Tutor :
dr. Joko Setyono, M.Sc
Kelompok 7
Raditya Bagas Wicaksono
Isnila F. Kelilauw
Halimah Chairunnisa
Stefanus Ariyanto
Mona Septina Rahayu
Viny Agustiani Lestari
Anisa Kapti Hanawi
Ageng Bella Dinata
Ratih Rizki Indrayani
M Haris Yoga Iswantoro
G1A011006
G1A011007
G1A011013
G1A011015
G1A011030
G1A011031
G1A011040
G1A011041
G1A011051
G1A011069
I. PENDAHULUAN
INFO 1
Ny. Bimbi berusia 38 tahun datang sendiri ke dokter keluarga (DK) untuk
memeriksakan keluhan gatal pada daerah lipat paha sejak 5 hari yang lalu. Awal
mulanya gatal dirasakan pada lipat paha kiri. Rasa gatal yang hebat ini membuat
Ny.Bimbi selalu menggaruknya hingga kulit berwarna kemerahan. Pasien juga
mengeluh sulit untuk tidur, badan terasa lemah, pusing dan tengkuk terasa tegang. Ny.
Bimbi sudah berusaha membeli obat di warung tetapi belum sembuh juga. Keluhan
gatal dirasakan semakin berat, bila Ny. Bimbi beraktivitas, berkeringat dan ketika
menggunakan pakaian ketat. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan mengganggu karena
membatasi aktivitas kerja Ny. Bimbi.
INFO 2
Riwayat Sosial Ekonomi
Ny. Bimbi telah menikah dengan Tn. Bomba selama 5 tahun. Dan mempunyai
anak laki-laki usia 4 tahun. Ny. Bimbi tinggal di Purwokerto sedangkan Tn. Bomba
bekerja di Jakarta. Tn. Bomba datang ke Purwokerto sebulan sekali, sedangkan Ny,
Bimbi hanya kadang-kadang saja pergi ke Jakarta. Ny. Bimbi sebenarnya ingin
mengikuti suami, tetapi ia juga tidak mau melepaskan pekerjaannya sebagai
karyawati sebuah hotel.
Ny. Bimbi merupakan lulusan SMK dan mempunyai pekerjaan sebagai
resepsionis di sebuah hotel berbintang 3 di Purwokerto. Selain bekerja, Ny. Bimbi
biasanya menghabiskan waktu untuk menjalankan hobinya karaoke bersama temantemannya. Ny. Bimbi gemar makan apa saja, dan hampir setiap hari makan camilan
asinan. Ny, Bimbi jarang berolahraga, terkadang merokok karena ajakan temannya
tetapi tidak minum alkohol.
Ny. Bimbi dan keluarganya mempunyai kebiasaan mandi pagi dan sore hari
dengan menggunakan 2 handuk secara bersama-sama yang dicuci 1 bulan sekali.
Tidur dengan kasir yang jarang dijemur, sprei dicuci sebulan sekali. Ny. Bimbi juga
mempunyai kebiasaan berganti celana jeans dengan adik perempuannya karena
ukurannya sama. Ny. Bimbi sering tidak merasa nyaman berada di rumah karena ia
merasa tidak cocok dan sering bertengkar dengan adik iparnya serta karena suasana
rumah yang sangat ramai oleh anak-anak. APGAR score 3.
Ny. Bimbi mempunyai hubungan yang cukup baik dengan tetanggatetangganya meskipun tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan bersama seperti
pengajian/arisan. Untuk berobat Ny. Bimbi ditanggung oleh fasilitas jamsostek yang
ada di tempat kerjanya.
