Anda di halaman 1dari 22

Susu formula

1. Pengertian
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya
hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar
mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002).
2. Jenis Susu Formula
a. Formula adaptasi
Formula adaptasi (adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi baru lahir) untuk bayi
baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI (tabel 6.2)
dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur dibawah 3-4 bulan fungsi
saluran pencernaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASInya harus mengandung zat-zat
gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral yang berlebihan maupun kurang.
b. Formula awal lengkap
Formula awal lengkap (complete starting formula) berarti susunan zat gizinya lengkap dan
pemberiannya dapt dimulai setelah bayi dilahirkan. Beberda dengan formula adaptasi yang diuraikan
terlebih dahulu, pada formula yang disebut belakangan ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi
dan rasio antara fraksi-fraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu.
Lagipula kadar sebagian besar mineralnya lebih tinggi dibandikan dengan formula adaptasi.
Keuntungan dari formula bayi ini terletak pada harganya. Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit
mak ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Dalam
pengalaman penulis dengan memberi formula nayi demikian,walupun dimulai langsung setelah bayi
dilahirkan, tidak pernah ditemukan kesulitan. Jika keadaan ekonomi tidak memungkinkan untuk
membeli formula mahal, maka formula demikian dapat dipakai. Di satu rumah sakit di Australia
(hubungan pribadi) untuk menghemat biaya bayi diberi fomula adaptasi sampai umur 3 bulan untuk
kemudian diganti dengan formula lengkap.
c. Formula Follow-Up
Formula follow-up (dengan follow-up diartikan lanjutan, mengganti formula bayi yang sedang dipakai
dengan formula tersebut). Formula demikian diperuntukan bagi bayi berumur 6 bulan keatas. Telah
diuaraikan terlebih dahulu, bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, hingga tidak memberatkan
fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalm formula
adaptasi zat-zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakitpenyakit gizi disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat tersebut. Oleh sebab
pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan
lagi oleh ginjal. Lagipula dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah, maka
formula bayi adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi diats umur 6 bulan,
terkecuali jika bayi demikian mendapat pula makanan tambahan seperti makanan padat yang
memenuhi sysrat Badan Kesehatan Sedunia (WHO).
3. Komposisi Susu Formula
a. Lemak
Kadar lemak disarankan antara 2.7 4.1 g tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian
hingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85%. Disarankan juga bahwa 3 4 % dari
kandungan energi harus terdiri dari asam linoleik.
b. Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1.2 dan 1.9 g/100 ml. Dengan rasio lakalbumin/kasein kuranglebih 60/40. Oleh karena kandungan protein daripada formula ini relatif rendah maka komposisi asam
aminonya harus identik atau hampir indentik dengan yang terdapat dalam protein ASI. Protein
demikianlah yang dapat dipergunakan seluruhnya oleh bayi pada minggu-minggu pertama setelah
dilahirkan. Walupun demikian Mead Johnson mengedarkan formula dengan nama Enfamil Neonatal,

1.

