Anda di halaman 1dari 48

Konsep Eradikasi Polio

dan
Surveilans AFP

WHA Mei 1988: Eradikasi


Polio pada tahun 2000

World Summit for Children


1990 Dunia bebas polio thn 2000

2003: updated strategic plan


Dunia bebas polio tahun 2008

PENGERTIAN ERADIKASI POLIO


Pada satu regional tidak
ditemukan Virus Polio Liar
selama 3 thn berturut turut
Dibuktikan oleh
SURVEILANS AFP SESUAI
STANDAR SERTIFIKASI

PROSES SERTIFIKASI GLOBAL

(1)

Komisi Sertifikasi Global


Regional
Certification
Commissions
AFRO

TSN

Program
Surveilans &
Imunisasi

Regional
Certification
Commissions
EMRO

TSN

Program
Surveilans &
Imunisasi

Regional
Certification
Commission
s SEARO

TSN

Program
Surveilans &
Imunisasi

Regional
Certification
Commissions
AMRO (1994)

TSN

Program
Surveilans &
Imunisasi

Regional
Certification
Commissions
WPRO (2000)

Regional
Certification
Commissions
EURO (2002)

TSN

TSN

Program
Surveilans &
Imunisasi

Program
Surveilans &
Imunisasi

Eradikasi Polio Global


WHAT MAKES IT
POSSIBLE?
Tidak ada reservoir binatang
Vaksin OPV efektif (efikasi
>90 %, mudah pemberian)
Tidak tahan lama di
lingkungan 1- 2 hari
Tidak ada long term carier

WHAT MAKES IT
DIFFICULT?
Asymptomatic infection
Banyak penyakit punya
gejala sama dg polio
Anak yang sudah punya
imunity masih bisa jadi
sumber penularan
POLIO

paralytic
poliomyelitis
0.5%-1%

Clinical Spectrum of
Poliovirus Infection
asymptomatic infection
9095%

mild clinical illness, no paralysis


48%

POLIO

Wild Poliovirus*, 04 May 2004 to 6 Mei 2006


AFGAN
EGYPT

MALI

GUINEA

NIGER

SAUDI ARABIA
(Nov & Dec 04) PAKISTAN
INDIA

CHAD

NIGERIA

YEMEN (11April 05)


SUDAN

PANTAI GADING

BENIN
BUKINA
INDONESIA
(13April 05)

Wild virus type 1


Wild virus type 3
Wild virus type 1 & 3
Endemic countries
Re-established transmission countries
Case or outbreak following importation
*Excludes viruses detected from environmental
surveillance and vaccine derived polio viruses.
Data in WHO HQ as of 03 May 2005

STRATEGI ERADIKASI POLIO

Imunisasi Rutin dengan cakupan tinggi,


(sweeping dan backlog fighting )
Imunisasi Tambahan :
- PIN 1995, 1996 dan 1997, 2002
- Sub PIN (1998-1999-2000). Daerah
berisiko tinggi (fokus)
- Mopping Up

Surveilans AFP sesuai standar sertifikasi

Pengamanan Virus Polio di Laboratorium

Imunisasi Polio
Imunisasi rutin :Memberikan perlindungan kepada individu terhadap
virus polio
Outbreak Response Immunization (ORI), memberikan perlindungan
segera pada anak di daerah high risk min 72 jam setelah kasus
dilaporkan yang bertujuan mengurangi jumlah anak yang lumpuh.
Moping Up : Memutus transmisi, dilakukan sesegera mungkin
setelah ditemukan virus polio, sebagai Out Break respond.
Pelaksanaan biasanya (house to house).
PIN : Memutus transmisi virus polio, dilakukan serentak, pada saat
transmisi rendah.

Anak tidak pernah


divaksinasi

Transmisi (+)
sakit (+)

Anak Divaksinasi
lebih 100 hr yl

Transmisi (+)
sakit (-)

Anak divaksinasi
Kurang dari 100 hr yl

Transmisi (-)
sakit (-)

=Vaksin
= VPL

GAMBARAN ERADIKASI POLIO


DI INDONESIA (1)
Surveilans AFP dilaksanakan sejak th 1995, setiap thn
dilaporkan lk 660-1500 kasus AFP. Untuk menentukan
apakah kasus AFP tersebut polio, tinja pdrt diperiksa di lab.
(Biofarma, Puslitbangkes, BLK Surabaya)
Sebelum th 95, Indonesia endemik polio
Setelah dilaksanakan PIN thn 95, 96 dan 97, sejak th 952005 awal (10 th) Virus polio tidak ditemukan di Indonesia
Berarti PIN 3 thn tersebut berhasil membasmi virus polio
asli Indonesia