Review System
Ny. Bimbi mengeluh gatal pada lipat paha kiri, rasa gatal disertai kemerahan
karena garukan. Ny. Bimbi juga mengaku sulit tidur, badan terasa lemah, pusing dan
tengkuk terasa tegang. Ia menyangkal nyeri dada, gangguan buang air besar tau
buang air kecil, bengkak di kedua kaki, perubahan pola makan. Ia juga menyangkal
mengalami emotional distress meskipun sering tidak puas dengan kehidupan keluarga
dan pernikahannya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Tinggi badan 160 cm
Berat badan 50 kg
Tekanan darah 140/90 mmHg
HR : 84x/menit, RR 20 x/menit
Temperatur axilla 36,6C
Kepala
Mata conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga dalam batas normal
Hidung dalam batas normal
Tenggorokan, tonsil T0/T0
Faring dalam batas normal
Thoraks: Jantung dan Paru dalam batas normal
Abdomen: Datar, supel, timpani, bising usus dalam batas normal
Ektremitas
Tidak ditemukan adanya edema, capillary refill kurang dari 1 detik
Ujud Kelainan Kulit (Regio inguinalis sinistra)
Makula eritematosa numular ukuran diameter 3 cm, berbatas tegas, dengan tepi lebih
aktif, central healing, terdapat erosi.
II. PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah
1. Gatal
Gatal (Pruritus) adalah sensasi kulit yang tidak menyenangkan yang
mencetuskan keinginan untuk menggosok dan menggaruk kulit untuk
menghilangkannya (Dorland, 2006). Gatal (Pruritus) adalah sensasi nyeri pada
kulit yang dideskripsikan sebagai gatal biasanya disertai oedem/ bengkak
(Corwin, 2009).
2. Kulit kemerahan
Bercak merah (Eritema) adalah makula yang berwarna merah, seperti
pada dermatitis , lupus eritematosus (Siregar, 2004). Bercak merah (Eritema)
adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah yang
reversible (Budimulja, 2005).
3. Dokter keluarga
Merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada komunitas, dengan titik berat pada keluarga, tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit namun sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu secara
aktif mengunjungi penderita dan keluarganya (Prasetyawati, 2008).
Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan (dokter) tempat kontak
pertama pasien (di fasilitas atau sistem pelayanan kesehatan) untuk
menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang
jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin sedini dan
sedapat mungkin secara paripurna dengan pendekatan holistik, bersinambung,
dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya,
dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta
menjunjung tinggi tanggungjawab profesional, hukum, etika dan moral
(WONCA, 1972).
B. Batasan Masalah
6
1. Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
2. Keluhan Utama
3. RPS
a. Onset
b. Lokasi
c. Progresifitas
d. Kualitas
e. Kuantitas
f. Faktor pemberat
g. Faktor peringan
h. Keluhan Penyerta
: Ny. Bimbi
: 38 tahun
: Wanita
: Resepsionis di hotel berbintang tiga
: Purwokerto
: gatal
: 5 hari yang lalu
: lipat paha kiri
: makin berat, hingga kemerahan
: gatal hebat, mengganggu aktivitas
:: Beraktivitas, berkeringat, pakaian ketat
:: ingin menggaruk, sulit tidur, lemah, pusing, tengkuk
terasa tegang
4. RPD
a. Sudah membeli obat penghilang rasa sakit di warung namun tidak
membaik
b. Belum pernah ada keluhan serupa
c. 1 tahun lalu sering ke puskesmas karena sering pusing
d. Riwayat hipertensi tetapi tidak kontrol rutin (hanya obat analgesik
e.
f.
g.
h.
warung)
Riwayat dirawat di RS (-)
Riwayat kecelakaan (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat penyakit lain : influenza, maag, diare (selalu sembuh setelah
keluarga tersebut
Handuk hanya dicuci 1 bulan sekali
Kasur jarang dijemur, sprei dicuci 1 bulan sekali
Kebiasaan bergantian celana jeans dengan adik perempuannya
Tidak merasa nyaman tinggal di rumah (merasa tidak cocok dan sering
yang
berkesinambungan.