khusus bagi bayi baru lahir sampai usia 1 bulan, dengan 73% proteinnya sudah dihidrolisis. Pemberian
protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningginya kadar ureum, amoniak, serta asam amino
tertentu dalam darah.perbedaan antara protein ASI dan susu sapi terletak pada kandungannya (susu
sapi mengandung 3.3 g/100 ml.) dan rasio antara protein whey dan kaseinnya: pada ASI 60/40,
sedangkan pada susu sapi20/80. Ada yang berpendapat bahwa kualitas kasein ASI lebih baik daripada
kasein susu sapi. Kadar sistein, salah satu asam amino yang mengandung welirang (sulfer) terdapat
rendah, hanya sepersepuluh daripada yang terdapat dalam susu ibu. Bayi baru lahir dan terutama
yang dilahirkan sebagai prematur bel dapat megibah asam amino metionin menjadi sistein, hingga
pemberian susu sapi tanpa diubah dahulu dapat menyebabkan kekurangan relatif sistein. Penambahan
protein whey akan memperbaiki susunan asam aminonya hingga mendekati kandungan sistein yang
terdapat dalam ASI. Nestle menambahkan Taurin pada produk formula bayinya seperti Nan, Lactogen1 dan Nestogen-1.
c. Karbohidrat
Disarankan untuk formula ini kandungan karbohidrat antara 5.4 dan 8.2 g bagi tiap 100 ml.
Dianjurkan supaya sebagai karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya
glukosa atau destrin-maltosa. Tidak dibenarkan pada pembuatan formula ini untuk memakai tepung
atau madu, maupun diasamkan (acidified) karena belum dikrtahui efek sampingannya dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Laktosa dalam usus dicerna oleh ezim laktase dan diserap sebagai
glukosa dan galatosa. Walupun aktivitas laktase pada bayi baru lahir memuaskan, sebagian masukan
laktosa akan mengalami proses fermentasi oleh kuman-kuman usus besar dan diubah menjadi asam
laknat, asam lemak dengan berat molekul rendah. Dengan demikian laktosa merupakan faktor penting
untuk menurunkan pH tinja. PH yang rendah ini disertai kapasitas buffer yang rendah pula karena
rendahnya kandungan protein dan fosfat, memberi dampak yang baik untuk menekan pertumbuhan
Escherichia Coli dan usus bayi yang mendapat ASI. Bebelac EC (Lyempf) mengandung karbohidrat
yang terdiri dari 56% laktosa dan 44% dekstrin. Formula bayi tersebut diperuntukkan bagi bayi yang
sering menderita gangguan gastro-intestinu, seperti kolik, kembung dan buang air besar yang selalu
encer.
d. Mineral
Seperti dapat dilihat pada tabel 6.1 kosentrasi sebagian besar mineral dalam susu sapi seperti
natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, khlorida, lebih tinggi 3 sampai 4 kali dibandingkan
dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral
harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0.25 dan 0.34 g bagi tiap 100 ml. Kandungan
mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI (tabel
6.2). Penurunan kadar mineral diperlukan sangat oleh karena bayi baru lahir belum dapat
mengekskrisi dengan sempurna kelebihanannya.
e. Vitamin
Biasanya berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan formula demikian hingga dapat mencukupi
kebutuhan sehari-harinya.
f. Energi
Banyaknya energi dalam formula demikian biasanya disesuaikan dengan jumlah energi yang terdapat
pada ASI.
4. Cara Pemberian Susu Formula
a. Pemilihan
Prinsip umum dalam pemilihan susu formula adalah bila susu formula yang digunakan tidak
menimbulkan masalah pada bayi, seperti diare, muntah, konstipasi dan gangguan kulit. Setiap bayi
memiliki penerimaan yang berbeda untuk setiap merk susu formula (Suririnah, 2008).

http://creasoft.wordpress.com/2010/01/01/susu-formula/

ASI
Nilai Nutrisi Air Susu Ibu

Keunggulan dan keistimewaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi.
Masyarakat luas khususnya kaum ibu telah paham benar kegunaan dan manfaat ASI, berbagai tulisan yang
membahas masalah ASI telah banyak dipublikasi. Dalam makalah ini akan dibahas nilai nutrisi yang
terkandung dalam ASI dan keunggulannya dibanding nutrisi lain untuk bayi, dengan demikian diharapkan
para ibu akan lebih percaya diri dalam memberikan ASI kepada bayinya.
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air
susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu
bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui
(kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir
pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya
akan zat gizi terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan
bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI
yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein
meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien
yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui dengan jumlah
berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari
ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari.
Komposisi
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi
mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI
sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang
dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.
Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak.
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi
atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna
laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena
penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari
setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu
sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak
terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat
dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%).
Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi
tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan
alergi.

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang
membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah
satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam
susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini
ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat
dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat
rendah.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu
basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam
jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan
bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.
Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi
ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa
perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3
dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI
juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam
arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua susu formula
ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam
susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih
sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak
mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan
lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu
pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi
yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Vitamin
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K
ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi
perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu
diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena
dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari
sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan
vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.

Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi
juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat
ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.
Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2
cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang
menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan
sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.
Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu
dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan
lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan
jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih
rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh
kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang
menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih
banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi
yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding
dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih
mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu
dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan
masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.

Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses
metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah
acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh.
Kadar zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral
zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat
di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga
tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan cepat.
ASI dan perkembangan ketrampilan makan
Bayi mengalami pengalaman pertama tentang rasa makanan sejak masih dalam kandungan. Rasa cairan
ketuban berubah-ubah bergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Rasa dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan di salurkan ke cairan ketuban yang tidak hanya dirasakan oleh janin
tetapi juga meningkatkan penerimaan dan kenikmatan bayi pada saat masa penyapihan ASI. Kemampuan
bayi untuk mengetahui dan menerima rasa dan selera berkembang setelah lahir. Oleh karena itu
pengalaman pertama terhadap rasa dan selera mempunyai dampak terhadap penerimaan rasa dan selera
pada masa bayi dan anak. Telah diketahui sejak lama bahwa bayi yang terpapar dengan rasa dalam ASI
akan meningkatkan penerimaan rasa tersebut sehingga mempercepat keberhasilan penyapihan. Beberapa
bayi yang mendapat ASI lebih dapat menerima sayur-sayuran pada pemberian pertama dibandingkan

dengan bayi yang mendapat susu formula. Anak yang diberikan ASI paling sedikit 6 bulan juga lebih jarang
mengalami kesulitan makan (picky eaters), sepanjang cara pemberian ASInya benar.
Daftar Bacaan
1.

Walker WA, Watkins JB, Duggan C. Nutrition in pediatrics. Basic science and clinical applications. BC
Decker, London 2003.

2.

Laurence RA. Breast Feeding. A guide for the medical profession. Mosby. St.Louis. 1989.

3.

Hendricks KM, Duggan C, Walker AW. Manual of pediatric nutrition. BC Decker, London 2000.

4.

Samour PQ, Helm KK, Lang CE. Handbook of pediatric nutrition. ASPEN, Maryland 1999.

5.

Baker SS, Baker DR, Davis AM. Pediatric nutrition support. Jones & Bartlett, Boston 2007.

Penulis : Aryono Hendarto dan Keumala Pringgadini


Sumber : Buku Bedah ASI

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20099815410
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Roesli,
2005 ):
1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan residual material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak.
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga
atau keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI matur.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi
berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah
kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI matur.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58
kalori/100 ml kolostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.

- Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di


bandingkan ASI matur.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus
bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi
pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
- Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
- Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu
ke 3 ke 5.
- Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
- Volume semakin meningkat.
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
3. Air Susu Matur
Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satusatunya yang
diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
kasienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 850 ml/24 jam
- Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu:
- Antibodi terhadap bakteri dan virus.
- Sel(phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
- Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
- Protein (lactoferrin, B12 Binding Protein)
- Faktor resisten terhadap stapilokokus.
- Komplement ( C3 dan C4)
Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung
imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,

mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium


(Na) dan seng (Zn) (Roesli, 2005).
Berdasrkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research
Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI
dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Zat-zat gizi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil
(mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam
Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum)
(mg)
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)

kolostrum
58
2,3
140
218

ASI
70
0,9
1 : 1,5
187
161

Susu sapi
65
3,4
1 : 1,2
-

330
364
5,3
2,9

167
142
7,3
4,2

4,8
3,9

151
1,9
30
75

75
14
40
160

41
43
145
82

183
0,06
0,05
0,05
5,9
1,5
-

12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5

64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6

39
85
40
70

35
40
40
100

130
108
14
70

4
14
74

4
15
57

12
120
145

- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)

48
22

15
14

58
30

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada
tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi bila bayi diberi susu sapi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian
protein wheynya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak
dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi
yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan
diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung
lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat
bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama
kali keluar hanya mengandung sekitar 1 2% lemak dan terlihat encer. Air susu
yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui.
Air susu berikutnya disebut Hind milk, mengandung sedikitnya tiga sampai empat
kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi,banyak memperoleh
air susu ini (Roesli, 2005). Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan
terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Di samping fungsinya
sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi
asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah
pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan
kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada
susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk
bahanbahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium,
kalium, fosfor dan klor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan bayi (Roesli, 2005). Apabila makanan yang dikonsumsi ibu
memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan
pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D
dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI,
bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah
ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan
terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Roesli, 2005).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22283/4/Chapter%20II.pdf