GAMBARAN ERADIKASI POLIO


DI INDONESIA (2)
Walaupun virus polio tdk ditemukan lagi,
Indonesia masih punya risiko :
Virus polio import dari negara lain yang masih
melaporkan kasus polio
VDPV (Vaccine Derived Polio Virus) di daerah
cakupan imunisasi rendah

KLB Polio Indonesia


Minggu 11-16

KLB Polio, Indonesia, 2005


Minggu 11 16 22

VDPV case distribution at Madura Island


Week 35, September 10, 2005

Bangkalan

Sampang

Pamekasan

Sumenep

VDPV

WPV

An emerging global risk:


Vaccine-derived polioviruses
Known circulating vaccine-derived polioviruses (cVPVD)

Hispaniola
2000
22 cases

Egypt
1988-93
32 cases

Madagascar
2002
4 cases

Philippines
2001
3 cases
Indonesia
2005
46 cases

In SEAR:
Concern about large countries such as
Indonesia and the consequences of falling
immunization coverage

Global Standar Dalam Outbreak Respon


( VPL dan VDPV )
Waktu

Sebelum 4 minggu setelah KLB

Target Sasaran

2-5 Juta anak

Pelaksanaan

House-to-house.

Frekuensi

Minimum 3 putaran

Vaccine

mOPV.

World Health Assembly, January 2006

Organisasi yang mendukung


ERAPO Indonesia
Tim Sertifikasi Nasional ERAPO
(Menilai kemajuan Erapo Nasional)
Kelompok Kerja Ahli Surveilans AFP
Nasional (Melakukan klasifikasi final AFP)
Tim Surveilans AFP Pusat
Subdit Surveilans
WHO

SO Surveilans AFP Propinsi (40 orang)

KESIMPULAN
Sertifikasi bebas polio tidak dapat diberikan sebelum
semua negara di suatu wilayah regional bebas dari polio
Tiga Benua BEBAS VPL (Amerika, Western Pasific,
Eropa)
Region Afrika VPL meningkat
Region Eastern Mediterranean VPL meningkat
Region Asia Tenggara VPL menurun
Terulangnya transmisi di negara yang telah lama
bebas VPL (Yaman, Indonesia, Chad, Bukina, Pantai
Gading, Sudan)
Munculnya VPL-import di negara-negara yang telah
lama bebas VPL (Arab Saudi, Ethiopia, Guinea,
Cameroon, Mali, Benin, Botswana, Yaman, Indonesia)

Tujuan Surveilans AFP


1. Mengidentifikasi daerah berisiko transmisi
virus-polio liar.
2. Memantau perkembangan program eradikasi
polio.
3. Membuktikan Indonesia bebas polio.

Strategi Surveilans AFP


Menemukan kasus AFP minimal 2/100.000
penduduk < 15 tahun
Upaya penemuan :
di Rumah Sakit
di Puskesmas dan Masyarakat

Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium


Keterlibatan ahli
Pemeriksaan Ulang 60 hari
Zero Reporting

SURVEILANS AFP SESUAI STANDAR


SERTIFIKASI (INDIKATOR)
1. Non Polio AFP rate anak usia < 15 th

: 2/100.000

2. Persentase sp. adekwat

: 80%

3. Persentase pemeriksaan ulang 60 hr


4. Persentase kelengkapan laporan nihil

: 80%
: 90%

Mengapa Surveilans AFP


Gejala polio adalah lumpuh layuh akut
Banyak penyakit yg memp. gejala
sama dg polio, sulit dibedakan. Mana
diantaranya yang disebabkan polio
Temukan semua kasus AFP,
buktikan dg pem lab.