Dengan
demikian
pelayanan
d. Comprehensive care
Ada 3 pengertian:
1) Pelayanan mencakup semua usia
2) Pelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
paliatif
3) Pelayanan meliputi bio-psiko-sosial
e. Koordinasi
Sebagai koordinator yang mengurus segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Mulai dari membrikan informasi yang sejelas2nya
sampai dengan merujuk ke spesialis yang di butuh kan oleh pasien (Ratna
et all,2009)
f. Family and community oriented
Mengikut sertakan keluarga dalam proses kesembuhan dari pasien. Bisa
dengan memberikan suport,mengawasi dalam minum obat,serta melihat
bila kondisi pasien semakin buruk (ratna et all,2009)
2. Penegakan Diagnosis Holistik
a. Aspek Personal
Meliputi :
a) Berisi alasan kedatangan pasien (reason for encounter) seperti keluhan
utama, symptoms & signs, kegawatan dll.
b) Berisi Idea, Concern, Expectation & Anxiety pasien dan keluarganya
Aplikasi pada kasus PBL 1:
1) Idea (Keluhan utama) : gatal pada lipat paha
2) Concern (Gejala penyerta) :
a) sulit untuk tidur
b) badan terasa lemah
c) pusing
d) tengkuk terasa tegang
e) kulit berwarna merah akibat garukan
3) Expected
: ingin cepat sembuh
4) Anxiety
: khawatir penyakitnya semakin bertambah
parah
b. Aspek Klinis
Berisi diagnosis dari aspek klinis yaitu diagnostic definitive, diagnosis
sementara, diagnosis kerja dan DD-nya.
Diagnosis Kerja
1) Hipertensi primer grade I (140/90)
2) Tinea cruris
UKK: Makula eritematosa numular berdiameter 3 cm, berbatas tegas,
tepi lebih aktif, central healing, terdapat erisu
Diagnosis Banding
1) Hipertensi sekunder
Merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
yang mendasari, misalnya sleep apneu, hipertiroidisme, dan lain
sebagainya.
2) Erythrasma
Perlu dilakukan pemeriksaan Lampu Wood, akan muncul fluoresensi
merah bata.
3) Candidiasis
UKK akan tampak lesi satelit, berbentuk corimbiformis.
4) Psoriasis
UKK tampak fenomena Coebner dengan deskuamasi
yang
berlebihan.
c. Aspek Internal
1) Berisi factor-faktor risiko internal yang dapat mempengaruhi kondisi
sehat sakit individu pasien dan keluarganya
2) Meliputi : Usia, Jenis kelamin, Ras, Genetik, perilaku indivisu sakit
3) Factor-faktor risiko internal ini merupakan confounding factors
terjadinya sehat-sakit
Aspek internal pada kasus ini adalah
Usia
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Wanita
Nutrisi
: makan apa saja, suka camilan asinan
Perilaku individu :
1) Kebiasaan menggunakan handuk secara bersama-sama
2) Handuk di cuci 1 bulan sekali
3) Tidur dengan kasur yang jarang dijemur
4) Sprei dicuci 1 bulan sekali
5) Kebiasaan bergantian celana jeans dengan adik perempuannya
6) Kurang berolahraga
Genetika
: faktor risiko hipertensi, diabetes mellitus dari
10
Keluarganya
d. Aspek Eksternal
1) Berisi factor-faktor risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi
sehat-sakit individu pasien dan keluarganya
2) Meliputi
perilaku
sakit
anggota
keluarga
lain,
hubungan
11
sebelum sakit
bekerja di dalam dan luar rumah
Pekerjaan ringan sehari-hari, di Aktivitas kerja mulai berkurang
posisi
duduk
berbaring
Perawatan diri oleh orang lain, Sangat bergantung dengan orang lain
posisi berbaring pasif
Pada kasus PBL 1, Ny. Bimbi termasuk ke dalam Scale score 2 karena
keluhan yang Ny Bimbi dirasakan sudah mengganggu karena membatasi
aktivitas Ny. Bimbi.
3. Penanganan Komprehensif
a. Patient centered
1) Rencana penegakan diagnosis
a) Pemeriksaan gula darah (GDS, GDP, GD2P), HBa1C untuk
mengetahui apakah terdapat diabetes mellitus
b) Pemeriksaan kolesterol, lipoprotein (HDL dan LDL), trigliserid
c)
kelistrikan jantung
d) Pemeriksaan fungsi ginjal (serum kreatinin, serum urea) untuk
mengetahui apakah hipertensi memiliki hubungan dengan
kerusakan ginjal
2) Rencana pengobatan
a) Antifungi
i. Mikonazol
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang
rusak akanmenghambat biosintesis dari ergosterol sehingga
12
Pemberian
dosis
pada
dewasa
500mg
microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO selama 24minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg
microsize /kg/hari (Dzuanda, 2007).
iii. Ketokonazol
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat
jamur oral yang berspektrum luas. Kerja obat ini fungistatik.
