menjadi
magnet karena pengaruh dari medan magnet. Transmitter akan mengirimkan
sinyal ke receiver. Selanjutnya sinyal yang diterima receiver diteruskan ke
kotak elektronik. Ada amplify untuk memperkuat sinyal ini. Ini akan
menghasilkan suara bip yang menunjukan bahwa ada kontaminasi logam.

Gambar 3.3 Prinsip kerja metal detector

27

Untuk logam yang mempunyai sifat magnetic metal (contohnya : besi


dan baja), medan elektro magnet yang diterima receiver akan bertambah.
Sedangkan logam yang bersifat non magnetic metal (contohnya : alumunium,
tembaga, emas, kuningan, dll), maka medan elektromagnet yang diterima
receiver akan berkurang.

3.2 Magnet Separator


Magnet separator adalah sebuah peralatan yang bertugas untuk
memisahkan material-material yang merupakan magnet dari proses produksi yang
sedang berlangsung. Pemisah magnet ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
pertama material sebelum menuju ke pendeteksi metal.
Secara sederhana, cara kerja dari magnet separator dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3.4 Cara kerja magnet separator

28

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa normalnya material mengalir dari
tempat 1 (feed) menuju ke tempat 2. Magnet yang terpasang di bawah akan bergerak berputar seperti roda karena terpasang pada rotary object. Saat magnet berada
di posisi bawah atau tepat diatas permukaan aliran material, maka magnet akan
menarik benda-benda magnetik dan akan membuangnya ke tempat 3. Sedangkan
benda-benda non magnetik akan lanjut ke proses berikutnya melalui tempat 2.

3.3 Gelombang Elektromagnetik


Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat
walau tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang
dengan

beberapa

karakter

yang

bisa

diukur,

yaitu:

panjang

gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo/amplitude, kecepatan. Amplitudo


adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua
puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu
satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang.
Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya),
panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu
gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu gelombang
semakin tinggi frekuensinya.

29

Ciri-ciri gelombang elektromagnetik :

1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan
minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.
2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya
tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.
3. Dari ciri no 2 diperoleh bahwa gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal.
4. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik
mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi.
Juga mengalami peristiwa polarisasi karena termasuk gelombang
transversal.
5. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifatsifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.

3.4 Sistem Kendali


Sistem kendali adalah sekelompok peralatan yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Pada proses pengendalian terdapat empat langkah, yaitu pengukuran, perbandingan, menghitung,
dan mengoreksi.
Lazimnya, sistem kendali terdiri dari dua sistem yang menggunakan loop
pengendalian berbeda, yaitu terbuka dan tertutup.

30

Sistem Kendali Loop Terbuka


Sistem kendali loop terbuka adalah sistem kontrol yang output

pengontrolannya tidak mempengaruhi proses pengontrolan. Artinya, tidak ada


pengoreksian output terhadap input.

Gambar 3.5 Sistem kendali loop terbuka


Sehingga untuk loop terbuka, didapatkan :
C(s) = R(s).Gc(s).G(s).(1)
(2)

Sistem Kendali Loop Tertutup


Sistem kendali loop tertutup adalah sistem kontrol yang output

pengontrolannya mempengaruhi proses kontrol. Artinya, akan ada pengoreksian


dan pembandingan nilai output yang didapat dengan nilai input yang diberikan.

Gambar 3.6 Sistem kendali loop tertutup

31

Sehingga, didapat :
C(s) (1+H(s).Gc(s).G(s)) = R(s).Gc(s).G(s)...(3)
Berikut adalah elemen-elemen yang ada dalam pengendalian loop tertutup :

Gambar 3.7 Elemen sistem kendali loop tertutup


o Proses (Process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi
tertentu. Input proses dapat bermacam- macam, yang pasti merupakan
besaran yang dimanipulasi oleh final control element atau control valve
agar variabel yang dimaksud sama dengan set point. Input proses ini juga
disebut variabel yang dimanipulasi.
o Manipulated variable adalah input dari suatu proses yang dapat
dimanipulasi atau diubah-ubah besarnya agar process variable atau
variabel yang dikendalikan besarnya sama dengan set point.
o Gangguan adalah besaran lain, selain variabel yang dimanipulasi, yang
dapat menyebabkan berubahnya variabel yang dikendalikan. Besaran ini
lazim disebut load.
o Elemen Pengukur adalah bagian paling ujung suatu sistem pengukuran
(measuring system). Contoh elemen pengukur yang banyak dipakai