Tanda-Tanda Vital dan Pemeriksaan


Fisik pada Bayi
Tanda-tanda vital seorang manusia antara lain:
1. Tekanan darah
2. Nadi / pols
3. Suhu Tubuh / temperatur
4. Pernapasan
TEKANAN DARAH
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan
: 85/15 mmHg
- Usia 1 6 bulan
: 90/60 mmHg
- Usia 6 12 bulan : 96/65 mmHg
- Usia 1 4 tahun : 99/65 mmHg
- Usia 4 6 tahun : 160/60 mmHg
- Usia 6 8 tahun : 185/60 mmHg
- Usia 8 10 tahun : 110/60 mmHg
- Usia 10 12 tahun : 115/60 mmHg
- Usia 12 14 tahun : 118/60 mmHg
- Usia 14 16 tahun : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
- Usia lanjut
: 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:


* Hypertensi rendah : 140 159/ 90-99 mmHg
* Hypertensi sedang : 160 169/100-109 mmHg
* Hypertensi berat : 180 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
- Lengan atas
- Pergelangan kaki
NADI
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan
gystole dari jantung.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir
: 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan
: 110 kali per menit
- Umur 1 6 bulan
: 130 kali per menit
- Umur 6 12 bulan
: 115 kali per menit
- Umur 1 2 tahun
: 110 kali per menit
- Umur 2 6 tahun
: 105 kali per menit
- Umur 6 10 tahun
: 95 kali per menit
- Umur 10 14 tahun
: 85 kali per menit

- Umur 14 18 tahun
: 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun
: 60 100 kali per menit
- Usia Lanjut
: 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri radalis
: Pada pergelangan tangan
- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis : Pada leher
- Arteri femoralis : Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
- Arteri politela : pada lipatan lutut
- Arteri bracialis : Pada lipatan siku
- Ictus cordis
: pada dinding iga, 5 7
SUHU
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 15 menit
- Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 5 menit
- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC 37,5oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya < 36oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC 38oC
- Febris : Jika bersuhu 38oC 39oC
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
PERNAPASAN
Pola pernapasan adalah:
- Pernapasan normal (euphea)
- Pernapasan cepat (tachypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
- Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
- Bayi : 30 40 kali per menit
- Anak : 20 50 kali per menit
- Dewasa : 16 24 kali per menit
A. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan
normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu
tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
1. PRINSIP PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU LAHIR
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
Pastikan pencahayaan baik
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang
pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
2. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
a) Kapas
b) Senter
c) Termometer
d) Stetoskop
e) selimut bayi

f) bengkok
g) timbangan bayi
h) pita ukur/metlin
i) pengukur panjang badan
3.PROSEDUR
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu
(maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata
2
4. PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
a). Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan.
Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
b). Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan
bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
c). Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
d). Ukur lingkar dada
ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui
kedua puting susu)
5. PEMERIKSAAN FISIK
a). Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang
berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran
spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah
diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar
dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan
yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior
dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
b). wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi
di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin.
Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
3
c). Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya
defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia
dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
d). Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.

Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi
jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis
kongenital
Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya
gangguan pernapasan
e). Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan
adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpisteins pearl
atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
4
f). Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
g). Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar
tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan
trisomi 21.
h). Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan
presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
i). Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis
atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka
dan perdarahan
j). Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
5
k). Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas.
Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten

l). Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium
tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon
ibu (withdrawl bedding)
m). Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan
adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
n). Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
p). Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina
bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya
abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra
q). Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
6
B. DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK
Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak
dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi
dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil
diagnosis fisik penyakit hanya dari anamnesis dan PD
1. ANAMNESIS
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang
sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya Bias.
Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang
memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak. Pemeriksa harus
bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis
terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus
diarahkan oleh pemeriksa, supaya tidak ngelantur
2. IDENTITAS
Supaya tidak keliru anak lain berakibat fatal
a) Nama, Umur
b) Jenis kelamin
c) Nama orang tua (ayah, ibu)
d) Alamat (lengkap)
e) Umur, Pendidikan Orang tua
f) Pekerjaan Orang tua
g) Agama, Suku bangsa
3. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis

Riwayat Perjalanan Penyakit


Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
Dimulai dengan perincian keluhan utama
Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat
7
b) Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak
sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
4. RIWAYAT KEHAMILAN
Kesehatan Ibu selama hamil
Kunjungan antenatal
Imunisasi TT
Obat yang diminum
Makanan ibu
Kebiasaan merokok, minuman keras
5. RIWAYAT KELAHIRAN
Siapa yang menolong
Cara kelahiran, masa hamil
Tempat melahirkan
Keadaan setelah lahir (nilai APGAR)
BB & Panjang badan Lahir
Keadaan anak minggu I setelah lahir
6. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
Dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik,
7. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
8. RIWAYAT IMUNISASI
Status imunisasi ditanya BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak, dan tanggal / umur waktu imunisasi
Imunisasi lain ditanya kalau ada
9. RIWAYAT MAKANAN
Ditanyakan makanan mulai bayi lahir sampai sekarang
Harus dapat gambaran tentang kwantitas dan kwalitas makanan
10. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Untuk mengetahui hubungan penyakit sekarang dengan penyakit yang diderita sebelumnya
8
11. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
12. RIWAYAT SOSIO EKONOMI KELUARGA
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan
13. PEMERIKSAAN FISIK
Cara pendekatan tergantung umur dan keadaan anak
Kehadiran orang tua mengurangi rasa takut anak
Pada bayi < 4 bulan pendekatan mudah, juga pada anak besar
Pemeriksa bersifat informal dan komunikatif
Pada anak sakit berat langsung diperiksa
Dimulai dengan Inspeksi (melihat), Palpasi (raba), Perkusi (ketuk), dan Auskultasi (dengar)
Tempat periksa cukup tingginya, terang dan tenang

Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien


Bayi dan anak kecil sebaiknya diperiksa tanpa pakaian
a. Inspeksi
Dapat diperoleh kesan keadaan umum anak
Inspeksi lokal, dilihat perubahan yang terjadi
b. Palpasi
Menggunakan telapak tangan dan jari tangan
Palpasi Abdomen Flexi sendi panggul dan lutut Abdomen tidak tegang
Dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan, konsistensi organ
c. Perkusi
Jari II, III tangan kiri diletakkan pada bagian yang diperiksa (landasan untuk mengetuk) jari II-III
tangan kanan untuk mengetuk (engsel pergerakan pada pergelangan tangan)
Dilakukan pada dada, abdomen
Suara Perkusi
Sonor (pada paru normal)
Tymphani (pada abdomen / lambung)
Pekak (pada otot)
Redup (antara sonor pekak)
Hipersonor (sonor tympani)
d. Auskultasi
Menggunakan Stetoskop
Mendengar suara nafas, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, aliran darah
Stetoskop pediatrik dapat digunakan untuk bayi dan anak
Sisi membran mendengar suara frekwensi tinggi
Sisi mangkok mendengar suara frekwensi rendah bila ditekan lembut pada kulit Mendengar suara
frekwensi tinggi, bila ditekan keras pada kulit
Bising presistolik, mid-diastolik nada rendah
9
14. KEADAAN UMUM
Dapat diperoleh kesan keadaan sakit dan keadaan gawat darurat yang memerlukan pertolongan
segera
Kesan keadaan sakit tidak identik dengan serius tidaknya penyakit
Selanjutnya perhatikan kesadaran pasien
Komposmentis (CM)
Sadar sepenuhnya
Apatis
Sadar tapi acuh terhadap sekitarnya
Somnolen
Tampak mengantuk dan ingin kembali tidur
Memberi respons terhadap stimulus agak keras kemudian tidur lagi
SoporSedikit respon terhadap stimulus yang kuat
Refleks pupil cahaya positif
Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
Reflek pupil negatif
Delirium
Kesadaran menurun disertai disorientasi
GCS (Glasgow Coma Scale)
Spontan Terhadap nyeri
Respon Verbal
Orientasi ada
Bingung
Kata-kata tidak dimengerti
Hanya suara
ResponMotorik
Selain kesadaran juga dinilai status mental (tenang, gelisah, cengeng)
Posisi pasien perlu dinilai dengan baik
Fasies pasien
Status Gizi