Pemberian 200 mg/hari selama 2-4 minggu. Ketokonazol
merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar
(Dzuanda, 2007).
13
b) Antihipertensi
i. Calcium channel blocker : nifedipine
ii. Angiotensin converter enzyme inhibitor : captopril
iii. Beta blocker : propranolol
c) Analgetik
i. Non steroid anti inflammation drugs : ibuprofen
ii. Asam mefenamat
3) Rencana edukasi pasien (Mansjoer, 2000)
a) Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
b) Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan
infeksi.
c) Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan
handuk dan mengganti pakaian yang lembab
d) Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap
keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.
e) Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang
f)
g)
h)
i)
j)
sehabis beraktivitas
k) Edukasi pasien tentang penyakitnya apa, cara penularan dan waktu
terapi.
l) Pasien disarankan mengubah kebiasaan menggunakan pakaian
bersama dengan anggota keluarga yang lain.
m) Pasien disarankan menghindari menggunakan pakaian yang ketat
dan tidak dapat menyerap keringat dengan baik.
n) Pasien disarankan mencegah daerah kewanitaannya dari kondisi
lembab.
o) Pasien disarankan mengubah kebiasaan menggunakan handuk
secara bersamaan dikeluarganya.
p) Pasien diedukai bahwa pengobatan dermatomikosis membutuhkan
waktu yang cukup lama jadi harus patuh minum obatnya.
q) Pasien diedukasi diakhir terapi harus tes kerokan kulit untuk
memastikan dermatomikosisnya sudah sembuh.
14
berprinsip gizi
seimbang
karena keluarganya
penyakit
memerlukan
pemeriksaan
laboratorium
setiap
kunjungan pasien.
b. Focus family
1) Pencegahan faktor risiko
2) Family support
3) KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
Edukasi sama seperti edukasi personal, tetapi dijelaskan juga ke
keluarga. Kemudian, perlu dilakukan screening keluarga untuk
hipertensi dan DM, serta penyakit kulit seperti tinea yang sudah
terjadi.
c. Focus local community
Dokter perlu mengeksplorasi kemungkinan stressor di lingkungan rumah
dan lingkungan pekerjaan, kemudian juga melakukan edukasi kesehatan
pada lokasi-lokasi potensial tersebut.
15
16
Struktur lain yang ada pada kulit yaitu kuku, folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar keringat. Kuku adalah lempeng keratin mati yang
dibentuk oleh sel-sel epidermis matriks kuku. Rambut tumbuh dari folikel
yang merupakan invaginasi epidermis kedalam dermis. Pada ujung folikel
rambut terdapat bulbus rambut dan daerah cekungnya disebuh papilla rambut.
Sebuah otot polos, erector pili menghubungkan permukaan dalam folikel
dengan bagian superfisialis dermis (Price, 2006).
Kelenjar sebasea merupakan struktur lobular yang terdiri dari sel-sel
berisi lemak. Substansi yang dikeluarkan disebut sebum disalurkan melalui
saluran-saluran polisebasea folikel-folikel rambut. Kelenjar keringat (ekrine)
terdapat pada hamper seluruh kulit, kecuali telinga dan bibir. Kelenjar
keringat membantu mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan
larutan hipotonik jernih dan mengandung banyak urea dan laktat (Price,
2006).
17
Gambar 2. Integumentum
a. Epidermis
Merupakan jaringan yang terdiri dari sel-sel keratinosit, epitel squamus
kompleks yang berkeratin dan selalu mengalami regenerasi. Selain itu
terdapat sel-sel non keratinosit yaitu sel merkel, melanosit, sel langerhans,
dan limfosit (Standring, 2008).
18
Gambar 3. Epidermis
1) Stratum germinativum
a) Sel germinativum / sel basal.
Keratinosit yang aktif mitosis, sifat stem cell, melekat pada lamina
basalis (Standring, 2008).
b) Sel Merkel.