32

misalnya termocouple atau oriface plate. Bagian ini juga biasa disebut
sensor atau primary element.
o Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing
element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh
controller.
o Transducer adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali
dirancukan dengan kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi
yang serupa, walaupun tidak sama benar. Transducer lebih bersifat umum,
sedangkan transmitter lebih khusus pada pemakaian dalam sistem
pengukuran.
o Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal yang keluar
dari transmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal sistem
pengukuran.
o Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki. Sebuah kendali
akan selalu berusaha menyamakan variabel yang dikendalikan dengan set
point.
o Error adalah selisih antara set point dikurangivariabel yang dimaksud.
Error bisa negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih kecil
dari variabel yang dimaksud, error menjadi negatif.
o Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian yang membandingkan set point dengan measurement
variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan
mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi.

33

Controller sepenuhnya menggantikan peran manual dalam mengendalikan


sebuah proses. Controller merupakan alat pengendali.
o Unit Pengendali adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya
koreksi yang diperlukan. Input control unit adalah error, dan outputnya
adalah sinyal yang keluar dari controller (manipulated variable). Unit
Pengendali memiliki fungsi transfer yang tergantung pada jenis controller.
Output unit pengendali adalah hasil penyelesaian matematik fungsi
transfer dengan memasukkan nilai error sebagai input.
o Final control element, seperti tercermin dari namanya, adalah bagian akhir
dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini berfungsi untuk
mengubah measurement variable dengan cara memanipulasi besarnya
manipulated variable, berdasarkan perintah controller.

3.5 Sistem Komunikasi

Distributed Control System


Distributed Control System (DCS) adalah suatu pengembangan system

control dengan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar


didapat pengontrol suatu loop sistem yang lebih terpadu dan dapat
dikendalikan oleh semua orang dengan cepat dan mudah. Alat ini dapat
digunakan untuk mengontrol proses dalam skala menengah sampai besar.
Proses yang dikontrol dapat berupa proses yang berjalan secara kontinyu atau
proses yang berjalan secara batching.

34

DCS secara umum terdiri dari digital controller terdistribusi yang mampu
melakukan proses pengaturan 1 256 loop atau lebih dalam satu control box.
Peralatan I/O dapat diletakkan menyatu dengan kontroler atau dapat juga
diletakkan secara terpisah kemudian dihubungkan dengan jaringan. Saat ini,
kontroler memiliki kemampuan komputasional yang lebih luas. Selain control
PID, kontroler dapat juga melakukan pengaturan logic dan sekuensial. DCS
modern juga mendukung aplikasi fuzzy dan neural network.

Sistem DCS dirancang dengan prosesor redundant untuk meningkatkan


kehandalan sistem. Untuk mempermudah dalam penggunaan, DCS sudah
menyertakan tampilan / grafis kepada user dan software untuk konfigurasi
control. Hal ini akan memudahkan user dalam perancangan aplikasi. DCS
dapat bekerja untuk satu atau lebih workstation dan dapat dikonfigurasi di
workstation atau dari PC secara offline. Komunikasi lokal dapat dilakukan
melewati jaringan melalui kabel atau serat optik.

Gambar 3.8 DCS P10

35

Fungsi DCS

DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop system dimana
satu loop dapat mengerjakan beberapa proses control.

Berfungsi sebagai pengganti alat kontrol manual dan otomatis yang terpisahpisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan
penggunaannya.

Sarana pengumpul dan pengolah data agar didapat output proses yang tepat.

Cara Kerja DCS

DCS digunakan sebagai alat control suatu proses. Untuk mempelajari suatu sistem
kontrol dengan DCS, harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan
loop system, dimana pada suatu loop system terdiri dari :

1. Alat pengukur ( Sensor Equipment)


2. Alat control untuk pengaturan proses (Controller)
3. Alat untuk aktualisasi ( Actuator)

DCS terhubung dengan sensor dan actuator serta menggunakan setpoint untuk
mengatur aliran material dalam sebuah plant / proses. Sebagai contoh adalah
pengaturan setpoint control loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan
control valve. Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke pengendali
melalui I/O device. Ketika pengukuran variable tidak sesuai dengan set point

36

(melebihi atau kurang dari setpoint), pengendali memerintahkan actuator untuk


membuka atau menutup sampai aliran proses mencapai set point yang diinginkan.