15. TANDA VITAL


a). Frekwensi Nadi
Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang
Meraba A.Radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian dorsal tangan
anak
Pada bayi dengan penghitungan Heart Rate (denyut jantung)
Penghitungan 1 menit penuh
Tekanan darah
Anak berbaring telantang dengan lengan lurus disamping badan atau duduk dengan lengan bawah
diatas meja Lengan atas setinggi jantung
Alat sfignomanometer air raksa
Lebar manset 1/2 2/3 panjang lengan atas
Pasang manset melingkari lengan atas dengan batas bawah kira-kira 3 cm dari siku
10
Manset dipompa sampai denyut a. brakhialis difossa cubiti tidak terdengar dengan stetoskop. Teruskan
pompa sampai 20 30 mmHg lagi, kosongkan manometer pelan-pelan dengan kecepatan 2 3
mm/detik
Pada penurunan air raksa akan terdengar bunyi korotkof
Bunyi korotkof I : bunyi pertama yang terdengar Tekanan sistolik
Tekanan Diastolik : saat mulai terdengarnya bunyi korotkof IV yaitu bunyi tiba-tiba melemah
b). Frekwensi pernapasan
Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi
Bayi tipe abdominal
Anak tipe torakal
Takipneu
Pernapasan yang cepat
Dispneu
Kesulitan bernapas
Didapatkan Pch, Retraksi interkostal suprasternal
Disertai takipneu, sianosis
Ortopneu
Sulit bernapas bila berbaring, berkurang bila duduk
Pernapasan Kussmaul
Napas cepat dan dalam
Frekuensi pernapasan normal per menit
Umur Range Rata-rata waktu tidur
Neonatus 30 60 35
1 bulan 1 tahun 30 60 30
1 tahun 2 tahun 25 50 25
3 tahun 4 tahun 20 30 22
5 tahun 9 tahun 15 30 18
10 tahun atau lebih 15 30 15
c). Tekanan Darah Pada Bayi dan Anak
Usia Sistolik SD Diastolik SD
Neonatus 80 16 46 16
6 12 bulan 89 29 60 10
1 tahun 96 30 66 25
2 tahun 99 25 64 25
3 tahun 100 25 67 23
4 tahun 99 20 65 20
5 6 tahun 94 14 55 9
6 7 tahun 100 15 56 8
7 8 tahun 102 15 56 8
8 9 tahun 105 16 57 9
9 10 tahun 107 16 57 9
10 11 tahun 111 17 58 10
11
11 12 tahun 113 18 59 10

12 13 tahun 115 18 59 10
13 14 tahun 118 19 60 10
d). Frekuensi Denyut Jantung / Nadi Normal Pada Bayi dan Anak
Frekuensi denyut per menit
Umur Istirahat Istirahat Aktif
(bangun) (tidur) /demam
Baru lahir 100 180 80 160 sampai 220
1 mgg 3 bln 100 220 80 200 sampai 220
3 bln 2 thn 80 150 70 120 sampai 200
2 thn 10 thn 70 110 60 90 sampai 200
> 10 tahun 55 90 50 90 sampai 200
e). Suhu Tubuh
Menggunakan termometer badan
Umumnya suhu axilla
Sebelumnya air raksa diturunkan < 35 0C dengan mengibaskan termometer
Dikepitkan di axilla 3 menit
Normal 36 37 0C
Suhu rektum core temperatur lebih tinggi 1 0C > tinggi dari suhu Axilla ato 0,5 0C > tinggi dari suhu
mulut
16. DATA ANTROPOMETRIK
a) Berat Badan
Bayi: Timbangan bayi
Anak:Timbangan berdiri
Sebelum menimbang cek dulu apakah mulai nol
b) Tinggi Badan
Bayi Tidur terlentang. Ukur verteks tumit
Anak Berdiri tanpa alas kaki, punggung bersandar ke dinding
Lingkar Kepala (LK)
Bayi < 2 thn rutin LK
Alat pengukur meteran yang tidak mudah meregang
Ukur glabella atas alis- protoberensia oksipitalis eksterna
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Menggunakan pita pengukur
Mengukur pertengahan lengan kiri antara akromion dan olecranon
17. KULIT
a). Anemi
Paling baik dinilai pada telapak tangan / kaki, kuku, mukosa mulut dan conjunctiva
b). Ikterus
Sebaiknya dinilai dengan sinar alamiah
Paling jelas terlihat di sklera, kulit, selaput lendir
Harus dibedakan dengan karotenemia
12
c) Sianosis
Warna kebiruan pada kulit dan mukosa
Sianosis sentral oleh karena penyakit jantung, paru
Sianosis perifer oleh karena kedinginan, dehidrasi, syok
d) Edema
Akibat cairan extraseluler abnormal
Pitting edema : meninggalkan bekas
Edema minimal cenderung dijaringan ikat longgar (palpebra)
Edema lebih banyak kaki sakrum, skrotum
Edema hebat Anasarka
Edema Lokal alergi, trauma
e) Lain-lain yang perlu dilihat
- Ptechiae Purpura
- Eritema Haemangioma
- Sclerema Turgor kulit
18. KEPALA
Bentuk : ukuran kepala

Rambut : Warna, Kelebatan, Rontok


Ubun-ubun besar
Normal : Rata / sedikit cekung
Umur 18 bulan menutup
Wajah
Mata : Palpebra,Conjungtiva, Sklera, Kornea, Pupil, Bola mata
Telinga
Bentuk daun telinga
Sekret telinga
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Mukosa hidung, Sekret
Epistaksis
Mulut
Trismus, Halitosis
Bibir : Labioskisis, Keilitis ,warna mukosa bibir
Mukosa pipi : Oral thrush, Bercak koplik spots
Palatum : Palatoskisis
Lidah : Makroglossi, lidah kotor
Gigi : Caries
Salivasi : Hipersalivasi
Faring, tonsil : Hiperemi, Edem, Eksudat, Abses
19. LEHER
Tekanan vena jugularis
Edema Bullneck Parotitis
Tortikolis
Kaku kuduk
Massa : Kelenjar Getah Bening, Tiroid
13
20. DADA
Inspeksi
Bentuk, simetris
Gerakan dada, Retraksi
21. PARU PARU
a) Inspeksi
Tercakup pada inspeksi dada
b). Palpasi
Simetri
Kel. Axilla
Fremitus Suara
Meraba getaran pada dada
pada konsolidasi paru jika ada cairan
c). Perkusi
Mulai supraklavikula ke bawah, bandingkan kanan dan kiri
Normal : Sonor
Hipersonor : Emfisema, pneumothorax
Redup : Pneumonia, tumor, cairan
d). Auskultasi
Dilakukan pada seluruh dada atas, bawah, kanan, kiri
Suara Napas Normal Vesikuler
Inspirasi > Ekspirasi
Suara napas tambahan
Ronki basa Cairan
Halus : Alveolus, bronkiolus
Sedang : Bronkus
Nyaring : Nyata terdengar oleh karena melalui benda padat
Ronki kering menyempit
Jelas pada fase ekspirasi
Wheezing