Bersama dengan sel melanosit dan sel langerhans, sel merkel terletak
diantara sel-sel germinativum. Sel ini sensitif terhadap sentuhan
(mechanoreceptor). Antara sel merkel dengan sel keratinosit
dihubungkan oleh desmosom, namun antara sel melanosit dan
langerhans tidak dihubungkan oleh suatu kontak khusus. Saat
mengalami kompresi sel merkel akan merilis senyawa kimiawi yg
menstimulasi ujung saraf sensori (Standring, 2008).
c) Sel Melanosit (sel pigmen).
Melanosit merupakan sel dendritik dengan desmosomal yang sedikit,
dan terdapat hemidesmosomal dengan lamina basalis. Sel ini
memproduksi melanin dan memiliki prosesus yang akan berjalan ke
lapisan yang superficial.. mengandung granul oval (melanosom) yang
berisi tyrosinase yg akan mengubah tyrosin menjadi melanin
(Standring, 2008).
19
2) Stratum spinosum
a) Keratinosit. Terdiri dari beberapa lapis sel keratinosit yang rapat dan
dihubungkan dengan desmosome yang memperkuat kohesi antar
lapisan. Sitoplasmanya mengandung filament keratin yang tersusun
mengelilingi nucleus eukromatik dan melekat pada dasar desmosome
(Standring, 2008).
b) Sel Langerhans.
Merupakan sel dendritik APC (antigen presenting cells) yang
immature, biasanya tersebar pada stratum basalis, spinosum dan pada
appendices seperti glandula sudorifera (Standring, 2008).
3) Stratum granulosum
20
21
tetapi tetap steady state (penyetelan ulang natriuresis tekanan). Namun, hal
ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah (Kumar et al., 2010).
Hipotesis alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif
(faktor yang memicu perubahan struktural langsung di dinding pembuluh
sehingga resistensi perifer meningkat) merupakan penyebab primer hipertensi.
Selain itu, pengaruh vasikonstriktif yang kronis atau berulang dapat
menyebabkan penebalan structural pembuluh resistensi. Faktor lingkungan
mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres,
kegemukan, merokok, aktifitas fisik berkurang, dan konsumsi garam dalam
jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi (Kumar et al.,
2010).
Pada hipertensi, terjadi peningkatan tekanan darah diakibatkan aktivasi
sistem RAA, aktivasi saraf simpatis, faktor genetik, atau adanya penyakit dan
penyebab sekunder lain seperti feokromositoma, gagal ginjal, penggunaan
kontrasepsi oral, dan lain-lain. Efek aldosteron yang meningkatkan reabsorpsi
cairan dan natrium mengakibatkan terjadinya retensi cairan sehingga volume
darah akan meningkat. Peningkatan aktivitas simpatis karena aktivasi dari
Angiotensin II akan menyebabkan peningkatan aktivitas reseptor pada
jantung dan pada pembuluh darah. Reseptor akan menyebabkan
peningkatan kontraksi otot jantung yang akan berujung pada peningkatan
cardiac output. Sementara, aktifnya reseptor pada pembuluh darah akan
menyebabkan
kontraksi
otot-otot
polos
dalam
vaskuler,
sehingga
ini terdapat
24
26
Genetik
Pengaruh Genetik
Ekskresi Na
kurang memadai
Retensi Garam
dan Air (Sistem
RAA)
volume plasma
dan ECF
Faktor
Lingkungan
stress
Vasokonstiksi
Fungsional
Defek Pertumbuhan
Struktur otot polos PD
Aktivasi sistem
simpatis
aktivitas
reseptor
kontra
ksi otot
jantung
curah jantung
pembul
uh
darah
Reaktivasi
Vascular
kontra
ksi otot
polos
vascula
r
Ketebalan
Pembuluh darah
Resistensi
Perifer
HIPERTENSI
tekanan PD sistemik
termasuk otak
TIK
Peregangan termasuk
dura,mater (duramater
banyak PD dan Serabut
saraf sensoris)
Nyeri
Kepala
ringkasan
mekanismenya
adalah
jamur
masuk
ke
kulit
gatal
digaruk
Skuama (lesi sekunder)
erosi
Reaksi inflamasi
29
proses
penyembuhan
pasien.