Konsep Surveilans AFP


Jika semua penyakit dengan
gejala lumpuh layuh akut (AFP)
ditemukan (Min 2/100.000 anak
usia <15 th)
Kecil kemungkinan kasus
polio lolos

Konsep Surveilans AFP/Lumpuh Layuh Akut


Sebelum & sesudah Program Imunisasi
POLIO

GBS
Myelitis Transv
Myelopati Gravis
Parese/Paralitik lainnya

Non
POLIO

Non
POLIO

Sebelum

Sesudah

AFP Surveillance System


Polio
AFP

APF
cases

Hospitals
Clinics
Community

Case
Investigation
and
Lab Analysis
Non-Polio
APF

Non-polio AFP rate should be 1/100,000 <15 years

POLIO

18

Definisi Kasus AFP


Semua anak berusia kurang dari 15 tahun
dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid
(layuh), terjadi secara akut (mendadak),
bukan disebabkan oleh ruda paksa
Catatan:
Bila > 15 th tapi diduga kuat polio oleh ahli,
laporkan dan tatalaksana seperti kasus AFP

Yang termasuk kasus AFP


Apabila memenuhi 4 kriteria berikut :
1.
2.
3.
4.

Anak usia <15 tahun


Menderita lumpuh pada lengan atau kaki atau keduanya
Kelumpuhan bersifat layuh/lemas
Kelumpuhan terjadi mendadak, dari awal sehat menjadi
lumpuh dalam waktu 2 minggu.

Atau anak usia diatas 15 th, gejala mirip polio.


Bukan disebabkan ruda paksa

Tanda-tanda kasus AFP


Tiba-tiba lumpuh
Kelumpuhan pada
tungkai

Lemah

Acute Flaccid
Paralysis
Tidak bisa
menggerakkan
kaki/tangan

Tidak bisa
berjalan

Tidak bisa duduk


tegak

POLIO

17

Penyakit yang termasuk AFP


Gejala Klinis:
Paraparese/Paraplegi
Monoparese/Monoplegi
Tetraparese/Tetraplegi
Penyakit:
Acute Poliomyelitis Anterior
Guillain-Barre Syndrome
Transverse myelitis dengan parese/paralisis flacid
Polyneuropathy/Neuropathy dg. Parese/paralisis
flacid
Polyneuritis dg. Parese/paralisis flacid
Polymyositis/Myositis/Myopathy dg. Parese/
paralisis flacid

Tatalaksana Kasus AFP


Penetapan Diagnosis

Mulai Lumpuh

Periksa
Ulang

Dilaporkan
0

>6

Dilacak (FP-1)

B
LA

Spesimen I
1

LAB hasil

Spesimen II

<28

LAB terima

<3 hr

Kirim Spesimen

>2
4
ja
m

Kegiatan Tambahan
Pasca KLB Polio (1)
1.

Mengambil 5 spesimen kontak bagi HOT CASE

HOT CASE : kasus AFP dg spesimen tidak adekuat,


ada 3 kriteria :
A. Usia < 5 tahun, demam dan kelumpuhan tidak simetris
B. Dokter mendiagnosa sebagai suspek polio
C. Kasus mengelompok di suatu area (lebih 2 kasus)

Kontak : Saudara serumah, tetangga/teman main, teman sekolah

Tujuan : Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP

Kegiatan Tambahan
Pasca KLB Polio (2)
Pemeriksaan status imunisasi 20 50 anak balita
di sekitar kasus AFP dengan kriteria
Anak usia 6 Bln 5 Thn
Status imunisasi polio < 3 kali

Tujuan :
Memberi masukan kepada program imunisasi
dalam upaya meningkatkan imunitas pada
masyarakat.

Surveilans AFP Global


Mendekati fase sertifikasi, maka penekanan
surveilans AFP diarahkan kepada :
Penemuan kasus sedini mungkin
Melaksanakan Surveilans Aktif
Melaksanakan laporan nihil (Zero Report)

Mengamati semua AFP


2/100.000/<15th. Ambil
2 spec <14 stlh lumpuh
(>80 %)

Konsep
SAFP
Pemeriksaan
laboratorium
Biofarma, BLK
Sby, Puslit Jkt

Hasil Positif
(Pdrt POLIO)
Kinerja Baik
VPL
(terfokus)
Mopping-up
(terfokus)

Kinerja Buruk

Hasil Negatif
kinerja AFP
buruk

Hasil Negatif
3 tahun
kinerja AFP
baik

VPL
(menyebar luas)
PIN (luas)

Silent
transmision

Polio free

Peran Kabupaten
Dalam Surveilans AFP
2. Melakukan surveilans aktif RS

Setiap minggu mengunjungi RS dan


memeriksa buku register untuk mencari kasus
AFP, campak dan TN.
Bubuhkan paraf di buku register setiap
melakukan mereview (setiap minggu)
Catat dalam format FP-PD bila ada atau tidak
ada kasus sebagai laporan nihil mingguan RS

Peran Kabupaten
Dalam Surveilans AFP
3. Melakukan pelacakan kasus AFP

Bersama Tim pelacak, lakukan pelacakan


kasus AFP
Menjamin pengambilan, pengepakan dan
pengiriman spesimen yang memenuhi syarat
Melakukan kunjungan ulang 60 hari
Dll.

