Pneumonia Pada DM
Pneumonia Pada DM
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut masih terus menjadi masalah kesehatan
yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru
ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba telah banyak
ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan
pendekatan diagnostic dan pilihan pengobatan.
Infeksi saluran napas bawah akut dapat dijumpai dalam berbagai bentuk,
tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan menimbulkan angka kesakitan yang
tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas.
Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru. Proses
peradangan tersebut terbanyak disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
dan jamur), selain itu dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan
kimia atau makanan, radiasi, dan lain-lain).
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan
lain-lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia
lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu
pneumonia dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu
pneumonia komunitas dan pneumonia rumah sakit.
Infeksi paru pada diabetes mellitus ditandai dengan perubahan pada
pertahanan imun host, di seluruh tubuh, dan khususnya secara lokal di paru-paru
maupun pada fungsi epitel pernapasan dan motilitas silia. Keadaan ini ditandai
dengan gambaran klinis yang serius, durasi yang lebih lama, komplikasi yang
lebih sering, dan peningkatan mortalitas. Angka kematian akiata infeksi paru pada
pasien diabetes dengan penyakit ginjal stadium akhir 10 kali daripada populasi
umum. Pentingnya keadaan hiperglikemia harus ditekankan dalam hal ini, karena
dapat menyebabkan perubahan pada pertahanan imun seseorang dan, akibatnya,
terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi, khususnya infeksi paru.
Hiperglikemia kronis akibat kekurangan insulin absolut atau relatif
merupakan ciri gangguan metabolisme pada penderita diabetes mellitus, sehingga
tanda-tanda dan gejalanya khas. Insulin adalah driver yang sangat penting dari
proses anabolik. Besarnya dan durasi hiperglikemia sangat terkait dengan tingkat
keparahan komplikasi mikrovaskuler dan neurologis. Adanya komplikasi ini
menambah risiko terhadap infeksi. Kecenderungan untuk infeksi juga mungkin
didasarkan pada kondisi gangguan pada mekanisme pembersihan normal, dan
pada gangguan fungsi sel imun paru. Terdapat beberapa jenis infeksi paru yang
mungkin lebih sering terjadi pada penderita diabetes daripada di pada nondiabetis.
Pasien diabetes juga terjadi peningkatan risiko komplikasi pneumonia, seperti
bakteremia, atau pneumonia bakteri rekuren atau kronis, dan menyebabkan
peningkatan kematian yang mungkin berhubungan dengan penyakit medis yang
terjadi bersamaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, protozoa), selain itu dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan kimia atau makanan, radiasi,
dan lain-lain).
2.2 Epidemiologi
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK) atau
di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15-20%. Di AS pneumonia mencapai 13% dari semua penyakit infeksi
pada anak dibawah 2 tahun. Berdasarkan hasil penelitian insiden pada pneumonia
didapat 4 kasus dari 100 anak prasekolah, 2 kasus dari 100 anak umur 5-9
tahun,dan 1 kasus ditemukan dari 100 anak umur 9-15 tahun.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang
terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di
seluruh dunia. Di Inggris pneumonia menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak
dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS merupakan penyebab kematian
urutan ke 15.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%,
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.
Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi menurut
lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti
perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan letak geografik
mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Penyebab
tersering
pneumonia
bakterialis
adalah
bakteri
positif-gram,
3
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru.
4. Pneumonia aspirasi
B. Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan
konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara
yang terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan
opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat
diagnostik untuk pneumonia lobaris/
2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini
seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas,
demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia
dapat muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata
2.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:
Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala
meliputi:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi.
Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu
bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadangkadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi
basah kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya >10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
pneumonia
lobaris
tersering
disebabkan
oleh
Streptococcus
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas
Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau
kelainan jantung.
diisolasi.
Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
sakit, oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric.
10
11
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru. Proses
peradangan tersebut terbanyak disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
dan jamur), selain itu dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan
kimia atau makanan, radiasi, dan lain-lain).
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan
lain-lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia
lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu
pneumonia dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu
pneumonia komunitas dan pneumonia rumah sakit.
Penatalaksanaan pada pasien ini harus melibatkan pendekatan yang
komprehensif untuk semua aspek pengobatan pasien. Diperlukan kontrol glikemik
karena berkaitan dengan fungsi sel kekebalan tubuh. Selain itu, manajemen cairan
dan resusitasi pada pasien diabetes dengan gagal jantung atau ginjal yang terjadi
bersamaan dapat mempersulit terapi.
12
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Soeparman, Waspadji S (ed), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1995, hal: 695-705.
4.
Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit
EGC, Jakarta, 1998, hal: 167.
5.
6.
7.
8.
Nawaid Ahmad
10.
Ljubi,
Spomenka.
Pulmonary
Infections
in
Diabetes
Mellitus.
13