Dokter
keluarga
dapat
Genogram
Family Life Cycle
Family Life Line
Family Map
Family APGAR
Family SCREEM
Dari hasil penilaian menggunakan alat alat tersebut, keluarga dapat
Keluarga fungsional
Keluarga disfungsional
Mid range families
30
9. Genogram
Genogram keluarga Nyonya Bimbi dapat dijelaskan melalui bagan genogram
berikut.
Hipertensi
Unknown
Hipertensi
Unknown
DM
58 tahun
DM
Postpartum death
60 tahun
Hipertensi kronis
Stroke
Kecelakaan
lalu lintas
DM
Tinea cruris
Hipertensi
Tn. Bomba
Life
Cycle
Ny. Bimbi
38 tahun
Hipertensi
Tinea cruris
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
sistematis
menggabungkan
variable
demografik
yaitu
status
32
Usia
<33
Life event
Keluarga Ayah Ny. Bimbi :
Kakek telah meninggal dunia karena hipertensi, sedangkan
neneknya meninggal dengan sebab yang belum diketahui,
ayahnya merupakan anak ke-4 dari 7 bersaudara. Kakak
pertama (laki laki) telah meninggal dengan sebab yang tidak
diketahui, kakak kedua (laki laki) menderita penyakit
hipertensi, kakak ketiga (perempuan) telah meniggal
beberapa saat setelah melahirkan, adik pertama (laki-laki)
tidak memiliki riwayat penyakit yang penting, adik kedua
(perempuan) menderita penyakit hipertensi dan adik bungsu
(perempuan) tidak memiliki riwayat medis yang penting
Keluarga Ibu Ny. Bimbi:
Kakek telah meninggal dunia karena penyakit kencing
manis. Nenek masih sehat dan tidak memiliki riwayat medis
yang penting. Ibu Ny bimbi merupakan anak pertama 5
bersaudara. Adik pertama (laki-laki) meninggal dunia karena
kecelakaan lalu lintas. Adik kedua (laki-laki) juga menderita
kencing manis. Adik ketiga dan keempat tidak diketahui
33
2008
33
2009
34
2012
37
2013
38
34
Penilaian :
0 = tidak pernah
1 = kadang-kadang
2 = selalu
Nilai total minimal = 0
Nilai total maksimal = 10
Interpretasi : fungsi keluarga baik (7-10)
fungsi keluarga cukup (4-6)
fungsi keluarga buruk (0-3)
Sedangkan skor SCREEM medeskripsikan sumber daya yang ada
dalam sebuah keluarga, sebagai bahan evaluasi tentang kapasitas keluarga
untuk
berpartisipasi
dalam
peningkatan
kesehatan
terutama
ketika
(-)
35
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
Baratawidjaja , KG., Rengganis I. 2010. Imunologi Dasar, 9th . Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Budimulja, U., 2005, Mikosis dalam, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4 th ed.
Jakarta: Fakultas
Chobanian AV, Bakr is GL, Black HR, et al. 2004. The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure: The JNC 7 report. U.S. Department of Health and
Human Services. NIH Publication
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi et al, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI : Jakarta.
Dorland, W.A.N., 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Goh Lee Gan, Azrul Azwar, Sugito Wonodirekso. 2004. A Primer on Family
Medicine Practice. Singapura: Singapore International Foundation.
Kedokteran Universitas Indonesia
Kekalih, Aria. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer
Pendekatan Multi Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
FKUI.
Kekalih, Aria. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer
Pendekatan Multi Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
Kumar, V., Abbas, AK., Fausto, N., & Aster, JC. 2010. Robbins and Cotran
Phatologic Basis of Disease Eigth Edition. Philadelphia: Saunders, an imprint of
Elsevier, Inc. Hal. 1131-42
Lefrancois, G. R. 1993. The Life Span 4th ed. Calfornia : Wadsworth, Inc
Lubis, Firman. 2008. Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan. Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2,: 27-35
Mansjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Media Aesculapius FK
UI : Jakarta
36
37