Kelebihan DCS
Fungsi control terdistribusi diantara FCS
Sistem redundancy tersedia di setiap level
Modifikasi interlock sangat mudah dan fleksible
Informasi variable proses dapat ditampilkan sesuai dengan keinginan user
Maintenance dan troubleshooting menjadi lebih mudah
Komponen komponen DCS

Secara umum komponen dari DCS terdiri dari 3 komponen dasar yaitu:
Operator Station, Control Module, dan I/O module.

a. Operator Station

Operator station merupakan tempat dimana user melakukan pengawasan atau


monitoring proses yang berjalan. Operator station digunakan sebagai interface
dari sistem secara keseluruhan atau biasa juga dikenal dengan kumpulan dari
beberapa HIS (Human Interface Station). Bentuk HIS berupa komputer biasa
yang dapat mengambil data dari control station. Operator station dapat
memunculkan variable proses, parameter control, dan alarm yang digunakan user
untuk mengambil status operasi. Operator station juga dapat digunakan untuk
menampilkan trend data, messages, dan data proses.

37

b. Control Module

Control modul merupakan bagian utama dari DCS. Control modul adalah pusat
kontrol atau sebagai otak dari seluruh pengendalian proses. Control modul
melakukan proses komputasi algoritma dan menjalankan ekspresi logika. Pada
umumnya control module berbentuk blackbox yang terdapat pada lemari atau
cabinet dan dapat ditemui di control room. Control module biasanya
menggunakan mode redundant untuk meningkatkan kehandalan control.

Fungsi dari control module adalah mengambil input variable yang akan dkontrol.
Nilai variable tersebut akan dikalkulasi. Hasil dari kalkulasi ini akan
dibandingkan dengan set point yang sudah ditentukan. Set point ini adalah nilai
yang diharapkan sebuah proses. Jika hasil kalkulasi berbeda dengan set point,
nilai tersebut harus dimanipulasi sehingga mencapai set point yang sudah
ditentukan. Hasil manipulasi nilai akan dikirim ke input output modul dan untuk
disampaikan ke aktuator.

c. I/O Module

I/O Module merupakan interface antara control module dengan field instrument.
I/O module berfungsi menangani input dan output dari suatu nilai proses,
mengubah sinyal dari digital ke analog dan sebaliknya. Modul input mendapatkan
nilai dari transmitter dan memberikan nilai proses kepada FCU untuk diproses,
sedangkan FCU mengirimkan manipulated value kepada modul output untuk

38

dikirim ke aktuator. Setiap field instrument pasti memiliki alias di I/O module.
Setiap field instrument memiliki nama yang unik di I/O Module.

Pengendali
Pada sistem DCS, perangkat pengendali yang sering digunakan adalah
Programmable Logic Controller (PLC). PLC adalah suatu mikroprosesor yang
digunakan untuk otomasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan
mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan
keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti
sensor, relay, contactor dan lain-lain. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk
mengoperasikan PLC berbeda dengan bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang
digunakan adalah Ladder, yang hanya berisi input-proses-output. Selain itu, juga
dapat menggunakan Function Block Diagram, Structure Text, Statement list, dan
Sequential function chart.

Gambar 3.9 PLC Siemens S7-300

39

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Metal Detector MD-703B


4.1.1 Deskripsi MD-703B
Metal detector model MD-703B adalah peralatan yang bertugas untuk

me-

misahkan bahan yang kontaminasi loagam dari material-material dasar pembuatan


semen. Caranya dengan mendeteksi keberadaan bahan kontaminasi logam tersebut menggunakan medan magnet. Metal detector ini dipasang pada jalur
material yang akan menuju rawmill untuk penggilingan awal.
Berikut adalah gambar metal detector yang di gunakan dan komponenkomponennya:

Gambar 4.1 Metal detector MD-703B outdoor unit

40

o Detecting Coil
Detecting coil terbuat dari kerangka PVC yang keras dan didalamnya
terdapat belitan-belitan. Detecting coil dipasang pada sebuah belt
conveyor yang sedang berjalan. Peralatan ini terhubung dengan detecting
unit yang ada didalam panel deteksi dengan sebuah kabel.

Gambar 4.2 Detecting coil MD-703B


o Detecting Panel
Panel ini harus ditempatkan dekat dengan detecing coil. Pengaturan
sensitivitas alat dilakukan disini. Berikut merupakan bagian-bagian
dalam panel :
a. Detecting unit Model KD-103
Pengatur kesensitivitasan dipasang pada panel ini.
b. Controller unit Model KD-7803
Saklar uji dipasang pada panel ini.
c. Pilot lamp, switch, counter dan outlet.