Organisasi yang mendukung


ERAPO Indonesia
Tim Sertifikasi Nasional ERAPO
(Menilai kemajuan Erapo Nasional)
Kelompok Kerja Ahli Surveilans AFP
Nasional (Melakukan klasifikasi final AFP)
Tim Surveilans AFP Pusat
Subdit Surveilans
WHO

SO Surveilans AFP Propinsi (40 orang)

Pertanyaan

Apa yang dimaksud ERAPO


Kenapa polio mungkin di eradikasi
Apa yang mempersulit tercapainya ERAPO
Apa strategi dalam Erapo
Untuk apa kegiatan surveilans AFP
Setelah virus indigenous (asli) Indonesia musnah kenapa
imunisasi rutin dan surveilans AFP tetap harus tinggi dan
sensitif.
Kenapa surveilans AFP dan bukan surveilans polio ?
Apa resiko apa bila kinerja surveilans AFP tidak sesuai
standar sertifikasi ?

PERTANYAAN KUNCI - 1

Kenapa Surveillans AFP ?


Apa 4 pertanyaan kunci untuk menetapkan kasus AFP ?
Dimana kasus AFP dapat ditemukan ?
Untuk apa spesimen diambil ?
Kenapa spesimen diambil kurang 14 hari sejak tanggal
lumpuh ?
Mengapa spesimen diambil 2 kali ?
Mengapa interval spesimen 1 dan 2 minimal 24 jam ?

PERTANYAAN KUNCI - 2
Berapa suhu spesimen yang aman ?
Apa yang dimaksud spesimen adekuat ?
Apa yang harus dilakukan apabila spesimen tidak
adekuat ?
Kenapa transport pengiriman spesimen harus
kurang 3 hari ?
Apa urutan kegiatan yang harus dilakukan bila
menemukan kasus AFP ?

PERTANYAAN -3
Untuk apa laporan nol (zero report) dari RS
dan puskesmas ?
Kenapa aktif surveilans tidak disarankan di
medical record ?
Apa artinya kasus AFP atau polio kompatible
mengelompok ?
Apa risiko apabila kinerja S-AFP tidak sesuai
standar ?

Mengapa spesimen 2 kali dan


mengapa kurang 14 hari ?
Virus dalam tubuh penderita akan dikeluarkan melalui
tinja secara intermittent , selama 2-3 bulan
Pengeluaran paling banyak beberapa hari sebelum
lumpuh sampai 14 hari setelahnya dan akan menurun
setelah 4 minggu

Oleh sebab itu


Spesimen tinja diambil paling lambat pada
periode <14 hr setelah lumpuh
Diambil 2 kali dengan interval minimal 24 jam

Specimen Adekuat
1. 2 SPESIMEN DIAMBIL <14 HR SEJAK LUMPUH
2.

SPESIMEN KONDISI BAIK:


Masih ada es atau suhu <8 C
Volume spesimen > 8 gram (1 ruas ibu jari dewasa)
Kemasan spesimen tidak bocor
Masih ada bunga es saat diterima di laboratorium.

3. TRANSPORT TIME <3 hr

Kenapa Surveilans AFP


Usia < 15 Th
Data surveilans , insiden polio tertinggi usia <3 th
(Lk 75 %)
Urutan kedua pada usia <5th
Namun masih dapat terjadi sampai usia dewasa
(0,0..%)
Resiko Polio tertinggi pada anak, secara
operasional dilaksanakan sampai usia <15 tahun
Dilaksanakan sampai usia dewasa ? Tidak efesien
Bagaimana menjaring usia dewasa ? Surveilans
suspect polio.

Kenapa sasaran PIN < 5 Th


Semakin tinggi usia, diperkirakan tingkat imunitas
semakin baik (didapat dari lingkungan maupun
pemberian imunisasi)
Orang yang sudah imun, sekresi virus semakin
pendek
Pengalaman beberapa negara maupun PIN 19951997, sasaran <5th, dapat memutus transmisi virus
indegenous Indonesia
Contoh, dampak PIN 2005-2006, Pemberian PIN
pada Balita juga berdampak pada pemutusan
transmisi pada usia diatas 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai