Anda di halaman 1dari 4

Sistem Pengendalian Intern dan

Ekstern Pemerintah
Oleh
A. Ali Mashduqi, SST,Ak.,CA
(Widyaiswara BDK Malang)

Abstrak
Sistem pengendalian pemerintah dapat dibagi menjadi pengendalian intern dan ekstern.
Pengendalian intern meliputi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat
Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat
pengawasan

intern

pemerintah

kepada Menteri/Pimpinan Lembaga;

yang

Inspektorat

bertanggung

Provinsi

dan

jawab

Inspektorat

langsung

Kabupaten/Kota.

Sedangkan pengawas ekstern pemerintah seperti BPK (Badan Pengawas Tertinggi Keuangan), DPR
dan DPRD (pengawasan politis), masyarakat (wasmas) dan lembaga peradilan (pengawasan
yudikatif).
Kata kunci : Pengendalian intern, ekstern, BPKP, Inspektorat Jenderal, BPK, DPR, DPRD,
pengawasan politis, pengawasan masyarakat, pengawasan yudikatif.

Pengawasan dan Pengendalian Pemerintah


Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Produk langsung kegiatan pengawasan
adalah untuk mengetahui, sedangkan kegiatan pengendalian adalah mengarahkan, memperbaiki,
kegiatan yang salah dan meluruskannya menujuh arah yang benar.
Pengendalian tata kelola pemerintah mengenal dua jenis pengawasan, yaitu pengawasan
ekstern dan pengawasan intern. Secara harafiah, pengawasan ekstern (external control) berarti
pengawasan dari luar sedangkan pengawasan intern (internal control) berarti pengawasan dari
dalam.
Sistem pengendalian intern pemerintah
Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sedangkan Pengawasan Intern adalah seluruh proses
kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Menurut PP No. 60 Tahun 2008 yang disebut sebagai Badan Pengawasan Intern Pemerintah
adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaitu aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden; Inspektorat Jenderal atau nama lain
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri/Pimpinan Lembaga; Inspektorat
Provinsi yaitu aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung
kepadaGubernur; dan Inspektorat Kabupaten/Kota yaitu aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota.
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sektoral; kegiatan kebendaharaan umum negara
berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan kegiatan lain
berdasarkan penugasan dari Presiden. Inspektorat Jendral didanai APBN, Inspektorat Provinsi
didanai APBD Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota didanai APBD Kabupaten/Kota.
Sistem pengendalian ekstern pemerintah
Dari Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 di atas tidak disebut BPK sebagai Badan
Pengawas Intern Pemerintah. Hal tersebut berarti BPK secara legal hukum disebut sebagai
pengawas ekstern pemerintah. Begitu pula pengawasan oleh DPR dan DPRD (pengawasan politik);
pengawasan oleh masyarakat (Wasmas - social control) dan pengawasan oleh lembaga peradilan
(pengawasan yudikatif).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan badan pengawas tertinggi dalam hal
keuangan Negara, sebagaimana diatur dalam Bab VIIIA Pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara
Republik Indonesia 1945. Kedudukan Badan Pemeriksaan Keuangan diatur lebih lanjut dengan UU
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan. Menurut ketentuan Pasal 2 UU Nomor
15 Tahun 2006, BPK merupakan satu lembaga Negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara.
Sementara pengawasan DPR dan DPRD dikenal dengan pengawasan politik. DPR dan
DPRD melakukan pengawasan terhadap pemerintah atau daerah sesuai dengan tugas, wewenang,
dan haknya. Pengawasan DPR dilakukan melalui kegiatan Dengar Pendapat, Kunjungan Kerja,
pembentukan Panitia Khusus, dan pembentukan Panitia Kerja pemandangan umum fraksi-fraksi

dalam rapat paripurna; Pembahasan dalam Sidang Komisi; dan sebagainya sebagaimana diatur
dalam tata tertib dan peraturan perundang-undangan.
DPR merupakan pengawas pemerintah. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya
terkait pelaksanaan fungsi pengawasan, DPR dibekali tiga hak, yakni hak interpelasi, hak angket dan
hak menyatakan pendapat. Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hak Angket adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Hak Menyatakan
Pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas kebijakan pemerintah atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional; tindak lanjut pelaksanaan hak
interpelasi dan hak angket; atau dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dikenal dengan pengawasan
masyarakat (Wasmas) yang diatur dalam Permendagri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah. Pengawasan Masyarakat diperlukan dalam mewujudkan peran serta masyarakat guna
menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, bersih dan bebas dari, korupsi,
kolusi serta nepotisme. Keikutsertaan masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan/pemerintahan daerah dilakukan melalui pengaduan atas dugaan terjadinya
penyimpang atau penyalahgunaan kewenangan pemerintahan.
Selain pengawasan sebagaimana diuraikan diatas, pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan juga dilakukan oleh lembaga peradilan dikenal dengan pengawasan yudikatif.
Pengawasan yudikatif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan
agar hukum dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Fungsi Pengawasan yudikatif dilaksanakan oleh
badan peradilan, yang terdiri atas Mahkamah Agung, pengadilan tingkat banding, pengadilan tingkat
pertama. Pengawasan yudikatif diantaranya dijabarkan dalam Penjelasan PP Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Referensi :
UUD Negara Republik Indonesia 1945 Bab VIIIA Pasal 23E, 23F, 23G tentang BPK
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Permendagri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat di


Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
M. Nur Sholikin , dkk. Laporan Kajian Implementasi Pengawasan Perda oleh Pemerintah dan
Mahkamah Agung, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2011 diunduh
dari http://pshk.or.id/site/sites/default/files/files/doc/PSHK-Laporan%20Kajian%20Review
%20Perda.pdf
Hak dan Kewajiban Anggota Dewan, http://www.dpr.go.id/tentang/hak-kewajiban
Tugas dan Wewenang Anggota Dewan, http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang
Hak DPR, http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr

Anda mungkin juga menyukai