41

Gambar 4.3 Detecting panel


o Control Panel
Panel ini digunakan untuk mengirimkan sinyal agar belt conveyor berhenti
dengan menggunakan relay. Panel ini terdiri dari :
a. Rangkaian transformer
Ini berfungsi sebagai cut-off noise listrik & penurun tegangan.
b. Rangkaian kontrol
Time relay, relay, dan pilot lamp untuk melengkapi panel ini.

Gambar 4.4 Control panel

42

4.1.2 Rangkaian MD-703B

Gambar 4.5 Rangkaian panel kontrol

Gambar 4.6 Rangkaian detecting panel

43

4.1.3 Spesifikasi MD-703B


o Power Supply
Tegangan 400V 50Hz satu fasa (dibawah 1.0 KVA)
o Penyimpangan yang diizinkan (toleransi)
Tegangan : 10% dari rating tegangan
Frekuensi : 5% dari rating frekuensi
o Batas ambang temperatur
Pastikan temperatur dalam panel deteksi tidak melebihi -20

dan + 60

untuk kinerja yang akurat dan menghindari masalah.


o Kapasitas pendeteksi
Kapasitas pendeteksi banyak dipengaruhi oleh rasio S/N (signal to noise
ratio), juga lokasi. Karenanya, seberapa jauh kemampuan pendeteksian
logam kecil, tergantung pada S/N dan lokasinya.
o Ukuran terdeteksi
Tabel 4.1 Kapasitas pendeteksi logam
Belt Conveyor
Item
No.

ME04.3

Item
No.

Belt
Width

ME04.1

750m
m

Trough
Angle

Belt
Speed

30

80m/m
in

ME05.2

ME05.1

600m
m

30

53m/m
in

MJ-04.1

MJ03

900m
m

30

60m/m
in

MN1
-04

600m
m

30

MN105.2

Minimum Detectable Size of


Metal Pieces

Handling Material

60m/m
in

Name

Grain
Size
(max.)

Temp.

Limestone

25mm

30 C

Clay

25mm

30 C

Sand

25mm

30 C

Iron ore

5mm

30 C

Limestone

25mm

100 C

Clinker

50mm

100 C

Raw coal

50mm

30 C

Ferrous Metal

Non-ferrous
Metal

4.5x20mm
t 1.6x15x15mm

20x20mm
t 6x30x30mm

4.5x20mm
t 1.6x15x15mm

20x40mm
t 6x40x40mm

4.5x20mm
t 1.6x15x15mm

20x30mm
t 6x30x30mm

4.5x20mm
t 1.6x15x15mm

20x30mm
t 6x30x30mm

44

4.1.4 Pengaturan MD-703B


Pengaturan secara manual :
o

Sakelar S3 dan S4 diset pada posisi OFF.

Max. Sensitivity setting VR1 diatur pada full left.

Setting sensitivitas VR2 pada tingkat 10

Sirkit breaker NFB set ON, dan PL1 akan menyala. Selanjutnya dalam
lima belas detik berikutnya PL2 akan menyala.

Sakelar PB1 di putar dan PL3 akan menyala.

Siapkan satu benda metal dan letakkan pada belt conveyor.

Biarkan

benda tersebu melewati detecting coil. Putar VR1 ke kanan

sedikit

demi sedikit hingga benda tersebut dapat terdeteksi. (PL3

akan

menyala saat benda berhasil terdeteksi).


Setelah itu, atur sensitivitas dengan VR2.
o

Sakelar S3 dan S4 di set ON. Tujuannya untuk menguji apakah

belt

conveyor terhenti saat benda logam terdeteksi.


4.1.5 Pengaturan Sensitivitas MD-703B
o VR2 (Pengatur sensitivitas)
Putar perlahan ke kanan untuk meningkatkan sensitivitas

pendeteksi

agar logam yang berukuran kecil dapat dideteksi. Untuk menurunkan


sensitivitas, putar ke kiri.

45

o VR1 (Pengatur sensitivitas maksimum)


Setelah mengatur senstivitas maksimum dengan VR1, selanjutnya atur
sensitivitas dengan VR2.

4.1.6 Maintenance MD-703B

Pemeriksaan sebelum memulai pekerjaan


a. Bersihkan detecting coil dari debu.
b. Lakukan pengecekan kinerja metal detector dengan mengunakan
potongan besi untuk memastikan akurasinya.

Pemeriksaan setiap dua belas bulan


Pastikan pemeriksaan rutin setiap dua belas bulan untuk melihat
komponen-komponen yang masih layak. Apabila sudah tidak layak, maka
harus diganti. Kemudian yang wajib dilakukan adalah :
a. Atur kembali VR1 dan VR2 ke setting standard.
b. Periksa level actuating dari rangkaian switching.