22. JANTUNG
a). Inspeksi
Denyut Apex (Apex / ictus cordis) biasanya sulit dilihat
b). Palpasi
Menentukan letak apex / ictus cordis
NormalICS IV MCL sinistra pada bayi, anak kecil
Anak besar ICS V
Kardiomegali bergeser kebawah, lateral
Getaran bising (thrill) bising jantung (murmur) derajat IV
VSD di ICS III IV sternum kiri
RHD di Apex (insufisiensi mitral)
c). Perkusi
Perifer ketengah
Kesan besarnya jantung sulit dilakukan pada anak . Inspeksi, Palpasi lebih baik untuk menentukan
besarnya jantung
14
d). Auskultasi
Bunyi, murmur Sisi mangkok stetoskop
4 daerah auskultasi
Apex Mitral
Parasternal kiri bawah Trikuspid
ICS II sternum kiri Pulmonal
ICS II sternum kanan Aorta
Bunyi jantung I
Fase sistolik
Bersamaan dengan ictus cordis
Paling jelas di apex
Penutupan katup atrioventrikular
Bunyi jantung II
Fase diastolik
Penutupan katup semilunar (aorta, pulmonal)
Paling jelas di ICS II sternum sinistra
Bunyi jantung III, IV
Bernada rendah
Sulit didengar
Akibat deselerasi darah
Irama derap (Gallop)
Bunyi jantung III, IV terdengar jelas + takikardi
Adanya gagal jantung
Bising jantung
Akibat turbulensi darah melalui jalan yang sempit
Bising sistolik
Terdengar antara S I S II
Pada VSD, MI, TI
Bising Diastolik
Terdengar antara S II S I Pada AI, PI
Bising Kontinyu Pada PDA
Derajat Bising
1: Sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman, ditempat tenang
2: Lemah tapi mudah didengar
3: Keras, tidak disertai thrill
4: Keras disertai thrill
5: Sangat keras
6: Paling keras, terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada
23. ABDOMEN
a). Inspeksi
Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
Distensi abdomen simetris / tidak simetris
Umbilikus

15
b). Auskultasi
Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 30
Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c). Perkusi
Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
Asites ditentukan dengan :
- Shifting Dulness
- Undulasi
- Batas daerah pekak timpani
d). Palpasi
Bagian terpenting pada abdomen
Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis
Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae
Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner
Tarik garis dari arcus costae pusat lipat paha
Sampai pusat S IV
Sampai lipat paha S VIII
Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
Anus
Anus Imperforata
Fisura ani . Polip Rektum
Diaper Rash
Colok Dubur
Genetalia
Pada neonatus melihat kel. Kongenital
Inspeksi, Palpasi, kadang Transluminasi
Laki-laki: Phymosis, Hipospadia, Skrotum, Testis
Extremitas
Memperhatikan sikap anggota gerak, jari-jari, warna kuku, deformitas
Pemeriksaan otot
Kekuatan, Tonus
Atrofi
Pemeriksaan sendi
Radang sendi (artritis)
16
24. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tanda rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
Brudzinski I, II
Kernig
Kekuatan Otot
Pada anak yang kooperatif
5: Normal
4: Dapat melawan tekanan
3: Dapat menahan berat tidak dapat melawan tekanan
2: Hanya dapat menggerakkan anggota badan
1: Teraba gerakan konstraksi otot, tidak dapat bergerak
0: Tidak ada konstraksi
Reflek tendon
KPR, BPR
Pada Tumor batang otak, hipokalsemia, hipertiroid
pada malnutrisi

Reflek
Babinski, oppenheim
Klonus hiperrefleksi, reflek patologis (+)
Pemeriksaan saraf otak
N.IXIINeurologi
25. PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
1. setelah lahir
Menilai APGAR Score
Menentukan Prognosa
Mencari kelainan kongenital
Menentukan perawatan selanjutnya
Yang perlu diperhatikan
Mengetahui Riwayat kehamilan dan persalinan
Bayi telanjang dibawah lampu penghangat
Menjaga kebersihan tangan dan lain-lain
Bila ada kelainan kongenital sindroma APGAR
Tindakan
Prognosis
2. pemeriksaan lanjutan
Warna kulit, keadaan kulit
Keaktifan, suhu badan
Tangis bayi
Wajah neonatus
Gizi (BB, TB)
Kepala
Dada
17
Bentuk dada, apnea
Fraktur clavicula
Bunyi jantung
Abdomen
Distensi abdomen
Tali pusat
Anus , Genetalia
Atresia ani
Skrotum, Testis
Extremitas
Polidaktili, Sindaktili
CTEV
Claw hand
Pemeriksaan Neurologis
Reflek moro
Rooting Reflek
Dr. H. AHMAD NURI, Sp.A. http://www.google.com, Diagnosis Fisik Pada Anak
http://www.google.com. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir

Anda mungkin juga menyukai