Periksa sinyal output


Pemeriksaan sinyal output tegangan dari detecting unit dengan
menggunakan oscilloscope atau pen recorder.

Pemeriksaan setiap 3 tahun


Overhaul koil pendeteksi setiap 3 tahun. Buka cover detecting unit dan
bersihkan dari debu baik luar maupun dalam. Periksa apakah kabel koil
rusak atau tidak. Jika iya, ganti keduanya dengan yang baru.

46

4.2 Magnet Separator

Gambar 4.7 Magnet separator


Magnet separator yang digunakan di area raw mill ini tidak memiliki
rangkaian kontrol. Peralatan ini langsung disuplai dengan tegangan 400V. Alat ini
dipasang sebagai pengaman awal dari bahan terkontaminasi logam yang bisa saja
terbawa material dasar pembuatan semen. Magnet separator hanya mendeteksi bahan metal yang berada di atas raw material (limestone, pasir, silika, dan clay).
Saat benda terkontaminasi logam tepat berada di bawah magnet separator,
maka benda tersebut akan langsung tertarik ke atas (magnet separator). Ini terjadi
karena adanya gaya tarik-menarik yang diakibatkan magnetisasi. Benda terkontaminasi logam tersebut selanjutnya akan dipindahkan ke suatu tanki pembuangan.
Sensitivitas magnet separator bergantung pada kuat medan magnet dan
efek magnetisasi yang dibangkitkan. Semakin besar kuat medan magnet, maka

47

semakin besar kekuatan atau daya magnet separator. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kekuatan dari magnet separator, diantaranya :

Intensitas medan magnet.

Medium dari separator.

Alat-alat mekanis yang digunakan (belt, drum, shaking, dan lainlain).

Magnet yang digunakan (stationary atau moving).

4.3 Interlocking Sistem


Pada proses pengeringan dan penggilingan (raw mill) area dibatasi dari
penampung bahan dasar pembuat semen (storage) hingga ke homogenize silo.
Hasil dari pertambangan (limestone, pasir, silika, dan clay) akan ditampung di
satu tempat (storage) yang didistribusikan menggunakan beltconveyor untuk
selanjutnya akan menju raw mill. Pada P10, raw mill yang digunakan adalah
vertical mill.

Gambar 4.8 Skema Pemasangan MD-703B dan Magnet Separator

48

Dalam proses menuju mill, dipasang satu set peralatan yang bertugas
untuk mencegah terbawanya benda terkontaminasi logam ke dalam mill. Pemasangan ini bertujuan agar rollers yang ada dalam mill tidak rusak saat dalam
kecepatan tinggi meskipun ukuran rollers-nya besar. Peralatan tersebut adalah
magnetic separator dan metal detector.

Cara Kerja Detecting Panel


Metal detector yang disuplai dengan tegangan 400V AC 50Hz akan men-

yebabkan efek magnetisasi dan gelombang elektromagnetik di detecting coil. Ini


terjadi karena adanya arus listrik yang mengaliri kumparan (transmitter dan receiver). Gelombang elektromagnetik yang dibangkitkan mempunyai nilai frekuensi
dan amplitudo. Amplitudo dari gelombang ini lah yang akan dijadikan sebagai sinyal acuan ada tidak nya logam. Pada kondisi normal (tidak ada logam),amplitudo
gelombang elektromagnetik yang diterima receiver akan sama dengan yang
dikirimkan transmitter sehingga tidak akan ada perubahan pada switching circuit
(Gambar 4.6). Switching circuit yang disuplai tegangan 24V DC, terdiri dari relay
dan amplifier unuk penguat sinyal. Switching circuit bertugas sebagai pengontak
antara detecting panel dan control panel.
Saat metal terdeteksi, maka amplitudo dari gelombang elektromagnetik
akan terjadi perubahan (osilasi). Untuk logam yang mempunyai sifat magnetic
metal, medan elektromagnet yang diterima receiver akan bertambah. Sedangkan
logam yang bersifat non magnetic metal, maka medan elektromagnet yang
diterima receiver akan berkurang. Sinyal perubahan ini (nilai arus dari medan

49

magnet) akan dirasakan oleh switching circuit. Ini menyebabkan relay Y2


energize dan kontak Y2 yang NO akan menjadi close. Selain itu, relay Y3 pun
akan energize. Kontak Y3 juga akan berubah kondisinya (NO menjadi close).
Kontak Y3 yang telah close akan mengalirkan arus menuju relay Y4 dan
menyebabkan relay energize. Kontak dari relay ini, akan membuat PL3 (Pilot
Lamp 3; Detect signal) dan counter aktif. Selain itu, juga akan ada aliran arus
menuju control panel.
Control panel
Control panel disuplai oleh tegangan 100V. Tegangan ini untuk menyupplai relay-relay control yang ada di control panel. Dari Gambar4.5, kondisi
normal control panel yaitu pilot lamp power 1 (PL1) menyala, relay YT energize
dan 15 detik kemudian kontak relay YT aktif sehingga pilot lamp power 2 (PL2)
akan menyala.
Saat benda metal terdeteksi, sinyal yang diterima dari detecting panel
(melalui kontak relay Y4), akan melewati terminal TB1B dan memberi trigger
kepada relay Y15 dan Y12. Kedua relay ini akan energize. Kontak Y12 yang terhubung dengan relay kontrol Y13, Y14, dan PL4 (BC Stop) akan mengalirkan
arus menuju ke tiga komponen tersebut. Sedangkan kontak Y15 akan mengaktifkan marking device. Kontak Y13 yang telah close membuat alarm aktif, dan
kontak Y14 akan memberikan sinyal menuju I/O DCS bahwa telah terdeteksi
logam dan meminta untuk menghentikan belt conveyor. Pengiriman sinyal dari
control panel ke DCS dan operator dilakukan melalui terminal TB1C.

50

Interlocking
Sinyal deteksi yang dikirim control panel metal detector, akan diolah
oleh controller terlebih dahulu.Sinyal tersebut adalah sinyal digital. Sinyal digital
dikenal dengan dua logika yaitu 1 dan 0. Logika 1 untuk high dan logika 0 untuk
low. Controller mengolah data tersebut berdasarkan program dari server.
Kemudian server akan mengirimkan sinyal kepada controller menuju client (OS)
dan MCC (Motor Control Center)untuk memberikan perintah menghentikan kerja
belt conveyor.
Setelah belt conveyor terhenti, pencarian dan pengangkatan benda logam
tersebut dilakukan oleh manusia. Setelah dipastikan tidak ada lagi benda logam,
maka metal detector dan belt conveyor dapat di operasikan kembali dengan menekan tombol restart di detecting panel.

Detecting Coil

Detecting
Panel

Control Panel

I/O

MCC Belt

I/O

Controller

Server

Conveyor
OS Raw Mill

(Client)

Gambar 4.9 Flow Chart Komunikasi Interlocking


4.4 Data Pengecekan Metal Detector MD-703B
Berikut merupakan hasil pengecekan kondisi metal detector MD-703B di
Plant 10 area raw mill PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon

51

Tanggal 2 Januari 2015

Gambar 4.10 Hasil Pengujian Metal Detector MD-703B

Tanggal 20 Februari 2015


Tabel 4.2 Hasil Benda Metal yang Terdeteksi.
Setting

No.

Identifikasi
Khusus

Kecepatan Belt
Conveyor

Area

ME-04.1

80 m/minute

ME-04.1

MN-04

MJ-03

Old

New

Limestone P-10

10%

10%

53 m/minute

Iron Sand P-10

10%

10%

60 m/minute

Raw Coal P-10

10%

10%

60 m/minute

Clinker P-10

10%

10%

Jumlah Mur
4

5 - 10

7
4

10
15

Kondisi
Metal
Detector

10

terdeteksi
terdeteksi
terdeteksi

terdeteksi

Kedua data di atas merupakan dua data yang berbeda. Gambar 4.10
menunjukkan hasil pengujian dari metal detector terhadap sistem interlockingnya.
Setiap metal detector yang berada di area berbeda, masih dalam kondisi baik
karena masih bisa mengirimkan sinyal sehingga sistem interlockingnya berjalan.
Perbedaan hasil antara referensi dan measuring dapat disebabkan oleh sensitivitas
metal detector itu sendiri. Agar dapat bekerja maksimal, maka sensitivitas harus

52

tinggi. VR1 diatur maksimum dan VR2 disesuaikan dengan kemungkinan besar
atau kecilnya ukuran benda logam yang akan terdeteksi di setiap area.
Untuk Tabel 4.2, data menunjukkan berapa banyak benda yang terdeteksi.
Di semua area, sensitivitas metal detector di setting 10%. Namun, benda (baud)
yang terdeteksi jumlahnya berbeda-beda karena potensi adanya benda metal atau
logam berbeda pula.

4.5 Analisa
Pengaturan (setting) sensitifitas metal detector
Sensitifitas metal detector diatur dengan tujuan agar metal detector
mampu mendeteksi benda-benda metal baik yang ukuran besar hingga yang
kecil. Pengatur sensitifitas berupa adjustor (potensiometer), terdiri atas dua
adjustor yaitu VR1 dan VR2. Karena adjustor yang berupa potensiometer, maka
dipastikan memiliki nilai resistansi. Dengan setting-an awal VR1 maksimum
(nilai resistansinya 100%) dan VR2 diatur sesuai dengan potensi ukuran benda
metal yang akan dideteksi (nilai resistansi 10%-25%), bertujuan untuk mengatur
besarnya arus yang akan mengalir menuju kumparan pendeteksi (detecting coil)
karena melihat prinsip kerja metal detector MD-703B yang bekerja berdasarkan
kuat medan magnet. Oleh karena itu, arus listrik merupakan faktor penentu besar
kecilnya kuat medan magnet yang akan dibangkitkan. Hubungan antara
resistansi, arus, dan kuat medan magnet dapat dilihat dari persamaan :

53

..................................................................................(1)

Ket : B = Kuat medan magnet (Tesla)


0 = Permeabilitas ruang hampa
I = Arus (Ampere)
N = Jumlah lilitan
R = jari-jari atau jarak yang dibentuk oleh kawat (m)
dan
V = I.R.........................................................................(2)

Ket : V = Tegangan (Volt)


I = Arus (Ampere)
R = Resistansi (Ohm)

Dari persamaan 2, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai resistansi dengan
tegangan yang konstan maka arus yang mengalir nilainya semakin kecil. Dari
persamaan 1, dengan variable-variable yang konstan (0, N, dan A) maka
perubahan nilai I akan berpengaruh terhadap nilai B. Semakin besar arus yang
mengalir pada kumparan, maka kuat medan magnet yang dihasilkan akan semakin
besar. Jadi, untuk meningkatkan kepekaan atau sensitifitas metal detector
terhadap benda metal yang kecil, diperlukan resistansi yang kecil untuk
menghasilkan arus yang besar sehingga dapat mengalir ke kumparan pendeteksi
(detecting coil) dan membangkitkan kuat medan magnet yang besar. Sebaliknya,

54

untuk mendeteksi benda metal yang besar, besarnya nilai resistansi tidak akan
terlalu berpengaruh selama arus yang mengalir menuju detecting coil konstan.

Proses pengiriman data dari peralatan lokal menuju pengendali


Permasalahan utama dari proses pengiriman data dari peralatan lokal menuju

pengendali adalah jarak. Semakin jauh jarak antara keduanya, maka potensi
kegagalan pengiriman dan penerimaan data semakin besar. Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah ini maka besaran arus yang digunakan sebagai data dari lokal
menuju ke pengendali. Ini karena arus tidak terlalu terpengaruh terhadap jarak,
sementara nilai tegangan akan berubah karena terpengaruh jarak dengan kata lain
tegangan mengalami drop sedangkan arus tidak. Besaran arus yang digunakan
adalah 4-20mA karena sudah menjadi standar range kerja komponen komponen
elektronika yang ada di industri. Dengan konversi nilai

4mA sebagai nilai

minimum (0) dan 20mA sebagai nilai maksimum (1), maka data dari sistem lokal
yang berupa analog dapat diterima oleh controller (PLC) yang berbasis digitalwork. Selain itu, alasan dipilihnya 4-20mA menjadi standar karena :
o 4mA cukup untuk menyuplai arus yang di butuhkan oleh power loop dan
tidak cukup untuk menyebabkan kehilangan daya.
o Dipilih karena resistansi 250 Ohm, 4 mA x 250 = 1 Volt, dan 20 mA x 250 =
5 Volt, merupakan range kerja dari sinyal digital. Standar Analog ke Digital
adalah 1 ke 5 V dengan resistan 250 Ohm yang sesuai dengan Zero dan Full
digital.
o Memberikan suatu sinyal minimum yang bukan nol untuk memungkinkan
pendeteksian kehilangan sinyal, dan batas tegangan sinyal minimum

55

menyediakan batas antara sinyal minimum dan setiap gangguan yang


mungkin ada.
o Sangat mudah memahami 4 mA adalah low level dan jika dibawah 4 mA
artinya instrument tidak bekerja atau fail.
o Ini adalah standar untuk memastikan keselamatan pada area kerja. Sinyal 20
mA tidak cukup untuk memicu percikan api dan kita dapat membatasi daerah
bahaya api di area kerja.
Selain besaran arus yang digunakan sebagai data pengiriman dan penerimaan,
pemilihan kontroler dan media data carrier menuju pengendali juga harus
diperhatikan. Karena ketiga faktor ini yang dapat memastikan bahwa data yang
dikirim sama dengan data yang diterima.

4.6 Simulasi Pengontrolan Metal Detector MD-703B


Di area raw mill plant10, pengontrolan metal detector dilakukan dari
Central Control Room (CCR) P10. Sinyal yang diterima dari control panel yang
berada di lapangan akan diolah oleh controller menggunakan bahasa function
block dan hasilnya akan disajikan melalui Human Machine Interface (HMI).

Gambar 4.11 HMI DCS Siemens P10

56

Gambar 4.12 Program kendali metal detector

Simulasi pengontrolan metal detector


Berikut ini merupakan simulasi pengontrolan metal detector MD-703B meng-

gunakan PLC Omron CJ1M dan CX-Designer serta CX-Programmer. Skala desimal dari PLC ini adalah 0-4096 untuk sinyal analog 4-20mA.

57

58

59

60

Gambar 4.13 Program Kontrol MD-703B dengan Ladder Diagram

Gambar 4.14 HMI MD-703B

61

Gambar 4.15 MD-703B Ready dan BC Ready

Gambar 4.16 Metal Terdeteksi, Sistem Interlock (BC Stop, Alarm ON)

Gambar 4.17 MD-703B Kembali Normal (Benda Metal removed)

62

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di PT. Indoccement Tunggal
Prakarsa, Tbk., dapat disimpulkan bahwa :
1.

Metal detector dan magnet separator keduanya bekerja berdasarkan kuat


medan magnet. Dikatakan benda metal terdeteksi jika kuat medan magnet antara receiver dan transmitter mengalami perubahan nilai signifikan.

2.

Penyettingan awal metal detector dengan VR1 sebesar 100% dan VR2
sebesar 10%-25% memengaruhi tingkat sensitifitas metal detector.

3.

Penggunaan DCS membuat sistem lokal dapat saling berkomunikasi


dengan ruang kendali pusat. Controller bertugas untuk mengirimkan data dari ruang kendali pusat menuju metal detector dan MCC belt conveyor dan sebaliknya. Juga, adanya HMI mempermudah operator untuk
mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi dari jarak jauh.

4.

Simulasi pengendalian kerja metal detector dengan menggunakan ladder


diagram dapat bekerja dengan baik dan sesuai saat benda logam
terdeteksi.

5.2 Saran

63

1.

Maintenance harus dilakukan dalam periode berkala dan teratur untuk


menjaga kondisi metal detector tetap optimal.

2.

Lingkungan di sekitar area raw mill, khususnya area sekitar metal detector
harus dijaga kebersihannya karena dapat mempengaruhi detecting coil dari
metal detector.

DAFTAR PUSTAKA

64

[1] Detektor Logam. Tersedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Detektor_logam


[Diakses pada tanggal 14 Agustus 2015]
[2] Graves M, Smith A, and Batchelor B 1998: Approaches to foreign body
detection in foods, Trends in Food Science & Technology 9 21-27.
[3] Grosvenor, Edwin S. and Wesson, Morgan. Alexander Graham Bell: The Life
and Times of the Man Who Invented the Telephone. New York: Harry N.
Abrahms, Inc., 1997. ISBN 0-8109-4005-1.
[4] Kawasaki Heavy Industries. Metal Detector.
[5] R, Rapli Alpria. Sistem Kerja dan Pengontrolan Sensitivitas Metal Detector
Area Raw Mill P10 di PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. UNDIP:
Laporan. Tidak Diterbitkan. 2015
[6] Sedra, Adel S. Dan Smith C. Kenneth. Rangkaian Mikroelektronik
(Terjemahan MICROELECTRONICS CIRCUIT). Jilid 1. Edisi Kedua.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
[7] Siahaan,
Jefri
Hansen.
Magnetic
Separation.
Tersedia
www.arsipteknikpertambangan.blogspot.com/2014/03/magneticseparation.html?m=1.[Diakses pada tanggal 18 Agustus 2015].

65

LAMPIRAN 1
(Surat Penerimaan PKL Dari PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon)

66

67

LAMPIRAN 2
(Struktur Organisasi Electrical Dept. P9 dan P10)

68

69

LAMPIRAN 3
(Lembar Kegiatan PKL)

70

71

LAMPIRAN 4
(Sertifikat Telah Melaksanakan Kegiatan PKL)

72

73

Anda mungkin juga menyukai